Anda di halaman 1dari 22

Desain Pembelajaran PKn

Pada bagian pendahuluan di atas dalam modul ini, Anda telah mengenal dan
memahami tentang arah pengembangan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) khususnya
dalam penguasaan kompetensi dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan belajar ini,
akan dibahas tentang pengertian, tujuan, dan dimensi pendidikan kewarganegaraan
di MI. Pada kegiatan belajar ini, Anda diharapkan akan punya pemahaman tentang apa
disain pembelajaran PKn dan bagaimana mengembangkan disain pembelajaran PKn
itu. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi pada kegiatan
belajar 1, maka Anda akan sangat terbantu dalam tugas merencanakan mengembangkan
pembelajaran serta melanjutkan penguasaan materi pada kegiatan belajar berikutnya.

Apa disain pembelajaran itu?


Menurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’
biasanya merujuk pada disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang
dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan
pembelajaran tersebut. Memang, sejumlah ahli mengatakan bahwa disain pembelajaran
dibuat oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran namun bukanlah suatu
keharusan disain pembelajaran dibuat hanya oleh guru yang bersangkutan. Artinya,
bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar pembelajaran
yang diharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan dan
melaksanakan proses pembelajaran.
Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal dalam proses
mengembangkan kurikulum pembelajaran. Untuk memudahkan memahami uraian
tentang pengembangan disain pembelajaran PKn di bawah ini, Anda diharapkan telah
mengenal secara umum tentang disiplin ilmu-ilmu sosial dan teori-teori pendidikan.
Dengan memiliki pengetahuan awal tersebut Anda akan sangat terbantu untuk
memahami,
mengkaji dan menganalis situasi dan disiplin ilmu-ilmu sosial yang sangat berpengaruh
terhadap proses penyusunan desain pembelajaran khususnya dalam Pendidikan
Kewarganegaraan.
Dalam pembahasan berikut ini, Anda akan diajak menganalisis situasi apa saja
baik eksternal maupun internal dan disiplin ilmu apa saja yang banyak kontribusinya
terhadap proses penyusunan desain pembelajaran PKn. Sehingga dengan mempelajari
materi dalam bab ini anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) dapat
menganalisis faktor eksternal dan internal yang perlu dipertimbangkan dalam proses
penyusunan desain pembelajaran; dan (2) dapat menganalisis disiplin ilmu pendukung
yang banyak berpengaruh dalam penyusunan desain pembelajaran.

Analisis Situasi Eksternal dan Internal


Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa untuk
mempelajari bab ini Anda diharapkan telah mengenal bagaimana paradigma PKn dan
pengembangan materi PKn yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu atau
disebut interdisipliner dan multidomensional serta apa tujuan dan fungsinya. Pada
kegiatan belajar berikut ini, akan dibahas faktor-faktor yang banyak mempengaruhi
kegiatan belajar mengajar yang harus diketahui oleh guru sehingga perlu
dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Apabila
diklasifikasikan (secara sederhana), faktor-faktor tersebut dibagi atau dibedakan atas
faktor eksternal dan faktor internal. Pembahasan dalam kegiatan belajar ini akan diawali
dengan menjelaskan beberapa pertimbangan mengapa kita perlu melakukan analisis
situasi sebelum menyusun desain pembelajaran.

Apa dan mengapa analisis situasi?


Sockett (1976) memberikan saran-saran dengan menekankan pentingnya analisis
situasi dalam pengembangan kurikulum, sbb.:
1) Guru seyogianya melakukan suatu transaksi dengan siswa tentang apa yang akan
dilakukan dalam proses belajar mengajar.
2) Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasi dan mempertahankan suasana
belajar di kelas.
3) Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan
perubahan situasi tersebut.

