Disusun Oleh :
1. Cemara (208110209)
2. Fadiya Marwan (208110207)
3. Khaira Izzati (208110191)
4. Rawi Bulyannati (208110215)
5. Zieva Mellina Farhani (208110091)
KELAS B/SEMESTER 3
FAKULTAS PSIKOLOGI
TP 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allaah Subhaanahuu wata’alaa yang telah memberikan rahmat
Keterampilan Berbicara, dan terimakasih kepada teman teman atas partisipasinya terumata
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Erni, M.pd dan Bapak Drs.
Herwandi, M.Pd. pada mata kuliah Bahasa Indonesia . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
yang kami tulis masih terdapat banyak kekurangannya, maka dari itu kritik serta saran sangat
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN……................................................................................ v
keterampilan berbicara………………………………………………....…..…….. 7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 25
3.2 Saran…………………………………………………………………..………. 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Unutuk mengetahui pengertian dan konsep dari keterampilan berbicara
2. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya penerapan keterampilan berbahasa dan jenis
jenis keterampilan berbahasa serta ekspetasi reaksi pendengarnya.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan berbicara
4. Untuk mengetahui unsur-unsur pokok berbicara
5. Untuk mengetahui jenis-jenis berbicara menurut Keraf
6. Untuk mengetahui Fungsi,jenis serta metode berbicara dalam pidato
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
akademik umumnya, serta bermanfaat bagi hubungan sosial (Rusmana, Dahlan, &
Andriyanto,2018)
umumnya jenis-jenis berbicara yaitu, wawancara, diskusi, pidato, dan debat penjelasannya
sebagai berikut :
a. Pidato
1. Pengertian Pidato
Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, dan gambaran atau suatu masalah kepada pendengar untuk mencapai dan
menyampaikan suatu tujuan tertentu. Misalnya, untuk bermusyawarah, memberikan rujukan,
dan menyampaikan kebijakan. Pidato dapat disampaikan dalam situasi formal dan non-formal
melalui rangkaian kata yang tersusun dengan sistematis dengan bahasa lisan sebagai media
8
utama. Pidato bertujuan memberi pemahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk
mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela (Arief dan
Noveria, 2013).
2. Fungsi Pidato
Fungsi pidato antara lain:
a. Menyampaikan informasi (informatif)
b. Menghibur atau menyenangkan hati pendengar (rekreatif)
c. Meyakinkan pendengar (argumentatif)
d. Membujuk atau mempengaruhi pendengar (persuasif)
Agar pidato dapat menarik minat dan perhatian pendengar, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Kemukakan fakta dengan jelas
b. Gunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga mampu membangkitkan minat pendengar
terhadap masalah yang kita sampaikan
c. Berbicara secara wajar dan terbuka
d. Sajikan materi dengan lafal dan intonasi yang tepat
e. Gunakan mimik dan gerak-gerik secara wajar (Arief dan Noveria, 2013).
3. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a. Pidato Informasi
9
keterampilan berbicara yang baik karena ia bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya
dari tidak setuju dan tidak mau membantu menjadi setuju dan mau membantu. Seorang yang
akan berpidato harus melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis,
masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Contohnya, pidato pimpinan partai di daerah
yang kurang menyenangi atau kurang mendukung partai tersebut (Arief dan Noveria, 2013).
c. Pidato Aksi
Pidato aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan massa. Pada pidato
jenis ini, orang yang menyampaikan pidato haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola,
figur atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai
membangkitkan semangat. Contohnya, pidato presiden Soekarno dalam menggerakkan rakyat
Indonesia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah (Arief dan
Noveria, 2013).
