Anda di halaman 1dari 15

Contoh PTK (Penelitian Tindakan Kelas),

Format dan Sistematika Usulan


Facebook Twitter

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penyelidikan secara sistematis dengan tujuan
menginformasikan praktik pembelajaran dalam situasi tertentu. PTK juga merupakan suatu cara
bagi guru untuk menemukan apa yang terbaik di dalam situasi kelas mereka sendiri sehingga
keputusan tentang proses pembelajaran dapat diambil dengan sebaik-baiknya.

PTK merupakan titik tengah antara refleksi guru dan penelitian pendidikan tradisional. Ini
disebabkan PTK lebih sistematis dan berbasis data dibandingkan dengan sekadar refleksi
pembelajaran, tetapi lebih sedikit formal dan terkendalikan dibandingkan penelitian pendidikan
tradisional.

Dalam PTK, guru-guru menggunakan data yang tersedia dari kelas-kelas mereka untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis tentang pembelajaran yang mereka laksanakan.
Selanjutnya, PTK mengintegrasikan dua peran sekaligus yaitu antara ilmu pengetahuan
(penelitian) dengan praktik pembelajaran.

Pembahasan ini untuk membantu para guru memahami konseptual teoretis sampai dengan
aplikasi praktiknya tentang PTK, sebagai rujukan dalam rangka pengembangan profesi pendidik
untuk menguasai kompetensi profesional tentang PTK tersebut.

Oleh karena itu, uraian dan paparan PTK ini menawarkan berbagai pemikiran yang dimulai dari
konseptual teoretis terus menuju ke aplikasi praktik agar memudahkan para guru/pendidik
melaksanakannya di sekolah sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran nyata di kelas.

Daftar isi: [tampilkan]

Pengertian PTK Menurut Para Ahli


Dalam istilah aslinya, Penelitian Tindakan Kelas disebut dengan Classroom Action Research.
Apakah sesungguhnya definisi Penelitian Tindakan Kelas itu?” Ada beberapa definisi penelitian
tindakan kelas yang dapat diajukan di sini.

Suharsimi (2007:2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan definisi
dari kata “penelitian,” “tindakan”, dan “kelas.”

Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu
hal menarik minat dan penting bagi peneliti.

Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang
dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama
oleh guru.

Jadi, Suharsimi (2007: 13) berkesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Suhardjono (2007:58) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Rustam dan Mundilarto (2004: 1 ) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan,
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Tim PGSM (1999) mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan, ditujukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
mereka, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki
praktik pembelajaran yang diselenggarakan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam
bentuk proses pengkajian berdaur atau siklik.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Suhardjono (2007: 262) mengajukan beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. adanya tindakan (action). Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam
laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis. Tindakan tersebut
merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
2. penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja berupaya untuk
memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Penelitian tindakan
kelas merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional guru (tumbuhnya
sikap profesional dalam diri guru) karena penelitian tindakan kelas mampu
membelajarkan guru untuk berpikir kritis dan sistematis, mampu membiasakan
membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan.
3. hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoritis atau dari hasil penelitian
terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan aktual yang terjadi
dalam pembelajaran di kelas. Dengan kalimat lain, penelitian tindakan kelas berfokus
pada masalah praktis bukan problem teoritis atau bersifat bebas konteks.
4. penelitian tindakan kelas dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata,jelas, dan
tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
5. adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain lain)
dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).
6. di samping itu, penelitian tindakan kelas dilakukan hanya apabila ada (a) keputusan
kelompok dan komitmen untuk pengembangan, (b) bertuj uan meningkatkan
profesionalisme guru, (c) alasan pokok: ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan,
dan (d) bertujuan memperoleh pengetahuan dan/atau sebagai pemecahan masalah.

Mencermati uraian dan ilustrasi di atas, sesungguhnya dapat dikemukakan beberapa karakteristik
inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. masalah berasal dari guru;


2. tujuannya memperbaiki pembelajaran;
3. metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah kaidah penelitian;
4. fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran;
5. guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


Pertanyaan penting berikutnya adalah: “Apa tujuan melakukan penelitian tindakan kelas?”
Mengacu pada pembahasan sebelumnya, maka jawaban yang paling inti adalah untuk
peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Dalam konteks tujuan penelitian tindakan kelas ini, secara rinci Suhardjono (2007161 )
mengemukakan sebagai berikut:

1. meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah;
2. membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam kelas;
3. meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan;
4. menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan (sustainable).

