Anda di halaman 1dari 20

MODUL 2

Keterampilan Menyimak
KEGIATAN BELAJAR 1

Keterampilan Menyimak Permulaan

A. PENGERTIAN MENYIMAK

Silakan pahami di antara peristiwa di bawah ini, manakah yang


termasuk menyimak?

Peristiwa 1
Pernahkah Anda mendengar seseorang berteriak, tetapi
Anda tidak menghiraukannya. Misalnya “Sayuuuuuur......
sayuuuuuur siapa

mau membeli sayur?” Ketika itu Anda sedang asyik membaca


buku sambil mengerjakan tugas. Dalam hati berbicara bahwa
sebenarnya Anda ingin sekali membeli sayuran tersebut, namun
pekerjaan belum selesai.

Peristiwa 2
Pernah terjadi Neng Ina sedang memasak sambil
mendengarkan lagu dari radio. Kepalanya bergoyang-goyang.
Bukan hanya itu ia pun turut menyanyikan lagu tersebut. Ia tidak
menyahut ketika ibunya memanggil namanya. “Neng Ina. mau
ikut ke toko buku nanti pukul 5

sore sambil jalan-jalan?” Saat itu tidak ada sahutan. Ibunya


penasaran. “Pantas saja tidak menjawab pertanyaan ibu! Asyik
sekali menyanyi.” Sambil geleng-geleng kepala ibu bergumam
dan tersenyum. Kemudian menepuk bahu Neng Ina.
kuning menyorot dari langit menghantam setan penghuni hutan
sekaligus melenyapkannya.

Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Di istana, Prabu


Dewata Cengkar sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak
membawa korban untuk sang Prabu.

Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cengkar


dan menyerahkan diri untuk disantap oleh sang Prabu dengan
imbalan tanah seluas serban yang digunakannya.

Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji


Saka, serban terus memanjang sehingga luasnya melebihi luas
kerajaan Prabu Dewata Cengkar. Prabu marah setelah
mengetahui niat Aji Saka sesungguhnya adalah untuk
mengakhiri kelalimannya.

Ketika Prabu Dewata Cengkar sedang marah, serban Aji


Saka melilit kuat di tubuh sang Prabu. Tubuh Prabu Dewata
Cengkar dilempar Aji Saka dan jatuh ke laut selatan kemudian
hilang ditelan ombak.

Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang


Kamulan. Ia memboyong ayahnya ke istana. Berkat
pemerintahan yang adil dan bijaksana, Aji Saka menghantarkan
Kerajaan Medang Kamulan ke jaman keemasan, jaman saat
rakyat hidup tenang, damai, makmur, dan sejahtera.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak
adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang bunyi bahasa lisan
dengan penuh perhatian sehingga pendengar mampu menangkap,
mengolah, dan memahami makna pesan bunyi bahasa lisan. Seperti yang
diungkapkan Tarigan, “mendengar adalah suatu proses menerima bunyi
bahasa tanpa adanya unsur kesengajaan, perhatian, dan pemahaman.
Sementara itu, menyimak adalah suatu proses mendengarkan bunyi
bahasa tersebut menjadi bermakna” (Tarigan, 2008:5).

Setiap kegiatan pasti mengandung tujuan. Apabila Saudara


pergi ke pasar, tentu saja ada tujuannya, betulkan? Misalnya ingin
membeli beras, minyak goreng, buku, pensil, pulpen, dan
penggaris. Demikian pula dalam menyimak mempunyai tujuan.
Tarigan (2008:60) mengemukakan ada delapan tujuan menyimak,
yaitu menyimak:
1. untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar
memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara;
2. untuk menikmati keindahan audial;
3. untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar
dapat menilai sesuatu yang disimak;
4. untuk mengapresiasi, yaitu menyimak agar dapat menikmati
serta menghargai sesuatu yang disimaknya;
5. untuk mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan atau
perasaan- perasaan kepada orang lain dengan lancar dan
tepat;
6. dengan maksud untuk dapat membedakan bunyi-bunyi yang
tepat;
7. untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis;
8. secara persuasif, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat selama ini yang dia
ragukan.

Menurut Djago Tarigan (Ade Hilma, 2006:10), tujuan menyimak


terdiri atas enam tujuan, sebagai berikut.
1. Mendapatkan fakta.
2. Menganalisis fakta.
3. Mengevaluasi fakta.
4. Mendapatkan inspirasi.
5. Menghibur diri.
6. Meningkatkan kemampuan berbicara.

B. FUNGSI MENYIMAK

Berikut ini, beberapa fungsi menyimak (catur-guna simak) H.G.


