PENDAHULUAN
melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam
16
17
diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan prilaku yang patut dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
7. Mandiri Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berfikir, bersikap, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, bertindak, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
18
Catatan:
Sekolah dan guru dapat menambah atau pun mengurangi nilai-nilai tersebut sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang dilayani sekolah dan hakekat materi SK/KD dan materi bahasan suatu mata pelajaran.
Meskipun demikian, ada 5 nilai yang diharapkan menjadi nilai minimal yang dikembangkan di setiap
sekolah yaitu nyaman, jujur, peduli, cerdas, dan tangguh/kerjakeras.
Dalam era globalisasi dan abad teknologi informasi, perubahan yang sangat
cepat dan kompleks dalam bidang pendidikan merupakan fakta dalam kehidupan
siswa dalam bermasyarakat. Sejalan dengan perubahan, baik dalam tatanan makro
nasional maupun global, sistem dan praktek pendidikan pun harus mengalami
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja dan memiliki modal
Yuliariatiningsih, 2004 : 27 ).
Pengembangan karakter yang terbaik adalah jika dimulai sejak usia dini.
Sebuah ungkapan yang dipercaya secara luas menyatakan “ jika kita gagal menjadi
19
orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah atau
orang jahat”. Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orang tualah anak-anak
tumbuh dan menemukan jalannya. Dalam lima tahun pertama yang disebut dengan
The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk
tua yang proaktif, orang tua hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkenaan
memandang dan mempelajari segala peristiwa yang terjadi di sekitarnya atau yang
dialaminya sebagai suatu kesatuan yang utuh (holistik), mereka tidak melihat semua
itu secara parsial (terpisah-pisah). Sayangnya, ketika memasuki situasi belajar secara
formal di bangku sekolah dasar, mereka disuguhi oleh berbagai ilmu atau mata
pelajaran yang terpisah satu sama lain sehingga mereka terkadang mengalami
pembelajaran yang memisahkan penyajian antar satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius terutama bagi
siswa usia sekolah dasar sehingga memberikan pengalaman belajar yang bersifat
Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan sekolah dasar,
terutama untuk kelas-kelas awal, harus memperhatikan karakteristik anak yang akan
matapelajaran, akan memberi peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan
melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan yang terikat oleh tema untuk
diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun
pembelajaran tematik di kelas I-III tidak berjalan sesuai dengan ketentuan Standar Isi
menyusun silabus sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) yang ditetapkan dalam Standar Isi. Selain itu guru-guru mengalami kesulitan
dalam mengalokasikan waktu yang harus dipergunakan dalam seminggu, karena tidak
ada ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang ditetapkan. Hal ini disebabkan
disamping latar belakang pendidikan guru juga memberikan pengaruh yang cukup
masih memisahkan mata pelajaran dengan alokasi jam pelajaran yang jelas (McBride
and Silverman, 1992), serta dalam hal pelaksanaan tesnya dilakukan secara terpisah
berdasarkan tes terstandar (Berlin, 1994). Tantangan yang lain adalah bahwa
pembelajaran tematik membutuhkan lebih dari satu buku teks, dan guru masih
guru, administrator dan orangtua khawatir apakah siswa benar-benar belajar atau
22
hanya sekedar bermain. Hal ini menuntut diterapkannya suatu program hubungan
akan memberikan peluang bagi pengembangan proses pembelajaran IPA. Hal ini
diungkapkan oleh Collin dan Dixon (1991) dalam Hendrawati bahwa pembelajaran
skema atau struktur kognitif yang akan menyatukan pemahaman dunianya (Saunders,
1992) dalam Hendrawati. Dengan demikian, bahwa mata pelajaran IPA dapat
tematik atau terpadu, sehingga pembelajaran IPA dapat dilaksanakan sesuai dengan
hakikatnya.
pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar
tepat dan bermakna untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap
pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan, maka guru sebelumnya
tematik, agar dalam aplikasinya tidak terjadi kekeliruan sehingga berpengaruh pada
pembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Karena menurut Kunandar
dalam Guru Profesional (2007 :331) model pembelajaran tematik merupakan suatu
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Pendekatan tematik adalah sebuah cara
untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu.
Misalnya, sambil belajar menyanyi seorang anak belajar alfabet. Atau sambil belajar
peserta didik tidak merasa sedang mempelajari satu mata pelajaran saja. Hal itu
keterampilan hanya dalam satu pertemuan saja. Kunandar (2007:315) dalam Tarmizi
didik.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
24
orang lain.
penulis memiliki data nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) hasil belajar siswa
tuntas dan belum tuntas pada tahun ajaran 2011/2012, sebagai berikut:
Tabel 1.2.