Mengacu kepada tujuan penelitian tindakan kelas tersebut, maka luaran atau hasil yang diperoleh
dari penelitian tindakan kelas mencakup:

1. perbaikan dan peningkatan kualitas kinerja belajar siswa; perbaikan dan peningkatan
kualitas proses pembelajaran di kelas;
2. perbaikan dan peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, alat peraga,
dan sumber belajar lainnya;
3. perbaikan dan peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk
mengukur proses pembelajaran dan hasil siswa;
4. perbaikan dan peningkatan kualitas upaya-upaya pemecahan masalah masalah pendidikan
anak di sekolah;
5. perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi
siswa.

Baca juga:  Pembagian Periodisasi Sastra Indonesia

Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas sesungguhnya banyak manfaat yang bisa
diperoleh. Manfaat itu antara lain dapat dikaji dari beberapa pembelajaran di kelas. Manfaat yang
terkait dengan komponen pembelajaran antara lain meliputi:

1. inovasi pembelajaran;
2. pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas;
3. peningkatan profesionalisme guru.

Secara ringkas pada dasarnya penelitian tindakan kelas memiliki manfaat sebagai berikut:

1. membantu guru memperbaiki kualitas pembelajarannya;


2. meningkatkan profesionalitas guru;
3. meningkatkan rasa percaya diri guru;
4. memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

Panduan Penyusunan Usulan PTK


Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah guru yang akan melakukan
PTK, maka berikut ini disajikan format dan sistematika usulan PTK.

Format dan sistematika usulan PTK ini mengacu kepada pedoman yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional.

Adapun format dan sistematika usulan PTK adalah sebagai berikut.

1. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui
peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan,
atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah masalah pembelajaran dan
non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali.

Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan
masalah masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda.

Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan semakin
meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pendidikan dan pembelajaran melalui sebuah
investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar.
Dan ketiga, peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara pada peningkatan
profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

Upaya peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan
research development dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan
penelitian yang bersifat top down dan bersifat teoritis akademik. Paradigma demikian dirasakan
tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Mutu Berbasis
Sekolah (MMBS).

Pendekatan MMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari
motivasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate
endeavors for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.

MMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antar jenjang dan jenis pendidikan, baik yang
bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan
produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan di antara pihak pihak terkait sudah sangat
mendesak.

Kemitraan yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih lebih lagi
dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitian pun hendaknya dikelola
berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat
memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).

Melalui Penelitian Berbasis Tindakan (PBT) masalah masalah pendidikan dan pembelajaran
dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang
inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan, dapat diaktualisasikan secara sistematis. Upaya
PBT diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar di kalangan guru guru di sekolah.

2. Tujuan

PTK memiliki sejumlah tujuan sebagai berikut.

 Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
 Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan luar kelas.
 Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
 Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan (sustainable).
 Meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah
dalam melakukan penelitian berbasis tindakan (PBT).
 Meningkatkan kerjasama profesional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah dengan dosen di perguruan tinggi kependidikan.

3. Bidang Kajian Penelitian

Adapun ruang lingkup bidang kajian PTK oleh guru meliputi:

 masalah belajar siswa sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di
kelas, kesalahan kesalahan pembelajaran, miskonsepsi, dan sebagainya).
 desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode
pembelajaran, interaksi di dalam kelas, dan sebagainya).
 alat bantu, media, dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah
penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, dan
sebagainya).
 sistem evaluasi (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil
pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi berbasis kompetensi, dan sebagainya).
 masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah implementasi KTSP,
interaksi guru siswa, siswa bahan belajar, dan lingkungan pembelajaran, dan sebagainya).

4. Luaran Penelitian

Luaran yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan atau perbaikan, antara
lain:

 peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah;


 peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas;
 peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan
sumber belajar lainnya;
 peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa;
 peningkatan atau perbaikan terhadap masalah masalah pendidikan anak di sekolah;
 peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan KTSP dan kompetensi siswa di
sekolah.