4. Metode Pidato
Berdasarkan cara penyampaiannya terdapat empat metode pidato, yaitu:
a. Metode Impromptu
Metode impromptu adalah metode pidato berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada
persiapan. Orang yang berpidato secara serta merta berbicara atau berpidato berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya. Keuntungan metode ini adalah lebih mengungkapkan
perasaan pembicara, gagasan datang secara spontan, dan memungkinkan pembicara terus
berpikir. Namun, metode pidato ini juga memiliki beberapa kerugian, yaitu menimbulkan
kesimpulan yang mentah, mengakibatkan penyampaian tidak lancar, gagasan yang
disampaikan tidak teratur serta dapat mengakibatkan demam panggung (Arief dan Noveria,
2013).
b. Metode Menghafal
Metode menghafal adalah metode pidato yang terlebih dahulu dilakukan dengan cara
menulis naskah dan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato. Setelah itu, naskah
pidato tersebut dihafalkan kata demi kata. Keuntungan dalam metode pidato ini adalah kata-
kata dapat dipilih sebaik-baiknya serta gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
menjadi teratur. Namun, kerugian metode ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang
karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata. Selain itu, metode ini juga
memerlukan banyak waktu (Arief dan Noveria, 2013).
c. Metode Naskah
Metode naskah adalah metode pidato yang dilakukan dengan cara membaca naskah
yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam pidato-pidato yang
10
bersifat resmi. Keuntungan menggunakan metode ini adalah kata-kata dapat dipilih sebaik-
baiknya, pernyataan dapat dihemat, dan kefasihan bicara dapat dicapai. Namun, kerugian
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang karena
pembicara tidak berbicara langsung pada mereka, pembicara tidak dapat melihat pendengar
dengan baik, serta pembuatan pidato lebih lama (Arief dan Noveria, 2013).
d. Metode Ekstemporan
Metode ini adalah metode pidato yang dilakukan dengan menggunakan catatan-
catatan penting sejenis kerangka sebagai pedoman. Dengan menggunakan kerangka tersebut,
si pembicara atau orang yang berpidato dengan bebas berbicara dan bebas memilih kata-kata
sendiri. Kerangka tersebut hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan ide. Keuntungan
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
serta pesan dapat bersifat fleksibel. Kerugian metode ini adalah kemungkinan menyimpang
dari garis besar serta kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata (Arief dan
Noveria, 2013).
5. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan 7 langkah
berikut ini:
a. Merumuskan tujuan pidato
b. Menganalisis pendengar dan situasi
c. Memilih dan menyempitkan topik
d. Mengumpulkan bahan
e. Membuat kerangka (outline)
f. Menguraikan isi pidato secara terperinci
g. Berlatih dengan suara nyaring
h. Mengetahui siapa pendengar yang dihadapi, sikap yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Menguasai materi pidato
2) Pandangan menyeluruh kesetiap bagian ruangan
3) Sikap badan tegak, tetapi tidak kaku
4) Sesekali gunakan gerakan tangan, kepala, dan mata untuk memperjelas pidato
5) Jangan lupa untuk selalu tersenyum
6) Tidak terburu-buru
11
7) Ucapkan pidato dengan suara lantang (Arief dan Noveria, 2013).
6. Menulis Naskah Pidato
Naskah pidato biasanya ditulis dengan susunan pembukaan, pendahuluan, isi pokok,
kesimpulan, harapan, dan penutup.
a. Pembukaan, pembukaan pidato biasanya diawali dengan kata-kata pembuka seperti
“Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”, atau “Salam Sejahtera selalu”.
b. Pendahuluan, pendahuluan berupa ucapan terima kasih yang disampaikan kepada para
undangan atas waktu atau kesempatan yang telah diberikan dan juga sedikit penjelasan
mengenai pokok masalah yang akan diuraikan dalam pidato.
c. Isi pokok, merupakan uraian yang menjelaskan secara terperinci semua materi dan
persoalan. Urutannya harus teratur dan jelas mulai dari awal sampai akhir.
d. Kesimpulan, dalam pidato bagian ini sangat penting karena dengan menyimpulkan segala
sesuatu yang telah dibicarakan, ditambah dengan penjelasan dan anjuran, para hadirin dapat
menghayati maksud dan tujuan semua yang dibicarakan oleh si pembicara karena apa yang
terakhir dikatakan biasanya lebih mudah dan lebih lama diingat.
e. Harapan, harapan merupakan sebagian dari kesimpulan, tetapi biasanya merupakan suatu
dorongan agar hadirin menaruh minat dan memberikan kesan terhadap pembicaraanya.
f. Penutup, bagian ini merupakan ucapan terima kasih atas kesediaan hadirin untuk
memperhatikan isi pidato disertai salam penutup kepada hadirin.
