Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ANEKA MODEL INTERAKSI KELAS RANGKAP DALAM PKR


Disusun Guna Memenuhi Tugas Pembelajaran Kelas Rangkap

Dosen Pengampu : Drs. Jaino M.Pd

Disusun Oleh :

Murni (1401413605)
Leni Susanti (1401413612)
Satriadi (1401413631)

Rombel PPGT 2013

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Di indonesia yang mempunyai wilaya yang luas dan terdiri ribuan pulau, tak
dapat di hindari permaslahan penyebaran dan permasalahan perbadaan. Begitu juga
sistem pendidikan kita.Misalnya dalam penyebaran guru SD, Sistem pendidikan
kita belum mampu menyebarkan SD secara merata ke segalah penjuru wilaya
tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan Guru SD secara lokal di mana-
mana, termasuk dipapua masi mengalami kekurangan Guru Sdsekitar 4000 0rang.

Dalam masalah perbedaan dalam kualitas hasil belajar pada umumnya murid
SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingan dengan meraka yang berada di
daerah, terutamah daerah terpencil. Akibat kekurangan Guru mungkin saja akan
menambakan adanya perbedaan ini.

Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti penyebab


terjadinya kurang baik kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini di karenakan kita
belum menemukan teknik yang tepat untuk melakukan pembelajaran kelas rangkap
(pkr). Dalam unit II, sub unit III ini, anda akan kami ajak untuk memahami aneka
model interaksi kelas dala pkr, oleh karena itu anda tidak punya lagi angapan
bawah pkr merupakan suatu masalah yang sulid untuk di atasi. Namun, justru
sebaliknya pada diri anda akan mendapat pemahaman terhadap pkr adalah suatu
tantangan dan kenyatan tersebut harus anda hadapi sebagai tugas Guru SD.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Aneka Model Interaksi dalam PKR?


2. Bagaiamankah model-model interkasi dalam PKR?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui jenis-jenis model interaksi dalam PKR
2. Untuk mengetahui tentangmodel-model interkasi dalam PKR
BAB II
Pembahasan
A. Aneka Model Interaksi Kelas Dalam PKR
Sesuai dengan prinsip khusus PKR seperti dibahas kelompok presentasi yang
lalu, pelaksanaan PKR memerlukan penerapan berbagai model pembelajaran yang
berpotensi mengaktifkan siswa. Mengenai model tersebut, Winataputra (1997)
mengadaptasi beberapa model yang tercakup dalam dua kelompok yakni:
1. Model Proses Belajar Arahan Sendiri (MPBAS)
2. Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS) yang meliputi:
a. Model Olah Pikir Sejoli (MOPS)
b. Model Olah Pikir Berebut (MOPB)
c. Model Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
d. Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS)
e. Model Tutorial Lintas Kelas (MTLK)
f. Model Diskusi Meja Bundar (MDMB)
g. Model Tugas, Diskusi dan Resitasi (MTDR)
h. Model Aktivitas Tugas Terbuka (MATTa) dan tertutup (MATTu).
Untuk masing-masing model akan disajikan urutan dan saran penggunaanya
dalam rangka PKR.
1. Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS)
Model PBAS merupakan suatu kerangka kegiatan belajar atas prakarsa siswa
atau secara mandiri dengan mendapat bimbingan seperlunya dari guru. Dalam model
ini guru berperan sebagai pemberi kemudahan belajar atau “facilitator of learning”,
misalnya menyediakan sumber belajar, memberi petunjuk, memberi dorongan,
mengecek kemajuan belajar, memberi balikan dan mengecek hasil belajar siswa.
Model PBAS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
 Kegiatan Guru
1. Menyediakan sumber belajar
2. Memberikan penugasan belajar
3. Mengecek kemajuan belajar
4. Memberikan penugasan belajar lanjut
5. Mengecek kemajuan belajar
6. Mengevaluasi hasil belajar siswa
 Kegiatan Siswa
1. Penyeleksian
- Menemukan informasi esensial/inti
- Membuat catatan tentang butir-butir yang penting
- Mengeksplorasi ide pokok
2. Pemahaman
- Melihat bahan lebih awal
- Menggunakan isarat kontekstual
- Mencari sumber bahan
3. Penguatan Ingatan
- Mengkaji ulang bahan
- Mengingat butir penting
- Mengetes sendiri
- Merancang cara belajar sendiri
4. Penjabaran lanjutan
- Bertanya pada diri sendiri
- Membentuk citra sendiri
- Menarik analogi dan metapora
5. Pengintegrasian
- Mengungkapkan sendiri
- Membuat ilustrasi atau diagram
- Menggunakan banyak sumber
- Mengaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
- Menjawab permasalahan sendiri
6. Pengecekan
- Mengecek apa yang telah dikuasai
- Menyadari kekuatan dan kelemahan
 Saran Penggunaan
Model PBAS ini diadaptasi dari model Thomas, Strage dan Curley tahun 1988
dalam Miller tahun 1989. Model ini digunakan sebagai model belajar mandiri. Belajar
mandiri bisa dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Inti dari belajar
mandiri adalah mencari dan mengolah informasi atas dasar dorongan belajar dari
dalam diri. Artinya tanpa menunggu datangnya tugas atau perintah dari orang lain.
Walaupun demikian karena model ini akan diterapkan di SD, arahan dari guru masih
tetap diperlukan dalam kadar yang tidak terlalu besar. Berikanlah petunjuk yang
sesingkat, sejelas, setegas mungkin. Model ini harus menjadi intinya PKR. Dalam
hubungan ini guru PKR bertugas untuk memelihara kelangsungan kegiatan tersebut.
Keberhasilan PKR sebagian terbesar terletak pada berhasiltindaknya PBAS
dibudayakan di lingkungan sekolah.
2. Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (MPBMKS)
Model Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS) terdiri atas model-model
sebagai berikut:
a. Model Olah Pikir Sejoli (MOPS)
Model olah pikir sejoli atau MOPS merupakan kerangka kegiatan belajar
secara berpasangan. Setiap pasang siswa ditugasi untuk melakukan suatu kegiatan
secara bersama-sama di bawah kontrol guru. Model OPS memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
 Langkah – langkah
Tahap 1 Siswa menyimak pertanyaan atau tugas yang diajukan guru.
Tahap 2 Semua murid diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan
atau tugas tersebut.
Tahap 3 Guru memberi isyarat agar siswa secara berpasangan dengan siswa lain yang
duduk di sampingnya untuk mendiskusikan jawaban atau mengerjakan tugas yang
telah dipikirkan sendiri. Setiap pasangan diminta untuk merumuskan jawaban yang di
sepakati berdua.
Tahap 4 Masing-masing pasangan diminta untuk menyampaikan pendapatnya dalam
diskusi kelas yang dibimbing guru.
o Catatan: Waktu untuk mengerjakan setiap tahap diatur oleh guru sesuai dengan
keadaan.
 Saran Penggunaan
Model OPS diadaptasi dari Model “Think Pair Share” Kagan tahun 1989 dalam
Miller (1989).
Model ini menitikberatkan pada komunikasi banyak arah secara bertahap. Tahap
pertama dan kedua meawadahi komunikasi satu arah (guru-murid) dengan respon
dalam bentuk komunikasi dalam diri atau intrapersonal. Tahap ketiga mewadahi
komunikasi timbal balik dalam kelompok kecil dua orang sebagai persiapan
komunikasi banyak arah dalam diskusi kelas pada tahap keempat. Pada dasarnya
model ini memiliki tujuan Pembina kerjasama dan komunikasi social. Model ini dapat
digunakan dalam kelas PKR khususnya dalam satu atau lebih dari satu mata pelajaran
yang menampilkan satu topik yang ditata menurut arasnya. Dalam suasana PKR
dengan satu ruangan (PKR211) pasangan diskusi dapat terdiri dari dua murid berbeda
kelas. Dalam penggunaan model ini guru berperan sebagai penanya,moderator atau
pengatur dan manager atau pengelola kelas.
b. Model Olah Pikir Berebut (MOPB)
Model Olah Pikir Berebut atau MOPB merupakan kerangka kegiatan belajar
yang menekankan pada proses berfikir menyebar atau “divergent thinking” secara
dialogis.
Model OPB memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
 Langkah-langkah
Tahap 1 Guru mengajukan pertanyaan yang meminta banyak jawaban.
Tahap 2 Siswa secara perorangan berpikir dan selanjutnya memberi jawaban secara
lisan.
o Saran Penggunaan
Model OPB ini diadaptasi dari model “Roundrobin” dari Kagan tahun 1989 dalam
Miller 1989. Model ini termasuk kedalam proses curah pendapat atau yang dirangsang
dengan pertanyaan menyebar yakni pertanyaan yang menuntut banyak jawaban yang
bervariasi. Pola PKR yang cocok sebagai arena penerapan ni adalah pola satu atau
lebih dari satu kelas dalam satu ruangan untuk membahas atau lebih dari satu mata
pelajaran yang mempunyai topk an subtopic. Tujuan model ini bukanlah untuk
mendapatkan suatu kesimpulan tetapi untuk melibatkan sebanyak-banyaknya murid
dalam menggali sebanyak-banyaknya pendapat. Peran guru yang utama adalah sebagai
penanya sesuai tujuan pembelajaran, moderator dan manager kelas.
c. Model Konsultasi Intra Kelompok (MKIK)
Model Konsultasi Intra Kelompok atau MKIK merupakan kerangka kegiatan
belajar kelompok dalam mememcahkan masalah dengan menggunakan sumber belajar
yang tersedia. Model KIK memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
 Langkah-langkah
Tahap 1 Siswa diminta menyiapkan alat tulis. Semua pena disimpan di tengah meja
setiap kelompok.
Tahap 2 Seorang siswa pada setiap kelompok diminta membacakan pertanyaan dari
beberapa pertanyaan yang telah disiapkan guru.
Tahap 3 Semua siswa mencari jawaban dari buku yang tersedia atau dari hasil diskusi
kelompok.
Tahap 4 Siswa yang duduk sebelah kiri pembaca pertanyaan pada setiap kelompok,
ditugaskanuntuk mengecek apakah setiap murid dalam kelompok mengerti maksud
pertanyaan dan menyepakati jawabannya.
Tahap 5 Bila telah dicapai kesepakatan mengenai jawaban atas pertanyaan itu, semua
murid mengambil pena masing-masng dan menuliskan jawaban dengan kata-kata
sendiri pada buku catatan masing-masing.
Tahap 6 Selanjutnya dengan mengikuti urutan langkah 1 sampai 5 meneruskan kegiatan
untuk pertanyaan ke 2 dan seterusnya sampai setiap murid dalam kelompok mendapat
giliran membacakan pertanyaan dan mengecek jawaban kelompok.
o Catatan: Selama proses berlangsung guru memantau, memberi petunjuk yang
diperlukan dan memelihara disiplin kelas.
 Saran Penggunaan
Model KIK ini diadaptasi dari model “Team mate Consult”dari Kagan tahun
1989 dalam Miller (1989). Tujuan model ini adalah untuk mengembangkan
kemampuandan kebiasaan saling berbagai ide dan memebuat kesepakatan bersama
mengenai sesuatu hal serta menuangkan hasil kesepakatan itu dengan bahasa sendiri.
Model ini dapat diterapkan dalam kelas PKR baik yang dilakukan dalam satu atau
lebih dari satu mata pelajaran. Yang perlu dicatat ialan pengelompokan murid
sebaiknya menurut kelas. Mungkin akan lebih cocok digunakan di kelas IV ke atas
mana murid sudah bisa menuliskan buah pikirannya.
d. Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS
Model Tutorial Teman Sebaya (MTTS) merupakan kerangka kegiatan belajar siswa
dengan memanfaatkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan lebih untuk
membantu temannya dalam melakukan sesuat kegiatan atau memahami suatu konsep.
Model TTS memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Pilihlah siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Tahap 2 Berikan tugas khusus untuk membantu temannya dalam bidang tertentu.
Tahap 3 Guru selalu memantau proses saling membantu tersebut.
Tahap 4 Beriakan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik anak yang membantu
maupun yang dibantu merasa senang.
 Saran Penggunaan
Model TTS ini dirancang untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan saling
membantu antar teman sebaya. Miller (1989) memberikan beberapa saran untuk dapat
berhasilnya program tutorial sebagai berikut:
1) Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai,
2) Jelaskan tujuan itu kepada seluruh kelas,
3) Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai,
4) Gunakanlah cara yang praktis,
5) Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru,
6) Pusatkan kegiatan toturial pada keterampilan pikiran yang diminta di kelas,
7) Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor,
8) Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutorial. Dalam
memanfaatkan totur sebaya guru berperan sebagai manusia yang akan dimintakan
keterangan,petunjuk, dan sarannya oleh:murid yang ditugasi sebagai totur sebaya.
Jagalah agar murid yang menjadi totur tidak bersikap sombong.
e. Model Toturial Lintas Kelas (MTLK)
Model Toturial Lintas Kelas (MTLK) merupakan kerangka kegiatan belajar
