Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HAMBATAN MEMBACA PERMULAAN dan LANJUTAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Anak
Dengan Berkesulitan Belajar Khusus

Dosen Pengmpu : Abdul Rahim, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2021
ii

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga makalah “Hambatan
Membaca Permulaan dan Lanjutan” dapat terselesaikan. Tidak lupa sholawat dan
salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan tersusunnya makalah ini kami berharap dapat memenuhi


kebutuhan khususnya para pengajar, sebagai sarana untuk mempermudah
mendidik para anak dan keluarganya dalam rangka belajar membaca menulis
permulaan dengan baik

Demikian makalah ini kami buat, Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat untuk kita. Kami selaku penyusun mohon maaf apabila dalam makalah
ini terdapat banyak kesalahan, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari
para pembaca, agar makalah ini lebih sempurna

Yogyakarta, 12 September 2021

Penulis

ii
iii

Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Membaca Menulis Permulaan.......................................................3

B. Membaca Permulaan.......................................................................................3

C. Menulis Permulaan........................................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................21

A. Kesimpulan..............................................................................................21

B. Saran........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketrampilan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena
ketrampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa
di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-
mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca
dan menulis mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dan menulis dengan
baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk
semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan
memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-
buku bahan penunjang, dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Selain itu
siswa akan mengalami kesulitan dalam mencatat. Akibatnya, kemajuan
belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak
mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.

Ketrampilan membaca permulaan dan lanjutan ini sangat penting, untuk itu
sebagai guru kita harus mampu mengidentifikasi kesulitan-kesulitan membaca
permulaan yang dihadapi oleh siswa. Identifikasi ini bertujuan agar kita bisa
mengatasi kesulitan membaca permulaan yang dihadapi oleh siswa. Sehingga
anak yang berkesulitan membaca ini dapat membaca dengan lancer dan benar

Guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan


membaca siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru sebagai
fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup
menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan, mengembangkan pribadi siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini disajikan judul:
“Hambatan Membaca Permulaan dan Lanjutan”

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan membaca permulaan di


sekolah dasar ?
2. Apa saja problematika membaca permulaan di sekolah dasar ?
3. Bagaimana alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
membaca permulaan dan lanjutan di sekolah dasar ?

C. Tujuan
Beracuan dari perumusan masalah tersebut, dapat dirumuskan tujuan sebagai
berikut.

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan membaca


permulaan dan lanjutan di sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui hambatan membaca permulaan dan lanjutan di sekolah
dasar.
3. Untuk mengetahui alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut di sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Membaca Permulaan


Menurut Stainberg dalam (Ahmad Susanto, 2011:83) membaca
permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak
sekolah dengan mengenalkan huruf huruf vocal (a, I, u, e, o) sebagai dasar
indicator. Program ini terdiri dari kata kata yanf memiliki makna dan
diberikan secara menarik. Sedangkan menurut Abdul Jalil(2005 : 7) dalam
…. Mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses membina peserta
didik mulai dari pengenalan huruf sebagai lambang bahasa. Jadi menurut
kelompok kami membaca permulaan merupakan program pembelajaran
yang diorientasikan kepada kemampuan membaca permulaan di kelas-
kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada
tahap awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan
menulis permulaan merupakan menu utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada
kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf.
Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang
tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi
tersebut.

B. Membaca Permulaan

1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan


Membaca Permulaan

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak


(Spodek dan Sacacho, 1994). Adapun tujuan pembelajaran membaca
permulaan di kelas rendag adalah agar  siswa dapat membaca kata-kata

iv
4

dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud,


1994/1995:4). Dalam praktek lapangan, banyak kita jumpai pada anak
usia Sekolah Dasar, terutama di kelas rendah masih terhitung banyak
siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca bacaan. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang berasal
dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri
pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan
kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan
faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari
lingkungan baca.

a. Faktor Internal

1) Minat baca

Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap


suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih
dengan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat
keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca
anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk
membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan
motivasi dan bimbingan pada diri siswa.

2) Motivasi

Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika


dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses
pembelajaran berfungsi untuk:

a. fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa


belajar,
b. fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa
dilakukan setelah berakhirnya pengajaran,
c. fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah
pada prestasi yang akan datang,
5

d. fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan


hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang
menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115)
e. .

3) Kepemilikan Kompetensi Membaca

Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca,


berbicara,  menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca
diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca
berkaitan dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian
kata, makna atau maksud dan, pemahaman terhadap makna atau
maksud. Jika kegiatan membaca tidak  dilakukan secara teratur
maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang
dengan sendirinya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan


baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus
menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan
sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang
menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar.
Lingkungan baca sangat mempengaruhi  tingkat keberhasilan
membaca anak. Lingkungan baca anak yang  menyenangkan akan
memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam
membaca.