12
alinea demi alinea, sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-
pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga
menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul
anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk
memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat (Arief dan Noveria, 2013).
c. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan
dengan naskah asli, tetapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-
kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Apabila
gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tetapi
jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan
kalimat dari penulis asli. Kalimat penulis asli hanya boleh digunakan apabila kalimat itu
dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat (Arief
dan Noveria, 2013).
d. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik. Hal-hal yang dimaksud antara lain:
1) Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
2) Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang,
gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
3) Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan
dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dan sebagainya dapat dihilangkan, kecuali yang
dianggap penting (Arief dan Noveria, 2013).
7. Teknik Berpidato
Teknik yang dapat dilakukan dalam menulis naskah pidato antara lain:
a. Mengumpulkan Bahan
Menulis naskah pidato dapat dengan menggunakan hal-hal yang telah diketahui dari
persoalan yang akan dibicarakan atau disampaikan. Jika hal ini dianggap kurang maka harus
mencari bahan-bahan tambahan berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang konkret
untuk mengembangkan pidato (Arief dan Noveria, 2013).
13
b. Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat disusun sebelum mencari bahan-bahan dengan menentukan pokok-
pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci baru dapat disusun setelah
bahan-bahan selesai dikumpulkan. Setelah menentukan pokok-pokok utama, kemudian
disusun suatu perincian dengan tujuan bahwa bagian-bagian yang terperinci yang dapat
memperjelas pokok-pokok utama tersebut. Inti dari kerangka pidato adalah pendahuluan, isi
dan penutup (Arief dan Noveria, 2013).
Contoh pidato sederhana:
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya
cintai. Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan
acara perpisahan sekolah. Para hadirin yang saya hormati, izinkan saya mewakili teman-
teman untuk menyampaikan sambutan dalam rangka perpisahan ini. Selama bersekolah, kami
sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih dengan semua guru yang telah mengajar di
sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar
dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. materinya yang ditentukan, dan disesuaikan
dengan tema acara (Arief dan Noveria, 2013).
b. Ceramah Khusus
Ceramah khusus berarti cermah yang bertujuan untuk memberikan nasehat-nasehat
kepada mad’u atau khalayak tertentu dan juga bersifat khusus baik itu materi maupun yang
lainnya. Ceramah khusus memiliki batasan-batasan yang dilihat dari segi audien yang
diinginkan dan materi yang disesuaikan dengan keadaan. Contohnya, Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI) seperti Isra’ Miraj, maulid nabi, bulan puasa dll (Arief dan Noveria, 2013).
2. Komponen Ceramah
Komponen-komponen atau unsur-unsur ceramah adalah sebagai berikut:
a. Da’i (Penceramah)
Seorang da’i atau penceramah harus mengetahui bahwa dirinya adalah seorang da’i atau
penceramah. Artinya, sebelum menjadi penceramah, seseorang perlu mengetahui apa saja
tugas penceramah. (Arief dan Noveria, 2013).
b. Mad’u
Mad’u atau audien merupakan sebagai penerima nasihat-nasihat. Audien merupakan
bermacam-macam kelompok manusia yang berbeda mulai dari segi intelektualitas, status
ekonomi, status sosial, pendidikan, jenis kelamin, dan lain-lain (Arief dan Noveria, 2013).
14
c. Materi
Penceramah harus dapat memiliki bahan yang tepat atau menarik agar si mad’u tertarik, dan
sesuai dengan pokok acara. Materi yang akan disampaikan harus betul-betul dikuasai
sehingga tampil dengan penuh keyakinan, tidak ragu, dan tidak menghilangkan konsentrasi
dirinya sendiri. Selain itu, materi harus disusun secara sisitematis, sesuai judul, isi, dan acara.
Ketiganya, betul-betul mempunyai hubungan sehingga pembahasan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan (Arief dan Noveria, 2013).
3. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah metode yang bertujuan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada audien yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah,
2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis
untuk menyampaikan informasi. Metode ceramah paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan (Arief dan Noveria, 2013).
c. Diskusi
1. Pengertian Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discutio atau discusium yang artinya bertukar pikiran.
Akan tetapi, belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi
pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam
kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,
dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikian, bertukar pikiran baru
dapat dikatakan berdiskusi apabila:
a. Ada masalah yang dibicarakan
b. Ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi
c. Ada peserta sebagai anggota diskusi
d. Setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur
e. Kalau ada kesimpulan atau keputusan hal itu disetujui oleh semua anggota
Dengan memerhatikan syarat-syarat di atas, ternyata tidak semua bentuk bertukar pikiran
dapat digolongkan ke dalam diskusi. Diskusi yang sifatnya melibatkan sejumlah massa
sehingga terjadi interaksi massa, bentuknya dapat bermacam-macam antara lain: diskusi
kelompok, seminar, dan sebagainya. Diskusi merupakan suatu sarana terbaik untuk
membicarakan suatu masalah. Dengan berdiskusi, kita dapat mencari, menemukan pendapat,
15
dan memecahkan masalah secara bersama. Pendapat-pendapat pribadi dalam memecahkan
suatu masalah dapat dipergunakan atau dijadikan sebagai pendapat bersama. Dalam diskusi,
terjadi pembicaraan dua arah. Pembicaraan itu dilakukan dengan tatap muka. Dengan
demikian, diskusi dapat diartikan sebagai proses pelibatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan tatap muka dalam bertukar pikiran untuk memahami suatu
masalah, menemukan sebab, dan mencarikan pemecahannya (Arief dan Noveria, 2013).
Diskusi merupakan kegiatan melibatkan individu dalam berinteraksi secara verbal. Interaksi
verbal itu dilaksanakan dalam situasi tatap muka, dan interaksi terjadi secara terpimpin dan
terarah untuk menuju suatu tujuan yang telah digariskan dan ditetapkan. Di samping itu,
diskusi juga berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang
suatu masalah objektif. Di dalam diskusi kelompok, pada umumnya dikemukakan banyak
pikiran. Suatu diskusi tidak harus menghasilkan keputusan. Namun, sekurang-kurangnya
pada akhir diskusi, para pendengar atau pemirsa memiliki pandangan dan pengetahuan yang
lebih jelas mengenai masalah yang didiskusikan. Oleh sebab itu, diskusi mempunyai
hubungan yang erat dengan proses pembentukan pikiran atau pendapat (Arief dan Noveria,
2013).
16
tidak berurutan, lama, dan membosankan. Akibatnya, sulit dipahami dan membuang waktu
diskusi.
d. Mementingkan pribadi dan melupakan kepentingan bersama. Berdiskusi bertujuan untuk
memecahkan suatu masalah bagi kepentingan bersama. Kadang-kadang ada peserta yang
sengaja berbicara untuk memperlihatkan pada peserta lain bahwa ia orang pandai, dan
cenderung memonopoli kesempatan untuk kepentingan pribadinya, sehingga kepentingan
bersama dinomorduakan.
e. Berbisik-bisik dengan orang lain dan menilai orang yang baru berbicara. Kadang-kadang
ada peserta diskusi yang suka memperhatikan siapa saja dalam ruang diskusi, kemudian ada
yang terlihat aneh dan lucu, diberitahukan atau dibisikannya pada teman di sebelahnya.
Kebiasaan ini dapat membuat kegaduhan atau merusak konsentrasi peserta untuk mengikuti
diskusi dengan baik. Sekaligus, cara ini menghambat kelancaran diskusi.
f. Bersikap tidak mau tahu. Peserta ini datang pada acara diskusi hanya sekadar untuk duduk
saja karena terkesan seperti tidak peduli dan tidak acuh dengan diskusi yang sedang
berlangsung. Penyebab dari keadaan ini karna pembicara tidak mengerti dengan topik yang
sedang didiskusikan, atau orang ini mempunyai sikap acuh (Arief dan Noveria, 2013).
3. Jenis-Jenis Diskusi
Diskusi melibatkan sejumlah massa sehingga terjadi interaksi massa. Ada beberapa bentuk
diskusi yang sering dijumpai dalam praktik, antara lain sebagai berikut ini.
17
3) Umpan balik dapat diterima langsung, sehingga dapat memperbaiki cara berbicara;
4) Peserta yang pasif dapat dirangsang oleh pemandu atau peserta lain; dan
5) Para peserta diskusi turut mempertimbangkan gagasan-gagasan.
b. Diskusi Panel
Diskusi ini pada prinsipnya melibatkan beberapa panelis yang mempunyai keahlian dalam
bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan pendapat mengenai suatu masalah
untuk kepentingan pendengar. Panel dipimpin oleh seorang pemandu (moderator). Para
panelis tidak selalu satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat lebih merangsang para
pendengar. Dengan mendengarkan beberapa pendapat para ahli, pendengar akan dibimbing
ke arah berpikir secara kritis dan melatih kemampuan menganalisis masalah. Keberhasilan
diskusi panel sangat tergantung pada kelincahan pemandu. Jika semua panelis selesai
berbicara, pemandu memberikan kesempatan kepada pendengar (forum) untuk memberikan
tanggapan, maka diskusi ini berubah nama menjadi diskusi panel forum (Arief dan Noveria,
2013).
18
d. Seminar
Seminar merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah tertentu dengan
tanggapan melalui suatu diskusi. Masalah yang dibahas dalam seminar mempunyai ruang
lingkup yang terbatas dan tertentu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jalan keluar dari
suatu masalah. Oleh sebab itu, peserta seminar terdiri dari orang-orang yang berkecimpung
dalam masalah tersebut, sehingga dapat memberikan pendapat untuk memecahkan masalah.
Seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan, baik berbentuk usul, saran,
resolusi atau rekomendasi. Biasanya yang menjadi pemakalah atau pemrasaran dalam
seminar adalah orang yang dianggap ahli tentang masalah yang didiskusikan (Arief dan
Noveria, 2013).
e. Simposium
Simposium hampir sama dengan panel. Pemrasaran menyampaikan makalah atau
pembicaraan tentang suatu masalah yang disorot dari sudut keahlian masing-masing.
Pemrasaran dalam simposium ini adalah orang yang ahli. Masalah yang dibahas mempunyai
ruang lingkup yang luas, sehingga perlu ditinjau dari berbagai aspek ilmu untuk
perbandingan. Para peserta dapat mengemukakan pendapatnya secara langsung kepada
pemrasaran melalui pemandu. Selain itu, dalam simposium tidak diambil suatu keputusan
(Arief dan Noveria, 2013).
f. Kolokium
Kolokium adalah sejenis diskusi yang proses pelaksanaannya tidak dimulai dengan
membacakan atau menyajikan makalah oleh pemrasaran atau pembicara, dan tidak dimulai
dengan ceramah oleh pemrasaran. Dalam kolokium, diskusi langsung dimulai dengan tanya-
jawab oleh peserta kepada pemrasaran sesuai dengan bidang keahlian atau kepakaran
pemrasaran tersebut. Pemrasaran dan kolokium itu adalah ahli atau pakar di bidangnya,
seperti psikolog, antropolog, pengamat politik, kriminolog, dan sebagainya (Arief dan
Noveria, 2013).
g. Lokakarya
19
Istilah lain lokakarya adalah workshop. Masalah yang dibahas mempunyai ruang lingkup
tertentu dan dibahas secara mendalam. Pesertanya adalah orang-orang yang ahli dalam
bidang tersebut. Dalam lokakarya masalah dibahas melalui tanggapan atau prasaran, serta
diskusi secara mendalam. Sebaiknya, diikuti dengan demonstrasi atau peragaan. Biasanya,
lokakarya diikuti oleh sekelompok orang yang bergerak dalam lingkungan kerja yang sejenis
atau seprofesi. Lokakarya biasanya diadakan apabila :
1) Ingin mengevaluasi suatu proyek yang sudah dilaksanakan
2) Ingin mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
3) Untuk bertukar pengalaman dengan tujuan dan meningkatkan kemampuan kerja (Arief dan
Noveria, 2013).