Dari saran-saran yang dikemukakan oleh Sockett di atas, jelaslah bahwa guru dituntut
untuk selalu menyesuaikan program pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi
(berlangsung) di sekitar siswa atau kehidupan sekolah.
Aspek apa saja yang perlu dikenali oleh guru?
Aspek-aspek tentang siswa sebagai bahan analisis faktor internal dapat digolongkan
berdasarkan:
1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya, misalnya berapa banyak jumlah siswa
dalam satu kelas?, berapa usianya, bagaimana persebaran pada tiap kelas?, apakah
latar belakang etnis siswa?
2) Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah
3) Perkembangan fisik, seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan
kesehatan
4) Perkembangan emosional dan sosial, misalnya bagaimana hubungan antar sesama
siswa, antara siswa dengan guru dan dengan orang tua?
5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar, kecakapan, tingkat
perkembangan kognitif, bakat khusus, dan pengalaman.
6) Karakteristik personal, misalnya kepribadian, karakter, perkembangan moral, nilai
dan sikap, motivasi, aspirasi, rasa percaya diri, kecenderungan sikap anti-sosial dan
pro-sosial serta perbedaan prilaku.
Rangkuman
Istilah disain pembelajaran atau ‘instructional design’ merupakan kegiatan yang
merujuk pada pengembangan disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim
yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan
pembelajaran tersebut. Pengembangan desain pembelajaran merupakan langkah awal
dalam proses mengembangkan kurikulum pembelajaran.
Ada dua faktor yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang harus
diketahui oleh guru sehingga perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain
pembelajaran, ialah faktor eksternal dan faktor internal.
Kegiatan analisis situasi terhadap faktor-faktor eksternal meliputi: (1) Perubahan
sosial-budaya dan harapan masyarakat; (2) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan;
(3) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan; (4) Kontribusi dari sistem dukungan
guru; (5) Sumber masukan bagi sekolah. Sedangkan analisis terhadap faktor-faktor
internal, meliputi: (1) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya; (2) Guru
meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar, pengetahuan, pengalaman, kekuatan
dan kelemahan khusus serta perannya; (3) Etos kerja sekolah dan struktur politik;
(4) Sumber-sumber bahan pembelajaran; dan (5) Masalah-masalah dan kekurangan-
kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.
Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam
pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah tugas satuan pendidikan.
Melalui panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, guru memiliki kewenangan yang lebih luas dalam
pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran.
Model Pembelajaran PKn
Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: (1) model berbagi
informasi; (2) model belajar melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah.
Tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif ini terdiri atas:

Model Belajar Melalui Model Pemecahan


No. Model Berbagi Informasi
Pengalaman Masalah
1. Kelompok orientasi Simulasi Curah pendapat
2. Sidang umum Bermain peran Riuh bicara
3. Seminar Sajian situasi Diskusi bebas
4. Konferensi kerja Kelompok aplikasi Kelompok okupasi
5. Simposium Sindikat Kelompok silang
6. Forum Kelompok “T” Tutorial
7. Panel Studi kasus
Lokakarya

Dalam rangka sosialisasi KTSP, Departemen Pendidikan Nasional (2006) membagi


tiga jenis model pembelajaran, yakni: (1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct
Instruction (DI), (2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL), dan
(3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI).
Secara rinci masing-masing model pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
110
(1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI)
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat kepada
guru sehingga lebih mengutamakan pada penyampaian pengetahuan dengan target
hasil belajar pengetahuan deklaratif sederhana. Meskipun demikian, untuk mencapai
tujuan yang maksimal, model pembelajaran ini perlu perencanaan yang matang dengan
penguasaan bahan materi pembelajaran oleh guru yang mendalam.
Model pembelajaran langsung dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai
berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Fase 3: Membimbing pelatihan
Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Tugas guru:
 Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
 Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
 Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
 Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan.
 Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari.

(2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL)


Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori
konstruktivisme dengan pendekatan masyarakat belajar (learning community), berpusat
kepada siswa dengan target hasil belajar akademik dan keterampilan sosial. Model ini
menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini
hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai
berikut:
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Fase 2: Menyajikan informasi
Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Fase 5: Evaluasi
Fase 6: Memberikan penghargaan

Tugas guru:
 Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan
memotivasi siswa belajar.
 Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
 Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
 Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok
mempresentasikan hasil kerja.
 Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI)


Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dilandasi
oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan inkuiri, berpusat kepada siswa dengan
target hasil belajar pemecahan masalah (authentic) dan menjadi pebelajar yang mandiri.
Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif
siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini
hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara terbuka,
demokratis, dan memiliki kebebasan berpendapat.
Model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan melalui beberapa fase
sebagai berikut:
Fase 1: Orientasi siswa pada masalah.
Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Fase 3: Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Desain Pembelajaran PKn Tematis
Di MI Kelas Rendah

Pada kegiatan belajar 1 modul ini, akan dibahas tentang pengembangan desain
pembelajaran PKn di MI Kelas Rendah. Bahasan tentang desain pembelajaran di MI kelas
rendah ini snagat penting karena siswa MI kelas rendah memiliki karakteristik unik yang
berbeda dari karakteristik siswa MI kelas tinggi. Namun, sebelum membahas tentang hal
tersebut, perlu ada kejelasan tentang pembelajaran tematik.

Apa pembelajaran tematik itu?


Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget peserta didik
SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit (concrete
operation) dan awal dari operasi formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai
berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti
dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas
(expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan
sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan
lingkungan negara).
Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial
budaya peserta didik telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan kurikuler di MI
dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I, II dan
III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk
kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran
tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk
pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam
pembelajaranbentukinipesertadidikbelajarmelaluipemahamandanpembiasaanperilaku
yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada
mata pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi
peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran
berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema
tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai
kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata
pelajaran. Pembelajaran tematik adalah aplikasi pendekatan pembelajaran terpadu yang
dikembangkan melalui suatu “tema” yang di dalamnya terkandung kompetensi dasar dan
materi yang saling berkaitan antarmata pelajaran berdasarkan hasil analisis kompetensi
dasar dari masing- masing mata pelajaran.
Adapun yang dimaksud pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang
mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata
pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Keterkaitan ini dapat
terbentuk:
– keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran dengan
kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.
– keterkaitan materi dan kompetensi dasar dalam beberapa mata pelajaran dengan
kebutuhan/pengalaman anak dan lingkungan sosial anak.

Hasil studi yang dilaporkan Pappas dan Kiefer (1995) bahwa model pembelajaran
tematik sangat cocok diberikan kepada anak didik pada kelas rendah. Pembelajaran
tematik memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan menghubungkannya
melalui jaringan topik atau tema. Hal ini mengandung arti bahwa pembelajaran tematik
tidak hanya sebagai kerangka bahan ajar dan konstruk penmgetahuan bagi peserta didik,
namun juga dapat dipandang sebagai alat untuk mengkaji berbagai kajian budaya bagi
anak didik usia dini.

Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik itu?


Setelah kita membicarakan konsep dasar pembelajaran tematik, mari kita kaji
bersama langkah-langkah pembelajaran tematik. Dalam pembahasan langkah-langkah
pembelajaran tematik ini akan dipaparkan tentang langkah-langkah pembelajaran
tematik antarmata pelajaran di SD/MI.
Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata pelajaran
sebagai berikut.
a. mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata
pelajaran;

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
226
b. membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester;
c. membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik;
d. membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema;
e. menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik;
f. menyusun rencana pembelajaran tematik

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, Anda dipersilakan mencoba menyusun


rencana pembelajaran tematik untuk siswa sekolah dasar tempat mengajar yang
dituangkan dalam silabus dan rencana pembelajaran. Perlu diperhatikan bahwa dalam
menyusun silabus hendaknya Anda menciptakan berbagai kegiatan sesuai dengan
tuntutan kompetensi dan tema yang sudah ditetapkan. Jika ada kompetensi dasar yang
tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematis hendaknya dibuat silabus tersendiri.

Rangkuman
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu
sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi
dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.
Sedangkan pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan
atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau
antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan
aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah
Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara
totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial
Pemaduan dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pertimbangan rasional
antara lain: 1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman
belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya
diperlukan multiskill; 3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam
pemecahan masalah; 4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan
transfer pemahaman antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan
siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
227
Model Pembelajaran PKn Tematis
Di MI Kelas Rendah

Pada kegiatan belajar 1, kita telah membahas tentang langkah-langkah pembelajaran


tematis di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Apakah Anda sudah paham betul tentang langkah-
langkah tersebut? Pemahaman Anda terhadap materi kegiatan belajar 1 sangat penting
untuk memahami dan menerapkannya pada kegiatan belajar 2 ini. Padakegiatanbelajar
2, kita akan membicarakan model-model pembelajaran tematis dan pengembangannya
dalam mata pelajaran PKn.
Pada uraian di atas, telah dikemukakan bahwa pembelajaran tematis merupakan
salah satu model pembelajaran terpadu. Karakteristik model pembelajaran terpadu
adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu
sangat diperlukan terutama untuk sekolah dasar karena pada jenjang ini siswa
menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi
pemilihan yang artificial.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Yang dipadukan di sini adalah materi
atau bahan ajar sebagai upaya agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
Pengembangan materi ini hendaknya disesuaikan dengan kedalaman dan keluasan materi
pada kurikulum.
Materi dalam kurikulum dapat dikembangkan dengan memperhatikan tahap
perkembangan siswa, kesesuaian materi dengan lingkungan, atau kebutuhan lingkungan
setempat. Pengembangan materi ini dapat dilakukan antara lain dengan membuat
jaringan topik/tema, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan lintas
kurikulum.
Dilihat dari cara memadukan konsep/materi, keterampilan, topik, dan unit
tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara merencanakan pembelajaran terpadu
yaitu 1) fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequented; 5) shared; 6) webbing; 7)
threated; 8) integrated; 9) immersed; dan 10) networked (Robin Fogarty (1991). Dari
kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering digunakan
dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected, dan integrated.
Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran di
sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed. Mengapa demikian? karena pada
tahap ini siswa pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan,
perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka pengembangan model pembelajaran
yang akan diuraikan di sini adalah model webbed. Sedangkan model connected dan
integrated hanya akan dibahas sepintas untuk membedakan dengan model webbed.

a. Model Webbed
Model “webbed” sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran
yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat
disampaikan melalui beberapa mata pelajaran. Tema dalam model ini dapat dijadikan
pengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata
pelajaran. Oleh karena itu, model ini pada dasarnya merupakan bentuk perpaduan yang
bertolak dari pendekatan tematis inter atau antarmata pelajaran dalam mengintegrasikan
bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema sebagai sentral dijadikan sebagai landas tumpu
penyampaian isi pembelajaran interdisipliner maupun antardisipliner.
Memahami dan memilih tema esensial yang memiliki keterkaitan materi yang dapat
dipadukan. Sebenarnya bagi guru sekolah dasar (terutama guru kelas) tidak akan banyak
menemui kendala karena sudah terbiasa mengajar berbagai mata pelajaran sehingga
sudah paham betul tentang butir-butir materi setiap mata pelajaran. Pemahaman Anda
tentang butir-butir setiap mata pelajaran tentu saja akan memudahkan dalam membuat
tema yang bisa dipadukan dan dikaji dari beberapa mata pelajaran.
Sekali lagi dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat pembelajaran
dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran. Model yang dikembangkan dalam
kurikulum 2006 adalah pembelajaran tematis antarmata pelajaran dengan tumpuannya
mata pelajaran bahasa Indonesia karena siswa kelas awal (khususnya kelas 1) masih
belajar membaca dan menulis. Pada kesempatan ini paduan antarmata pelajaran akan
mengambil tema yang berasal dari mata pelajaran PKPS khususnya materi Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam kurikulum 2004 pembelajaran tematis dipergunakan untuk
kelas I dan II, namun dalam kurikulum 2006 untuk kelas I, II, dan III.
Bagaimana langkah-langkah pembelajarannya? pada kegiatan belajar 1 modul ini
telah dipaparkan langkah-langkah pembelajaran tematik. Untuk itu Anda dipersilakan
untuk mempelajari kembali beberapa pandangan tentang langkah-langkah tersebut.
Setelah Anda menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan, kemudian pelajarilah

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
233
kompetensi dasar dan indikator pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata
pelajaran. Setelah itu buatlah tema untuk mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester, dan buatlah jaringan kompetensi dasar/
indikator yang menggambarkan hubungan dengan tema. Contoh tema mata pelajaran
atau materi PKn yang bisa dihubungkan dengan mata pelajaran lain diantaranya hidup
hemat, bangga bertanah air Indonesia, hidup tertib/disiplin, dan kemajemukan.

Seandainya Anda mengambil tema ”bangga bertanah air Indonesia”, maka dapat
dikembangkan jaringan indikatornya seperti berikut.

Matrik 1. Contoh Jaringan Indikator


PKn
mencintai kekayaan alam Indonesia
bangga memiliki alam Indonesia
Bahasa Indonesia: bangga sebagai anak Indonesia
menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat,dialami, di dengar
Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam

Kertakes:
menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar
membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam
atematika:
BANGGA BERTANAH AIR INDONESIA
emecahkan masalah sehari- hari yang melibatkan pen- jumlahan dan pengurangan

PAI
Pengetahuan Alam: Membaca Dalil “Kebersihan Sebagian Dari Iman”
membedakanlingkungan sehat dan tidak sehat Menjelaskan Maknanya Yang Lebih Luas.
mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman
menjelaskan pengaruh ling- kungan terhadap kesehatan

Mata pelajaran lainnya

Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran
PKn dengan indikator-indikator mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA,
Kertakes, dan PKn. Hal ini tidak berarti tema tersebut tidak berhubungan dengan mata
pelajaran lain seperti Agama, pengetahuan sosial (materi geografi), dan pendidikan
jasmani. Oleh karena itu, Anda sebagai guru kelas dipersilakan untuk mengembangkan
hubungan tema tersebut dengan jaringan indikator mata pelajaran lainnya.
Setelah membuat jaringan Indikator, kemudian buatlah pemetaan pembelajaran
tematik dalam bentuk jaringan tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan
jaringan indikator tersebut di atas.
menyimak
membuat
Sikap

A Dst A Cerita pendek F Perilaku

Peristiwa alam Cinta tanah air Dst

melukis alam
Menjumlah/ Mengurang
Bangga Bertanah air IndoneDsia
B
Karya seni rupa

Gunung, pantai Dst E


membuat kolase
Dst
Dst
Menjelaskan Baca Dalil
C Pence- maran
Dst
D
Cinta
Penyebab
Dampak

Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia


(Kelas III SD)

Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan
sub tema (anak tema) mata pelajaran lain. Kode ”A” yaitu cerita pendek tentang alam
atau peristiwa alam Indonesia merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran
bahasa Indonesia. Anak tema tersebut dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya
menyimak dan membuat cerita pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di
daerahnya.
Kode ”B” yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran
matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya
menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang
pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan.
Kode “C” yaitu baca Dalil merupakan tema mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI), yang memiliki anak tema diantaranya menjelaskan makna setelah menghafal dalil
(Mahfudhat). Target dari belajar ini agar anak tahu bahwa agama juga mengajarkan cinta

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
234
tanah Air.
Kode ”C” yaitu pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran
IPA, yang kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan dampak pencemaran
lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam
sekitar. Dalam hal ini target hasil belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai
lingkungan alam di daerahnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak
mencemari hutan, dan sebagainya.
Kode” D” yaitu karya seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran kerajinan
tangan dan kesenian, yang memiliki anak tema diantaranya membuat lukisan keindahan
alam Indonesia dan membuat kolase yang dikembangkan dari obyek dan bahan di alam
sekitar.
Terakhir kode ”E” yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang diambil dari
mata pelajaran PKn dengan harapan siswa memiliki sikap dan perilaku cinta dan bangga
terhadap kekayaan dan keindahan alam Indonesia.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan
kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan
Penilaian. Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah perencanaan pembelajaran
terpadu sebagaimana telah diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu: menetapkan
pembelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar setiap mata
pelajaran; membuat/memilih tema; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi
dasar dengan tema/topik; membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk
matrik atau jaringan tema; menyusun silabus, dan menyusun rencana pembelajaran
tematik.
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan
menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah
menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian
merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang meliputi
prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian.
Kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah dirumuskan
secara rinci dalam Rencana Pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengetahui kegiatan-
kegiatan guru dalam pembelajaran tematis dapat Anda lihat dalam rencana pembelajaran
yang akan ditampilkan pada uraian berikut.
Sebelum merumuskan rencana pembelajaran, terlebih dahulu harus membuat
silabus pembelajaran tematik seperti berikut ini.
Rangkuman
Pembelajaran tematis merupakan salah satu model pembelajaran terpadu.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan
aktif Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran atau materi pokok yang terkait secara harmonis untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Dilihat dari cara memadukan konsep/
materi, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, terdapat sepuluh model atau cara
merencanakan pembelajaran terpadu.
Dari kesepuluh cara tersebut ada beberapa cara atau model yang dapat dan sering
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah dasar yaitu antara lain webbed, connected,
dan integrated. Diantara ketiga model tersebut, yang paling cocok diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah adalah model Webbed. Model “webbed”
sering disebut jaring laba-laba, adalah model pembelajaran yang dipergunakan untuk
mengajarkan tema tertentu yang berkecendrungan dapat disampaikan melalui beberapa
mata pelajaran. Dalam model webbed, tema dapat dijadikan sebagai pengikat
pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan
kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian.
Tahap perencanaan berkaitan dengan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
terpadu, Sedangkan tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan
siswa dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang
dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap
penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang
meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian
AIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKn MI KELAS TI

Pendahuluan

Modul ini akan membahas tentang desain dan model pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelas tinggi. Bahasan
khusus tentang desain dan model pembelajaran untuk kelas tinggi yang dimaksud adalah
Kelas 4, 5, 6 Madrasah Ibtidaiyah. Mengapa perlu ada bahasan khusus untuk jenjang
kelas ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, dianjurkan agar Anda membuka kembali teori
perkembangan kognitif dari Piaget dan/atau teori perkembangan moral dari Kohlberg.
Secara singkat, dapat dinyatakan bahwa karakteristik anak SD/MI kelas rendah (Kelas
1, 2, 3) dan kelas tinggi (Kelas 4, 5, 6) berbeda baik secara fisik maupun psikhis dan
kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, perbedaan inilah yang menjadi latar belakang
mengapa perlu ada desain dan model pembelajaran khusus untuk jenjang SD/MI Kelas
Tingggi.
Sejalan dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
ditandai oleh semakin terbukanya persaingan antarbangsa yang semakin ketat, maka
bangsa Indonesia mulai memasuki era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan
masyarakat yang lebih demokratis. Dalam masa transisi atau proses perjalanan bangsa
menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan kewarganegaraan sebagai salah
atau mata pelajaran di persekolahan perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Proses pembangunan karakter bangsa
(national character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat
prioritas, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI.
Pada hakikatnya proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada
penciptaan suatu masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah, pembangunan
karakter bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat mendesak dan
tentunya memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
Siswa MI khususnya pada jenjang Kelas tinggi perlu diperkenalkan pada konsep, nilai,
moral dan cara berperilaku dalam memasuki kehidupan masyarakat demokratis. Secara
umum, warga negara pada tahap hipotetis ini perlu ada pengembangan pendidikan
demokrasi, yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intelligence),
membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi
warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk
membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga
dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan
multidimensional. Bagaimana PKn mengembangkan warga negara yang demokratis
melalui tiga fungsi pokoknya itu? Jawabannya akan diuraikan pada kegiatan belajar
modul ini.
Dalam modul ini Anda akan diajak mengkaji desain dan model pembelajaran untuk
membentuk warga negara yang demokratis sehingga dengan mempelajari materi dalam
modul ini Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
• Mampu mengembangkan desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
• Mampu mengembangkan model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan
atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan dan membelajarkan PKn
di kelas MI. Selain itu, menguasai desain dan model pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas warga negara yang demokratis sangat penting bagi calon guru dan atau guru-
guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam mendesain dan memilih model
pembelajaran yang cocok untuk kompetensi dasar tertentu. Arah dari paradigma baru
PKn dengan model pembelajarannya tak dapat disangkal lagi dipandang dari pemikiran
pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan belajar siswa aktif (active
students’ learning) dan pendekatan inkuiri (inquiry approach). Model pembelajaran
PKn dengan paradigma baru memiliki karakteristik sebagai berikut: membelajarkan
dan melatih siswa berpikir kritis, membawa siswa mengenal, memilih dan memecahkan
masalah, melatih siswa dalam berpikir sesuai dengan metode ilmiah dan keterampilan
sosial lain yang sejalan dengan pendekatan inkuiri.
Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan
pembahasan dan latihan dengan butir uraian sebagai berikut:
1. Desain pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi
2. Model pembelajaran PKn MI Kelas Tinggi

Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah


petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa,
untuk apa dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang
Anda anggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar kata-
kata sulit (Glosarium) atau dalam kamus atau dalam ensiklopedia.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan atau tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.
4. Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang
ketentuan keharusan menguasai desain dan model pembelajaran PKn SD/MI dengan
paradigma baru.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
254
1

Desain Pembelajaran PKn MI


Kelas Tinggi

Pada bagian pendahuluan modul ini, Anda telah mengenal arah pembelajaran PKn
dengan paradigma baru. Bagaimana pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan? Untuk
menjawab pertanyaan ini tentunya Anda sudah paham karena Anda semua adalah kaum
pendidik yang sehari-hari menjalankan kegiatan pembelajaran atau calon pendidik yang
sedang dipersiapkan. Meskipun demikian, Anda akan diajak untuk merenungkan dan
mempertanyakan apakah cara membelajarkan PKn itu sudah sesuai dengan hakekat
pembelajaran PKn? Sudahkah hasil belajar itu diserap oleh anak didik sehingga menjadi
salah satu kemampuan yang dimilikinya? Lebih jauh lagi apakah hasil belajar itu telah
mempribadi? Bagaimana cara medesain dan membelajarkannya? Dan pertanyaan paling
penting adalah: Sudahkah kita membelajarkan anak didik dengan cara mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik? Semua pertanyaan ini
hanya perlu dijawab cukup dalam hati saja.
Kita mewarisi pemerintahan demokratis, yaitu pemerintahan yang “berasal
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”. Dalam prinsip pemerintahan demokratis
terkandung hak berpartisipasi dari setiap warga negara, seperti hak untuk meningkatkan
kesejahteraan umum dan hak untuk melindungi hak azasi manusia. Hak berpartisipasi ini
membebankan tanggung jawab tertentu kepada setiap warga negara. Di antara tanggung
jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
berpartisipasi secara cerdas, dan tanggung jawab untuk berkehendak meningkatkan
kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan.
Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan
dan keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Menyiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti ini merupakan
tugas pokok kependidikan, baik pendidikan lingkungan persekolahan dan madrasah
maupun pendidikan luar sekolah/madrasah. Khusus dalam pendidikan madrasah, PKn
memegang peranan yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan membina warga
negara dengan kualitas seperti tersebut di atas.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan
tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai
dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara
yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu
pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta.
Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui
pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan
individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik
yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Menimbang dasar pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn
dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai
serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi.
Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian Anda sebagai guru atau calon
guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi
pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini merupakan
titik yang masih lemah untuk mengantarkan para peserta didik menjadi warga negara
yang demokratis. Pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based
learning) merupakan alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Meskipun demikian, sebelum membahas lebih jauh tentang model pembelajaran PKn
yang berbasis portofolio Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi
PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKn yang
pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat
isi pokok pendidikan kewarganegaraan, yakni:
- Standar kompetensi kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan;
- Kompetensi dasar kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran;
- Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan;
- Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternatif bagi para guru.

PKn dengan paradigma baru bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan


(civic competence) untuk semua jenjang SD/MI; SLTP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan
dasar tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk sejumlah kemampuan
yang lebih operasional yang disesuaikan dengan tingkat/jenjang sekolah sejalan dengan
tingkat perkembangan para siswa. Kemampuan diuraikan lagi dalam bentuk butiran
standar materi dan kata kunci standar pencapaian. Contoh, Standar kompetensi PKn
Kelas V: “1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).”

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
256
Standar kompetensi yang pertama ini dioperasionalkan dalam bentuk kompetensi dasar,
sbb.:
Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Kemudian, lebih lanjut dioperasionalkan lagi menjadi substansi materi dan indikator
pencapaian, secara lengkap sebagai berikut:

Rangkuman
Untuk mencapai tujuan PKn dengan paradigma baru perlu disusun materi dan model
pembelajaran yang sejalan dengan tuntutan dan harapan PKn yakni mengembangkan
kecerdasan warga negara (civic intelligence) dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
dan sosial, mengembangkan tanggung jawab warga negara (civic responsibility), serta
mengembangkan anak didik berpartisipasi sebagi warga negara (civic participation) guna
menopang tumbuh dan berkembangnya warga negara yang baik.
Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan
keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki
kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu
mendapat perhatian guru atau calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn
di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan
pembelajaran.
Materi PKn dengan paradigma baru dikembangkan dalam bentuk standar nasional
PKn yang pelaksanaannya berprinsip pada implementasi kurikulum terdesentralisasi.
Dalam mengembangkan desain pembelajaran PKn, ada empat komponen yang perlu
dikembangkan, yakni: (1) Standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) Substansi
materi; (4) Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kompetensi.
PKn dengan paradigma baru bertumpu pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang. Sedangkan
pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (Portfolio-based learning) merupakan
alternatif utama guna mencapai tujuan PKn tersebut.
Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan
terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio dalam
pembelajaran PKn merupakan kumpulan informasi yang tersusun dengan baik yang
menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang
telah diputuskan untuk dikaji mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan. hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan suatu masalah yang
telah mereka pilih.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
270
Pembelajaran PKn yang berbasis portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan
mendidik mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam

proses politik. Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif para siswa
terhadap kewarganegaraannya dan pemerintahannya.
Langkah-langkah pembelajaran PKn yang berbasis portofolio meliputi: (1)
Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji; (2) Mengumpulkan dan menilai informasi
dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji; (3) Mengkaji pemecahan
masalah; (4) Membuat kebijakan publik; (5) Membuat rencana tindakan.

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


[PKn]
271

Anda mungkin juga menyukai