2. Problem Umum yang dihadapi Anak dalam Membaca dan Cara


Mengatasinya

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan


pada anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan
hubungan bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun
ketidakmampuan anak memahami isi bacaan. Berikut ini kesulitan –
6

kesulitan yang umumnya dihadapi anak dalam belajar membaca


permulaan :
Ada 3 kategori permasalahan dalam belajar membaca permulaan, yakni :

a. Kategori pramembaca

1) Kurang mengenali huruf


Kesulitan yang berupa ketidakmampuan anak mengenali huruf-
huruf dalam alfabetis seringkali dijumpai oleh guru.
Ketidakmampuan anak membedakan huruf besar dan kecil
termasuk dalam kategori kesulitan ini. Untuk memastikan apakah
anak mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan
melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal
dengan menggunakan tes pengenalan huruf.
Upaya yang ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami
jenis kesulitan ini dapat berupa :
a) Huruf dijadikan bahan nyanyian
b) Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk
( karakteristiknya) , khususnya huruf-huruf yang memiliki
kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).
b. Kategori Membaca Bersuara
1) Membaca kata demi kata
Anak yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah
membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya.
Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh :
a) Gagal menguasai ketrampilan pemecahan kode ( decoding )
b) Gagal memahami makna kata
c) Kurang lancar membaca
Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari
kegiatan membaca. Akan tetapi jika anak tidak mengalami
kemajuan dalam hal tesebut, maka dia termasuk kategori anak yang
menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang anak
yang mengalami kesulitan tersebut dapat ditempuh dengan
pengamatan.
7

Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi anak yang mengalami


jenis kesulitan ini adalah :
a) Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah.
b) Suruh anak menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
c) Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa
kata maka perlu pengayaan kosa kata.
d) Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata,
rekamlah kegiatan anak membaca dan putarlah hasil rekaman
tersebut.
2) Pemfarafrasean yang salah
Dalam membaca, anak sering kali melakukan pemenggalan
(berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak
memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan
ini tidak diatasi, anak akan mengalami banyak hambatan dalam
proses membaca yang sebenarnya.
Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara,
yaitu :
a) Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak terhadap
makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata
dan latihkan cara membacanya.
b) Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang
tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara
membacanya.
c) Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk
membacanya. Selanjutnya ajaklah anak-anak untuk menuliskan
tanda baca pada paragraf tersebut.
3) Miskin pelafalan
Ketidaktepatan anak melafalkan sebuah kata termasuk dalam
kategori kesulitan ini. Problem yang dihadapi pembaca tingkat
lanjut banyak disebabkan oleh faktor ini. Faktor penyebab
kesulitan ini dapat berupa : anak tidak menguasai bunyi-bunyi
bahasa (fonem), anak mengetahui bunyi-bunyi bahasa tetapi tidak
8

dapat menggunakannya, keterampilan anak sangat berkurang, anak


memiliki gangguan dalam hal pendengaran atau pengucapan.
Untuk mengatasi kesulitan ini, guru dapat menggunakan cara-cara
berikut :
a) Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara
tersendiri.
b) Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat,
berikan latihan khusus pengucapan kata-kata tertentu yang
dipandang sulit.

Bagi anak yang mengalami masalah dengan pendengaran atau alat


ucapnya, cara yang dapat digunakan untuk mengatasinya dapat
dikemukakan sebagai berikut :

a) Ajarkanlah bunyi-bunyi yang dianggap sulit oleh anak


(gunakan model pasangan minimal), fokuskan pada bunyi yang
berbeda, pastikan bahwa anak dapat mengucapkannya dengan
tepat, gunakan dalam kalimat).
b) Gunakan teknik permainan untuk mengajarkan bunyi-bunyi
tersebut.
4) Penghilangan
Yang dimaksud dengan kesulitan penghilangan ini adalah anak
menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks yang
dibacanya. Penghilangan kata atau frasa ini biasanya disebabkan
oleh ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang
membentuk kata.
Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut:
a) Lakukan koreksi secara tidak langsung (misalnya disuruh
membaca ulang) terhadap anak yang memiliki kebiasaan
menghilangkan kata atau frasa dalam membaca.
b) Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.
c) Berikan latihan membaca kata atau frasa.
5) Pengulangan
9

Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga


disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai
huruf-bunyi, atau rendah ketrampilannya. Untuk mengatasi
kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut:
a) Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca
merupakan kebiasaan buruk.
b) Kenali jenis kata yang sering diulang.
c) Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan.
6) Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan
menggunakan orientasi dari kanan kekiri. Kata tebu dibaca ubet.
Selain itu, pembalikan dapat juga terjadi dalam menyembunyikan
huruf. Huruf b dibaca d, huruf p dibaca g, dan seterusnya.
Kesulitan ini sering kali dihadapi oleh anak kidal yang memiliki
kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam
membaca dan menulis. Selain itu, rendahnya penguasaan huruf-
bunyi juga menjadi penyebab munculnya kesulitan ini. Untuk
mengatasi kesulitan ini dapat ditembuh dengan cara-cara berikut :
a) Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahas yang
menggunakan system alfabetis) menggunakan orientasi dari
kiri ke kanan.
b) Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf –bunyi,
siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa untuk
dilatihkan.
c) Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang
berrmakna, misalnya huruf p dan b dilatihkandengan
menggunakan kata pagi dan bagi.
7) Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frasa dalam kalimat
yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca.
Misalanya, anak menambahkan kata seorang dalam kalimat
seorang anak sedang bermain. Untuk mengatasi masalah ini dapat
10

dilakukan dengan cara suruh anak membaca pelan-pelan dan


mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam
membaca.

8) Penggantian
Kebiasaan mengganti suku kata dengan kata lain dapat disebabkan
oleh ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu
makna dari kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak mampu
membaca kata mengunyah, maka dia menggantikan dengan kata
makan.untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan cara
berikut :
a) Gunakan bahan bacaan yang termasuk kategori mudah
b) Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak
c) Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.

9) Menggunakan Gerak Bibir, Jari telunjuk, dan Menggerakkan


Kepala
Kebiasaan anak yang menggerakkan bibir, menggunakan jari
telunjuk, dan menggerakan kepala dia sewaktu dia membaca dalam
hati dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.
Untuk mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakan bibir
sewaktu membaca dalam hati dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a) Suruh anak menggumamkan suatu kalimat, selanjutnya suruh
anak untuk mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa
menggumam.
b) Jelaskan pada anak bahwa membaca dengan cara menggumam
dapat menghambat keefektifan membaca.
Menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam
membaca, lakukan kegiatan berikut :
a) Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata
11

b) Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas


c) Latihkan teknik membaca frasa
d) Peringatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuknya
dalam.

c. Pemecahan kode ( Decoding )

1) Kesulitan Konsonan
Anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi
konsonantertentu dan huruf yang melambangkan konsonan
tersebut. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi
kesulitan anak mengucapkan konsonan.
a) Kembangkan kemampuan anak dalam mendengarkan
konsonan yang dipandang sulit. Misalnya konsonan d, tuliskan
kata-kata yang dimulai dengan konsonan d (depan, adat,
dapat, diri,dsb.), dan lingkarilah huruf d yang terdapat dalam
kata-kata tersebut.
b) Ajaklah anak memperhatikan bentuk huruf yang mewakili
konsonan tersebut.
c) Suruh anak mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya
terkandung konsonan tersebut.
d) Latihlah anak mengucapkan kata-kata yang di dalamnya
terkandung konsonan tersebut.

2) Kesulitan Vokal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu
huruf, Misalnya, huruf i selain melambang bunyi i juga
melambangkan é (dalam kata titik, kancil, dinding, dsb ). Huruf e
dapat melambangkan bunyi e ( dalam kata sering, lebih, setengah,
dsb) juga melambangkan é ( dalam kata kota Serang, selera,
belerang, lentera, dsb), dan melambangkan bunyi è (dalam kata
deret, mobil derek, melek, cewek, dsb). Huruf huruf yang
12

melambangkan beberapa bunyi seringkali merupakan sumber


kesulitan bagi anak dalam membaca. Cara-cara berikut dapat
digunakan untuk mengatai kesulitan anak dalam memahami dam
mengucapkan bunyi vokal.
a) Tanamkan pengertian dalam diri anak bahwa huruf-huruf
tertentu dalam melambangkan lebih dari satu bunyi, misalnya
huruf i dapat melambangkan bunyi i dan é , huruf e dapat
melambangkan bunyi e, é, dan è.
b) Berikan contoh huruf i yang melambangkan bunyi i dan é,
huruf e yang melambangkan bunyi e, é, dan è dalam kata-kata.
c) Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya
terkandung huruf i yang melambangkan bunyi i dan é, huruf e
yang melambangkan bunyi e, é, dan è.

