Anda di halaman 1dari 5

A.

Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang `nyambung` dan dapat menimbulkan
`kesegaran` bagi para pembaca atau pendengar tuturan. Itu artinya bahwa
kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan
yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang
lain. Kalimat efektif juga harus menonjolkan pikiran utama dengan
memperhatikan penekanan, kesejajaran, kehematan, keterbacaan, dan
kevariasian. Kalimat efektif merupakan kalimat yang bukan hanya
memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi
juga harus hidup, segar mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan
daya khayal pada diri pembaca.a
Ada dua pokok bahasan yang harus dipahami mengenai kalimat efektif,
yakni persyaratan kalimat efektif dan kiat mengembangkan kalimat
efektif.
B. Persyaratan Kalimat Efktif
Menurut Widdowson (1979:23) ada dua persyaratan yang harus dipenuhi,
yakni persyaratan kebenaran struktur (correctness) dan persyaratan
kecocokan konteks (appropriacy).
1. Persyaratan Kebenaran Struktur
Kalimat efektif dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu
dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat. Contoh (1) berikut
bukanlah kalimat karena tidak mengikuti kaidah struktur, contoh (2)
adalah kalimat yang masih mengandung kesalahan struktur, sedangkan
contoh (3) adalah kalimat yang mengikuti kaidah struktur tanpa
kesalahan.
(1) Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaanya agar
anggota semuanya hadir.
(2) Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaanya agar
anggota semuanya hadir.
(3) Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua
anggota dapat hadir.
Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-
unsurnya memiliki hubungan yang jelas. Dengan hubungan fungsi
yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas.
Pada tataran frasa, dapat dibedakan makna tadi pagi dan pagi tadi,
ayah almarhum dan almarhum ayah, usulan dana dan dana
usulan berdasarkan hukum D-M. Unsur yang di depan pada setiap
frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang
menjadi unsur atribut atau penjelas.
Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaksis
seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan juga
harus jelas. Kalimat berikut walaupun sering ditemukan dan
didengar dalam penggunaan bahasa, melanggar kaidah struktur
karena hubungan antarfungsi sintaksisnya tidak jelas.
Kepada hadirin dimohon berdiri!
Kalimat diatas terdiri atas tiga unsur fungsi, yakni kepada hadirin,
dimohon, dan berdiri. Hubungan ketiga unsur tersebut tidak jelas
karena tidak dapat dicari fungsi subjeknya, walaupun dapat
ditemukan predikatnya, yakni dimohon dan unsur berdiri.
Dengan predikat itu, unsur kepada hadirin jelas bukan fungsi
subjek. Bahkan, kalimat tersebut tidak logis dengan pembuktian
bahwa yang dimohon berdiri adalah kepada hadirin. Kalimat
menjadi logis jika yang dimohon berdiri adalah hadirin. Dengan
kata lain, subjek haruslah unsur kalimat yang berupa nomina atau
frasa nomina, bukan frasa preposisional. Dengan menghilangkan
preposisi kepada, hubungan fungsi antarunsur menjadi jelas,
seperti pada contoh berikut.
(1) Hadirin dimohon berdiri!
(2) Hadirin kami mohon berdiri!
 Frasa preposisional hanya berfungsi sebagai keterangan atau pelengkap
penyerta, misalnya dalam kalimat berikut.
(1) Kepada hadirin, kami ucapkan terima kasih!
Uraian diatas membuktikan bahwa kesalahan struktur dapat
berdampak pada kebenaran isi kalimat.
Salah satu kesalahan struktur yang banyak ditemukan
dalam pemakaian bahasa Indonesia adalah penggunaan
preposisi. Perhatikan pemakaian preposisi yang salah pada
kalimat dibawah ini.
(1) Bagi mahasiswa dipersilakan masuk!
(2) Dalam makalah ini membahas arus udara.
(3) Ia membicarakan tentang hal itu.
Kalimat (1), (2), dan (3) dikatakan salah karena bagi
pada kalimat (1) dalam pada kalimat (2) dan tentang
pada kalimat (3) kehadirannya bersifat opsional.
Preposisi sebagai frase eksosentrik, maksudnya
pemakaian preposisi yang bisa dihilangkan apabila
dipakai tidak gramatikal (salah). Kalimat (1), (2), dan
(3) seharusnya dibetulkan menjadi kalimat (4), (5), dan
(6) berikut.
(4) Seluruh mahasiswa dipersilakan masuk!
(5) Makalah ini membahas arus udara.
(6) Ia membicarakan hal itu.
Selain itu, sering pula dijumpai kesalahan struktur verba
pasif. Salah satu struktur verba pasif adalah kata ganti
orang + verba dasar (kan). Pelanggaran struktur verba
dasar sering kita temukan seerti pada contoh kalimat
salah berikut.
(a) Buku itu saya sudah berikan kepada mereka
Kata sudah di antara kata saya dan berikan adalah
unsur yang kehadirannya merusak unsur struktur
verba pasif, kata sudah, belum, telah, sedang dan
baru adalah kata aspek yang seharusnya di awal
subjek pasif atau subjek aktif, sehingga seharusnya
menjadi sudah saya berikan, belum saya berikan,
telah saya berikan, sedang saya berikan, baru saya
berikan. Kalimat (a) seharusnya diubah menjadi
kalimat (b) berikut.
(b) Buku itu sudah saya berikan kepada mereka.
2) Persyaratan Kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang
mengatur ketepatan kalimat dalam konteks. Kalimat
pada (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi
persyaratan kebenaran, tetapi hanya pada contoh (1)
dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.
(1) Belum ada hujan di daerah yang megalami
kekurangan air itu. Gerimis pun tak pernah ada.
(2) Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah
ada.
(3) Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis
pun tak pernah ada.
(4) Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua
kali hujan. Gerimis pun tak pernah ada.
Kita dapat mencocokan struktur informasi
dalam melihat kecocokan tersebut. Jika dalam
tuturan pendahulu ada informasi yang sudah
diketahui bersama, informasi itu harus dipahami
sebagai informasi lama dan dikemukakan
sebagai pangkal tolak tuturan,
Kecocokan tidak hanya ditentukan oleh konteks
kebahasaan, yakni konteks yang berupa kalimat
sebelumnya. Konteks nonkebahasaan juga
sangat menentukan kecocokan itu. Kalimat
berikut ini memiliki konteks penggunaan yang
berbeda. Kalimat diungkapkan di depan orang
yang hubungannya dengan penutur berbeda.
(1) Silakan minum, pak!
(2) Minumlah!
(3) Minum!
C.

Anda mungkin juga menyukai