PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila timbul per-ubahan
tingkah laku positif pada peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah direncanakan. Konteks ini pada da-sarnya bergantung pada guru
sebagai elemen penting dalam kegiat-an pembelajaran. Memang saat ini
sudah menjadi tidak lazim apa-bila seorang guru menjadi dominator keguatan
pembelajaran di ke-las, namun hal ini bukan berarti guru lepas tanggung
jawab terhadap keberhasilan siswanya dalam belajar.
Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut guru harus selalu proaktif
dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang dijumpai di kelas.
Sejalan dengan pernyataan di atas, saat ini upaya perbaikan pendidikan
dilakukan dengan pendekatan kons-struktivis. Oleh karena itu guru tidak
hanya sebagai penerima pembaharuan pendidikan, namun ikut bertanggung
jawab dan ber-peran aktif dalam melakukan pembaruan pendidikan serta
mengem-bangkan pengetahuan dan keterampilannya melalui penelitian tindakan dalam pengelolaan pembelajaran di kelasnya.
Paling tidak ada tiga alasan mengapa penelitian tindakan kelas (PTK)
atau classroom action research merupakan langkah yang tepat dalam upaya
memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidik-an. Ketiga alasan itu adalah:
1. Guru berada di garis paling depan dan terlibat langsung dalam
proses tindakan perbaikan mutu pendidikan tersebut.
2. Penelitian
pada
umumnya
dilakukan
para
ahli
di
perguruan
oleh peserta
oleh
pelaku
tindakan
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan
dan
berkesinambungan
atau
yang
meningkatkan
pada
dasarnya
praktik
pembela-jaran
melekat
secara
pe-nunaian
misi
profesional pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain, tujuan PTK
adalah untuk perbaikan dan pening-katan layanan profesional guru. Di
samping itu, sebagai tujuan pe-nyerta PTK adalah untuk meningkatkan
budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja di kelasnya sendiri.
Dalam
hubungannya
dengan
peningkatan
profesionalisme
guru,
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap
terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
3. Dengan
melaksanakan
tahapan-tahapan
PTK,
guru
mampu
yang
digunakan
harus
cukup
reliabel,
sehingga
meyakinkan,
mengembangkan
strategi
yang
dapat
merisaukannya,
dan
bertolak
dari
tanggung
jawab
F. TAHAP-TAHAP PTK
PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan Mc
Taggar, 1992) yaitu Planning (Rencana), Action (Tindakan), Observation
(Pengamatan), dan Reflection (Refleksi). Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Planning (Rencana)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru
sebelum
melakukan
sesuatu.
Diharapkan
rencana
tersebut
untuk
membangun
suatu
kesamaan
bahasa
dalam
yang
hasilnya
juga
akan
diperguna-kan
untuk
pengamatan
ini
merupakan
dasar
dilakukannya
refleksi
disini
meliputi
kegiatan:
analisis,
sintesis,
penafsiran
Hasil dari
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK
PTK merupakan proses pengkajian melalui sistema berdaur atau siklus
dari berbagai kegiatan pembelajaran. Menurut Raka Joni dan kawan-kawan
(1998), terdapat 5 (lima) tahapan dalam pelaksanaan PTK. Kelima tahapan
dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah:
1. Penetapan fokus masalah penelitian
2. Perencanaan tindakan perbaikan
3. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan Interpretasi
4. Analisis dan Refleksi
5. Perencanaan tindak lanjut
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi
pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang
baik terhadap proses dan / atau hasil belajar siswa, dan / atau implementasi
sesuatu
program
sekolah.
Bertolak
dari
kesadaran
mengenai
adanya
dilakukan
diagnosis
kemungkinan-kemungkin-an
penyebab
perbaikan
yang
akan
dicobakan.
Hasil
pencobaan
tindakan
perbaikan itu dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada kriteriakriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetap-kan sebelumnya.
dan
kepedulian
guru
dalam
pembelajaran
sangat
PTK
dalam
upayanya
untuk
mem-perbaiki
dan/atau
telah
dilakukan
mengidentifikasi
dalam
sisi-sisi
lemah
proses
yang
pembelajaran
mungkin
ada.
dalam
rangka
Dalam
proses
perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahankelemahan praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tanpa
disadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal potensi
PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini
mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses
pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus
benar-benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam
praktik
pembelajaran
yang
dikelolanya,
bukan
permasalahan
yang
tersebut telah ada dalam pikiran guru sebagai actor PTK, maka langkah
dapat dilanjutkan dengan mengembangkan beberapa pertanyaan sepeerti
dibawah ini:
memperoleh
sederet
permasalahan
melaui
proses
permasalahan
tersebut
untuk
menentukan
urgensi
buku
paket.
Menurut
Abimanyu
(1995)
arahan
yang
perlu
oleh
guru
dan
sekolah
(intrinsically
rewarding).
Maka
dicobakan
itu
juga
memberikan
arahan
kepada
guru
untuk
Misalnya
jika
kebiasaan
membaca
ditingkatkan
melalui
tindakan
merupakan
tindakan
yang
diduga
akan
dapat
hasil
kajian
tersebut
dapat
diperoleh
landasan
untuk
perlu
ditetapkan
cara
penilaiannya
sehingga
dapat
tepat
selama
program
tindakan
perbaikan
itu
diimplementasikan.
3) Pilih alternatif tindakan serta prosedur implemen-tasi yang dinilai
paling menjanjikan hasil optimal namun masih tetap ada dalam
jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam kondisi
dan situasi sekolah yang aktual.
4) Pikiran dengan seksama perubahan perubahan ( perbaikan
perbaiakn) yang secara implisit dan dijanjikan melalui hipotesis
tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa
maupun tehnik mengajar guru.
b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan
Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis
tindakan maka selanjutnya perlu dilakukan masing masing hipotesis
tindakan itu dari segi jarak yang terdapat antara situasi riil dengan situasi
ideal yang dijadikan rujukan. Sebab jika terdapat jarak yang terlalu sulit
untuk mengupayakan perwujudannya, maka tindakan yang dilakukan tidak
akan membuahkan hasil yang optimal. Oleh karena itu kondisi dan situasi
yang dipersyaratkan untuk penyelenggaraan sesuatu tindakan perbaikan
dalam rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian sehingga masih ada
dalam batas batas baik kemampuan guru senada dukungan fasilitas yang
tersedia di sekolah maupun kemampuan rata rata siswa untuk
mencernakannya. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK guru hendaknya
cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah
dimana ia berada dan melaksanakan tugasnya.
Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empiris. Ini berarti bahwa
baik proses implementasi tindakan yang dilakukan maupun dampak yang
diakibatkannya dapat teramati oleh guru yang merupakan aktor PTK
maupun mitra kerjanya. Sebagian dari gejala gejala yang dapat diamati
itu dapat diberikan secara kualitatif. Namun yang paling penting gejala
gejala tersebut harus dapat divertifikasi oleh pengamat lain, apabila
diperlukan.
Pada gilirannya, untuk melakukan tindakan agar menghasilkan
dampak/hasil
sebagaimana
diharapkan
diperlukan
kajian
mengenai
penunjang.
Selanjutnya
selain
persyaratan
4) Melakukan
menguji
simulasi
pelaksanaan
keterlaksanaan
menumbuhkan
serta
tindakan
rancangan,
mempertebal
perbaikan
sehingga
keper-cayaan
diri
untuk
dapat
dalam
atau
alat
bantu.
Perlu
dicatat
adalah
kadar
yang terakhir
ini dilakukan,
secara
bersama-sama
oleh
aktor
tindakan
mengacu
kepada
penerapan
sasaran
serta
data,
yakni
proses
penampilan
data
secara
lebih
maka
dilakukan
tindakan
perbaikan
lanjutan
dengan
itu
sangat
bermanfaat
untuk
perkembangan
profesional
seseorang.
e. Kaitkan
penelitian
kelas
anda
dengan
prioritas
rencana
tindakan
dilangsungkan,
jika
yang
akan
diperlukan
dilakukan
dan
cantumkan
dimana
penanda
penelitian
waktu
catur
wulan/semester/tahun ajaran.
Contoh:
Aplikasi Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) Dapat
Meningkatkan
Pembelajaran
Sosiologi
pada
Kelas
XII
IPS
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan proses yang akan dilaku-kan atau
kondisi yang diinginkan setelah dilaksanakan PTK.
Contoh:
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sosiologi melalui
pendekatan Problem-Based Learning pada kelas XII IPS Madrasah
Aliyah Negeri 2 Surakarta.
2. Untuk mengetahui tingkah laku yang menyertai peningkatan
pembelajaran Sosiologi melalui pendekatan Problem-Based
Learning pada kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta.
e. Manfaat Hasil Penelitian
Contoh:
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan kompetensi dan aktivitas pembelajaran para
siswa kelas XII IPS Madrasah Aliyah Negeri 2 Surakarta.
2. Dapat menganalisis perubahan tingkah laku yang menyertai
peningkatan pembelajaran Sosiologi melalui perlakuan khusus
pendekatan Problem-Based Learning.
3. Kajian pustaka
Kajian
pustaka
berisikan
ulasan-ulasan
teoritis
dengan
konsep
Penelitian ini berbasis kelas dengan lokasi kelas XII IPS Madrasah
Aliyah Negeri 2 Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Akan dilaksanakan
tahun 2005 2006 yang melibatkan siswa berjumlah 40 siswa.
b. Subyek Penelitian
Contoh:
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 2
Surakarta tahun pelajaran 2005 2006 yang berjumlah 40 siswa,
sebagaimana digambarkan dalam tabel (lampiran).
c. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Contoh:
Instrumen pengumpulan data dalam PTK ini ada dua, yaitu instrumen
tes dan nontes:
1. Tes
Tes
digunakan
pembelajaran
untuk
konsep
mengetahui
modernisasi
tingkat
sesaat
kemampuan
setelah
proses
dalam
penguasaan
konsep
modernisasi
dalam
ini
melaksanakan
dimaksudkan
tes
tertulis
agar
secara
peneliti
objektif
lebih
untuk
mudah
mengukur
Non Tes
Teknik non tes yang dipilih pada penelitian ini ada 3 yaitu
observasi, wawancara, dan jurnal. Observasi digunakan untuk
mengetahui
tentang
respon
dan
sikap
siswa
terhadap
respon dan sikap siswa terhadap pendekatan PBL, dan siswa yang
menunjukkan gejala khusus dalam penerapan pendekatan PBL.
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap
siswa dalam pelaksanaan pendekatan PBL, penyebab siswa
kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dan
motivasi yang menjadikan siswa bersemangat mengikuti proses
pendekatan PBL.
Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul
dan tercatat atau terekam pada saat penerapan pendekatan PBL
baik yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan
perbaikan pada siklus berikutnya
d. Validitas Data
Contoh:
Hasil
belajar
(nilai
tes)
yang
divalidasi
instrumen
tes
kualitatif.
membandingkan
Hal
data
ini
dapat
hasil
dicapai
pengamatan
dengan
dengan
jalan:
data
(1)
hasil
dengan
apa
yang
dikatakan
secara
pribadi,
(3)
apa
yang
dikatakannya
sepanjang
waktu,
(4)
dan
pandangan
orang
di
berbagai
tingkatan,
(5)
e. Analisis Data
Contoh :
Teknik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian ini
adalah teknik deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan
menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa
dirata-rata
untuk
menemukan
tingkat
pemahaman
konsep
manfaat
berupa
perbaikan
praksis
yang
meliputi
hal-hal
yang
telah
tercapai
menjadi
bahan
dalam
kinerja
dari
data
kualitatif
ditetapkan
bahwa
DAFTAR PUSTAKA
Hopkins, David, (1992). A Teacher,s Guide to Classroom Research. Milton
Keynes: Open University.
Kemmis, Stephen. & Mc. Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner.
Victoria: Deakin University Press.
Kardi, S., (2000). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri
Surabaya PSMS Pascasarjana.
Nur, Mohamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas (konsep dasar dan langkahlangkah PTK). Kumpulan Makalah Teori Pembelajaran MIPA. Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Negeri Surabaya PSMS Pascasarjana.