Anda di halaman 1dari 13

Model Interaktif Dalam Pembelajaran IPS

MODEL INTERAKTIVE DALAM PEMBELAJARAN IPS

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Pembelajaran IPS
yang Dibina Oleh Dosen Drs. Trisakti Handayani

Oleh:
KELOMPOK 2 PGSD VII A
Isna Nurhayati (20101043311017)
Rusdiansyah (20101043311018)
Achmad Bahrul Ulum (20101043311019)
Ria Rizky A (20101043311020)
Yuni Zulaikha (20101043311021)
Nurul Latifah (20101043311022)
Nurhasanah (20101043311023)
Tunjung Seto (20101043311025)
Fungky Heri Chistianti (20101043311026)
Lars Leia Kuanta (20101043311027)
Septio Siswandani (20101043311028)
M Fatoni (20101043311029)
Dean A. (20101043311030)
Nur Latifah Saidah (20101043311031)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYIAH MALANG
NOVEMBER 2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. UUD No
20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
UUD No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
UUD No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pendidik adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dlam tutorial
(Trianto, dalam skripsi Wulan Septiana Widhiarti, 2010 )
Model pembelajaran adalah tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli – Berikut ini adalah
beberapa Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli Pengertian
Pembelajaran Menurut Knowles Pembelajaran adalah Cara pengorganisasian peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan Pengertian
Pembelajaran Menurut Slavin Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku
individu yang disebabkan oleh pengalaman
Dalam kamus Bahasa Indonesia interaktif di artikan sebagai bersifat saling melakukan
aksi; antar-hubungan; saling aktif; Komponen berkaitan dengan dialog antara seseorang yang
satu dengan orang yang lainnya
Jadi pembelajaran interkatif adalah mengorganisasikan peserta didik agar proses
pembelajaran menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga proses pembelajaran lebih bermakna.
Dari uaraian diatas maka penulis mengajukan judul “Model Interaktif dalam
Pembelajaran IPS”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1) Apakah pengertian pembelajaran IPS?
2) Bagaimanakah pembelajaran interaktif dalam pembelajaran IPS?
3) Bagaimanakah model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran IPS?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah makalah, maka tujuan makalah ini sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian pembelajaran IPS
2) Untuk mengetahui pembelajaran interaktif dalam pembelajaran IPS
3) Untuk mengetahui model pembelajaran interaktif dalam pembelajaran IPS

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait diantaranya sebagai
beriut:
1) Bagi kelompok
Dapat menambah wawasan kelompok terkait dengan model pembelajaran interaktif dalam
pembelajaran lebih khususnya pada pembelajaran IPS SD
2) Bagi mahasiswa PGSD VII A
Akan menambah pengetahuan bagi mahasiswa terkait model pembelajaran yang dapat
disesuaikan dengan pembelajaran IPS, sehingga mahasiswa dapat menciptakan model
pembelajaran yang inovatif.
3) Bagi guru
Memberikan wawasan bagi guru dan masukan kepada guru untuk mengembangkan model
dan strategi dalam pembelajran sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan
menyenangkan.
4) Bagi dunia pendidikan
Dapat menyumbangkan informasi yang berguna bagi perembangan model pembelajaran
dalam menerapkan kurikulum 2013

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran IPS

2.2 Pembelajaran Interaktif


2.2.1 Pegertian belajar
Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli – Berikut ini adalah beberapa Pengertian
Pembelajaran Menurut Para Ahli Pengertian Pembelajaran Menurut
KNOWLES Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan Pengertian Pembelajaran Menurut
SLAVIN Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang
disebabkan oleh pengalaman
Dalam kamus bahasa Indonesia interaktif di artikan sebagai bersifat saling melakukan
aksi; antar-hubungan; saling aktif; Komponen berkaitan dengan dialog antara seseorang yang
satu dengan orang yang lainnya
Jadi pembelajaran interkatif adalah mengorganisasikan peserta didik agar proses
pembelajaran menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru.

2.2.2 Proses Belajar Mengajar


Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar-
mengajar, atau data dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha
pengorganisasian lingkungan dalam hubungannya dengan anak didikdan bahan
pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Pengertian ini bermakna bahwa guru bertindak sebagai organisatoris.
Proses belajar mengajar merupakan petunjuk bagi guru untuk menerapkan langkah-
langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai
dalam tujuan pendidikan nasional yang harus dicapai. Menentukan kegiatan
mengajar merupakan langkah penting yang dapat menunjang keberhasilan
pencapaian tujuan.
Menurut dimyati (dalam skripsi wulan Septiana Widhiarti, 2010) untuk menentukan
pelaksanaan kegiatan mengajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Merumuskan semua kegiatan yang dapat menentukan tercapainya tujuan
pembelajaran
2) Menentukn kegiatan belajar yang mungkin ada atau tidak ada dalam proses belajar
mengajar
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

2.3 Model-Model Pembelajaran Interaktif


2.3.1 Model Kooperatif
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif merupakan langkah implementasi dari rencana
pembelajaran kooperatif, berisi rincian dari prosedur pembelajaran. Sama dengan pada
prosedur ada empat langkah utama yang merupakan sintaks dari model pembelajaran
kooperatif hasil pengembangan, yaitu langkah: orientasi, eksplorasi, pendalaman dan
penyimpulan. Langkah Orientasi atau kegiatan awal pembelajaran merupakan langkah untuk
mendorong kelas memusatkan perhatian terhadap pembelajaran; Langkah Eksplorasi atau
kegiatan inti pertama, merupakan langkah untuk mengajak dan mendorong siswa untuk
mencari dan menemukan fakta, pengetahuan, masalah dan pemecahan; Langkah Pemantapan
atau kegiatan inti kedua, merupakan langkah untuk memperdalam, memperluas,
memantapkan, memperkuat penguasaan materi dan kemampuan yang telah dicapai pada
langkah eksplorasi; dan Langkah Penyimpulan atau kegiatan akhir pembelajaran, merupakan
langkah untuk menyimpulkan atau merangkumkan.

2.3.2 Model Inkuiri


1. Makna Pembelajaran Inkuiri
a) Model inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada
pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah
salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada
berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan
inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar
bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan
informasi melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan
penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap
berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut
secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and
Amstrong, 1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang
sanagt sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan
mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai
anggota masyarakat dan warganegara.
b) Langkah-langkah Inkuiri
c) Langkah-langkah yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya tidak
berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John
Dewey dalam bukunya “How We Think”. Langkah-langkah tersebut antara lain:
Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan
dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
- Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan
sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
- Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum
diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.
- Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian
implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
- Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau
pengujian bagi hipotesa tersebut.
- Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap
mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980).

2.3.3 Model Pembelajaran VCT


1. Makna Pembelajaran VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian
pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique,
merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai
tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a)
mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina
kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif
untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai
kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan
kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk “melatih dan
membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai
umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.
2. Langkah Pembelajaran Model VCT
Berkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara,
antara lain:
a) Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation)
Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau tanya-
jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk perbaikan dan
penyempurnaan oleh dirinya sendiri:
b) Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik
c) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik
d) Peserta didik merespon pernyataan guru
e) Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada tujuan yang
diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut.
1) Teknik Lecturing
Teknik lecturing, dilalukan guru dengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi
topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:
a. Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru.
b. Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode,
misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.
c. Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok untuk
memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.
2) Teknik menarik dan memberikan percontohan
Dalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru
membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun kehidupan
masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan.
3) Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan
Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut untuk
menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dan
sebagainya.
4) Teknik tanya-jawab
Teknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat
pikirannya.
5) Teknik menilai suatu bahan tulisan
Teknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini
peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal: baik –
buruk, benar – tidak-benar, adil – tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa membuat
tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu
dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap penilaian.
6) Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat
menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.

2.3.4 Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)


1. Kebermaknaan Model Pendekatan ITM
Pendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS (Science-
Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap pengajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook), yakni berkisar masih pada
pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya dengan dunia nyata
yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan guna mencapai
tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara
melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk meemcahkan masalah
yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya.
Pendekatan ITM menekankan pad aktivitas peserta didik melalui penggunaan
keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan kegiatan
pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey observasi, wawancara dengan
masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb. Oleh karena itu, permasalahan tentang
kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari perkembangan ilmu dan teknologi,
dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi
lebih aktif dalam menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga
mampu melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara
nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusi langsung terhadap
misi pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara
agar memiliki kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, b) mengambil
keputusan sebagai warga negara, c) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat
sejarah perjuangan dan peradaban luhur bangsanya.
2. Langkah Pendekatan ITM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM
antara lain:
a. Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik, telah
memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam kehidupan faktual di
lingkungan keluarga dan masyarakat.
b. Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat
menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan lainnya) untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.
c. Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan pembelajaran serta
menekankan pada keterampilan proses dalam rangka melatih peserta didik berfikir tingkat
tinggi.
d. Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh dengan
cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya.
e. Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta didik guna
menghindari terjadi kesalahan konsep.
f. Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.
g. Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah sosial yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

3. Tahapan Metode Pendekatan ITM


a) Tahap Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data lapangan dan data yang
berkaitan dengan nilai. Peserta didik dengan bantuan LKS secara berkelompok melakukan
pengamatan langsung. Eksplorasi dilakukan guna membuktikan konsep awal yang mereka
miliki dengan konsep ilmiah.
b) Tahap Penjelasan dan Solusi
Dari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan peserta
didik mampu memberikan solusi sebagai alternatif jawaban tentang persoalan lingkungan.
Peserta didik didorong untuk menyampaikan gagasan, menyimpulkan, memberikan argumen
dengan tepat, membuat model, membuat poster yang berkenaan dengan pesan lingkungan,
membuat puisi, menggambar, membuat karangan, serta membuat karya seni lainnya.
c) Tahap Pengambilan Tindakan
Peserta didik dapat membuat keputusan atau mempertimbangkan alternatif tindakan
dan akibat-akibatnya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperolehnya. Berdasar pengenalan masalah dan pengembangan gagasan pemecahannya,
mereka dapat bermain peran (Role Playing) membuat kebijakan strategis yang diperlukan
untuk mempengaruhi publik dalam mengatasi permasalahan lingkungan tersebut.
d) Diskusi dan Penjelasan
Berikutnya guru dan peserta didik melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep
melalui tahapan sebagai berikut:
- Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuan pengamatan lingkungannya.
- Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelas lainnya untuk memberikan tanggapan
atau informasi yang relevan terhadap laporan kelompok temannya.
- Guru bersama peserta didik menyimpulkan konsep baru yang diperoleh kemudian mereka
diminta melihat kembali jawaban yang telah disampaikan sebelum kegiatan eksplorasi.
- Guru membimbing peserta didik merkonstruksi kembali pengetahuan langsung dari objek
yang dipelajari tentang alam lingkungannya.

e) Tahap Pengembangan dan Aplikasi Konsep


- Guru bertanya pada peserta didik tentang hal-hal yang diliahat dalam kehidupan sehari-hari
yang merupakan aplikasi konsep baru yang telah ditemukan.
- Guru dan peserta didik mendiskusikan sikap dan kepedulian yang dapat mereka tumbuhkan
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep baru yang telah ditemukan.
f) Tahap Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, guru memperlihatkan gambar suasana lingkungan yang
berbeda yaitu lingkungan yang terpelihara dan yang tidak terpelihara. Kemudian
menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta didik sehingga mampu memberikan
penilaian sendiri tentang keadaan kedua lingkungan tersebut.
g) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup merupakan kegiatan penyimpulan yang dilakukan guru dan peserta
didik dari seluruh rangkaian pembelajaran. Sebagai bagian penutup, guru menyampaikan
pesan moral.

2.3.5 Model Portofolio


1) Makna Pembelajaran Portofolio
Protofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu jenis model
penilaian (Assesment) yang berbasis produk, yakni penilaian yang didasarkan pada segala
hasil yang dapat dibuat atau ditunjukan peserta didik, kemudian dihimpun dalam sebuah
‘map jepit’ (portofolio) untuk dijadikan bahan pertimbangan guru dalam memberikan
asesmen otentik terhadap kinerja peserta didik.
Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: “portofolio merupakan karya terpilih
kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik
untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan”. Makna pembelajaran
berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada
peserta didik dan membelajarkan mereka “pada metode dan langkah-langkah yang digunakan
dalam proses politik” kewarganegaraan / kemasyarakatan.
2) Langkah-langkah Penbelajaran Portofolio
Secara teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam
kelas ke dalam beberapa kelompok, lajimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut
keadaan dan keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan
tanggungjawab masing-masing, antara lain:
a. Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam tugasnya kelompokini bertanggung
jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk dikaji dalam kelas.
b. Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan
masalah, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat
ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan masalah.
c. Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas, dalam
tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu
yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta memberikan pembenaran terhadap
kebijakan tersebut.
d. Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat)
dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya kelompok ini
bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menujukkan bagaimana
warganegara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk menerima kebijakan yang
didukung oleh kelas.ang apa yang telah dipelajari.
Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang
pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative).
Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tetapi
berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran. Iklim belajar yang
berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang
optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang
dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam
kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar siswa akan semakin
meningkat

2.3.6 Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu
masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau
secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
h. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
i. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-
alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat
menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

2.3.7 TGT (Teams Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama
dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, dan santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah
sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa
yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok
dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan
tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3
menit). Siswa bisda nmngerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal.
Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnaya diberikan sebutan
(gelar) superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi,
siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen
yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.

2.3.8 Metode Depat


Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket
pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari
empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada
guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif,
setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan
mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk
menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus
dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat
diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses
kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran
pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager),
atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

2.3.9 VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)


Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan
ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah
dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah
pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

2.3.10 NHT (Numbered Head Together)


NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan
ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa,
tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok,
presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil
kuis dan beri reward.

2.3.11 Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini.
Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang
terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota
kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat
kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi,
kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok
ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

2.3.12 TPS (Think Pairs Share)


Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi
klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual,
buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
2.3.13 GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan
orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek
tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis
kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru
dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual,
buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
2.3.14 (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan
sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi
menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub
masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi

2.3.15 Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan
anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
b) Guru menyajikan pelajaran
c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
d) Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
e) Memberi evaluasi.
f) Penutup.
Kelebihan:
a) Seluruh siswa menjadi lebih siap.
b) Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
a) Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
b) Membedakan siswa.

2.3.16 Talking Stick


Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca
materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa
dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad
siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan-refleksi-evaluasi.
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua
dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok
menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara
bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi

2.3.17 Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru
yang sedang dipelajari.
Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru,
dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara
acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah
harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan model interaktif dalam pembelajaran IPS dapat disimpulkan
bahwa:
1) Pembelajaran IPS merupakan
2) Pembelajaran interaktif adalah
pembelajaran interkatif adalah mengorganisasikan peserta didik agar proses
pembelajaran menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
interaktif baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru.
3) Model interaktif dalam pembelajaran IPS mencangkup beberapa bagian antara lain: Model
Kooperatif, Model Inkuiri, Model Pembelajaran VCT, Pendekatan ITM (Ilmu-
Teknologi dan Masyarakat), Model Portofolio, Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving), TGT (Teams Games Tournament), Metode Debat, VAK (Visualization,
Auditory, Kinestetic), NHT (Numbered Head Together), Jigsaw, TPS (Think Pairs
Share), GI (Group Investigation), (Means-Ends Analysis), Model Student Teams –
Achievement Divisions (STAD), Talking Stick, Probing-prompting dan masih banyak
lagi yang lainnya yang dapat dikembangkan oleh guru untuk menciptakan suasana
belajara yang menyenangkan dan bermakna.

Anda mungkin juga menyukai