Tarigan (2008:55).
1. Agar dapat memberikan responsi yang tepat.
2. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi.
3. Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk
akal.
4. Membuat hubungan antarpribadi lebih efektif.

C. JENIS-JENIS MENYIMAK

Secara garis besar menyimak dibagi menjadi dua jenis (Tarigan,


1986:35), yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif.

1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru.
Pada umumnya, menyimak ekstensif dapat dipergunakan bagi dua tujuan
yang berbeda. Contohnya adalah menyimak yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang
di pasar, dan menyimak pengumuman. Menyimak ekstensif meliputi:
a. Menyimak sosial
Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional
(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous
listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat
orang-orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang
menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan
satu sama lain untuk melihat responsi-responsi yang wajar, mengikuti
hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa-apa
yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan (Dawson [et
all], 1963: 153).
b. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis
kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan
secara ekstensif (extensive listening).

c. Menyimak estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut
menyimak apresiatif (apprecitional listening) adalah fase
terakhir dari menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam
menyimak ekstensif.

d. Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya
sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat
belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar
kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.

2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar
dapat menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif
diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang
dipahami secara lisan maupun tulis.
a. Menyimak kritis
Menyimak kritis, yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan
penilaian secara objektif mengenai kebenaran informasi yang
disimak. Definisi lain menurut Tarigan menyimak kritis, yaitu
sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari
kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir- butir yang baik
dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-
alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat.
b. Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga
disebut
a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis
telaah.

c. Menyimak kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan
dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan
rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi,
penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan atau dirangsang oleh apa- apa yang disimaknya
(Dawson [et all], 1963: 153).
d. Menyimak eksplorasif
Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik atau
exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih
sempit.
e. Menyimak interogatif
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan
seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang
pembicara karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak
mungkin pertanyaan.
f. Menyimak Selektif
Menyimak selektif, yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan
perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.

3. Ciri-ciri Menyimak Intensif


Menurut Kamidjan dan Suyono (2002:12), berikut ini beberapa ciri
yang harus diperhatikan dalam menyimak intensif.
a. Menyimak Intensif adalah menyimak pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek.
Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu
bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah
menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan
kegiatan menyimak intensif bertujuan untuk memahami makna bahan
yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan menyimak
ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan
sebagainya. Menyimak intensif prioritas utamanya adalah memahami
makna pembicaraan.
b. Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memusatkan semua perhatian, baik pikiran,
perasaan, ingatan, dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam
menyimak intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang
disimak. Agar menyimak dapat dilakukan dengan konsentrasi yang
tinggi, perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain, menjaga
pikiran agar tidak terpecah, perasaan tenang dan tidak bergejolak,
perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, penyimak harus
mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan
menyimak, baik internal, maupun eksternal.
c. Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi
formal (resmi), misalnya ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan
sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut
adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih
menekankan pada makna.
d. Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu
yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu tulis (menulis, mengarang)
dan lisan (berbicara).

4. Tahap-tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu
proses. Sudah barang tentu dalam proses ini terdapat tahap-tahap.
Berikut ini adalah tahap- tahap dalam proses menyimak:
a. Mendengarkan (hearing)
Mendengarkan dalam arti hearing didefinisikan sebagai
aktivitas fisik yaitu seseorang menerima suara melalui indera
pendengaran. Oleh karena itu, seseorang perlu mendengar
(hearing) agar dapat menyimak (listening). Dalam tahap ini, kita
baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang
pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.
b. Memahami (understanding)
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang
disampaikan oleh sang pembicara.
c. Menginterpretasi (interpreting)
Penyimak yang baik, yang cermat, dan teliti belum puas jika
hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara,
dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir
pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
d. Mengevaluasi (evaluating)
Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun
mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan
sang pembicara, baik dari segi keunggulan dan kelemahan
juga kebaikan dan kekurangan sang pembicara.
e. Menanggapi (responding)
Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang
penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta
menerima gagasan atau ide
yang dikemukakanoleh sang pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya.

Selain hal-hal di atas, terdapat pula faktor-faktor yang mempengaruhi


menyimak, di antaranya berikut ini.
1. Alat dengar si pendengar (penyimak) dan alat bicara si pembicara
harus baik. Artinya alat dengar sebagai alat penerima bunyi, dan alat
bicara sebagai sumber bunyi itu harus baik. Tidak mungkin orang yang
alat dengarnya rusak (tuli) mampu menyimak atau sebaliknya. Betapa
pun baiknya alat dengar si penyimak, tetapi kalau bunyi bahasa yang
disimaknya tidak jelas, tidak menentu, tetap tidak akan dapat disimak
dengan baik.
2. Situasi dan lingkungan pembicaraan itu harus baik. Dengan kata lain
ekologi bahasa harus baik. Sebab, mana mungkin kita dapat
menyimak dengan baik, seandainya di sekeliling kita sangat gaduh,
menimbulkan ekologi bahasa yang kurang baik. Kita tidak akan dapat
menyimak dengan baik, seandainya bunyi bahasa-bahasa yang
sedang kita simak sangat tersaingi oleh bunyi-bunyi lain, mungkin
membuat kebisingan.
3. Konsentrasi penyimak kepada pembicaraan. Konsentrasi dalam arti
pemusatan pikiran ke arah pikiran pembicaraan. Konsentrasi yang
terus- menerus, tidak terputus sehingga alur pikiran pembicaraan pun
tidak terputus diterimanya. Konsentrasi atau pemusatan pikiran dari
awal sampai akhir, dan tidak terpengaruhi oleh kemungkinan kurang
teraturnya pokok-pokok pikiran pembicaraan.
4. Pengenalan tujuan pembicaraan, artinya kita akan lebih mudah
menyimak, seandainya tujuan pembicaraan sudah diketahui
sebelumnya. Tujuan pembicaraan ini mungkin secara langsung
dikemukakan oleh si pembicara, ataupun secara intuitif si penyimak itu
sendiri.
5. Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan
kalimat- kalimat inti pembicaraan. Paragraf merupakan ungkapan atau
gagasan yang mengandung satu pokok pikiran, yang mengandung
satu kebulatan ide, dan mengandung satu tema. Kita sebagai
penyimak bukan merupakan kaset rekorder yang akan merekam
seluruh isi pembicaraan. Melainkan kita sebagai manusia yang mampu
menyimak. Yang kita simak bukanlah seluruh kata-kata dari si
pembicara, melainkan seluruh pokok-pokok pikiran yang kita pahami,
dan pokok-pokok pikiran yang terdapat di dalam tiap-tiap paragraf.
6. Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat. Mungkin
kesimpulan ini secara eksplisit diucapkan si pembicara, atau
mungkin juga kesimpulan itu harus dirumuskan oleh si
penyimak dengan kata-kata sendiri. Kesimpulan bukan atau
belum tentu merupakan kumpulan dari bagian-bagian alinea
paragraf satu, paragraf dua, paragraf tiga, dan seterusnya
karena kesimpulan itu mungkin juga hanya terdapat pada satu
paragraf atau mungkin juga isi seluruh satu paragraf itulah
merupakan kesimpulan.
7. Keseluruhan dari (a) sampai dengan (f), baru dapat dicap
dengan baik andai kata penyimak itu mampu berbahasa
dengan baik, didukung dengan kemampuan berbahasa yang
memadai serta mempunyai intelegensi yang cukup baik. Hal ini
dapat kita pahami, sebab mana mungkin kita dapat menyimak
pembicaraan seseorang, seandainya bahasa pengantar yang
dipakai pembicara tidak kita pahami.
8. Faktor latihan, turut serta menentukan kemampuan menyimak.
Kita selalu ingat, bahwa menyimak merupakan keterampilan
berbahasa. Mana mungkin suatu keterampilan tidak didukung
dengan latihan yang memadai.
KEGIATAN BELAJAR 2

Keterampilan Menyimak Lanjutan

M enyimak merupakan proses interaktif yang sangat kompleks. Dengan


kata lain, menyimak tidaklah sekedar mendengar melainkan
terintegrasi dengan berpikir. Proses berpikir dapat mengubah bunyi
menjadi
bermakna.
Pada menyimak lanjutan para siswa diharapkan mampu mengikuti
menyimak dengan berbagai strategi. Hal ini sekaitan dengan proses
mendengarkan yang terdiri atas menerima simakan, memberi perhatian,
mengikuti pesan, dan memberi tanggapan terhadap informasi.

A. PENGERTIAN

Kemampuan menyimak lanjutan dimaknai sebagai kegiatan


mendengarkan informasi dan kemampuan memberikan tanggapan
terhadap informasi tersebut. Tanggapan tersebut dapat dilakukan secara
reseptif dan produktif.
Pada kemampuan menyimak lanjutan diharapkan peserta didik
mampu menyimak dengan sungguh-sungguh dan menyadari menyimak
sebagai suatu sumber informasi dan sumber kesenangan. Selain itu, ia
pun mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan
dengan simakan disertai pemahaman maknanya. Bahkan diharapkan
peserta didik mampu melakukan kegiatan menyimak kritis terhadap
kekeliruan-kekeliruan, kesalahan- kesalahan, propaganda-propaganda,
petunjuk-petunjuk yang keliru. Selanjutnya, ia diharapkan mampu
menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan.
Namun demikian, pada kenyataannya kemampuan menyimak itu
dipengaruhi oleh beberapa hal. Beberapa faktor yang mempengaruhi
menyimak menurut H.G. Tarigan sebagai berikut.

