Anda di halaman 1dari 15

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian penelitian tindakan kelas


Penelitian tindakan kelas secara luas dapat diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat
keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan
yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dengan semakin mantapnya psikologi kognitif yang mengedepankan aspek
konstruktivisme, para guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima
pembaharuan yang diturunkan dari atas, tetapi guru bertanggung jawab dan berperan
aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui
penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Dengan
demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan
mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang
kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian
ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama juga.
Menurut Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan
tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian
jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari. Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar
haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru. Sedangkan
menurut Suyanto (1997) secara singkat penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek
pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu penelitian tindakan
kelas terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari.
Penelitian tindakan kelas secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan
mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Sedangkan kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan di
dalam kelas yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu atau
dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan
dalam beberapa periode atau siklus agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan bersama dikelas secara professional
sehingga diperoleh peningkatan pemahaman atau kualitas atau target yang telah
ditentukan.

B. Tujuan penelitian tindakan kelas


Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang
dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar,
meningkatkan profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik
dikalangan guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan
proses pembelajaran.
4. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran
dirinya.
5. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di
kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
8. Menubuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan proses
pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan
juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang
terintegrasi di dalamnya.

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan
layanan pembelajaran. Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk pengembangan
keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi
guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan
umum dalam bidang pendidikan. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas
yang dapat dicapai adalah:
- Terjadinya proses latihan dalan jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
- Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam
pembelajaran.
- Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan
pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya

Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan
layanan professional pendidik dalam menangani proses belajara mengajar, tujuan itu
dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan
berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu, fokus penelitian penelitian
tindakan kelas terletak pada tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik,
kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi.

C. Manfaat penelitian tindakan kelas


Adapun tiga komponen yang harus menjadi sasaran utama penelitian tindakan
kelas, yaitu siswa/pembelajaran, guru dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan
menerima manfaat dari PTK.
1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses
pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat
dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak
akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki,
maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan hasil belajar
siswa diharapkan akan meningkat.

2. Manfaat bagi guru


Berikut ada beberapa manfaat penelitian tindakan kelas bagi guru
diantaranya yaitu:
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru,
karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui
proses pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan
kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi
diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal
ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti di
bidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif
c. Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya
menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri
berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga
diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu
merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya
sendiri dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan,
kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan
mengembangkan alternative masalah / kelemahan yang ada pada dirinya
dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki
kepercayaan diri yang kuat.

3. Manfaat bagi sekolah


Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan
perubahan atau perbaikan kinerjanya secara professional, maka sekolah
tersebut akan berkembang pesat. Sekolah tidak akan berkembang, jika
gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya
dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam
melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat
yang besar, karena meningkatkan kualitas pembelajaran mencerminkan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

Adapun manfaat yang dapat dipetik jika guru mampu melaksanaan penelitian
tindakan kelas itu terkait komponen pembelajaran antara lain:
1. Inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum ditingkat sekolah dan tingkat kelas.
3. Peningkatan profesionalisme guru.

Dari beberapa penjelasan diatas, maka adapun manfaat penelitian tindakan kelas
secara umum, yaitu :
1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru
untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang
dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai
kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal
ilmiah.
2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis
artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan
karir guru.
3. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam
satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di
kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.
6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,
nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik,
dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan
dipilih secara sungguh-sungguh.

D. Karakteristik Penelitian tindakan kelas


PTK memiliki karakterlistik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-
penelitian lainya. Adapun beberapa karakteristik tersebut adalah:
1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran
perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk memberikan tindakan-tindakan
tertentu untuk membenahi masalah dalam proses pembelajaran dengan cara
melakukan kolaborasi.
2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial.
Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang
menggunakan responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK
pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir, 2012:80)
3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara
siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di
sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya
proses pembelajaran antara guru dan murid.
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus.
PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan
peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus
selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran yang paling baik.
5. PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme guru,
karena PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir Kritis dan sistematis,
membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Dimana
semua itu dapat menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran.
6. PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan kelas.
Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu model saja.
7. PTK menggunakaan metode kontekstual. Artinya variable-variable yang akan
dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri. Sehingga data yang
diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan tidak dapat digeneralisasikan
dengan kelas lain.
8. PTK dalam pelaksanaannya terbagi dalam beberapa pembagian waktu atau
siklus.
9. PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian semata.
Melainkan harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang sedang berjalan
di kelas tersebut.
10. Menurut Ibnu, PTK memiliki karakteristik dasar yaitu:
a. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru;
b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;
c. Peneeliti sebagai media yang melakukan refleksi;
d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional;
e. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.

Adapun menurut Mulyasa (2009), sedikitnya ada dua hal yang menjadi
karakteristik umum PTS. Pertama, masalah yang diangkat untuk dipecahkan, harus
berangkat dari praktik pendidikan nyata di sekolah tersebut. Kedua, Kepala Sekolah
atau pengawas dapat meminta bantuan orang lain untuk mengenal serta
mengelaborasi masalah yang akan dijadikan topik penelitian

E. Prinsip penelitian tindakan kelas


Secara umum ada 4 prinsip kunci penelitian tindakan kelas, yaitu:
1. Kritik Reflektif, yaitu suatu perhitungan situasi,seperti catatan atau dokumen
pejabat,digunakan untukmembuat tuntutan tersembunyi menjadi lebih baik.
2. Kritik Dialektika, digunakan untuk memahami antara fenomena dan konteksnya.
3. Sumber Daya Kolaboratif, prinsip ini mempersyaratkan bahwa setiap gagasan
seseorang sama penting dengan sumber daya potensial.
4. Ambil Resiko, proses perubahan mengancam semua cara yang telah ditetapkan
sebelumnya,maka diperlukan kejelian untuk mengambil resiko.

Adapun menurut Hopkins ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas (PTK),
yaitu:
1. PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas. Pekerjaan utama
seorang guru adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan
kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada
tiga kunci utama yang harus diperhatikan, pertama guru harus menggunakan
berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menemukan
jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil yang kurang maksimal.
Kedua interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaan
kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus
berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan
dari guru sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain,
sejauh mungkin harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat
ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh.
3. Metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel), sehingga guru dapat
mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada
dasarnya, penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun
penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan.
4. Peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan. Jadi masalah
penelitian diusahakan berupa masalah yang merisaukan dan bertitik tolak dari
tanggung jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki
komitmen terhadap pengembangan profesinya.
5. Konsisten dengan prosedur dan etika. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan
kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur
etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui
oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
6. Menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Meskipun
kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam
pelaksanaan penelitian sejauh mungkin harus menggunakan wawasan yang lebih
luas dari tindakan perspektif, tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas atau
pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan

Dalam melakukan penelitian ada beberapa hal yang tidak boleh dilupaka,yang
mena menurut Nana Syaodih itu sangat pokok, yaitu:
- Objektivitas
- Ketepatan
- Verifikasi
- Penjelasan ringkas
- Empiris
- Penalaran logis
- Kesimpulan kondisional
- Langkah- langkah penelitian
- Identifikasi masalah
- Merumuskan dan membatasi masalah

F. Teknik pengumpulan data penelitian tindakan kelas


Teknik pengumpul data merupakan cara yang ditempuh peneliti untuk
mengumpulkan data dengan alat yang cocok untuk digunakan dalam penelitian.
Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan harus disesuaikan dengan teknik
pengumpul data. Misalnya teknik observasi langsung dengan alatnya pedoman
observasi, teknik komunikasi langsung dengan alatnya panduan wawancara, teknik
komunikasi tidak langsung dengan alatnya angket, teknik pengukuran dengan alatnya
tes, teknik studi dokumenter dengan alatnya dokumen.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas berfungsi sebagai landasan
refleksi. Selain itu, data yang terkumpul sebagai perwakilan dari tindakan, artinya
bahwa data tersebut memungkinkan peneliti merekomendasikan tindakan terkait,
tidak hanya mengingat kembali. Oleh sebab itu pengumpulan data bukan hanya
keperluan hipotesis, melainkan sebagai alat membukukan hasil pengamatan dan
menghubungkan antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam putaran
penelitian tindakan.
Sugiyono (2010: 224) menjelaskan teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Dari penjelasan tersebut peneliti harus menentukan teknik yang
digunakan dalam penelitannya. Sehubungan dengan itu, Hadari Nawawi (2012: 100)
mengatakan teknik pengumpulan data dapat dibedakan menjadi lima teknik penelitan
sebagai cara yang dapat di tempuh untuk mengumpulkan data, yaitu:
- Teknik Observasi Langsung
- Teknik Observasi Tidak Langsung
- Komunikasi Langsung
- Komunikasi Tidak langsung
- Teknik Pengukuran
- Teknik Studi Dokumenter

Penentuan teknik pengumpul data dalam suatu penelitian harus disesuaikan dengan
data yang akan dikumpulkan. Misalkan peneliti melakukan penelitian tindakan kelas
tentang “Upaya Meningkatkan rendahnya hasil belajar siswa dengan penerapan
pembelajaran remedial pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Teluk Keramat
Kabupaten Sambas tahun 2015”, maka peneliti dapat menggunakan teknik
pengumpul data sebagai berikut:
1. Teknik Observasi Langsung
Teknik observasi langsung merupakan cara pengumpulan data yang
dilakukan peneliti dengan mengamati secara langsung subjek penelitian.
Hadari Nawawi (2012:100) menjelaskan bahwa Teknik ini adalah cara
mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan
gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya
langsung pada tempat di mana suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang
terjadi. Maka dari itu teknik ini digunakan untuk melihat aktifitas guru
maupun siswa.
2. Teknik Komunikasi Langsung
Teknik komunikasi langsung merupakan cara pengumpulan data dengan
melakukan wawancara terhadap responden. Hadari Nawawi (2012:101)
menjelaskan teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan
seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka
(face toface) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.
3. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data dengan melakukan
pengukuran mengenai hasil belajar siswa. Hadari Nawawi (2012:101)
menjelaskan teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang besifat
kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajad tertentu dibandingkan
dengan norma tertentu pula sebagai satuan ukur yang relevan. Teknik ini
digunakan untuk melihat tingkat hasil belajar siswa.
4. Teknik Studi Dokumenter
Teknik studi dokumenter merupakan cara pengumpulkan data berdasarkan
dokumen-dokumen yang mendukung suatu penelitian. Hadari Nawawi
(2012:101) menjelaskan teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang
dilakukan dengan katagori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang
berhubungan dengan maslah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun
buku-buku, Koran, daan lain-lain. Teknik ini untuk mengumpulkan data hasil
belajar dan mendokumentasikan setiap kegiatan dilakukan saat penelitian
berlangsung.

Adapun alat pengumpul data dalam PTK yaitu harus singkron dengan teknik
pengumpul data yang digunakan dalam penelitian. Misalkan peneliti ingin melakukan
penelitian dengan teknik observasi langsung, komunikasi langsung, pengukuran dan
studi documenter, maka alatnya yaitu sebagai berikut:
1. Pedoman Observasi
Penelitian ini peneliti menggunakan pedoman observasi yaitu daftar
cek (check list). Zainal Arifin (2010: 30), menyatakan bahwa “daftar cek
(check list) adalah yang berisi daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang akan diamati.” Dengan demikian, peneliti hanya akan memberi tanda
check (silang, lingkaran dan sebagainya). Untuk memperjelas tindakan
observasi yang akan dilakukan dalam penelitian, Mc. Millan dan
Schumacher (dalam Reid, 1992: 30) memberikan gambaran tentang
bentuk-bentuk observasi dalam penelitian kualitatif sebagai berikut:
Observasi partisipan (participant observation), adalah suatu teknik
interaktif dalam mencatat untuk menggambarkan partisipasi dari si peneliti
terhadap apa yang terjadi dalam objek penelitiannya. Observasi lapangan
(field observation), adalah suatu teknik observasi yang seringkali
dilakukan dalam penelitian kualitatif. Pada observasi ini peneliti bertindak
sebagai saksi mata dalam mencatat secara detail apa saja yang terjadi
dalam objek pengamatan, disini peneliti membatasi diri dalam
berpartisipasi hanya sebagai pengamat dan tidak berperan serta sebagai
bagian dari objek penelitian.
2. Panduan Wawancara
`Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rangkaian wawancara
sebagai pedoman wawancara. Narbuko, C & Ahmadi Abu (dalam
Suharsimi Arikunto, 2009: 31) mengatakan bahwa "wawancara adalah
proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam
mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan". Wawancara dilakukan
terhadap guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganenagraan, untuk
memperoleh informasi tentang upaya guru mengatasi rendahnya hasil
belajar siswa dengan penerapan pembelajaran remedial di kelas X Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1 Teluk Keramat Kabupaten Sambas.
3. Tes formatif
Evaluasi yang diberikan kepada sejumlah siswa setelah mengikuti
satuan bahasan tertentu, setelah menyelesaikan satuan bahan tertentu dan
setelah mengetahui ketercapaian tujuan intruksional. Trianto (dalam Yatim
Riyanto, 2010:33) mengatakan Pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu
sebelum proses pembelajaran di mulai (pretest) dan sesudah proses
pembelajaran (posttest). Soal tes yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Arikunto (dalam Thursan
Hakim, 2000: 33). mengemukakan bahwa instrument yang berupa tes
dapat di gunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian hasil
belajar.
4. Dokumen
Dokumen merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah lalu.
Menurut Nawawi (2012:141) mengatakan bahwa “teknik/studi
dokumen adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat atau teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penyelidikan.” Adapun dokumen yang
akan peneliti ambil dalam penelitian ini yaitu silabus, RPP, photo dan
dokumen-dokumen lain yang dianggap relevan.