siswa dengan memanfaatkan siswa lain kelas yang lebih tinggi untuk membantu siswa
kelasnya dalam memahami ataumengerjakan sesuatu. Model MTLK memilki langkah-
langkah sebagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Pilih siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dikelas di atasnya.
Tahap 2 Berikan tugas khusus untuk membantu siswa adik kelasnya
Tahap 3 Guru selalu memantau proses saling membantu proses saling membantu
tersebut.
Tahap 4 Berikan penguatan kepada kedua belah pihak agar baik siswa yang membantu
maupun yang dibantu agar mereka merasa senang.
 Saran penggunaan
Model TLK digunakan secara lintas kelas yang lebih tinggi, misalnya murid
kelas VI yang pandai ditugas untuk membantu kelompok kelas dibawahnya. Semua
saran Militer (1989) uuuntuk model TTS berlaku untuk model ini.
f. Model Diskusi Meja Bundar (MDMB)
Model Diskusi Meja Bundar atau MDMB merupakan kerangka kegiatan
belajar siswa yang bersifat mengundang pendapat siswa secara tertulis dalam suasana
terstruktur. Model DMB memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Siswa dibagi dalam kelompok kecil berjumlah 3-4 orang.
Tahap 2 Guru mengajukan pertanyaan secara tertulis atau lisan menuntut banyak
jawaban.
Tahap 3 Selembar kertas diedarkan dalam setiap kelompok. Setiap bergilir setiap murid
dalam kelompok itu, menuliskan jawaban terhadap pertanyaan menurut pendapatnya
sendiri.
 Saran penggunaan
Model DMB ini diadaptasi dari model “Roundtable” dari kagan tahun 1989
dalam Militer (1989). Tujuan model ini ialah mengembangkan keterampilan
mengemukakan ide secara tertulis melalui situasi kerja kelompok. Model ini mirip
dengan model OPB, hanya dengan ,odel OPB jawaban murid disampaikan secara
lisan. Pengguanaan model ini akan lebih tepat dikelas IV ke atas.
g. Model Tugas Diskusi-Resitasi (MTDR)
Model Tugas dan Resitasi atau MTDR merupakan kerangka kegiatan belajar
siswa dalam rangkaian kegiatan melaksanakan tugas, mendiskusikan tugas, dan
melaporkan hasil pengerjaan tugas tersebut. Model TDR mmiliki langkah-langkah
sevagai berikut:
 Langkah-langkah
Tahap 1 Pemberian tugas dari guru.
Tahap 2 Pelaksanaan diskusi kelompok siswa.
Tahap 3 Pelaporan hasil diskusi siswa.
o Catatan: Selama proses berlangsung guru memantau, memberi balikan, dan
memilihara disiplin kelas.
 Saran penggunaan
Model TDR merupakan kombinasi dari metode pemberian tugas dan diskusi.
Model ini cocok digunakan dikelas VI ke atas. Tujuan model ini tertuju pada
pengembangan keterampilan akademik yang tercapai melalui situasi kerja sama.
Dalam model ini guru berperan sebagai manager kelas, nara sumber, dan
penilai/pemonitor.
h. Model Aktivitas Tugas Tertutup (MATTu), dan Aktivitas Tugas Terbuka
(MATTa)
Kedua model tersebut (MATTU dan MATTA) merupakan kerangka kegiatan
belajar melalui pemberian tugaas kepada siswa secara terarah pada satu jawaban atau
banyak jawaban.
 Langkah-langkah:
Model ATTU dan Model ATTA merupakan model pemberian tugas. Tidak
memiliki langkah khusus, karena itu berlaku prosedur pemberian tugas biasa. Yang
khas dalam kedua model ini ialah dalam sifat isi tugasnya. Tugas tertutup berbentuk
tugas yang hanya memerlukan satu jawaban yang benar. Sedangkan tugas terbuka
berbentuk tugas yang memnuntut hasil yang beraneka ragam misalnya tugas membuat
karangan.
 Saran penggunaan
Model ini dapat digunakan unuk berbagai bidang studi. Dalam kelas PKR
model ini lebih tepat digunakan di kelas IV ke atas. Peran guru dalam model ini adalah
sebagai nara sumber dan manager kelas. Misi utama model ini adalah melatih
keterampilan berpikir kognitif dan komuniasi secara tertulis.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Agar Anda dapat lebih memahami materi pada sub unit 3 ini, sekali lagi
bacalah rangkuman berikut ini:
1. Penyusunan jadwal harian pada kelas PKR harus mempertimbangkan beberapa kelas
yang dirangkap, berupa mata pelajaran yang akan diajarkan, topik-topik apa saja yang
akan dibahas, dan format pembelajaran yang mana yang akan digunakan.
2. Pada dasarnya ada dua format atau bentuk atau model metode pembelajaran dalam
PKR yaitu: Proses Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dan Proses Belajar Melalui Kerja
Sama (PBMKS). Model pertama menitikberatkan pada inisiatif/berbuat atas dorongan
sendiri dan merupakan belajar perorangan, sedang yang kedua menekankan pada cara
belajar bersama (cooperative learning).
3. Model PBMKS mencakup model atau bentuk belajar sebagai berikut: Olah pikir Sejoli
(OPS), Olah Pikir Berebut (OPB), Konsultasi Intra Kelompok (KIK), Tutorial Teman
Sebaya (TTS), Tutorial Lintas Kelas (TLK), Diskusi Meja Bundar (DMB), Tugas
Diskusi Resitasi (TDR), Aktivitas Tugas Tertutup (ATTu), Aktivitas Tugas Terbuka
(ATTa). Di luar semua itu masih dapat dikembangkan lagi.
4. Setiap model atau bentuk proses belajar-mengajar memiliki langkahlangkah
pembelajaran yang khas. Langkah-langkah ini menggambarkan urutan kegiatan guru
dan murid dalam keseluruhan proses pembelajaran merangkap kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Depdikbud.


Winartaputra, Udin S. 1999. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai