Anda di halaman 1dari 11

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

BIOLOGI
DI SEKOLAH

Abstrak
Undang-undang no.14 tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik
professional pada jalur pendidikan formal, mulai dari pendidikan usia dini sampai sekolah
menengah. Sebagai pendidik professional, guru harus mampu menyediakan proses
pembelajaran seefisien dan seefektif mungkin. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah
bagi guru biologi adalah salah satu bentuk inovasi dan kreaktivitas, yang berpengaruh
positif bagi penciptaan suasana belajar yang mengiring siswa mengkontruksi pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan. Dengan aktif dan bermakna untuk membangun
kecakapan hidup (Life Skill) dalam mempersiapkan masa depan.
____________________________________________________________________
A. Pendahuluan
Sesuai dengan undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa Guru
adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada pasal 20
undang-undang tersebut menyatakan secara gamblang bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya setiap guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Dari pernyataan undang-undang tersebut, dapat diambil pengertian bahwa tugas keguruan
adalah tugas yang komplit dan luas karena mencakup bidang yang sangat luas yang
meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai dan mengevaluasi
proses pendidikan anak didiknya serta mengiringi perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotor mereka menuju kedewasaan. Dalam melaksanakan tugas pendidikan tersebut
seorang guru berkewajiban merancang, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi hasil
belajar agar proses pembelajaran dapat secara efisien dan efektif mendukung
perkembangan siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pembelajaran biologi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional di sekolah,
mempunyai tujuan pembelajaran yang mengarah pada proses penciptaan perkembangan
peserta didik yang unggul dan berkualitas. Menurut Dirjen DIKDASMEN bahwa
pengembangan kurikulum biologi merespon secara proaktif berbagai perkembangan
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan desentralisasi. Perkembangan itu
bertujuan agar program pembelajaran relevan dengan lingkungan siswa, mampu memupuk
keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa, memberikan kecakapan hidup,
menguasai prinsip-prinsip alam, bersikap ilmiah serta mempunyai kepribadian Indonesia
dan berakhlak mulia (2003:1)
Oleh karena begitu luas dan bermanfaatnya pembelajaran biologi dalam mengembangkan

diri siswa maka guru harus mampu mengkontruksi proses pembelajaran siswa secara
efektif dan efisien. Proses pembelajaran hendaknya mampu menstimuli perkembangan
kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Namun, kenyataan yang ditemui sehari-hari di kelas seringkali guru melaksanakan
pembelajaran secara tidak efektif, dimana guru menyajikan pembelajaran bertopang pada
konsep abstrak yang sulit diterima siswa secara utuh, bermakna, mendalam dan
mengembangkan aspek kecakapan hidup. Hal ini sering terjadi karena guru belum secara
maksimal mengeksploitasi sumber belajar yang ada disekitar siswa, seperti lingkungan
hidup di sekitar sekolah. Padahal pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah
adalah sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kontekstual
untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna (Mastery Learning).
B.Pendidikan dan Pembelajaran
1.Pendidikan
Banyak definisi tentang pendidikan yang disampaikan para pakar pendidikan, namun
intinya menyatakan bahwa sesungguhnya pendidikan itu adalah usaha pendidik untuk
mengembangkan kepribadian anak didik menjadi manusia dewasa. Poerbakawatja dan
harahap (2004:10) dalamMuhibbin Syah menyatakan bahwa pendidikan adalah:
Usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si
anak ke kedewasaan, yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari
segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas
dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru di
sekolah, pendeta atau kyai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan
sebagainya.
Oemar Hamalik (2003:79) menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
adekuat dalam kehidupan masyaraakat.
Manusia yang dewasa dalam istilah agama disebut juga aqil baligh dimana dalam kaca
mata agama terutama pada agama islam. seorang dewasa telah diberi tanggung jawab
pribadi untuk menerima konsekuensi dari semua perbuatannya. Dalam istilah populer,
dewasa yaitu telah mempunyai tanggung jawab moral keagamaan, moral hukum dan moral
kemasyarakatan dan segala konsekuensi hukum yang melekat pada setiap perbuatannya.
Bloom (1974) dalam Abin S. Makmun (2004;26) telah menyusun tujuan pendidikan yang
berorientasi pada perubahan prilaku yang dapat diamati, dapat diukur secara ilmiah. Secara
garis besar Bloom mengelompokkannya kedalam 3 domain yaitu:
1) Kawasan kogitif yang terdiri dari:
- Pengetahuan
- Pemahaman
- Penerapan
- Penguraian

- Memadukan
- Penilaian
2) Kawasan Efektif yang terdiri dari
- Penerimaan
- Sambutan
- Penghargaan
- Pengorganisasian
- Karakterisasi
- Internalisasi
- Penjelmaan
3) Kawasan Psikomotor
- Gerakan jasmani
- Gerakan indah
- Komunikasi nonverbal
- Prilaku verbal
Untuk menjadikan seorang anak menjadi seorang manusia dewasa yang telah mempunyai
kecakapan hidup maka anak harus mendapatkan pendidikan pada masa-masa
pertumbuhannya mulai dari rumah tangga, di lingkungan atau masyarakat serta sekolah,
yang sering kita kenal dengan pendidikan keluarga, pendidikan non formal dan formal.
Pendidikan formal di sekolah mempunyai peranan yang sangat besar dan penting dalam
perkembangan siswa tersebut. Hal ini terjadi karena pendidikan di sekolah telah tersusun
secara sistimatis sesuai denga tujuan pendidikan yang telah di tetapkan yang meliputi:
- Tujuan pendidikan nasional
- Tujuan lembaga pendidikan (Tujuan institusional)
- Tujuan mata pelajaran (Tujuan kurikuler)
- Tujuan belajar mengajar (Tujuan Intruktusional)
Dalam interaksi pendidikan, guru memberikan sejumlah bahan ajaran atau latihan dengan
dukungan buku sumber, alat bantu belajar dan suasana belajar yang kondusif. Dalam
menyiapkan bahan ajar, alat bantu dan suasana belajar tersebut harus sesuai dengan
kondisi siswa dan lingkungan siswa atau sekolah.
Nana S Sukmadinata mengatakan (2003:30)
Situasi pendidikan merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam upaya guru
membantu perkembangan siswa mencapai tujuan-tujuan tertentu, dengan berpedoman
kepada kurikulum dan berlangsung pada suatu lingkungan tertentu. Jadi ada beberapa
komponen yang terlibat secara langsung dalam situasi pendidikan yaitu: siswa, guru, guru,
lingkungan serta sarana dan prasarana. Disamping itu ada komponen yang secara tidak
langsung terlibat yaitu orang tua dan masyarakat.
Pendidikan yang baik yang dihasilkan dari program yang tersusun dan terlaksanakan
dengan baik serta didukung oleh orang tua dan masyarakat akan menghasilkan out put
pendidikan yang baik pula yaitu manusia dewasa yang berqualitas dan bermartabat
sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

2.Pembelajaran Biologi
Proses pembelajaran adalah bagian penting dari proses pendidikan dimana pada proses
belajar mengajar guru atau orang dewasa memberikan pengaruh kepada peserta didik
untuk mengkontruksi pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi dirinya sendiri. Menurut
Slameto (2003:2)
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
Perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran mempunyai sifat-sifat sebagai barikut:
1) Terjadi secara sadar
Seorang siswa yang telah mengalami proses pembelajaran sadar telah terjadi perubahan
pada dirinya, misalnya dari ketidaktahuan pada suatu konsep pengetahuan menjadi tahu.
2) Bersifat berkesinambungan
Seorang siswa yang diajar dan dilatih menanam pohon selanjutnya diajari dan terampil
memupuk dan memelihara tanamannya.
3) Bersifat positif
Perubahan senintiasa terus berkembang ke arah yang positif dan konstruktif.
4) Bersifat kekal
Pengetahuan atau keterampilan yang diterima siswa bertahan samapi dewasa
5) Bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku bertujuan dan terarah kepada perkembangan ke arah perubahan
tingkah laku yang lebih kompleks.
6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku
Meliputi perubahan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan
Pembelajaran Biologi sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah merupakan komponen
yang tak terpisahkan dari struktur pendidikan di sekolah. Mata pelajaran biologi mempunyai
karakteristik umum seperti mata pelajaran lainnya dan mempunyai corak khusus sesuai
dengan sifat mata pelajaran biologi. Menurut Dirjen Dikmenum (20032)
Mata Pelajaran Biologi berfungsi untuk menanamkan kasadaran terhadap keindahan dan
keteraturan alam sehingga siswa dapat meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang
maha Esa sebagai warga negara yang menguasai teknologi untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan melanjutkan pendidikan. Mata pelajaran biologi Bertujan untuk:
1) Memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan.
2) Mengembangkan keterampilan dasar biologi untuk menumbuhkan nilai sikap ilmiah.
3) Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana
yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
4) Mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
proses kehidupan dalam kejadian sehari-hari.
5) Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
6) Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan.
Pembelajaran biologi bisa berlangsung dengan beberapa jenis metode dan pendekatan.

