Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“Keterampilan Berbicara (Lanjutan): Berbicara dalam Berbagai Situasi”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Dr Erni, M.pd/ Drs. Herwandi, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Cemara (208110209)
2. Fadiya Marwan (208110207)
3. Khaira Izzati (208110191)
4. Rawi Bulyannati (208110215)
5. Zieva Mellina Farhani (208110091)

KELAS B/SEMESTER 3

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TP 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allaah Subhaanahuu wata’alaa yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan materi

Keterampilan Berbicara, dan terimakasih kepada teman teman atas partisipasinya terumata

kepada anggota kelompok 5 dalam membantu penyelesaian makalah ini .

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Erni, M.pd dan Bapak Drs.

Herwandi, M.Pd. pada mata kuliah Bahasa Indonesia . Selain itu, makalah ini juga bertujuan

untuk menambah wawasan mengenai keterampilan berbicara. Penyusun menyadari makalah

yang kami tulis masih terdapat banyak kekurangannya, maka dari itu kritik serta saran sangat

kami butuhkan agar makalah ini menjadi sempurna.

Pekanbaru, Senin 29 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... iv

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 5

1.3 Tujuan Makalah................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN……................................................................................ v

2.1 Pengertian dan konsep dasar keterampilan berbicara……………………..…... 6

2.2 Pemaparan disertai contoh dari masing-masing sembilan konsep dasar

keterampilan berbicara………………………………………………....…..…….. 7

2.3 Pentingnya penerapan keterampilan berbicara………………………………… 8

2.4 Identifikasi jenis-jenis keterampilan berbicara dan ekspektasi reaksi


pendengarnya………………………………………………………………….…... 8

2.5 Identifikasi unsur-unsur pokok berbicara dalam berbagai jenis kegiatan

berbahasa seperti: wawancara, diskusi, debat, dan pidato…………...............…… 21

2.6 Identifikasi jenis-jenis berbicara menurut Keraf dalam berbagai

jenis kegiatan berbahasa seperti: wawancara, diskusi, debat, dan pidato.………... 21

2.7 Identifikasi fungsi, jenis, dan metode berbicara Pidato……………………….. 22

BAB I11 PENUTUP.............................................................................................. vi

3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 25

3.2 Saran…………………………………………………………………..………. 26

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………… viii

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana
untuk berkomunikasi antar manusia karena bahasa sebagai alat komunikasi dalam rangka
memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dituntut untuk
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan
berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik
secara lisan maupun tulisan. Berbicara merupakan salah satu bagian dari keterampilan
berbahasa, aspek keterampilan berbahasa yang lain yaitu membaca, mendengar, dan menulis.
Menurut Tarigan (2008:16) berbicara berarti kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan. Berbicara merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan, karena
melalui sebuah aktivitas berbicara seseorang mampu berkomunikasi dengan manusia yang
lainnya. Melalui aktivitas berbicara seseorang menyampaikan keinginan, informasi, pikiran,
gagasan, membujuk, meyakinkan, mengajak, dan menghibur.
Hal ini selaras dengan tujuan berbicara menurut Tarigan (2008: 15), yaitu: (1)
memberitahukan dan melaporkan (to inform), (2) menjamu dan menghibur(to entertain), (3)
membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan. Keterampilan berbicara terbagi menjadi
beberapa bagian Nurgiyantoro (2001: 287) membagi keterampilan berbicara menjadi lima
bentuk, antara lain: (1) berbicara berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercerita, (4)
pidato, (5) diskusi. Keterampilan berbicara tersebut dipelajari di lingkungan formal dan
nonformal. Mulgrave (dalam Tarigan, 2008: 22), membagi keterampilan berbicara menjadi
dua yaitu berbicara sebagai seni dan berbicara sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni
penekanan penerapannya diletakkan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, sedangkan
berbicara sebagai ilmu menekankan mekanisme bicara dan mendengar, latihan dasar bagi
ajaran dan suara, bunyibunyi bahasa, bunyi-bunyi dalam rangkaian ujaran, vowel-vowel,
diftongdiftong, konsonan-konsonan dan patologi ujaran. Dalam membicarakan masalah
strategi pembelajaran, ada prinsip yang harus dipahami yaitu, bahwa tujuan pemilihan
strategi adalah untuk mempermudah siswa dalam mencapai kompetensi melalui kegiatan
4
pembelajaran. Contoh aplkasi tersebut jelas mempermudah peserta didik dalam pembelajaran
berbicara yang bersifat menyenangkan dan tidak membuat beban tertentu, untuk mengetahui
lebih lanjut akan dibahas pada makalah in.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pengertian dan konsep berbicara?
2. Bagaimana pentingnya penerapan keterampilan berbicara serta jenis jenis berbicara?
3. Apa saja jenis-jenis keterampilan berbicara?
4. Apa saja unsur-unsur pokok berbicara ?
5. Apa saja jenis-jenis berbicara menurut Keraf?
6. Apa saja Fungsi,jenis serta metode berbicara dalam pidato?

1.3 Tujuan
1. Unutuk mengetahui pengertian dan konsep dari keterampilan berbicara
2. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya penerapan keterampilan berbahasa dan jenis
jenis keterampilan berbahasa serta ekspetasi reaksi pendengarnya.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan berbicara
4. Untuk mengetahui unsur-unsur pokok berbicara
5. Untuk mengetahui jenis-jenis berbicara menurut Keraf
6. Untuk mengetahui Fungsi,jenis serta metode berbicara dalam pidato

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan konsep dasar dari keterampilan berbicara

A. Pengertian berbicara dan keterampilan berbicara


Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang cukup penting untuk
dikuasai. Berbicara adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengungkapkan atau
mengekspresikan ide, pikiran yang ada dalam diri yang melibatkan orang lain dalam
menyampaikan informasi tersebut dengan menggunakan kata-kata. Berbicara adalah sarana
untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak (Saddhono&Slamet,2014:50).
Menurut Iskandarwassid (2010), keterampilan berbicara adalah keterampilan
memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan
perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan
diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan
masalah psikologis seperti malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.
Menurut Utari dan Nababan (1993), keterampilan berbicara adalah pengetahuan
bentuk-bentuk bahasa dan makna-makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk
menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Kemampuan berbicara yang baik adalah
kecakapan seseorang dalam menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar
dan menarik agar dapat dipahami pendengar.

B. . Konsep dasar berbicara


(1). Berbicara dan menyimak adalah proses individu berkomunikasi.
(2). Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
(3). Berbicara adalah ekspresi yang kreatif.
(4). Berbicara adalah tingkah laku.
(5). Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari.
(6). Berbicara distimulasi oleh pengalaman.
(7). Berbicara untuk memperluas cakrawala.
(8). Berbicara adalah pancaran kepribadian.
(9). Berbicara memerlukan sikap asertif.
6
2.2 Pemaparan disertai contoh dari masing-masing sembilan konsep dasar
keterampilan berbicara
Selanjutnya dalam berbicara terdapat beberapa konsep dasar yang meliputi sembilan hal
yakni,
(1). Berbicara dan menyimak adalah proses individu berkomunikasi. Dalam hal ini berbicara
dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda tetapi saling melengkapi satu sama lain.
Kegiatan ini apabila berpadu dapat menjadi komunikasi lisan, contohnya seperti dalam
bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, dan sebagainya.
(2). Berbicara adalah proses individu berkomunikasi. Seperti yang diketahui salah satu cara
dalam berkomunikasi selain menulis adalah dengan berbicara.Contohnya Rawi berbicara
dengan Fadiya,dalam hal ini Rawi dan Fadiya berbicara untuk berkomunikasi.
(3). Berbicara adalah ekspresi yang kreatif. Melalui berbicara manusia dapat mengungkapkan
apa yang ada di dalam pikiran dan di perasaan. Hal yang diungkapkan tersebut dapat berupa
sesuatu yang kreatif
(4). Berbicara adalah tingkah laku. Berbicara adalah ekspresi dari pembicara.Sehingga
dengan berbicara sama saja pembicara sedang memperlihatkan watak atau tingkah
lakunya,contohnya ketika seseorang sedang marah akan berbicara kasar maka akan terlihat
tingkah lakunya.
(5). Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari. Berbicara adalah sebuah tingkah laku,
dimana semenjak kecil manusia sudah mempelajarinya
(6). Berbicara distimulasi oleh pengalaman. Seseorang berbicara sesuai dengan pengalaman
yang dialaminya;
(7). Berbicara untuk memperluas cakrawala. Selain bermanfaat untuk mengungkapkan ide
atau gagasan, berbicara juga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan;
(8). Berbicara adalah pancaran kepribadian. Sama halnya dengan tingkah laku. Cara berbicara
seseorang merupakan cerminan kepribadian seseorang (Logan, et al., 1972:104-105),
contohnya ketika seseorang yang selalu berbicara dengan menggunakan k kasar maka bisa
disimpulkan bahwa orang tersebut memiliki kepribadian yang tidak baik.
(9). Berbicara memerlukan sikap asertif. Sikap, perilaku, dan tindakan ketika
mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain
merupakan sikap asertif. Sikap, perilaku dan tindak asertif sangat berpengaruh dalam
membina hubungan baik dengan orang lain, sehingga dapat menambah pengetahuan yang
mungkin belum diketahui yang dapat menunjang prestasi akademik khususnya, maupun non

7
akademik umumnya, serta bermanfaat bagi hubungan sosial (Rusmana, Dahlan, &
Andriyanto,2018)

2.3 Pentingnya penerapan keterampilan berbicara


Dalam penerapan berbicara, dapat memberikan sumbangan bagi pendengar dapat memahami
tentang apa yang kita sampaikan, keterampilan bicara dapat memberi dorongan dalam
interaksi seperti menjadi lebih semangat dan membangkitkan emosi pendengar dan dapat
menghibur pendengar. Dan juga keterampilan berbicara yang baik dapat menjadikan seorang
yang sopan dan santun, dan keterampilan berbicara juga penting karena dapat menimbulkan
percaya diri dalam berinteraksi antar individu baik dalam bertukar pendapat maupun
mengekspresikan keinginan dan perasaan. Selain itu Keterampilan berbicara membuat
seseorang bisa mengekspresikan pemikiran dan perasaannya dengan bijaksana dan selaras
dengan materi dan kondisi situasi ketika seseorang tersebut berbicara.

2.4 Identifikasi jenis-jenis keterampilan berbicara


Keterampilan berbicara memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan situasi,
tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak dan peristiwa khusus. Akan tetapi pada
umumnya jenis-jenis berbicara yaitu, wawancara, diskusi, pidato, dan debat. Berbicara
sebagai semi menekankan penerapannya sebagai komunikasi dalam masyarakat, dan yang
menjadi perhatiannya yaitu, berbicara dimuka umum, diskusi kelompok, debat.
Selain itu Pada pembelajaran keterampilan berbicara, terdapat berbagai kegiatan, antara lain:
bercerita berdasar gambar, berbicara berdasarkan rangsang suara, wawancara, diskusi, pidato,
dan debat (Chotimah, 2017)

umumnya jenis-jenis berbicara yaitu, wawancara, diskusi, pidato, dan debat penjelasannya
sebagai berikut :

a. Pidato
1. Pengertian Pidato
Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, dan gambaran atau suatu masalah kepada pendengar untuk mencapai dan
menyampaikan suatu tujuan tertentu. Misalnya, untuk bermusyawarah, memberikan rujukan,
dan menyampaikan kebijakan. Pidato dapat disampaikan dalam situasi formal dan non-formal
melalui rangkaian kata yang tersusun dengan sistematis dengan bahasa lisan sebagai media
8
utama. Pidato bertujuan memberi pemahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk
mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela (Arief dan
Noveria, 2013).
2. Fungsi Pidato
Fungsi pidato antara lain:
a. Menyampaikan informasi (informatif)
b. Menghibur atau menyenangkan hati pendengar (rekreatif)
c. Meyakinkan pendengar (argumentatif)
d. Membujuk atau mempengaruhi pendengar (persuasif)

Agar pidato dapat menarik minat dan perhatian pendengar, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Kemukakan fakta dengan jelas
b. Gunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga mampu membangkitkan minat pendengar
terhadap masalah yang kita sampaikan
c. Berbicara secara wajar dan terbuka
d. Sajikan materi dengan lafal dan intonasi yang tepat
e. Gunakan mimik dan gerak-gerik secara wajar (Arief dan Noveria, 2013).
3. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a. Pidato Informasi

Pidato informasi adalah pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan,


memberitahukan, dan menjelaskan sesuatu. Suasana yang serius dan tertib benar-benar
dibutuhkan pada jenis pidato ini karena perhatian akan dipusatkan pada pesan yang akan
disampaikan oleh pembicara. Dalam hal ini, orang yang berpidato haruslah orang yang dapat
berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi yang disampaikan benar-benar
terjaga keakuratannya. Dengan demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi
dengan jelas. Contohnya, pidato Ketua Umum Pemilu mengenai hasil pemilihan suara (Arief
dan Noveria, 2013).
b. Pidato Persuasi
Pidato persuasi merupakan pidato yang bertujuan untuk meyakinkan pendengar
tentang sesuatu. Pada jenis pidato ini, orang yang berpidato benar-benar dituntut memiliki

9
keterampilan berbicara yang baik karena ia bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya
dari tidak setuju dan tidak mau membantu menjadi setuju dan mau membantu. Seorang yang
akan berpidato harus melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis,
masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Contohnya, pidato pimpinan partai di daerah
yang kurang menyenangi atau kurang mendukung partai tersebut (Arief dan Noveria, 2013).
c. Pidato Aksi
Pidato aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan massa. Pada pidato
jenis ini, orang yang menyampaikan pidato haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola,
figur atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai
membangkitkan semangat. Contohnya, pidato presiden Soekarno dalam menggerakkan rakyat
Indonesia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah (Arief dan
Noveria, 2013).
4. Metode Pidato
Berdasarkan cara penyampaiannya terdapat empat metode pidato, yaitu:
a. Metode Impromptu
Metode impromptu adalah metode pidato berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada
persiapan. Orang yang berpidato secara serta merta berbicara atau berpidato berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya. Keuntungan metode ini adalah lebih mengungkapkan
perasaan pembicara, gagasan datang secara spontan, dan memungkinkan pembicara terus
berpikir. Namun, metode pidato ini juga memiliki beberapa kerugian, yaitu menimbulkan
kesimpulan yang mentah, mengakibatkan penyampaian tidak lancar, gagasan yang
disampaikan tidak teratur serta dapat mengakibatkan demam panggung (Arief dan Noveria,
2013).
b. Metode Menghafal
Metode menghafal adalah metode pidato yang terlebih dahulu dilakukan dengan cara
menulis naskah dan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato. Setelah itu, naskah
pidato tersebut dihafalkan kata demi kata. Keuntungan dalam metode pidato ini adalah kata-
kata dapat dipilih sebaik-baiknya serta gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
menjadi teratur. Namun, kerugian metode ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang
karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata. Selain itu, metode ini juga
memerlukan banyak waktu (Arief dan Noveria, 2013).
c. Metode Naskah
Metode naskah adalah metode pidato yang dilakukan dengan cara membaca naskah
yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam pidato-pidato yang
10
bersifat resmi. Keuntungan menggunakan metode ini adalah kata-kata dapat dipilih sebaik-
baiknya, pernyataan dapat dihemat, dan kefasihan bicara dapat dicapai. Namun, kerugian
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang karena
pembicara tidak berbicara langsung pada mereka, pembicara tidak dapat melihat pendengar
dengan baik, serta pembuatan pidato lebih lama (Arief dan Noveria, 2013).
d. Metode Ekstemporan
Metode ini adalah metode pidato yang dilakukan dengan menggunakan catatan-
catatan penting sejenis kerangka sebagai pedoman. Dengan menggunakan kerangka tersebut,
si pembicara atau orang yang berpidato dengan bebas berbicara dan bebas memilih kata-kata
sendiri. Kerangka tersebut hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan ide. Keuntungan
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
serta pesan dapat bersifat fleksibel. Kerugian metode ini adalah kemungkinan menyimpang
dari garis besar serta kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata (Arief dan
Noveria, 2013).
5. Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya untuk melakukan 7 langkah
berikut ini:
a. Merumuskan tujuan pidato
b. Menganalisis pendengar dan situasi
c. Memilih dan menyempitkan topik
d. Mengumpulkan bahan
e. Membuat kerangka (outline)
f. Menguraikan isi pidato secara terperinci
g. Berlatih dengan suara nyaring
h. Mengetahui siapa pendengar yang dihadapi, sikap yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Menguasai materi pidato
2) Pandangan menyeluruh kesetiap bagian ruangan
3) Sikap badan tegak, tetapi tidak kaku
4) Sesekali gunakan gerakan tangan, kepala, dan mata untuk memperjelas pidato
5) Jangan lupa untuk selalu tersenyum
6) Tidak terburu-buru

11
7) Ucapkan pidato dengan suara lantang (Arief dan Noveria, 2013).
6. Menulis Naskah Pidato

Naskah pidato biasanya ditulis dengan susunan pembukaan, pendahuluan, isi pokok,
kesimpulan, harapan, dan penutup.
a. Pembukaan, pembukaan pidato biasanya diawali dengan kata-kata pembuka seperti
“Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”, atau “Salam Sejahtera selalu”.
b. Pendahuluan, pendahuluan berupa ucapan terima kasih yang disampaikan kepada para
undangan atas waktu atau kesempatan yang telah diberikan dan juga sedikit penjelasan
mengenai pokok masalah yang akan diuraikan dalam pidato.
c. Isi pokok, merupakan uraian yang menjelaskan secara terperinci semua materi dan
persoalan. Urutannya harus teratur dan jelas mulai dari awal sampai akhir.
d. Kesimpulan, dalam pidato bagian ini sangat penting karena dengan menyimpulkan segala
sesuatu yang telah dibicarakan, ditambah dengan penjelasan dan anjuran, para hadirin dapat
menghayati maksud dan tujuan semua yang dibicarakan oleh si pembicara karena apa yang
terakhir dikatakan biasanya lebih mudah dan lebih lama diingat.
e. Harapan, harapan merupakan sebagian dari kesimpulan, tetapi biasanya merupakan suatu
dorongan agar hadirin menaruh minat dan memberikan kesan terhadap pembicaraanya.
f. Penutup, bagian ini merupakan ucapan terima kasih atas kesediaan hadirin untuk
memperhatikan isi pidato disertai salam penutup kepada hadirin.

Beberapa tahap dalam membuat naskah pidato dijelaskan sebagai berikut:


a. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui
kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan juga perlu
mengetahui maksud dan sudut pandang penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan
daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi mempunyai
pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan, Selain itu, dapat menunjang pokok-
pokok yang tercantum dalam daftar isi (Arief dan Noveria, 2013).

b. Mencatat Gagasan Utama


Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandang pengarang asli. Silakan
memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu! Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian,

12
alinea demi alinea, sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-
pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga
menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul
anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk
memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat (Arief dan Noveria, 2013).

c. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan
dengan naskah asli, tetapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-
kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Apabila
gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tetapi
jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan
kalimat dari penulis asli. Kalimat penulis asli hanya boleh digunakan apabila kalimat itu
dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat (Arief
dan Noveria, 2013).

d. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik. Hal-hal yang dimaksud antara lain:
1) Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
2) Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang,
gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
3) Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan
dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dan sebagainya dapat dihilangkan, kecuali yang
dianggap penting (Arief dan Noveria, 2013).

7. Teknik Berpidato
Teknik yang dapat dilakukan dalam menulis naskah pidato antara lain:
a. Mengumpulkan Bahan
Menulis naskah pidato dapat dengan menggunakan hal-hal yang telah diketahui dari
persoalan yang akan dibicarakan atau disampaikan. Jika hal ini dianggap kurang maka harus
mencari bahan-bahan tambahan berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang konkret
untuk mengembangkan pidato (Arief dan Noveria, 2013).

13
b. Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat disusun sebelum mencari bahan-bahan dengan menentukan pokok-
pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci baru dapat disusun setelah
bahan-bahan selesai dikumpulkan. Setelah menentukan pokok-pokok utama, kemudian
disusun suatu perincian dengan tujuan bahwa bagian-bagian yang terperinci yang dapat
memperjelas pokok-pokok utama tersebut. Inti dari kerangka pidato adalah pendahuluan, isi
dan penutup (Arief dan Noveria, 2013).
Contoh pidato sederhana:
Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya
cintai. Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan
acara perpisahan sekolah. Para hadirin yang saya hormati, izinkan saya mewakili teman-
teman untuk menyampaikan sambutan dalam rangka perpisahan ini. Selama bersekolah, kami
sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih dengan semua guru yang telah mengajar di
sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar
dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. materinya yang ditentukan, dan disesuaikan
dengan tema acara (Arief dan Noveria, 2013).

b. Ceramah Khusus
Ceramah khusus berarti cermah yang bertujuan untuk memberikan nasehat-nasehat
kepada mad’u atau khalayak tertentu dan juga bersifat khusus baik itu materi maupun yang
lainnya. Ceramah khusus memiliki batasan-batasan yang dilihat dari segi audien yang
diinginkan dan materi yang disesuaikan dengan keadaan. Contohnya, Peringatan Hari Besar
Islam (PHBI) seperti Isra’ Miraj, maulid nabi, bulan puasa dll (Arief dan Noveria, 2013).
2. Komponen Ceramah
Komponen-komponen atau unsur-unsur ceramah adalah sebagai berikut:
a. Da’i (Penceramah)
Seorang da’i atau penceramah harus mengetahui bahwa dirinya adalah seorang da’i atau
penceramah. Artinya, sebelum menjadi penceramah, seseorang perlu mengetahui apa saja
tugas penceramah. (Arief dan Noveria, 2013).
b. Mad’u
Mad’u atau audien merupakan sebagai penerima nasihat-nasihat. Audien merupakan
bermacam-macam kelompok manusia yang berbeda mulai dari segi intelektualitas, status
ekonomi, status sosial, pendidikan, jenis kelamin, dan lain-lain (Arief dan Noveria, 2013).
14
c. Materi
Penceramah harus dapat memiliki bahan yang tepat atau menarik agar si mad’u tertarik, dan
sesuai dengan pokok acara. Materi yang akan disampaikan harus betul-betul dikuasai
sehingga tampil dengan penuh keyakinan, tidak ragu, dan tidak menghilangkan konsentrasi
dirinya sendiri. Selain itu, materi harus disusun secara sisitematis, sesuai judul, isi, dan acara.
Ketiganya, betul-betul mempunyai hubungan sehingga pembahasan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan (Arief dan Noveria, 2013).
3. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah metode yang bertujuan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada audien yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah,
2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis
untuk menyampaikan informasi. Metode ceramah paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan (Arief dan Noveria, 2013).

c. Diskusi
1. Pengertian Diskusi
Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discutio atau discusium yang artinya bertukar pikiran.
Akan tetapi, belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi
pada dasarnya merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam
kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan,
dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikian, bertukar pikiran baru
dapat dikatakan berdiskusi apabila:
a. Ada masalah yang dibicarakan
b. Ada seseorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi
c. Ada peserta sebagai anggota diskusi
d. Setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur
e. Kalau ada kesimpulan atau keputusan hal itu disetujui oleh semua anggota

Dengan memerhatikan syarat-syarat di atas, ternyata tidak semua bentuk bertukar pikiran
dapat digolongkan ke dalam diskusi. Diskusi yang sifatnya melibatkan sejumlah massa
sehingga terjadi interaksi massa, bentuknya dapat bermacam-macam antara lain: diskusi
kelompok, seminar, dan sebagainya. Diskusi merupakan suatu sarana terbaik untuk
membicarakan suatu masalah. Dengan berdiskusi, kita dapat mencari, menemukan pendapat,

15
dan memecahkan masalah secara bersama. Pendapat-pendapat pribadi dalam memecahkan
suatu masalah dapat dipergunakan atau dijadikan sebagai pendapat bersama. Dalam diskusi,
terjadi pembicaraan dua arah. Pembicaraan itu dilakukan dengan tatap muka. Dengan
demikian, diskusi dapat diartikan sebagai proses pelibatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan tatap muka dalam bertukar pikiran untuk memahami suatu
masalah, menemukan sebab, dan mencarikan pemecahannya (Arief dan Noveria, 2013).
Diskusi merupakan kegiatan melibatkan individu dalam berinteraksi secara verbal. Interaksi
verbal itu dilaksanakan dalam situasi tatap muka, dan interaksi terjadi secara terpimpin dan
terarah untuk menuju suatu tujuan yang telah digariskan dan ditetapkan. Di samping itu,
diskusi juga berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang
suatu masalah objektif. Di dalam diskusi kelompok, pada umumnya dikemukakan banyak
pikiran. Suatu diskusi tidak harus menghasilkan keputusan. Namun, sekurang-kurangnya
pada akhir diskusi, para pendengar atau pemirsa memiliki pandangan dan pengetahuan yang
lebih jelas mengenai masalah yang didiskusikan. Oleh sebab itu, diskusi mempunyai
hubungan yang erat dengan proses pembentukan pikiran atau pendapat (Arief dan Noveria,
2013).

2. Hambatan dalam Berdiskusi


Dalam diskusi sering juga terjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya. Biasanya
hambatan-hambatan itu bisa diatasi. Hambatan-hambatan dalam diskusi ini antara lain
sebagai berikut:
a. Sikap agresif dan reaksioner, artinya menolak ide atau pendapat seseorang tanpa
memberikan argumentasi yang dapat dipahami, lebih-lebih lagi bertentangan dengan ide atau
usul yang disadari memang lemah. Sikap reaksioner dan agresif ini sebetulnya bertentangan
dengan prinsip komunikasi dan toleransi, karena mengarah kepada sikap ingin menguasai
orang lain.
b. Sikap menutup diri dan tidak ingin menghargai pendapat orang lain, atau takut
mengeluarkan pendapat di muka umum. Peserta ini biasanya lebih suka diam, meskipun
kadang-kadang ada yang ingin disampaikan. Penyebabnya, mungkin peserta ini takut salah,
takut ditertawakan, dan tidak percaya diri. Bahkan, tidak mau mengomentari pendapat orang
lain, sehingga terkesan seperti tidak menghargai pendapat orang lain. hal ini akan
menghambat keberhasilan suatu diskusi.
c. Berbicara terlalu banyak dan tidak menuju sasaran. Ada peserta diskusi yang diberi
kesempatan berbicara oleh pemandu, ia cenderung berbicara berbelit-belit. Bahkan, terkesan

16
tidak berurutan, lama, dan membosankan. Akibatnya, sulit dipahami dan membuang waktu
diskusi.
d. Mementingkan pribadi dan melupakan kepentingan bersama. Berdiskusi bertujuan untuk
memecahkan suatu masalah bagi kepentingan bersama. Kadang-kadang ada peserta yang
sengaja berbicara untuk memperlihatkan pada peserta lain bahwa ia orang pandai, dan
cenderung memonopoli kesempatan untuk kepentingan pribadinya, sehingga kepentingan
bersama dinomorduakan.
e. Berbisik-bisik dengan orang lain dan menilai orang yang baru berbicara. Kadang-kadang
ada peserta diskusi yang suka memperhatikan siapa saja dalam ruang diskusi, kemudian ada
yang terlihat aneh dan lucu, diberitahukan atau dibisikannya pada teman di sebelahnya.
Kebiasaan ini dapat membuat kegaduhan atau merusak konsentrasi peserta untuk mengikuti
diskusi dengan baik. Sekaligus, cara ini menghambat kelancaran diskusi.
f. Bersikap tidak mau tahu. Peserta ini datang pada acara diskusi hanya sekadar untuk duduk
saja karena terkesan seperti tidak peduli dan tidak acuh dengan diskusi yang sedang
berlangsung. Penyebab dari keadaan ini karna pembicara tidak mengerti dengan topik yang
sedang didiskusikan, atau orang ini mempunyai sikap acuh (Arief dan Noveria, 2013).
3. Jenis-Jenis Diskusi
Diskusi melibatkan sejumlah massa sehingga terjadi interaksi massa. Ada beberapa bentuk
diskusi yang sering dijumpai dalam praktik, antara lain sebagai berikut ini.

a. Diskusi Kelompok (Buzz Group)


Diskusi kelompok merupakan bentuk tukar pikiran dalam musyawarah. Diskusi ini sangat
tepat dilaksanakan jika pesertanya cukup banyak. Masalah yang didiskusikan adalah masalah
yang menyangkut kepentingan bersama. Jumlah peserta terdiri atas 5 sampai 7 orang dan
dipimpin oleh seorang ketua. Masing-masing menyumbangkan dan menilai pendapat yang
diajukan dalam diskusi itu. Buah pikiran dan pendapat yang diajukan dipecahkan bersama-
sama, sehingga terbatas pada satu masalah. Diskusi kelompok biasanya bertujuan untuk
melatih kemampuan berbicara siswa atau mahasiswa (Arief dan Noveria, 2013). Sebagai
latihan permulaan dalam berbicara diskusi memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1) Melatih siswa atau mahasiswa berpikir secara logis karena dalam diskusi ada proses adu
argumen;
2) Argumentasi yang dikemukakan dinilai anggota lain, untuk
meningkatkan kemampuan berpikir;

17
3) Umpan balik dapat diterima langsung, sehingga dapat memperbaiki cara berbicara;
4) Peserta yang pasif dapat dirangsang oleh pemandu atau peserta lain; dan
5) Para peserta diskusi turut mempertimbangkan gagasan-gagasan.

b. Diskusi Panel
Diskusi ini pada prinsipnya melibatkan beberapa panelis yang mempunyai keahlian dalam
bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan pendapat mengenai suatu masalah
untuk kepentingan pendengar. Panel dipimpin oleh seorang pemandu (moderator). Para
panelis tidak selalu satu pendapat, bahkan perbedaan pendapat lebih merangsang para
pendengar. Dengan mendengarkan beberapa pendapat para ahli, pendengar akan dibimbing
ke arah berpikir secara kritis dan melatih kemampuan menganalisis masalah. Keberhasilan
diskusi panel sangat tergantung pada kelincahan pemandu. Jika semua panelis selesai
berbicara, pemandu memberikan kesempatan kepada pendengar (forum) untuk memberikan
tanggapan, maka diskusi ini berubah nama menjadi diskusi panel forum (Arief dan Noveria,
2013).

c. Ramu Pendapat (Brainstorming)


Bentuk ini dapat dipakai untuk membicarakan segala masalah. Brainstorming adalah aktivitas
dari sekelompok orang yang memproduksi atau menciptakan gagasan yang baru sebanyak-
banyaknya. Brainstorming dilaksanakan apabila:
1) Ingin menentukan informasi macam apa yang diperlukan, dan bagaimana mendapatkan
informasi itu;
2) Ingin menentukan kriteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya sebuah gagasan;
3) Ingin menentukan gagasan mana yang mungkin dilakukan; dan
4) Ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan keputusan setepat-tepatnya.
Dengan brainstorming, diharapkan tercetus gagasan atau kritik sebanyakbanyaknya. Semakin
banyak gagasan atau kritik, maka akan semakin baik. Peserta berlatih menggabungkan dan
meningkatkan gagasan-gagasan. Bentuk ini sangat berguna bagi orang yang sudah
berpengalaman dalam meningkatkan keterampilannya berdiskusi sehingga yang belum
berpengalaman dapat mencontoh cara berdiskusi yang baik. Jika kegiatan brainstorming
mendadak berhenti karena kehabisan gagasan, maka kewajiban pemandu untuk memancing
dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap gagasan yang sudah disampaikan (Arief dan Noveria,
2013).

18
d. Seminar
Seminar merupakan suatu pertemuan untuk membahas suatu masalah tertentu dengan
tanggapan melalui suatu diskusi. Masalah yang dibahas dalam seminar mempunyai ruang
lingkup yang terbatas dan tertentu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jalan keluar dari
suatu masalah. Oleh sebab itu, peserta seminar terdiri dari orang-orang yang berkecimpung
dalam masalah tersebut, sehingga dapat memberikan pendapat untuk memecahkan masalah.
Seminar harus diakhiri dengan kesimpulan atau keputusan, baik berbentuk usul, saran,
resolusi atau rekomendasi. Biasanya yang menjadi pemakalah atau pemrasaran dalam
seminar adalah orang yang dianggap ahli tentang masalah yang didiskusikan (Arief dan
Noveria, 2013).

e. Simposium
Simposium hampir sama dengan panel. Pemrasaran menyampaikan makalah atau
pembicaraan tentang suatu masalah yang disorot dari sudut keahlian masing-masing.
Pemrasaran dalam simposium ini adalah orang yang ahli. Masalah yang dibahas mempunyai
ruang lingkup yang luas, sehingga perlu ditinjau dari berbagai aspek ilmu untuk
perbandingan. Para peserta dapat mengemukakan pendapatnya secara langsung kepada
pemrasaran melalui pemandu. Selain itu, dalam simposium tidak diambil suatu keputusan
(Arief dan Noveria, 2013).

f. Kolokium

Kolokium adalah sejenis diskusi yang proses pelaksanaannya tidak dimulai dengan
membacakan atau menyajikan makalah oleh pemrasaran atau pembicara, dan tidak dimulai
dengan ceramah oleh pemrasaran. Dalam kolokium, diskusi langsung dimulai dengan tanya-
jawab oleh peserta kepada pemrasaran sesuai dengan bidang keahlian atau kepakaran
pemrasaran tersebut. Pemrasaran dan kolokium itu adalah ahli atau pakar di bidangnya,
seperti psikolog, antropolog, pengamat politik, kriminolog, dan sebagainya (Arief dan
Noveria, 2013).

g. Lokakarya

19
Istilah lain lokakarya adalah workshop. Masalah yang dibahas mempunyai ruang lingkup
tertentu dan dibahas secara mendalam. Pesertanya adalah orang-orang yang ahli dalam
bidang tersebut. Dalam lokakarya masalah dibahas melalui tanggapan atau prasaran, serta
diskusi secara mendalam. Sebaiknya, diikuti dengan demonstrasi atau peragaan. Biasanya,
lokakarya diikuti oleh sekelompok orang yang bergerak dalam lingkungan kerja yang sejenis
atau seprofesi. Lokakarya biasanya diadakan apabila :
1) Ingin mengevaluasi suatu proyek yang sudah dilaksanakan
2) Ingin mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
3) Untuk bertukar pengalaman dengan tujuan dan meningkatkan kemampuan kerja (Arief dan
Noveria, 2013).

h. Mimbar Film
Mimbar film adalah sejenis diskusi yang biasanya diadakan untuk menentukan filin-film
yang dibenarkan untuk beredar. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain:
(1) film yang akan dijadikan bahan diskusi harus memenuhi syarat, baik dari isi maupun
nilainya; (2) semua pengikut terlebih dahulu harus mengerti tentang film yang
dipertunjukkan; serta (3) pertanyaan dalam diskusi harus jelas dan konkret. Peserta diskusi ini
terdiri atas pimpinan diskusi, penulis naskah cerita, sutradara, anggota sensor yang telah
ditunjuk, bintang utama, serta kalangan pengamat atau dari badan sensor. Selain itu, film
yang dibicarakan hendaknya juga disajikan, baik berupa penggalan-penggalan, maupun
secara utuh (Arief dan Noveria, 2013).

i. Debat
Pada hakikatnya, debat adalah suatu kegiatan saling adu argumentasi antarpribadi atau
antarkelompok yang mencoba menjatuhkan lawannya supaya pihaknya berada pada posisi
yang benar. Debat adalah diskusi yang terdiri atas dua kelompok yang saling bertentangan
pendapat. Kelompok pertama berpendapat positif (proside) dan kelompok kedua kelompok
berdampak negatif (contra-side, mengenai suatu masalah yang diperdebatkan.
Debat dimulai dengan meneliti pendapat dan posisi argumentatif lawan bicara. Setelah itu,
berkonsentrasi pada titik lemah argumentasi lawan. Debat ini ada 2, yaitu debat Inggris dan
debat Amerika. Debat Inggris diawali dengan pembicaraan dari 2 orang juru bicara masing-
masing kelompok secara bergantian menyatakan pendapatnya, setelah itu diikuti dengan
diskusi yang lain. Penentuan pemenang dalam debat ini dilakakukan dengan pemungutan

20
suara. Sebaliknya, debat Amerika, pelaksanaannya dibagi atas 2 ronde. Setelah kedua ronde
selesai, pemenang debat ditentukan oleh juri (Arief dan Noveria, 2013).

d. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk
dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio atau ditayangkan pada layar televisi. Istilah wawancara sudah tidak
asing lagi di kalangan masyarakat. Wawancara mirip dengan dialog. Namun, wawancara
cenderung lebih mengaktifkan orang yang diwawancarai. Orang yang diwawancarai tentu
amat beragam, bisa ia merupakan seorang ahli atau narasumber, juga bisa sebagai anggota
masyarakat biasa.
( https://youtu.be/Kkzd3d45_Xc )

2.5 Identifikasi unsur-unsur pokok berbicara


Dalam berbicara tentunya diperlukan berbagai unsur agar kegiatan tersebut dapat
dikatakan sebagai suatu kegiatan berbicara. Dalam berbicara terdapat beberapa unsur pokok.
Ada lima unsur pokok dalam berbicara yaitu komunikator, pesan, komunikan,media, afek
atau pengaruh.
Pertama, komunikator adalah sekelompok orang yang menyampaikan pikiran,
gaagsan, perasaan pada orang lain.
Kedua, pesan adalah lambang yang bermakna yang membawakan pikiran atau
perasaan komunikator.
Ketiga, komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran
komunikator ketika ia menyampaikan pesannya.
Keempat, media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan
oleh komunikator kepada komunikan.
Kelima, efek adalah respon atau reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari
komunikator (Almasitoh & Uningowati, 2014).
( https://youtu.be/5M0i6Fbe-q8 )

2.6 Identifikasi jenis-jenis berbicara menurut Keraf


Keraf dalam Saddhono danSlamet (2014:55), mengungkapkan bahwa jenis- jenis
berbicara ada tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif. Jenis-jenis berbicara
tersebut menghendaki reaksi dari para pendengar yang beraneka. Berbicara persuasif
21
menghendaki reaksi dari para pendengar untuk mendapatkan inspirasi atau
membangkitkan emosi; untuk mendapatkan persesuaian pendapat, intelektual, dan
keyakinan; untuk mendapatkan tindakan atau perbuatan tertentu dari pendengar
(bertindak). Berbicara instruktif menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian
yang tepat. Sedangkan berbicara rekreatif menghendaki reaksi dari pendengar berupa
minat dan kegembiraan.
( https://youtu.be/nBXQPuZZU3s ) ( https://youtu.be/seMbe_PIhU8 )

2.7 Identifikasi fungsi, jenis serta metode berbicara dalam Pidato


1. Fungsi Pidato
Fungsi pidato antara lain:
a. Menyampaikan informasi (informatif)
b. Menghibur atau menyenangkan hati pendengar (rekreatif)
c. Meyakinkan pendengar (argumentatif)
d. Membujuk atau mempengaruhi pendengar (persuasif)
2. Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a. Pidato Informasi
Pidato informasi adalah pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan,
memberitahukan, dan menjelaskan sesuatu. Suasana yang serius dan tertib benar-benar
dibutuhkan pada jenis pidato ini karena perhatian akan dipusatkan pada pesan yang akan
disampaikan oleh pembicara. Dalam hal ini, orang yang berpidato haruslah orang yang dapat
berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi yang disampaikan benar-benar
terjaga keakuratannya. Dengan demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi
dengan jelas. Contohnya, pidato Ketua Umum Pemilu mengenai hasil pemilihan suara (Arief
dan Noveria, 2013).
b. Pidato Persuasi
Pidato persuasi merupakan pidato yang bertujuan untuk meyakinkan pendengar
tentang sesuatu. Pada jenis pidato ini, orang yang berpidato benar-benar dituntut memiliki
keterampilan berbicara yang baik karena ia bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya
dari tidak setuju dan tidak mau membantu menjadi setuju dan mau membantu. Seorang yang
akan berpidato harus melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis,

22
masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Contohnya, pidato pimpinan partai di daerah
yang kurang menyenangi atau kurang mendukung partai tersebut (Arief dan Noveria, 2013).
c. Pidato Aksi
Pidato aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan massa. Pada pidato
jenis ini, orang yang menyampaikan pidato haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola,
figur atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai
membangkitkan semangat. Contohnya, pidato presiden Soekarno dalam menggerakkan rakyat
Indonesia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah (Arief dan
Noveria, 2013).
3. Metode Pidato
Berdasarkan cara penyampaiannya terdapat empat metode pidato, yaitu:
a. Metode Impromptu
Metode impromptu adalah metode pidato berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada
persiapan. Orang yang berpidato secara serta merta berbicara atau berpidato berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya. Keuntungan metode ini adalah lebih mengungkapkan
perasaan pembicara, gagasan datang secara spontan, dan memungkinkan pembicara terus
berpikir. Namun, metode pidato ini juga memiliki beberapa kerugian, yaitu menimbulkan
kesimpulan yang mentah, mengakibatkan penyampaian tidak lancar, gagasan yang
disampaikan tidak teratur serta dapat mengakibatkan demam panggung (Arief dan Noveria,
2013).
b. Metode Menghafal
Metode menghafal adalah metode pidato yang terlebih dahulu dilakukan dengan cara
menulis naskah dan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato. Setelah itu, naskah
pidato tersebut dihafalkan kata demi kata. Keuntungan dalam metode pidato ini adalah kata-
kata dapat dipilih sebaik-baiknya serta gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian
menjadi teratur. Namun, kerugian metode ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang
karena pembicara beralih pada usaha untuk mengingat kata-kata. Selain itu, metode ini juga
memerlukan banyak waktu (Arief dan Noveria, 2013).
c. Metode Naskah
Metode naskah adalah metode pidato yang dilakukan dengan cara membaca naskah
yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam pidato-pidato yang
bersifat resmi. Keuntungan menggunakan metode ini adalah kata-kata dapat dipilih sebaik-
baiknya, pernyataan dapat dihemat, dan kefasihan bicara dapat dicapai. Namun, kerugian
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pendengar akan berkurang karena
23
pembicara tidak berbicara langsung pada mereka, pembicara tidak dapat melihat pendengar
dengan baik, serta pembuatan pidato lebih lama (Arief dan Noveria, 2013).
d. Metode Ekstemporan
Metode ini adalah metode pidato yang dilakukan dengan menggunakan catatan-
catatan penting sejenis kerangka sebagai pedoman. Dengan menggunakan kerangka tersebut,
si pembicara atau orang yang berpidato dengan bebas berbicara dan bebas memilih kata-kata
sendiri. Kerangka tersebut hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan ide. Keuntungan
menggunakan metode pidato ini adalah komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik
serta pesan dapat bersifat fleksibel. Kerugian metode ini adalah kemungkinan menyimpang
dari garis besar serta kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata (Arief dan
Noveria, 2013).
( https://youtu.be/rSFW5u22eXw )

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan topik materi capaian pembelajaran tatap muka diatas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berbicara adalah sarana untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Dan keterampilan berbicara adalah pengetahuan bentuk-bentuk bahasa dan makna-
makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan
kepada siapa. Kemampuan berbicara yang baik adalah kecakapan seseorang dalam
menyampaikan sebuah informasi dengan bahasa yang baik, benar dan menarik agar
dapat dipahami pendengar.
2. Konsep dasar berbicara ialah sebagai berikut:
(1). Berbicara dan menyimak adalah proses individu berkomunikasi.
(2). Berbicara adalah proses individu berkomunikasi.
(3). Berbicara adalah ekspresi yang kreatif.
(4). Berbicara adalah tingkah laku.
(5). Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari.
(6). Berbicara distimulasi oleh pengalaman.
(7). Berbicara untuk memperluas cakrawala.
(8). Berbicara adalah pancaran kepribadian.
(9). Berbicara memerlukan sikap asertif.
3. Pentingnya penerapan keterampilan berbicara adalah dapat memberikan sumbangan
bagi pendengar dapat memahami tentang apa yang kita sampaikan, keterampilan
bicara dapat memberi dorongan dalam interaksi seperti menjadi lebih semangat dan
membangkitkan emosi pendengar dan dapat menghibur pendengar. Dan juga dapat
menjadikan seorang yang sopan dan santun, dan keterampilan berbicara juga penting
karena dapat menimbulkan percaya diri dalam berinteraksi antar individu baik dalam
bertukar pendapat maupun mengekspresikan keinginan dan perasaan.
4. Jenis-jenis keterampilan berbicara itu pada umumnya jenis-jenis berbicara yaitu,
wawancara, diskusi, pidato, dan debat. Nah pada pemaparan diatas ada pidato,
ceramah khusus, diskusi, dan wawancara.
25
5. Unsur-unsur pokok berbicara. Dalam berbicara terdapat beberapa unsur pokok. Ada
lima unsur pokok dalam berbicara yaitu komunikator, pesan, komunikan,media, afek
atau pengaruh.
6. Jenis-jenis berbicara menurut Keraf, mengungkapkan bahwa jenis- jenis berbicara ada
tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif.
7. Fungsi, jenis serta metode berbicara dalam Pidato. Pada fungsi pidato itu ada sebagai
informatif, rekreatif, argumentatif, dan persuasif. Dan pada jenis pidato ada pidato
informasi, pidato persuasi, pidato aksi. Serta pada metode pidato itu ada metode
impromptu, menghafal, naskah, dan ekstemporan.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

Herwandi,dkk,2017,Bahasa Indonesia :dua dalam satu dunia,padang,Sukabina press

Herwandi,dkk,diskusi sebagai pengembangan keterampilan berbicara

Harianto,erwin,2020,"Metode Bertukar Gagasan dalam Pembelajaran Keterampilan


Berbicara",DIDAKTIKA, Vol. 9, No. 4,IAI AL-Amanah Jeneponto

https://www.kajianpustaka.com/2020/12/keterampilan-berbicara.html?m=1

https://www.tripven.com/keterampilan-berbicara/

27

Anda mungkin juga menyukai