h. Mimbar Film
Mimbar film adalah sejenis diskusi yang biasanya diadakan untuk menentukan filin-film
yang dibenarkan untuk beredar. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain:
(1) film yang akan dijadikan bahan diskusi harus memenuhi syarat, baik dari isi maupun
nilainya; (2) semua pengikut terlebih dahulu harus mengerti tentang film yang
dipertunjukkan; serta (3) pertanyaan dalam diskusi harus jelas dan konkret. Peserta diskusi ini
terdiri atas pimpinan diskusi, penulis naskah cerita, sutradara, anggota sensor yang telah
ditunjuk, bintang utama, serta kalangan pengamat atau dari badan sensor. Selain itu, film
yang dibicarakan hendaknya juga disajikan, baik berupa penggalan-penggalan, maupun
secara utuh (Arief dan Noveria, 2013).
i. Debat
Pada hakikatnya, debat adalah suatu kegiatan saling adu argumentasi antarpribadi atau
antarkelompok yang mencoba menjatuhkan lawannya supaya pihaknya berada pada posisi
yang benar. Debat adalah diskusi yang terdiri atas dua kelompok yang saling bertentangan
pendapat. Kelompok pertama berpendapat positif (proside) dan kelompok kedua kelompok
berdampak negatif (contra-side, mengenai suatu masalah yang diperdebatkan.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentatif lawan bicara. Setelah itu,
berkonsentrasi pada titik lemah argumentasi lawan. Debat ini ada 2, yaitu debat Inggris dan
debat Amerika. Debat Inggris diawali dengan pembicaraan dari 2 orang juru bicara masing-
masing kelompok secara bergantian menyatakan pendapatnya, setelah itu diikuti dengan
diskusi yang lain. Penentuan pemenang dalam debat ini dilakakukan dengan pemungutan
20
suara. Sebaliknya, debat Amerika, pelaksanaannya dibagi atas 2 ronde. Setelah kedua ronde
selesai, pemenang debat ditentukan oleh juri (Arief dan Noveria, 2013).
d. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio atau ditayangkan pada layar televisi. Istilah wawancara sudah tidak
asing lagi di kalangan masyarakat. Wawancara mirip dengan dialog. Namun, wawancara
cenderung lebih mengaktifkan orang yang diwawancarai. Orang yang diwawancarai tentu
amat beragam, bisa ia merupakan seorang ahli atau narasumber, juga bisa sebagai anggota
masyarakat biasa.
( https://youtu.be/Kkzd3d45_Xc )
22
masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Contohnya, pidato pimpinan partai di daerah
yang kurang menyenangi atau kurang mendukung partai tersebut (Arief dan Noveria, 2013).
c. Pidato Aksi
Pidato aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan massa. Pada pidato
jenis ini, orang yang menyampaikan pidato haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola,
figur atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai
membangkitkan semangat. Contohnya, pidato presiden Soekarno dalam menggerakkan rakyat
Indonesia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah (Arief dan
Noveria, 2013).
3. Metode Pidato
Berdasarkan cara penyampaiannya terdapat empat metode pidato, yaitu:
a. Metode Impromptu
Metode impromptu adalah metode pidato berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada
persiapan. Orang yang berpidato secara serta merta berbicara atau berpidato berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya. Keuntungan metode ini adalah lebih mengungkapkan
perasaan pembicara, gagasan datang secara spontan, dan memungkinkan pembicara terus
berpikir. Namun, metode pidato ini juga memiliki beberapa kerugian, yaitu menimbulkan
kesimpulan yang mentah, mengakibatkan penyampaian tidak lancar, gagasan yang
disampaikan tidak teratur serta dapat mengakibatkan demam panggung (Arief dan Noveria,
2013).
b. Metode Menghafal
Metode menghafal adalah metode pidato yang terlebih dahulu dilakukan dengan cara
menulis naskah dan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato. Setelah itu, naskah
pidato tersebut dihafalkan kata demi kata. Keuntungan dalam metode pidato ini adalah kata-
kata dapat dipilih sebaik-baiknya serta gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
menjadi teratur. Namun, kerugian metode ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang
karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata. Selain itu, metode ini juga
memerlukan banyak waktu (Arief dan Noveria, 2013).
c. Metode Naskah
Metode naskah adalah metode pidato yang dilakukan dengan cara membaca naskah
yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam pidato-pidato yang
bersifat resmi. Keuntungan menggunakan metode ini adalah kata-kata dapat dipilih sebaik-
baiknya, pernyataan dapat dihemat, dan kefasihan bicara dapat dicapai. Namun, kerugian
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang karena
23
pembicara tidak berbicara langsung pada mereka, pembicara tidak dapat melihat pendengar
dengan baik, serta pembuatan pidato lebih lama (Arief dan Noveria, 2013).
d. Metode Ekstemporan
Metode ini adalah metode pidato yang dilakukan dengan menggunakan catatan-
catatan penting sejenis kerangka sebagai pedoman. Dengan menggunakan kerangka tersebut,
si pembicara atau orang yang berpidato dengan bebas berbicara dan bebas memilih kata-kata
sendiri. Kerangka tersebut hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan ide. Keuntungan
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
serta pesan dapat bersifat fleksibel. Kerugian metode ini adalah kemungkinan menyimpang
dari garis besar serta kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata (Arief dan
Noveria, 2013).
( https://youtu.be/rSFW5u22eXw )
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan topik materi capaian pembelajaran tatap muka diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Dan keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan makna-
makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan
kepada siapa. Kemampuan berbicara yang baik adalah kecakapan seseorang dalam
menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik agar
dapat dipahami pendengar.
2. Konsep dasar berbicara ialah sebagai berikut:
(1). Berbicara dan menyimak adalah proses individu berkomunikasi.
(2). Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
(3). Berbicara adalah ekspresi yang kreatif.
(4). Berbicara adalah tingkah laku.
(5). Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari.
(6). Berbicara distimulasi oleh pengalaman.
(7). Berbicara untuk memperluas cakrawala.
(8). Berbicara adalah pancaran kepribadian.
(9). Berbicara memerlukan sikap asertif.
3. Pentingnya penerapan keterampilan berbicara adalah dapat memberikan sumbangan
bagi pendengar dapat memahami tentang apa yang kita sampaikan, keterampilan
bicara dapat memberi dorongan dalam interaksi seperti menjadi lebih semangat dan
membangkitkan emosi pendengar dan dapat menghibur pendengar. Dan juga dapat
menjadikan seorang yang sopan dan santun, dan keterampilan berbicara juga penting
karena dapat menimbulkan percaya diri dalam berinteraksi antar individu baik dalam
bertukar pendapat maupun mengekspresikan keinginan dan perasaan.
4. Jenis-jenis keterampilan berbicara itu pada umumnya jenis-jenis berbicara yaitu,
wawancara, diskusi, pidato, dan debat. Nah pada pemaparan diatas ada pidato,
ceramah khusus, diskusi, dan wawancara.
25
5. Unsur-unsur pokok berbicara. Dalam berbicara terdapat beberapa unsur pokok. Ada
lima unsur pokok dalam berbicara yaitu komunikator, pesan, komunikan,media, afek
atau pengaruh.
6. Jenis-jenis berbicara menurut Keraf, mengungkapkan bahwa jenis- jenis berbicara ada
tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif.
7. Fungsi, jenis serta metode berbicara dalam Pidato. Pada fungsi pidato itu ada sebagai
informatif, rekreatif, argumentatif, dan persuasif. Dan pada jenis pidato ada pidato
informasi, pidato persuasi, pidato aksi. Serta pada metode pidato itu ada metode
impromptu, menghafal, naskah, dan ekstemporan.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2020/12/keterampilan-berbicara.html?m=1
https://www.tripven.com/keterampilan-berbicara/
27