Metode yang sering dipakai pada pembelajaran biologi antara lain:


1) Metode eksperimen
2) Metode demonstrasi
3) Metode pameran
4) Metode tanya jawab
5) Metode kooperatif
6) Metode diskusi informasi
7) Metode darmawisata
8) Metode bermain peran
Sedangkan pendekatan yang sering dipakai antara lain:
1) Pendekatan Konsep
2) Pendekatan Lingkungan
3) Pendekatan Inquiry-Discovery
4) Pendekatan Berbasis Masalah
5) Pendekatan STM
6) Pendekatan Kontekstual
7) Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan konsep, mengarahkan siswa untuk memahami pembelajaran melalui
pemahaman konsep tertentu. Pendekatan lingkungan membelajarkan siswa dengan
mendasarkan pembelajaran pada isu atau penomena lingkungan yang ada di sekitar siswa.
Pendekatan Inquiry-Discovery belajar dengan mengikuti pola kerja ilmiah. Pembelajaran
dengan mengidentifikasi, memprediksi dan memecahkan masalah menurut langkahlangkah ilmiah. Pendekatan Pemecahan Masalah hampir sama dengan Inquiry-Discovery
dimana pada pendekatan ini siswa dihadapkan pada masalah, dimana pada pembelajaran
siswa dibimbing untuk mengumpulkan data, memilah dan mengajukan pertanyaan yang
mengarah pada pemecahan masalah. Pendekatan STM membimbing siswa mempelajari
konsep sains dengan menghubungkan konsep-konsep sains dengan fenomena yang ada
dimasyarakat dan hubungannya dengan teknologi yang berkembang dan bermanfaat pada
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Pendekatan Kontekstual adalah pembelajaran
dimana pada pembelajaran pengetahuan siswa dibangun dengan menghubungkan konsep
sains dengan lingkungan kontekstual siswa, dimana siswa dibimbing mengkontruksi
pengetahuan sendiri menghubungkan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa dengan
lingkungan nyatanya dan terkonstruksi pengetahuan baru. Pembelajaran keterampilan
proses sains tidak mengarahkan untuk menguasai konsep pengetahuan semata.
Pembelajaran keterampilan proses sains dirancang untuk membimbing siswa menguasai
langkah kerja ilmiah. Menurut Rustaman (2007) terdapat beberapa keterampilan proses
antara lain:
1) Mengamati
2) Mengelompokkan/ Mengklasifikasi
3) Meramal/ Memprediksi
4) Mengajukan pertanyaan
5) Berhipotesis

6) Merencanakan penelitian
7) Menggunaan alat dan bahan dalam penelitian
8) Menerapkan konsep
9) Berkomunikasi.
( Oman Karmana: 2007: 9)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Secara garis besar
dapat dibedakan atas dua golongan besar yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Menurut
Slameto (2003: 54) Faktor tersebut adalah:
a. Faktor Intern: terdapat tiga faktor intern yaitu:
1) Jasmani yang meliputi: kesehatan dan keadaan tubuh.
2) Psikologis yang meliputi: Inteligensia, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan.
3) Kelelahan yang meliputi: kelelahan fisik dan rohani.
b. Faktor Ekstern : terdapat 3 faktor ekstern yaitu:
1) Keluarga yang meliputi: Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, ekonomi keluarga, pengertian orang tua, kebudayaan.
2) Sekolah yang meliputi: metode dan pendekatan guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu, gedung, pustaka,
laboraturium dan lingkungan sekolah
3) Masyarakat yang meliputi: Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, kehidupan masyarakat
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut saling terkait satu yang
lain. Semakin besar dukungan dari faktor tersebut semakin besar harapan pembelajaran
berlangsung dengan efektif dan efisien. Guru sebagai faktor yang penting dalam
pembelajaran, diharapkan mampu mengkondisikan dan memanfaatkan faktor-faktor
tersebut semaksimal mungkin. Jika guru tak mampu mengembangkan potensi diri siswa
dan memanfaatkan dukungan faktor-faktor lainnya maka pembelajaran tidak akan berhasil
secara optimal mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran.
C. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Biologi dan Teori Belajar
yang Relevan
1. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Biologi
Sebagaimana yang telah dibicarakan pada Bab sebelumnya bahwa guru memiliki peranan
yang sangat menentukan pada keberhasilan pembelajaran anak didik. Seorang guru yang
profesional mampu mendayagunakan seluruh potensi yang ada untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan mendorong siswa lebih aktif mendapatkan pengetahuan
dengan mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui interaksi dirinya dengan sumber
belajar.
Salah satu sumber belajar yang sering terabaikan oleh guru-guru termasuk dalam hal ini
guru-guru biologi adalah pemanfaatan seoptimal mungkin lingkungan sekolah. Lingkungan
sekolah di sini adalah pekarangan sekolah sebagai suatu ekosistem, ekosistem disekitar

sekolah sebagai sumber belajar potensial dan efektif dalam membangun pengetahuan,
sikap ataupun keterampilan anak didik sebagai wadah pengembangan life skill mereka.
Oman Karmana (2007:10) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa dengan memanfaatkan lingkungan sekolah, umpamanya belajar interaksi antar
organisme di kebun sekolah merupakan contoh pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dapat dianggap
sebagai sumber belajar yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan. Seorang guru biologi memulai pembelajaran dengan menghadapkan siswa
pada suatu masalah di lingkungan sekolah, umpamanya bunga dipekarangan tidak tumbuh
dengan subur, lalu siswa dibimbing untuk mendapatkan jawaban secara mandiri atau
berkelompok adalah sebuah contoh pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah
(Problem Based Learning). Menurut Ibrahim dan Nur (2002) dalam Runi (2005:17)
Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir
dan pemecahan masalah, belajar berperan sebagai orang dewasa melalui keterlibatan
mereka dalam pengalaman nyata, menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang
memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan
membangun pemahaman tentang fenomena itu.
Bila permasalahan diapresiasi dengan penelitian mengikuti kerangka berfikir ilmiah, maka
hal tersebut adalah Inquiry-Discovery yang akan membangun keterampilan proses siswa
mulai dari tindakan observasi, prediksi dan membuat hipotesis, mengidentifikasi variable,
melakukan penelitian dengan menggunakan alat dan bahan percobaan, mengontrol
variable, mengumpulkan data, mengorganisasi dan memaknai data, membuat laporan
penelitian dan mampu mengkomunikasikan kepada orang lain.
Belajar reproduksi tumbuhan melalui praktek pembibitan dengan melibatkan nara sumber
dari luar misalnya dari balai benih disekitar sekolah dengan pemanfaatan teknologi
sederhana yang ada di tengah masyarakat adalah contoh pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM). Bila pembelajaran dirancang dengan mengedepan pertimbangan
kekhasan daerah dan lingkungan nyata siswa dengan langkah-langkah Kontruktives,
inquiry, bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), Refleksi,
permodelan dan mengggunakan authentic assesment adalah cerminan dari pendekatan
kontekstual telah terlaksana pada pembelajaran tersebut.
Pembelajaran Biologi di pekarangan atau lingkungan sekitar sekolah memungkinkan siswa
belajar lebih leluasa melibatkan seluruh potensia indra, emosi dan organ motoriknya oleh
karena itu pembelajaran terasa lebih nyata sehingga pembelajaran lebih bermakna dan
mudah dipahami.
Hamalik (2003:91) menyatakan bahwa pembelajaran modern lebih dititik beratkan pada
aktivitas sejati. Aktivitas sebagai asas pembelajaran memiliki manfaat:
1) Siswa mencari pengalaman sendiri dengan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa yang pada gilirannya dapat
memperlancar kerja kelompok.

4) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis, kekeluargaan,


musyawarah dan mufakat
5) Membina dan memupuk kerjasama antar sekolah, masyarakat serta hubungan antar
guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
6) Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan
pemahaman dan berfikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme.
7) Pembelajaran dengan kegiatan belajar menjadi lebih hidup sebagaimana halnya
kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika
Nasution (1985:1) mengatakan bahwa benda-benda nyata memberikan kesempatan siswa
melihat sendiri secara langsung dan sekaligus dapat mengembangkan keterampilan
psikomotor, serta memudahkan siswa dalam perkembangan mental dan memperluas
tanggapan-tanggapannya, sehingga dengan demikian kedekatan anak kepada pelajaran
bertambah. Senada dengan itu Sri Redjeki (1997:2004) menyatakan untuk memperluas
konsep yang dipaparkan guru, maka dapat diupayakan dengan menggunakan contoh yang
akurat kepada siswa, dengan kata lain guru harus banyak memasukkan contoh dari
penjelasan pelajaran dari lingkungan yang ada di sekitar siswa. Menurut Sheal&Peter
dalam Marwan (2004:12) Penguasaan belajar dari berbagai modus pembelajaran adalah:
10% dari membaca, 20% dari mendengar, 30% dari melihat, 50% dari melihat dan
mendengar, 70% dari mengatakan dan 90% dari mengatakan dan melakukan. Dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran akan efektif kalau siswa terlibat fisik
dan emosional dengan kegiatan pembelajaran serta mendiskusikan secara aktif dalam
kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan seluruh siswa terlibat berinteraksi secara
aktif (Cooperatif Learning).
Dale dalam Notoatmodjo (2003:72) memberi peringkat efektivitas pemeblajaran seperti
tabel berikut:
Tabel Efektivitas Pembelajaran
No Cara/ Alat Belajat Efektivitas
1 Kata-kata 1
2 Tulisan 2
3 Rekaman 3
4 Film 4
5 Televisi 5
6 Pameran 6
7 Field Trip 7
8 Demonstrasi 8
9 Sandiwara 9
10 Benda tiruan 10
11 Benda asli/ Suasana asli 11
Pembelajaran tentang ekosistem, interaksi antar organisme misalnya akan lebih efektif jika

berlangsung di pekarangan atau lingkungan sekolah dan atau lingkungan sekitar sekolah.
Akan lebih lebih bermakna jika siswa dibimbing menbina sebuah ekosistem mini dengan
membangun kebun sekolah, apotik hidup atau kolom ikan. Pembelajaran tentang
pencemaran lingkungan lebih bermakna jika siswa dibimbing mempraktekkan teknik
pengolahan sampah atau kompos. Praktikum reproduksi tumbuhan akan lebih berharga jika
diarahkan pada usaha penghijauan sekolah atau lingkungan sekitar sekolah.
Pembelajaran yang konstruktif seperti diatas akan mematri life skill siswa lebih mendalam,
karena dari pembelajaran yang bermakna dan kontruktif tersebut akan memudahkan guru
memberikan kasadaran diri (self awareness) akan potensi diri dan kedudukan pribadi di sisi
Allah SWT dan di tengah masyarakat. Kemampuan berkomunikasi, dan keterampilan
vokasional sebagai bagian dari life skill akan lebih mudah dibangun dan diperkuat.
2. Teori yang Relevan
Banyak teori belajar yang relevan dengan teknik pembelajaran dengan pemanfaatan
lingkungan sekolah dalam pembelajaran antara lain:
a. Teori Belajar Gestalt
Teori belajar kognitif atau teori gestalt menekankan kepada proses intelektual yang
kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, pemecahan masalah sebagai aspek utama
dalam pembelajaran (Sudjana, 1991:24). Dalam teori kognitif ini dikatakan bahwa seorang
siswa telah mempunyai pengetahuan awal tentang suatu konsep. Pengetahuan awal diberi
rangsangan oleh pengalaman baru. Asosiasi pengetahuan lama dengan pengalaman baru
akan membentuk struktur pengatahuan baru.
Prinsip penting dari teori gestalt adalah bahwa jika siswa akan berhasil dalam pembelajaran
jika telah siap menerima suatu pemeblajaran. Perkembangan siswa dipengaruhi oleh
lingkungan dan pengalaman. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan intelektual,
emosi dan jasmani. Belajar adalah insight, reorganisasi pengalaman yang membangun
suatu skemata baru pada kognitif siswa.
b. Teori Belajar Thorndike
Thorndike mengemukakan tiga prinsip pembelajaran yaitu, (1) law of readiness, belajar
akan berhasil jika siswa siap untuk melakukan pembelajaran, (2) law of exercise, belajar
akan berhasil jika ada latihan atau praktek, (3) law of effect, belajar akan bersemangat jika
siswa megetahui dan mendapatkan hasil yang baik (Surya, 2004:28)
Sebagai bagian dari teori bahviorisme maka teori ini menempatkan pangalaman langsung
sebagai bagian penting dalam pembelajaran. Pengalaman langsung akan membentuk
pengalaman nyata pada diri siswa. Latihan atau penagamatan adalah pengalaman
authentik yang akan membentuk struktur pengetahuan baru pada diri siswa.
c. Teori Belajar Bruner
Bruner berpendapat bahwa pembelajaran yang paling tepat adalah menyiapkan
pengalaman belajar menemukan (discovery learning), sehingga memungkinkan siswa
mengembangkan informasi dan keterampilan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.Menurut bruner (Winkell, 1996:391., dahar, 1996:103) belajar dengan cara
menemukan sendiri sesuai dengan hakikat manusia sebagai orang mencari-cari secara

aktif dan menghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh bermakna.


Menurut Dahar (2003:65) pembelajaran menurut teori Bruner bertitik tolak dari dua asumsi,
yaitu (1) pengetahuan diperoleh karena adanya interaksi aktif dengan lingkunagn, (2) orang
akan mengkontruksi pengathauannya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang ada pada struktur kognitifnya.
d. Teori Belajar Vygotski
Teori belajar vigotski menyatakan bahwa perkembangan intelektual terjadi pada saat
individu berhadapan dengan pangalaman baru yang menantang dan ketika mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang muncul (Runi, 2005:26)
D.Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan teori-teori pendidikan di atas dapat disimpulkan:
a. Guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pembelajaran
b. Guru harus mengoptimalkan seluruh sumber belajar untuk menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien
c. Pembelajaran yang efektif dan bermakna adalah pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif secara jasmani dan rohani
d. Lingkungan hidup di sekolah adalah sumber belajar yang mampu memberikan
sumbangsih yang besar sabagai sumber belajar siswa khususnya pada pembelajaran
biologi
2.Saran
Berdasarkan uraian di atas dan kesimpulan kami sarankan:
a. Kepada guru biologi untuk mengoptimalkan penggunaan lingkungan hidup di sekitar
sekolah atau pekarangan sekolah sebagai sumber belajar biologi di sekolah
b.Kepada guru biologi dan peneliti diharapkan untuk mengembangkan penelitian tentang
efektivitas lingkungan sekitar
Daftar Pustaka
Dahar, R. W. (1996) Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
......................(2003) Aneka Wacana Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung. Tarsito
Dirjen Dikdasmen (2003) Kurikulum 2004 SMA. Jakarta. Depdiknas
Hamalik, O. (2003) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara
.....................(2003) Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Karmana, O (2007) Cerdas belajar Biologi. Petunjuk Guru. Bandung. Grafindpo
Makmun, A. S (2004) Psikologi Pendidikan. Bandung. Rosda
Marwan (2004) Pengembangan Silabus& Implementasi Pembelajaran Kurikulum 2004.
Presentasi pelatihan Kurikulum 2004. Pekanbaru
Nasution, T (1985) Membangkitkan Minat Anak. Jakarta. Madju
Notoatmodjo, S. (2003) Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta. Rineka Cipta
PGRI (2006) Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen. PGRI. Jakarta
Slameto (2003) Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta

Sudjana, N (1991) Teori-Teori Belajar untuk pengajaran. Jakarta. Fekon UI


Surya, M ( 2004) Psikoilogi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung. Pustaka Bani Quraisy
Redjeki, S (1997) Telaah Perkembangan Konsep Biologi dalam Pendidikan Indonesia.
Disertasi PPs IKIP Bandung
Sukmadinata, N. S (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Rosda
Runi (2005) Efektivitas Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
learning) Dalam Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah pada mata pelajaran Biologi
Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas I SLTP. Tesis. S2 UPI Bandung
Winkel, W. S (1996) Psikologi Pengajaran. Jakarta. Grasindo
http://risecahyono.blogspot.com/2010/01/pemanfaatan-lingkungan-sekitarsekolah.html

Anda mungkin juga menyukai