5. Pengusul Penelitian

Pengusul penelitian adalah semua guru (SD,SMP, SMA, SMK), baik yang bertugas di sekolah
negeri maupun swasta, baik secara mandiri maupun berkolaborasi dengan dosen perguruan tinggi
kependidikan.

Masalah penelitian harus digali atau didiagnosis secara sistematis dari masalah yang nyata
dihadapi oleh guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian
akademik atau dari hasil penelitian terdahulu semata mata.

Penelitian ini bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan
peranan dan intensitas masing masing anggota peneliti pada setiap kegiatan penelitian yang
dilakukan.

6. Kriteria Penilaian Kualitas Usulan Penelitian

Aspek-aspek yang dinilai untuk menentukan kualitas usulan PTK setidaknya memenuhi kriteria
sebagai berikut.
1. Perumusan masalah (terutama: asal dan keaslian, relevansi, dan cakupan permasalahan
dengan bobot penilaian sebesar 25).
2. Cara pemecahan masalah (terutama: rancangan tindakan dan kontekstualitas tindakan
dengan bobot penilaian sebesar 25).
3. Kemanfaatan hasil penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan dengan bobot
penilaian sebesar 10).
4. Prosedur penelitian (terutama prosedur diagnosis masalah, perencanaan tindakan,
prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi setelah hasil dengan bobot penilaian
sebesar 30).
5. Kegiatan pendukung (terutama jadwal penelitian, sarana pendukung pembelajaran yang
digunakan, rincian tugas dan intensitas keterlibatan masing masing anggota penelitian
dalam setiap kegiatan penelitian, dan kelayakan pembiayaan dengan bobot penilaian
sebesar 10).

Baca juga:  Jenis-Jenis Metode Penelitian


Contoh sampul (cover) usulan PTK
Contoh halaman pengesahan usulan PTK

Sistematika Usulan PTK


A. Judul Penelitian

Judul penelitian hendaknya singkat dan spesifik tetapi cukup jelas mewakili gambaran tentang
masalah yang akan diteliti dan tindakan yang dipilih untuk menyelesaikan atau sebagai solusi
terhadap masalah yang dihadapi

B. Bidang Ilmu
Tuliskan bidang ilmu ketua peneliti berdasarkan mata pelajaran yang diajar di sekolah. Masalah
yang yang diteliti harus relevan dengan mata pelajaran yang diajar di sekolah. Jika tidak, maka
akan menjadi kendala untuk diterimanya penelitian tersebut.

C. Pendahuluan

Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran.


Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata
terjadi di sekolah dan diagnosis oleh guru dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah.

Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan
sena dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya
yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah didiagnosis dan diidentifikasi masalah
penelitiannya, maka selanjutnya perlu diidentifikasi dan dideskripsikan secara cermat akar
penyebab dari masalah tersebut.

Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan
akar penyebab munculnya masalah tersebut. Selain itu, prosedur dan alat yang di gunakan dalam
melakukan identifikasi permasalahan dan penyebabnya perlu dikemukakan secara jelas dan
sistematis.

D. Perumusan Masalah

Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan PTK. Dalam perumusan masalah
dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.

Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan
yang akan diambil dan hasil positif yang diantisipasi.

E. Cara Pemecahan Masalah

Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti sesuai
dengan kaidah PTK. Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab permasalahan
dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.

F. Tinjauan Pustaka

Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang memunculkan gagasan yang mendasari
penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang
dipahami sebagai acuan, yang dijadikan landasan untuk menunjukkan ketepatan tentang tindakan
yang akan dilakukan dalam mengatasi permasalahan penelitian tersebut.

Uraian ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau kerangka konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dikemukakan hipotesis tindakan yang
menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan yang diharapkan.

G. Tujuan Penelitian

Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan mendasarkan
pada permasalahan yang dikemukakan.

Tujuan penelitian ini dijabarkan ke dalam Tujuan Umum dan Tujuan Khusus yang diuraikan
dengan jelas, sehingga tampak keberhasilannya.

H. Kontribusi (Sumbangan) Hasil Penelitian

Uraikan kontribusi (sumbangan) hasil penelitian yang akan dilakukan terhadap kualitas
pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun
komponen pendidikan lainnya di sekolah. Kemukakan inovasi atau pembaharuan yang akan
dihasilkan dari penelitian ini.
I. Metode Penelitian

Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan objek, waktu
pelaksanaan dan lokasi penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci sesuai dengan
langkah-langkah PTK, yaitu dari perencanaan tindakan observasi refleksi yang bersifat daur
ulang atau siklus.