1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang
menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak, contohnya
ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan yang serupa
itu, dia
mungkin saja terganggu dan dibingungkan oleh upaya yang
dilakukannya untuk mendengar, atau dia mungkin kehilangan
ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia mungkin berada
jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, atau
mengidap suatu penyakit fisik sehingga perhatiannya dangkal,
sekilas saja, serta tingkah polahnya tidak karuan. Selain
kondisi fisik penyimak, lingkungan fisik pun mungkin sekali turut
bertanggung jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang,
contohnya kondisi ruangan yang panas, lembab, ataupun
terlalu dingin, suara atau bunyi bising; para hadirin yang
bergerak atau berjalan kian kemari seenaknya saja sehingga
mengganggu orang yang sedang menyimak.

2. Faktor Psikologis
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan menyimak:
a) prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicaraan
dengan aneka sebab dan alasan;
b) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta
masalah pribadi;
c) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang
luas;
d) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya
perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan;
e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru,
terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang
pembicara.

3. Faktor Pengalaman
Sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan
pengalaman kita sendiri. Kurangnya atau adanya minat pun
agaknya merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau
tidak ada sama sekali pengalaman dalam bidang akan disimak
itu. Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor
penting dalam kegiatan menyimak. Kosakata simak juga turut
mempengaruhi kualitas menyimak.
4. Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada
topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat dia
setujui dibandingkan
dengan yang kurang atau tidak disetujui. Sikap ini adalah wajar dalam
kehidupan ini.
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang awam
bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan
baginya; tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan
tidak menguntungkan baginya. Kedua hal tersebut memberi dampak
pada menyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negatif.

5. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.
Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka dapat
diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula
halnya dengan menyimak. Kalau kita dapat memperoleh sesuatu yang
berharga dari pembicaraan itu, maka kita pun akan bersemangat
menyimaknya dengan tekun dan seksama. Kalau kita sebagai
penyimak tidak yakin bahwa kita akan memperoleh sesuatu yang
berharga dan berguna dari suatu penyimakan, maka akan sedikit
sekali kemungkinan bahwa kita akan mau, apalagi bergairah,
menyimak pada sesuatu apabila kita sedang melamun, mengantuk,
atau tidur-tiduran.

6. Faktor Jenis Kelamin


Julian Silverman menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria
pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional,
keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat
mengganggu), berdikari/mandiri, sanggup mencukupi kebutuhan
sendiri (swasembada), dapat menguasai/mengendalikan emosi,
sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif,
ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah
terpengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif,
bergantung (tidak berdikari), dan emosional (H.G. Tarigan, 1994: 104).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan menyimak di
atas tidak hanya berasal dari dalam diri penyimak, tetapi berasal juga
dari luar diri penyimak.
B. TUJUAN

Kemampuan menyimak lanjutan lebih diarahkan pada mendengarkan


komperhensif, kritis, dan mendengarkan apresiatif. Dengan demikian tujuan
menyimak lanjut di antaranya untuk:
1. memahami pesan;
2. mendengarkan secara kritis;
3. mendengarkan untuk kesenangan.

C. FUNGSI

Fungsi menyimak lanjut di antaranya, yaitu


1. menentukan tujuan penutur dan kemudian mengorganisasikan informasi tutur
tersebut supaya bisa mengingatnya;
2. menyaring pesan untuk mendeteksi alat propaganda dan bahasa persuasif;
3. mendengarkan seorang penutur atau pembaca untuk kesenangan.

D. JENIS-JENIS MENYIMAK LANJUTAN

Beberapa kegiatan menyimak yang dapat diterapkan pada menyimak lanjut


berdasarkan pertimbangan tuntutan KTSP, yaitu menyimak:
1. komprehensif,
2. kritis, dan
3. apresiatif.

1. Menyimak Komprehensif
Menyimak komprehensif adalah mendengarkan untuk memahami suatu pesan,
dan ini merupakan tipe menyimak yang paling umum di sekolah. Apakah siswa dapat
mengikuti dan mengingat pesan itu ditentukan oleh banyak faktor antara lain latar
belakang pengetahuan sebelumnya, mempergunakan strategi untuk membantu
mengingat-ingat pesan itu, dan menerapkan apa yang telah didengarkan tadi supaya
ada alasan mengingat informasi itu.
Menyimak komprehensif dapat dilakukan peserta didik dengan mendengarkan
rekaman berita atau video. Berikut ini disajikan tuturan dalam rekaman.

Anda mungkin juga menyukai