Hasil UTS (Ulangan Tengah Semester) Kelas/Semester I/I Pada Pelajaran IPA,
Bahasa Indonesia, Matematika, dan SBK Tahun Ajaran 2011-2012
Dari data nilai hasil pembelajaran IPA menunjukkan siswa yang tuntas 11
orang (40,75%) belum tuntas 16 orang (59,26%), mata pelajaran bahasa Indonesia
yang menunjukkan siswa yang tuntas 21 orang (77,77%) belum tuntas 6 orang
(22,22%), mata pelajaran matematika yang menunjukkan siswa yang tuntas 21 orang
(77,77%) belum tuntas 6 orang (22,22%) dan mata pelajaran SBK semua siswa tuntas
dengan perolehan persentase (100%). Batas KKM yang ditetapkan apabila siswa
26
meraih nilai 64 untuk mata pelajaran IPA, nilai 68 untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia, nilai 63 untuk mata pelajaran matematika dan nilai 66 untuk mata
pelajaran SBK.
Berdasarkan data pada tabel di atas dan fenomena yang terjadi dilapangan,
bahasa Indonesia, matematika dan SBK khususnya untuk meningkatkan hasil belajar
para siswanya, sehingga SD tersebut dapat menghasilkan peserta didik yang benar-
benar berkualitas serta memahami materi ajar. Tujuan akhirnya adalah agar peserta
B. Identifikasi Masalah
belajar.
tepat.
1. Pembatasan Masalah
27
berikut :
2. Perumusan Masalah
siswa ?
D. Tujuan Penelitian
aktivitas siswa.
3) Bagi Siswa: Dengan penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa meningkat.
4) Bagi Pembaca: Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
F. Definisi Operasional
Pada Pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia dan SBK kelas II Sekolah Dasar
Kota Cimahi Tahun Pelajaran 2010-2011 (Studi Kasus Penelitian Tindakan Kelas)”
1. Hasil Belajar
aktivitas belajar (Sudjana, 1990 : 22 ) dalam Sumadi. Hasil belajar siswa melalui
perolehan rata-rata 66,11 siklus 2 dengan perolehan rata-rata 71,48, pelajaran bahasa
Indonesia siklus 1 dengan perolehan rata-rata 59,25 siklus 2 dengan perolehan rata-
rata 66,66, mata perajaran matematika siklus 1 dengan perolehan rata-rata 48,14
siklus 2 dengan perolehan rata-rata 85,18 dan untuk penilaian mata pelajaran SBK
2. Pembelajaran Tematik
Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
30
Pembelajaran tematik ini dikemas menjadi 2 kali pertemuan tatap muka, dengan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar (Depdiknas 2003:2).
4. Bahasa Indonesia
peserta didik untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
5. Matematika
memajukan daya pikir manusia untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
31
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama
peserta didik yang terletak pada pemberian pengalaman estetika dalam bentuk
seni,””belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” (BSNP, 2006: 611).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
a. Belajar adalah key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan. Sebagai suatu proses,, belajar selau mendapat tempat yang luas dalam
belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun
diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai
b. Belajar menurut Skinner (1985) dalam Sagala (2008 : 14) adalah “Learning is a
suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Belajar juga dipahami
sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar
2) Respons si pelajar,
dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
Jadi belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu kearah yang lebih
baik yang bersifat relatif tetap akibat adanya interaksi dan latihan yang dialaminya.
Ciri khas bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah dengan adanya
perubahan pada diri orang tersebut, yaitu dari belum mampu menjadi mampu.
Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan berbagai aspek, yaitu:
melakukan tugasnya dengan mudah, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari
3) Perubahan aspek sikap yaitu respon emosi seseorang terhadap tugas tertentu yang
menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar (Usman, 2000: 5).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang
34
merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Keberhasilan belajar siswa dalam
Benyamin S. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga taksonomi yang disebut
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya
mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari
usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar
Perolehan hasil belajar oleh siswa tidak sama karena banyak faktor yang
diantaranya:
35
dari diri siswa yang sedang belajar. Faktor intern ini meliputi:
a. Kondisi fisiologis yaitu meliputi panca indera dan kondisi jasmaniah yang
b. Kondisi psikologis yang meliputi antara lain motivasi, konsentrasi dan reaksi.