Tunjukkan siklus siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan tingkat keberhasilan yang
dicapai dalam satu siklus sebelum pindah ke siklus lainnya. Jumlah jumlah siklus diusahakan
lebih dari satu siklus (minimal dua siklus), meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar
di sekolah (cawu/semester).

J. Jadwal Penelitian

Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan
penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun
selama 10 bulan.

K. Personalia Penelitian

Jumlah personalia penelitian maksimal 3 orang, yang terdiri dari: 1 orang ketua peneliti dan 2
orang anggota peneliti. Namun demikian, PTK ini dapat juga dilakukan sendirian oleh satu orang
guru saja.

Uraikan peran dan jumlah waktu yang digunakan dalam setiap bentuk kegiatan penelitian yang
dilakukan. Rincilah nama peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas, sama
seperti pada Lembar Pengesahan.

L. Daftar Pustaka

Tulislah daftar pustaka secara konsisten dengan mengikuti model APA, MLA atau Turabian dan
diketik satu spasi. Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka:

a. Contoh Daftar Pustaka dari Buku:

 Anderson, O.W. and Krathwohl, DR. (2001). A Taxonomyfor Learning, Teaching, and
Assessing. New York: Longman.
 Austin, A.E. and Baldwin, R. G. (1991), Faculty Collaboration: Enhancing The Qualirv
of Scholarship and Teaching. Washington: The George Washington University.
 Belanoff, P. and Dickson, M. (1999). Porto Folios: Process and Product. Portsmouth:
Boynton/Cook.
 M. Asrori (2005). Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media.

b. Contoh Daftar Pustaka dari Buku:

 Brown, J.S.; Collins, A.; and Duguid, P. (1989). “Situated Cognition and the Culture of
Learning.” Educational Researcher: 18(1), 32-42.
 Clark, C. et.al (1996). “Colaboration as Dialogue: Teacher and Researchers Engaged in
Conversation and Professional Development.” American Educational Research Journal,
33, (1), 193-231.
 Elvey, M. ( I 996). “The Theory and Practice of Action Research: Changing Education.”
A Journalfor Teachers and Administrations. 3, (6), 5-14.
 M. Asrori (2006). “Remaja: Terlalu Kecil untuk Serbet, Terlalu Kecil untuk Taplak.”
Majalah Amanah, Vol.XX, Nomor: 33.

M . Lampiran-lampiran

Lampirkanlah riwayat hidup ketua peneliti dan anggota peneliti (cantumkan pengalaman
penelitian yang relevan yang telah dihasilkan sampai saat ini).

Sistematika Laporan PTK


Setelah dipaparkan Sistematika Usulan PTK beserta contohnya, maka untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah guru dalam menyusun laporan, berikut ini
diuraikan Sistematika Laporan PTK beserta contohnya.

Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), sistematikanya meliputi unsur-unsur berikut.

1. Lembar Sampul (cover) Laporan Penelitian


2. Lembar Identitas dan Pengesahan
3. Abstrak
4. Daftar Isi
5. Daftar Tabel
6. Daftar Gambar (jika dalam laporannya ada gambar gambar)
7. Daftar Lampiran
8. Pendahuluan
9. Kajian Pustaka
10. Pelaksanaan Penelitian
11. Hasil Penelitian dan Pembahasan
12. Simpulan dan Saran saran
13. Daftar Pustaka

Pada halaman-halaman berikut ini diuraikan masing-masing unsur tersebut agar dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas bagi para guru yang membuat laporan hasil PTK yang
telah dilakukan.
Contoh sampul (cover) laporan akhir PTK
Contoh halaman pengesahan usulan PTK

Contoh Ringkasan PTK


Untuk membantu meningkatkan pemahaman tentang PTK, berikut ini disajikan beberapa
ringkasan penelitian tindakan dan ringkasan sebuah laporan penelitian yang diterjemahkan dari
Kemmis dan Mc Taggart(1988).

Baca juga:  Pendidikan Karakter

Berikut ini ringkasan beberapa contoh PTK yang di lakukan oleh guru yang diambil dari
Kemmis dan Taggan (1988) dan dua ringkasan penelitian yang dilakukan di SMA Pontianak.

1. Seorang guru wanita yang tertarik pada persoalan jenis kelamin dalam kelasnya bertanya
kepada seorang teman sejawat yang terpercaya untuk mencatat siapa yang diajaknya
berbicara. Dia menemukan bahwa dalam waktu setengah jam teman sejawat tersebut
berbicara dua kali lipat dengan anak laki laki dibandingkan dengan anak perempuan. Dia
mengubah pada ini, tetapi hanya secara perlahan lahan. Dia harus membantu siswa siswa
itu sendiri mengubah harapan-harapannya dan kepekaan mereka terhadap masalah jenis
kelamin dalam kelas.
2. Seorang guru Fisika kelas 3 SMA yang tertarik kepada pemahaman siswa di kelas
menemukan bahwa dengan mengajukan pertanyaan berani memberikan sedikit
kesempatan kepada siswa untuk membicarakan gagasan dan pemahaman mereka. Dia
mengubah gaya interaksinya dengan cara yang dramatis. sehingga dia mengurangi waktu
yang digunakan untuk berbicara di kelas dari sekitar 85% menjadi 40% dalam satu mata
pelajaran, kemudian menemukan bahwa dia harus mengubah jenis pertanyaan yang
diajukan agar siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan
pemahamannya dengan menggunakannya dalam diskusi yang lebih rumit dengan guru
dan siswa siswi lainnya.
3. Seorang guru mempunyai masalah dengan kelompok kelas 3 SMP yang sulit
dikendalikan. Dia merekam pernyataan pernyataan yang mengungkapkan kendali dalam
pengajaran biasanya dan menemukan bahwa dia menciptakan masalah disiplin melalui
peringatan tentang disiplin kepada siswa secara terus menerus. Dia merundingkan
peraturan peraturan kelas dengan siswa siswanya, dan masalahnya lenyap begitu saja. Dia
terus menjajaki kemungkinan untuk merundingkan kurikulum secara lebih umum dengan
siswa, dan memperoleh lebih banyak temuan tentang nilai strategi mengajar yang secara
aktif memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai landasan pembelajaran selanjutnya.
4. Sekelompok guru menjajaki beberapa strategi untuk pengajaran bahasa remedial di
sekolah menengah tingkat pertama. Setelah mengumpulkan data dari siswa, membuat
catatan harian tentang amatan dan penilaian mereka sendiri, dan membagi pemahaman
mereka selama dua catur wulan, mereka menemukan bahwa mengintegrasikan guru
remedial ke dalam kelas kelas biasa (sebagai guru yang berkolabori) menghasilkan
pelajaran yang lebih bagus bagi siswa yang menemui kesulitan daripada strategi
mengelompokkan siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam kelas terpisah untuk
mendapatkan pelajaran remedial.
5. Beberapa kelompok guru telah meneliti masalah dan pengaruh penilaian non kompetitif
yang deskriptif. Mereka menemukan bahwa siswa lebih menyukai umpan balik itu lebih
membantu pembelajarannya, dan bahwa penilaian tersebut membantu menciptakan
lingkungan belajar yang lebih kolaboratif. Beberapa guru lain, orang tua, dan beberapa
siswa sendiri memiliki kepedulian terhadap siswa yang tidak diberi nilai dan peringkat,
tetapi pengaruh dari penghapusan kompetisi sebagai motivator begitu mendesak sehingga
guru guru yang terlibat meneruskan kebijaksanaan tentang penilaian nonkompetitif yang
deskriptif dan dapat mengatasi mereka yang menantang kebijaksanaan tersebut meskipun
tidak seluruhnya.
6. Seorang guru pendidikan lingkungan sekolah dasar tidak puas terhadap kemampuan
siswa untuk mengajukan pertanyaan yang menyelidiki tentang persoalan lingkungan yang
kontroversial. Dia mengubah pola mengajarnya dari diskusi yang dipimpin oleh guru ke
“pertemuan kota“ (yang dipimpin oleh guru itu sendiri) yang terdiri dari beberapa
kelompok kecil. Siswa siswa mulai mempertanyakan pernyataan masing-masing tentang
persoalan lingkungan secara cukup mendalam dan meminta gurunya untuk tidak
menyela. Persoalan mengajar bagi guru tersebut sekarang menjadi “dapatkah saya
menduduki posisi manajemen tanpa mempengaruhi karakter perdebatannya?”
7. Penelitian dilakukan oleh Tomo Judin, dkk bertujuan untuk meningkatkan proses dan
hasil belajar siswa tentang Kinematika melalui penerapan multimodel berbasis CTL
(Contextual Teaching and Learning). Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Kabupaten
Pontianak terhadap 40 orang siswa Kelas X/D yang dilakukan dalam tiga siklus kegiatan.
Sasaran yang ingin dicapai tiap tiap siklus adalah pembelajaran multi model berbasis
CTL yang memfokuskan pada pemahaman dan pemecahan masalah konsep GLB (Gerak
Lurus Beraturan) dan GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan). Tingkat keberhasilan
setiap siklus adalah apabila minimal sebanyak 70,00% siswa mampu menjawab dengan
benar sedikitnya 60,00% dari jumlah soal yang ada. Pengumpulan data menggunakan
teknik pengukuran berupa tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda, tes
pemecahan masalah berbentuk uraian dan tes kinerja, pedoman observasi, dan catatan
lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pemahaman konsep dan
kemampuan siswa menyelesaikan masalah terjadi peningkatan setelah proses
pembelajaran. Pemahaman konsep GLB meningkat dari rata rata 5,45 menjadi 6,37.
Pemahaman konsep GLBB juga meningkat dari rata rata 3,47 menjadi 6,35. Adapun skor
kemampuan melakukan pemecahan masalah meningkat dari 1,2 menjadi 6,36. Kualitas
proses pembelajaran juga meningkat karena berdasarkan hasil pengamatan tampak bahwa
siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, secara umum, pembelajaran
multimodel yang berbasis CTL mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran.
8. Penelitian dilakukan oleh Haratua, dkk bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran fisika dalam pokok bahasan materi listrik arus searah. Penelitian dilakukan
kepada siswa SMP Negeri 9 Pontianak dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif
Model Generatif Berbasis CTL (Contexual Teaching and Learning). Melalui penelitian
ini diupayakan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam ranah kognitif yaitu
kemampuan melakukan penalaran sena ranah afektif dan psikomotor yaitu kemampuan
kerja ilmiah sehingga memiliki sikap ilmiah dan dapat berkolaborasi dengan orang lain.
Selama proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat berperan aktif dalam pembentukan
“meaning” sehingga dapat membangun pemahamannya dengan baik. Konsep yang
dipelajari juga menjadi lebih bermakna karena terkait dengan konteks kehidupan siswa
itu sendiri sehingga penelitian ini juga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I, pembelajaran
difokuskan pada tercapainya tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan konsep
rangkaian listrik arus searah, khususnya tentang konsep Hukum Ohm. Pembelajaran pada
Siklus I ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Penemuan I tentang Listrik Dinamis
dan Pertemuan II tentang Hukum Ohm. Adapun pada Siklus II, pembelajaran difokuskan
pada tercapainya tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan konsep
rangkaian listrik arus searah, khususnya tentang konsep Hukum Ohm. Pembelajaran pada
Siklus II ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan I tentang Penerapan
Hukum Ohm, Pertemuan II tentang Penyelesaian Soal yang Menggunakan Hukum Ohm,
dan Pertemuan III tentang Perencanaan dan Pelaksanaan Eksperimen tentang Hukum
Ohm. Setelah selesai dilakukan proses Pembelajaran Kooperatif dengan Model
Generatif’diperoleh hasil: (a) Hasil tes tentang pemahaman konsep Hukum Ohm
diperoleh skor rata rata 80,00 (dalam interval 60 dan 90) dalam skor maksimum 100,
sekitar 70,00% siswa tergolong tuntas. Ini diduga karena dalam pemahaman konsep
dimaksud, siswa dibawa langsung pada kondisi nyata yakni eksperimen di kelas. (b)
Hasil tes tentang Penerapan Hukum Ohm diperoleh skor rata rata 78,70 (dalam interval
47 dan 94) dalam skor maksimum 100. Hasil skor tes mencapai ketuntasan sebesar
97,00%.

Anda mungkin juga menyukai