G. Teknik analisis data penelitian tindakan kelas


Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Karena adanya kuantitatif, maka teknik analisis data
menggunakan metode statistic yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hipotesis
hubungan antar dua variabel, bila datanya ordinal maka statistic yang digunakan
adalah Korelasi Spearman Rank, sedang bila datanya interval atau ratio digunakan
Korelasi Pearson Product Moment. Bila akan menguji signifiknasi konparasi data dua
sampel, datanya interval atau ratio digunakan t-test dua sampel, bila datanya nominal
digunakan chi kuadrat. Selanjutnya bila akan menguji hipotesis konparatif lebih dari
dua sampel datanya interval digunakan analisis varian.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam – macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang
terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh
pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif),
sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas, oleh
Karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Seperti dinyatakan
oleh Miles and Huberman (1984), bahwa “The most srious and central difficulty in
the use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate”. Yang
paling seriius dan sulit dalam analisis data kulitatif adalah karena, metode analisis
belum dirumuskan dengan baik.
Selain persyaratan pengumpulan data yang harus memiliki kriteria tertentu, seperti
validitas, reliabilitas, dan kegunaan atau manfaatnya. Juga harus memiliki teknik
pengumpulan data, hal ini terkait dengan pelaksanaannya bahwa dalam melakukan
pengumpulan data tidak hanya menggunakan satu cara tetapi multi teknik atau multi
instrumen.
Menurut pendapat Wolcot (1992) bahwa ada 3 (tiga) teknik pengumpulan data,
yaitu:
 Pengalaman
Pengalaman adalah satu teknik dalam pengumpulan data, dengan
pengalaman seorang guru yang sekaligus bertindak sebagai peneliti dapat
dengan mudah melakukan pengumpulan data terkait dengan subjek
penelitiannya hal ini disebabkan pengetahuan situasi dan kondisi terhadap
kelas pembelajarannya.
 Pengungkapan
Pengungkapan yang dimaksud di sini adalah bagaimana seorang peneliti
melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara terhadap subjek
penelitian atau terhadap siapa saja agar supaya terkumpul data yang
diperlukan dan yang memang diperlukan.
 Pembuktian
Jika proses pengungkapan selesai maka pada tahap selanjutnya adalah
melakukan pembuktian, pelaksanaan pembuktian dapat dilakukan dengan
teknik dokumentasi data-data yang terkait.
a. Teknik Analisis Data Kualitatif
Ada berbagai teknik analisis data, seperti teknik analisis data
kualitatif dengan model interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga
tiga komponen, yakni: reduksi data, paparan data, dan penarikan
kesimpulan.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam analisis data seperti
ini adalah sebagai berikut.
a) Memilih data (reduksi data)
Pada langkah pemilihan data ini, pilihlah data yang relevan
dengan tujuan perbaikan pembelajaran.
b) Mendeskripsikan data hasil temuan (memaparkan data)
Pada kegiatan ini, guru peserta membuat deskripsi dari
langkah yang yang dilakukan pada kegiatan a) tersebut.
c) Menarik kesimpulan hasil deskripsi
Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat pada langkah b)
tersebut, selajutnya dapat ditarik kesimpulan hasil
pelaksanaan rencana tindakan yang telah dilakukan. Analisis
dan interpretasi data juga dapat dilakukan dengan mencari
”pattern” atau pola (Guba dan Lincoln, 1981).

b. Teknik Analisis Data Kuantitatif


Data kuantitif dalam PTK umumnya berupa angka-angka sederhana,
seperti nilai tes hasil belajar, disktribusi frekuensi, persentase, skor
dari hasil angket, dan seterusnya.
Data kuantitatif dapat dianalisis secara deskriptif, antara lain dengan
cara:
- Menghitung jumlah,
- Menghitung rata-rata (rerata),
- Menghitung nilai persentase,
- Membuat grafik,
Jika diperlukan data kuantitatif dapat dianalisis secara statistik,
misalnya:
- Menghitung nilai beda terkecil,
- Menghitung nilai korelasi antar variabel,

Anda mungkin juga menyukai