Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan
memahami tentang arah pengembangan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya
dalam penguasaan kompetensi dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini,
akan dibahas tentang pengertian, tujuan, dan dimensi pendidikan kewarganegaraan
di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa
disain pembelajaran PKn dan bagaimana mengembangkan disain pembelajaran PKn
itu. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan
belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu dalam tugas merencanakan mengembangkan
pembelajaran serta melanjutkan penguasaan materi pada kegiatan belajar berikutnya.
Dari saran-saran yang dikemukakan oleh Sockett di atas, jelaslah bahwa guru dituntut
untuk selalu menyesuaikan program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi
(berlangsung) di sekitar siswa atau kehidupan sekolah.
Aspek apa saja yang perlu dikenali oleh guru?
Aspek-aspek tentang siswa sebagai bahan analisis faktor internal dapat digolongkan
berdasarkan:
1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya, misalnya berapa banyak jumlah siswa
dalam satu kelas?, berapa usianya, bagaimana persebaran pada tiap kelas?, apakah
latar belakang etnis siswa?
2) Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah
3) Perkembangan fisik, seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan
kesehatan
4) Perkembangan emosional dan sosial, misalnya bagaimana hubungan antar sesama
siswa, antara siswa dengan guru dan dengan orang tua?
5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar, kecakapan, tingkat
perkembangan kognitif, bakat khusus, dan pengalaman.
6) Karakteristik personal, misalnya kepribadian, karakter, perkembangan moral, nilai
dan sikap, motivasi, aspirasi, rasa percaya diri, kecenderungan sikap anti-sosial dan
pro-sosial serta perbedaan prilaku.
Rangkuman
Istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’ merupakan kegiatan yang
merujuk pada pengembangan disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim
yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan
pembelajaran tersebut. Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal
dalam proses mengembangkan kurikulum pembelajaran.
Ada dua faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang harus
diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain
pembelajaran, ialah faktor eksternal dan faktor internal.
Kegiatan analisis situasi terhadap faktor-faktor eksternal meliputi: (1) Perubahan
sosial-budaya dan harapan masyarakat; (2) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan;
(3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan; (4) Kontribusi dari sistem dukungan
guru; (5) Sumber masukan bagi sekolah. Sedangkan analisis terhadap faktor-faktor
internal, meliputi: (1) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya; (2) Guru
meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman, kekuatan
dan kelemahan khusus serta perannya; (3) Etos kerja sekolah dan struktur politik;
(4) Sumber-sumber bahan pembelajaran; dan (5) Masalah-masalah dan kekurangan-
kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.
Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam
pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah tugas satuan pendidikan.
Melalui panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, guru memiliki kewenangan yang lebih luas dalam
pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran.
Model Pembelajaran PKn
Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi
informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah.
Tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif ini terdiri atas:
Tugas guru:
Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan.
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari.
Tugas guru:
Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan
memotivasi siswa belajar.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok
mempresentasikan hasil kerja.
Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Pada kegiatan belajar 1 modul ini, akan dibahas tentang pengembangan desain
pembelajaran PKn di MI Kelas Rendah. Bahasan tentang desain pembelajaran di MI kelas
rendah ini snagat penting karena siswa MI kelas rendah memiliki karakteristik unik yang
berbeda dari karakteristik siswa MI kelas tinggi. Namun, sebelum membahas tentang hal
tersebut, perlu ada kejelasan tentang pembelajaran tematik.
Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer (1995) bahwa model pembelajaran
tematik sangat cocok diberikan kepada anak didik pada kelas rendah. Pembelajaran
tematik memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan menghubungkannya
melalui jaringan topik atau tema. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran tematik
tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi peserta didik,
namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai kajian budaya bagi
anak didik usia dini.
Rangkuman
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu
sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi
dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.
Sedangkan pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan
atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau
antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan
aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah
Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara
totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial
Pemaduan dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pertimbangan rasional
antara lain: 1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman
belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya
diperlukan multiskill; 3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam
pemecahan masalah; 4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan
transfer pemahaman antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan
siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.
a. Model Webbed
Model “webbed” sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran
yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat
disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Tema dalam model ini dapat dijadikan
pengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran. Oleh karena itu, model ini pada dasarnya merupakan bentuk perpaduan yang
bertolak dari pendekatan tematis inter atau antarmata pelajaran dalam mengintegrasikan
bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema sebagai sentral dijadikan sebagai landas tumpu
penyampaian isi pembelajaran interdisipliner maupun antardisipliner.
Memahami dan memilih tema esensial yang memiliki keterkaitan materi yang dapat
dipadukan. Sebenarnya bagi guru sekolah dasar (terutama guru kelas) tidak akan banyak
menemui kendala karena sudah terbiasa mengajar berbagai mata pelajaran sehingga
sudah paham betul tentang butir-butir materi setiap mata pelajaran. Pemahaman Anda
tentang butir-butir setiap mata pelajaran tentu saja akan memudahkan dalam membuat
tema yang bisa dipadukan dan dikaji dari beberapa mata pelajaran.
Sekali lagi dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran
dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran. Model yang dikembangkan dalam
kurikulum 2006 adalah pembelajaran tematis antarmata pelajaran dengan tumpuannya
mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa kelas awal (khususnya kelas 1) masih
belajar membaca dan menulis. Pada kesempatan ini paduan antarmata pelajaran akan
mengambil tema yang berasal dari mata pelajaran PKPS khususnya materi Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran tematis dipergunakan untuk
kelas I dan II, namun dalam kurikulum 2006 untuk kelas I, II, dan III.
Bagaimana langkah-langkah pembelajarannya? pada kegiatan belajar 1 modul ini
telah dipaparkan langkah-langkah pembelajaran tematik. Untuk itu Anda dipersilakan
untuk mempelajari kembali beberapa pandangan tentang langkah-langkah tersebut.
Setelah Anda menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan, kemudian pelajarilah
Seandainya Anda mengambil tema ”bangga bertanah air Indonesia”, maka dapat
dikembangkan jaringan indikatornya seperti berikut.
Kertakes:
menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar
membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam
atematika:
BANGGA BERTANAH AIR INDONESIA
emecahkan masalah sehari- hari yang melibatkan pen- jumlahan dan pengurangan
PAI
Pengetahuan Alam: Membaca Dalil “Kebersihan Sebagian Dari Iman”
membedakanlingkungan sehat dan tidak sehat Menjelaskan Maknanya Yang Lebih Luas.
mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman
menjelaskan pengaruh ling- kungan terhadap kesehatan
Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran
PKn dengan indikator-indikator mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA,
Kertakes, dan PKn. Hal ini tidak berarti tema tersebut tidak berhubungan dengan mata
pelajaran lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan
jasmani. Oleh karena itu, Anda sebagai guru kelas dipersilakan untuk mengembangkan
hubungan tema tersebut dengan jaringan indikator mata pelajaran lainnya.
Setelah membuat jaringan Indikator, kemudian buatlah pemetaan pembelajaran
tematik dalam bentuk jaringan tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan
jaringan indikator tersebut di atas.
menyimak
membuat
Sikap
melukis alam
Menjumlah/ Mengurang
Bangga Bertanah air IndoneDsia
B
Karya seni rupa
Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan
sub tema (anak tema) mata pelajaran lain. Kode ”A” yaitu cerita pendek tentang alam
atau peristiwa alam Indonesia merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran
bahasa Indonesia. Anak tema tersebut dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya
menyimak dan membuat cerita pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di
daerahnya.
Kode ”B” yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran
matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya
menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang
pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan.
Kode “C” yaitu baca Dalil merupakan tema mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI), yang memiliki anak tema diantaranya menjelaskan makna setelah menghafal dalil
(Mahfudhat). Target dari belajar ini agar anak tahu bahwa agama juga mengajarkan cinta
Pendahuluan
Modul ini akan membahas tentang desain dan model pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelas tinggi. Bahasan
khusus tentang desain dan model pembelajaran untuk kelas tinggi yang dimaksud adalah
Kelas 4, 5, 6 Madrasah Ibtidaiyah. Mengapa perlu ada bahasan khusus untuk jenjang
kelas ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, dianjurkan agar Anda membuka kembali teori
perkembangan kognitif dari Piaget dan/atau teori perkembangan moral dari Kohlberg.
Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa karakteristik anak SD/MI kelas rendah (Kelas
1, 2, 3) dan kelas tinggi (Kelas 4, 5, 6) berbeda baik secara fisik maupun psikhis dan
kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, perbedaan inilah yang menjadi latar belakang
mengapa perlu ada desain dan model pembelajaran khusus untuk jenjang SD/MI Kelas
Tingggi.
Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin ketat, maka
bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan
masyarakat yang lebih demokratis. Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa
menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah
atau mata pelajaran di persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa
(national character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat
prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI.
Pada hakikatnya proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada
penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan
karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan
tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Siswa MI khususnya pada jenjang Kelas tinggi perlu diperkenalkan pada konsep, nilai,
moral dan cara berperilaku dalam memasuki kehidupan masyarakat demokratis. Secara
umum, warga negara pada tahap hipotetis ini perlu ada pengembangan pendidikan
demokrasi, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence),
membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi
warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk
membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga
dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan
multidimensional. Bagaimana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis
melalui tiga fungsi pokoknya itu? Jawabannya akan diuraikan pada kegiatan belajar
modul ini.
Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji desain dan model pembelajaran untuk
membentuk warga negara yang demokratis sehingga dengan mempelajari materi dalam
modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
• Mampu mengembangkan desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
• Mampu mengembangkan model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan
atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan dan membelajarkan PKn
di kelas MI. Selain itu, menguasai desain dan model pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas warga negara yang demokratis sangat penting bagi calon guru dan atau guru-
guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam mendesain dan memilih model
pembelajaran yang cocok untuk kompetensi dasar tertentu. Arah dari paradigma baru
PKn dengan model pembelajarannya tak dapat disangkal lagi dipandang dari pemikiran
pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan belajar siswa aktif (active
students’ learning) dan pendekatan inkuiri (inquiry approach). Model pembelajaran
PKn dengan paradigma baru memiliki karakteristik sebagai berikut: membelajarkan
dan melatih siswa berpikir kritis, membawa siswa mengenal, memilih dan memecahkan
masalah, melatih siswa dalam berpikir sesuai dengan metode ilmiah dan keterampilan
sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
2. Model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
Pada bagian pendahuluan modul ini, Anda telah mengenal arah pembelajaran PKn
dengan paradigma baru. Bagaimana pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan? Untuk
menjawab pertanyaan ini tentunya Anda sudah paham karena Anda semua adalah kaum
pendidik yang sehari-hari menjalankan kegiatan pembelajaran atau calon pendidik yang
sedang dipersiapkan. Meskipun demikian, Anda akan diajak untuk merenungkan dan
mempertanyakan apakah cara membelajarkan PKn itu sudah sesuai dengan hakekat
pembelajaran PKn? Sudahkah hasil belajar itu diserap oleh anak didik sehingga menjadi
salah satu kemampuan yang dimilikinya? Lebih jauh lagi apakah hasil belajar itu telah
mempribadi? Bagaimana cara medesain dan membelajarkannya? Dan pertanyaan paling
penting adalah: Sudahkah kita membelajarkan anak didik dengan cara mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik? Semua pertanyaan ini
hanya perlu dijawab cukup dalam hati saja.
Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan yang “berasal
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dalam prinsip pemerintahan demokratis
terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara, seperti hak untuk meningkatkan
kesejahteraan umum dan hak untuk melindungi hak azasi manusia. Hak berpartisipasi ini
membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung
jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan
kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.
Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan
dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Menyiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti ini merupakan
tugas pokok kependidikan, baik pendidikan lingkungan persekolahan dan madrasah
maupun pendidikan luar sekolah/madrasah. Khusus dalam pendidikan madrasah, PKn
memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga
negara dengan kualitas seperti tersebut di atas.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan
tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai
dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu
pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta.
Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui
pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan
individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik
yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn
dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai
serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi.
Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian Anda sebagai guru atau calon
guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi
pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini merupakan
titik yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara
yang demokratis. Pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based
learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Meskipun demikian, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran PKn
yang berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi
PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang
pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat
isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yakni:
- Standar kompetensi kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan;
- Kompetensi dasar kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran;
- Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan;
- Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.
Rangkuman
Untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model
pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn yakni mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.
Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan
keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki
kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn
di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan
pembelajaran.
Materi PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional
PKn yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi.
Dalam mengembangkan desain pembelajaran PKn, ada empat komponen yang perlu
dikembangkan, yakni: (1) Standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) Substansi
materi; (4) Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi.
PKn dengan paradigma baru bertumpu pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan
pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan
alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio dalam
pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang
menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang
telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan. hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang
telah mereka pilih.
proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.
Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio meliputi: (1)
Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji; (2) Mengumpulkan dan menilai informasi
dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji; (3) Mengkaji pemecahan
masalah; (4) Membuat kebijakan publik; (5) Membuat rencana tindakan.