2) Faktor ekstern yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor ini meliputi antara lain:
a. Lingkungan Keluarga
diri pada setiap habis maghrib untuk membaca buku bersama anak-anak.
Kebiasaan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak
b. Lingkungan Masyarakat
anak-anak untuk belajar secara intensif, maka akan berpengaruh pada aktivitas
belajar siswa.
c. Lingkungan Sekolah
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dan dari beberapa pendapat di atas maka dapat
dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia
menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa
adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik,
2. Mengajar
a. Pengertian Mengajar
lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan
Burton (dalam Sagala. S, 2008 : 61) adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan
pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Mengajar juga
metode mengajar yang tepat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
sebaik-baiknya.
37
b. Metode Mengajar
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Djamarah, 2000: 53). Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara
Semakin baik metode mengajar seorang guru maka semakin efektif pula
pencapaian tujuannya. Seorang guru harus menetapkan terlebih dahulu metode yang
menentukan metode mengajar yang paling baik dan sesuai serta memperhatikan
aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya
diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
Tidak ada definisi tentang pembelajaran terpadu yang sama satu dengan yang
sebagai suatu proses untuk mengaitkan dan mempadukan materi ajar dalam suatu
mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak,
kebutuhan dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.
mendengar) dan mengkaitkannya dengan mata pelajaran yang lain. Konsep ini
dihubungkan dengan berbagai tema atau topik pembelajaran (Sa’ud, 2006) dalam
40
untuk pendidikan anak, yaitu menghubungkan antara otak dan raga, antara pribadi
dan pribadi, antara individu dan komunitas, dan antara domain-domain pengetahuan.
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna
atau eksplorasi tema menjdai pengendali di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
melakukan proses dan siswa belajar berbagai mata pelajaran secara serempak.
yang dikemukakan oleh Anna Poedjadi (Karli, 2003) dalam Hendrawati bahwa
pembelajaran disajikan dalam satu paket pembelajaran sehingga tampak adanya satu
Menurut Fogarty (1991) dalam bukunya How To Integrate The Curricula , ada
keterkaitan dengan bidang studi lain. setelah itu dikembangkan berbagai aktivitas
pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
tematik lintas bidang studi. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai
mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Pengalaman” dapat ditinjau dari berbagai mata
pelajaran seperti IPA, Matematika, Bahasa Indonesia dan Seni Budaya dan
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Selanjutnya menurut
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran, tema
diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
42
bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan
Penetapan tema dilakukan dengan dua cara (BSNP, 2006). Pertama, tema
ditentukan terlebih dahulu yaitu dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai
dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang
kompleks, dan dari hal yang konkrit menuju ke hal yang abstrak. Cara ini dilakukan
untuk kelas-kelas awal SD/MI (kelas I dan II). Tema-tema yang dikembangkan
seperti: diri sendiri, keluarga, lingkungan, permainan, serta tumbuhan dan hewan.
ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam
pembelajaran (RPP). Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.1. tentang alur
Memilih/menetapkan
Menyusun silabus
tema atau topik
pemersatu
Menyusun rencana
pelaksanaan
pembelajaran tematik
Gambar 2.1. Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Tematik
(Sumber Puskur)
Keunggulan model ini antara lain, Tersedia waktu lebih banyak untuk
antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami. Dapat
pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat
bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut
kompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi
(Depdiknas, 2007). Sedangkan kelemahan model ini antara lain, Guru dituntut
memiliki keterampilan yang tinggi. Selain itu tidak setiap guru mampu
secara tepat sehingga guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep
menjadi terabaikan. Jadi, perlu ada keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan
materi pelajaran.
memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari
menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu
penelitian tindakan kelas seperti yang telah dilakukan oleh Lely Halimah (2000)
tematik ini, telah dapat menumbuh kembangkan keberanian dan kemampuan peserta
sejalan dengan penelitian Dwi Yuli Susanti (2008) dalam Hendrawati bahwa melalui
Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti dan Wahono (2007) dalam Hendrawati
mengungkapkan bahwa siswa yang belajar melalui pembelajaran tematik secara utuh
dengan ditunjang oleh bahan ajar yang disusun secara tematik dapat meningkatkan
hasil rerata IPA yang relatif tinggi pada siswa kelas 1 di semester 1, tidak kalah
Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP, 2006), dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan III SD
harus dicakup melalui Struktur kurikulum SD/MI disajikan pada Tabel 2.1
termuat dalam standar isi harus dapat tercakup seluruhnya karena sifatnya masih
pendidikan (KTSP), standar itu dapat diperkaya dengan muatan lokal atau ciri
science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA), berhubungan dengan alam atau
bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu
pengetahuan alam (IPA) atau science pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu
tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan
untuk ”mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk
consist of the approaches in wich the concept and principle of sciences are presented
pembelajaran sains di jenjang pendidikan dasar terdiri atas konsep dan pengetahuan
berpikir ilmiah, sehingga anak mempunyai pandangan yang utuh dan menyeluruh
tentang alam. Meskipun diakui bahwa melalui pembelajaran sains terpadu, anak tidak
dapat mempelajari alam secara mendalam. Bagi siswa Sekolah Dasar penerapan
pemahaman sains sebagai suatu proses, sikap, dan produk, maka program
terkait dengan penugasan sains, penguasaan proses sains, dan penguasaan sikap-sikap
sains dengan membaca dan Matematika telah menghasilkan dampak positif bagi
siswa. Dalam artikel yang berjudul “Science Process Skills, How can teaching
science process skills improve student performance in reading, language arts, and
dikembangkan (Mechling & Oliver, 1983 and Simon & Zimmerman, 1980).
1978).
tipe Spider Webbed dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan mendesain: (1)
tematik tipe spider webb pada tema “Pengalaman” yaitu: (1) Menetapkan beberapa
mata pelajaran yang akan dipadukan, (2) Mempelajari kompetensi dasar dan indikator
dari mata pelajaran yang akan dipadukan, (3) Memilih dan menetapkan tema/topik
dasar dan tema/topik pemersatu, dan (5) Menyusun silabus pembelajaran terpadu.
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan
pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir/tindak lanjut. Fungsi kegiatan
kegiatan apersepsi, dan (3) penilaian awal (pre-test). Kegiatan inti merupakan
belajar bisa dalam bentuk: (1) kegiatan tatap muka, yang dimaksudkan sebagai
interaksi langsung antara guru dengan siswa, (2) kegiatan non-tatap muka yang
dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa. Faktor-faktor
yang harus diperhatikan dalam kegiatan akhir yaitu: (1) Kegiatan akhir dalam
pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan
tindak lanjut, (2) Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan
hasil belajar siswa, (3) Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh
karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara
umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu diantaranya
pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, (3) menjelaskan
kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, membaca materi pelajaran
tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan (5) menutup
kegiatan pembelajaran.
pemilihan materi pembelajaran, perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai
dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, materi pelajaran/bahan ajar dipilih dan
digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan.
Berdasarkan hal tersebut maka disusunlah sebuah perangkat bahan ajar tematik
dengan tema “Pengalaman” yang digunakan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Di dalamnya terdapat uraian materi dan latihan soal serta lembar kerja
siswa.
Berikut ini adalah desain pembelajaran tematik tipe spider webb (jejaring tema)
langkah-langkah yang telah diuraikan sebelumnya. Secara lebih detail RPP dan bahan
KELAS 2 SEMESTER 1
Matematika
Seni Musik
2.1. Menggunakan alat ukur waktu
dengan satuan jam Kompetensi Dasar
Indikator 4.2. Mengekpresikan diri melalui alat
musik atau sumber bunyi
2.1.1. Membaca jam yang
sederhana.
menunjukkan waktu tepat
2.1.2. Membuat jam Indikator
53
54
proses pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPA guru memberikan sebuah
tema. Seperti contoh diatas, tema yang disampaikan adalah tentang hewan dan
pelajaran lainnya, seperti bahasa indonesia, matematika, IPA dan seni budaya dan
keterampilan, atau dapat juga dihubungkan dengan mata pelajaran yang lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen.
yang bersamaan siswa dapat belajar beberapa mata pelajaran sekaligus, yang
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Emuttaqie. [2008] . Pengertian dan hakekat Pembelajaran [online] tersedia dalam
http://elmuttaqie.wordpress.com. [04 Februari 2011].
Fogarty, Robin. (1991). The Mindful School. How to Integrate the Curricula.
Palatine,Illinois: IRI/Skylight Publishing,Inc.
Golan, Joe. (2009). Pengertian Belajar [online] tersedia joegolan.wordpress.com.
[04 Mei 2011].
Hamalik, Oemar. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
56