3) Kesulitan kluster, diftong, dan digraf


Meskipun jumlahnya terbatas, dalam bahasa indonesia dapat
dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih),
diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang
melambangkan satu bunyi). Kluster, diftong, dan digraf seringkali
merupakan sumber kesulitan bagi anak yang sedang belajar
membaca. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut.
a) Kenalkan kluster (misalnya: st, kl, gr, pr, sw, dst.), diftong
(misalnya: ai, oi, dan ui), dan digraf (misalnya: sy, ng, kh dan
ny) dalam kata atau kalimat.
b) Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong
dan digraf di papan tulis, dan peragakan cara pengucapannya.
c) Mintalah anak untuk mengumpulkan kata kata yang di
dalamnya terkandung kluster, diftong dan digraf.
d) Suruh anak membacakan kata-kata yang telah
dikumpulkannya.
4) Kesulitan menganalisis struktur kata
13

Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata


yang membangun suatu kata. Sebagai akibatnya, dia tidak dapat
mengucapkan kata yang dibacanya. Kesulitan ini seringkali
disebabkan oleh ketidak tahuan anak terhadap kata dasar dari suatu
kata, pemenggalan kata kedalam suku kata ( khususnya kata yang
dipungut dari bahasa asing), serta imbuhan yang terdapat dalam
kata tersebut.
Cara-cara berikut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan
dalam menganalisis struktur kata.
a) Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk
diucapkan oleh anak.
b) Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan
memanfaatkan metode SAS.
c) Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan
membacanya.

5) Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara


Mengucapkannya

Ketidakmampuan anak mengenali makna kata dalam kalimat dan


cara pengucapannya disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya :
kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur
kata, dan kurangya penguasaan unsure konteks (kalimat dan
hubungan antar kalimat). Dalam beberapa kasus, anak memahami
makna kata baca, akan tetapi setelah kata tersebut digunakan dalam
kalimat (misalnya Toni membacakan cerita untuk adiknya).
Beberapa cara berikut dapat dipertimbangkan untuk membantu
anak yang mengalami kesulitan mengenali makna kata dalam
kalimat :
a) Ambil satu kata dan daftarlah kata turunannya (misalnya kata,
baca : membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan,
dan terbaca).
14

b) Ambillah suatu bacaan (dari buku pelajaran atau sumber yang


lain).
c) Ajaklah anak mengenali kata baca dan turunannya yang
terdapat ke dalam bacaan tersebut.
d) Ajaklah anak untuk memaknai kata baca dan turunannya yang
terdapat ke dalam bacaan tersebut.
e) Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis,
gambar,makan,lari,dsb.) dan lakukan kegiatan seperti yang
dikemukakan di atas.
15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesulitan Membaca
Faktor yang menyebabkan anak kesulitan membaca berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat baca,
motivasi, dan kepemilikan kompetensi membaca. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari faktor lingkungan.
Problem Umum yang dihadapi Anak dalam Membaca yaitu :
a. Kategori pramembaca yaitu : Kurang mengenali huruf
b. Kategori Membaca Bersuara :
(1)Membaca kata demi kata (2)pemfarafrasean yang salah (3)miskin
pelafalan (4)penghilangan (5)pengulangan (6)pembalikan
(7)penyisipan (8)penggantian (9)menggunakan gerak bibir (10)jari
telunjuk dan menggerakkan kepala.
c. Pemecahan kode ( Decoding ) :
(1)Kesulitan konsonan (2)kesulitan vokal (3)kesulitan kluster,
diftong, dan (4)digraph kesulitan menganalisis struktur kata (5)tidak
mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.
Cara mengatasi anak yang berkesulitan membaca yaitu dengan rajin
berlatih, dengan menggunakan metode permainan, secara bertahap dari
yang mudah ke yang sulit, dan seterusnya.

B. Saran
a. Guru harus mempunyai pengamatan yang sensitive dalam
mengidentifikasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
b. Guru perlu meningkatkan dan pengembangan kompetensi dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca permulaan.
c. Guru perlu mengembangkan kemampuan untuk dapat menggunakan
media-media pembelajaran yang menarik dan dapat memberikan
pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca dan menulis anak.
16

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa.
Jakarta: Depdiknas.
Ellis, A; Pennau, J; Standal, T; & Rummel, MK. 1989. Elementary Language Arts
Instruction. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Harris, AJ dan Sipay, ER. 1980. How to Increase Reading Ability. New York:
Longman Inc.
Huck, CS. 1987. Children Literature in The Elementary School. Fort Worth: Holt,
Rinehart and Winston Inc.

Mumiro. (2015). Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Menulis Permulaan


Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah. Diambil pada Oktober 1,
2015,dari Mumiro: www.mumiro.com

Susanto, H. (2013, Juni 7). Bimbingan Anak Berkesulitan Belajar Menulis.


Diambil pada Oktober 1, 2015, dari Wong Kapetakans:
www.kapetakans.com

Zuchdi, D dan Budiasih. 1996/1997. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas


Rendah. Jakarta: Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai