Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Di Susun Oleh:

Nama : Pratiwi Nurussalamah

NPM/Kelas : 5019180 / 4E

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu : Tio Gusti Satria, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendak-Nya, makalah sederhana ini dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Telaah Kurikulum. Adapun yang penulis bahas dalam makalah ini
mengenai materi “Pengembangan Kurikulum 2013”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik dalam segi
penulisan, struktur penulisannya maupun ejaannya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan juga kritik yang dapat dijadikan referensi penulis.

Lubuklinggau, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3

A. Dasar Pertimbangan Pengembangan Kurikulum 2013.............. 3


B. Rasiologis Pengembangan Kurikulum 2013.............................. 10

BAB III PENUTUP....................................................................................... 19

A. Kesimpulan............................................................................. 19
B. Saran....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik
hidup dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan peserta didik berasal
dari masyarakat, dididik oleh masyarakat dan akan kembali kepada
masyarakat. Ketika peserta dididik akan kembali kepada masyarakat, maka
dia harus memiliki sesuatu yang menggambarkan masyarakat kepada dirinya.
Baik itu kompetensi, pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang
dapat berguna bagi masyarakat dimana dia hidup dan tinggal.
Inilah mengapa, pendidikan bukan hanya sekedar pembelajaran, akan
tetapi lebih daripada itu semua. Kehidpuan masyarakat penuh dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya sehingga dalam pembentukan sebuah
kurikulum yang akan dijalankan oleh peserta didik, landasan sosiologis
mendapatkan tempat yang penting selain landasan filosofis dan landasan
psikologis. Dengan pendidikan, kita mengharapkan munculnya peserta didik
yang mampu membaur dan mengabdi kepada masyarakat. Sehingga
dibutuhkan sistem pendidikan yang mengerti benar bagaimana masyarakat
serta hal-hal apa yang ada didalamnya. Oleh karenanya, landasan sosiologis
sebagai landasan penting dalam pengembangan kurikulum diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan input yang diolah oleh
lembaga pendidikan di sekolah maupun madrasah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu dasar pertimbangan pengembangan kurikulum?
2. Apa pengertian rasiologi/sosiologi pengembangan kurikulum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang dasar pertimbangan
pengembangan kurikulum

1
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang rasiologi/sosiologi
pengembangan kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Pengembangan Kurikulum 2013


Kurikulum dapat dikelompokkan dalam dua pengertian, yaitu dalam arti
luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, kurikulum adalah konsep yang
merujuk pada sistem pendidikan yang berlaku. Sedangkan dalam arti sempit,
kurikulum dapat berarti kesatuan beberapa mata pelajaran, satu mata
pelajaran, kelompok rumpun keilmuan, suatu program rencana pembelajaran,
dan sebagainya, yang menjelaskan tentang rencana rangkaian kegiatan
pembelajaran.
Penyusunan kurikulum 2013 didasarkan pada tiga aspek yang merupakan
landasan pengembangan kurikulum, yaitu aspek filosofis, aspek yuridis, dan
aspek konseptual. Aspek filosofis memaknai bahwa pendidikan berbasis pada
nilai-nilai luhur, nilai akademik, serta kebutuhan peserta didik dan
masyarakat. Selain itu, kurikulum berorientasi pada pengembangan
kompetensi. Aspek konseptual berarti kurikulum memiliki relevansi,
modelnya berbasis kompetensi, tidak hanya merupakan sekadar dokumen,
dan proses pembelajarannya mencakup aktivitas belajar serta output dan 100
HUMANIORA Vol.5 No.1 April 2014: 97-106 outcome belajar, serta
kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi penjenjangan penilaian.
Aspek yuridis terkait dengan RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan, dan
Inpres nomor 1 tahun 2010. Selain dari hal yang telah dikemukakan, ada
beberapa hal lain yang mendasari pengembangan kurikulum 2013.
Tantangan masa depan yang harus dihadapi dan tidak bisa dihindari,
kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa pada masa depan,
fenomena negatif yang akhir-akhir ini terus mengemuka, dan persepsi
masyarakat terhadap keberadaan kurikulum yang diberlalukan saat ini
merupakan hal-hal yang menjadi pertimbangan disusunnya kurikulum 2013
seperti yang digambarkan berikut ini.

3
B. Rasiologis Pengembangan Kurikulum 2013
1. Pengertian Landasan Sosial Budaya
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-
asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam
pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus
mengacu pada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat,
mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam
lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam
kehidupan bermasyarakat.
Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam
melaksanakan pendidikan.
Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses
mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan,
pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan
antrofologi, pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. “Dengan
pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain

4
dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu,
mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya.
Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan
masyarakat tersebut” (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997:58). Untuk
menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan
maka pendidikan memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus
mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu bekerja sama,
berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di masyarakat dan
mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk yang
berbudaya.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik
dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai
dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi
manusia.
2. Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum
Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah
berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan
dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam
penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan
individu, masyarakat dan daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga
sumber kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten
(content). Sumber siswa lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai
dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih
melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan
konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang
sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam

5
pengembangan kurikulum dalam merumuskan tujuan pembelajaran
dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source) agar
kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai
gejala sosial hubungan antar individu, antar golongan, antar lembaga
sosial atau masyarakat. Di dalam kehidupan kita tidak hidup sendiri,
namun hidup dalam suatu masyarakat. Dalam lingkungan itulah kita
memiliki tugas yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab
sebagai bakti kepada masyarakat yang telah memberikan jasanya kepada
kita.
Tiap masyarakat memiliki norma dan adat kebiasaan yang harus
dipatuhi. Norma dan adat kebiasaan tersebut memiliki corak nilai yang
berbeda-beda, selain itu masing-masing dari kita juga memiliki latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Hal inilah yang menjadi
pertimbangan dalam pengembangan sebuah kurikulum, termasuk
perubahan tatanan masyarakat akibat perkembangan IPTEK. Sehingga
masyarakat dijadikan salah satu asas dalam pengembangan kurikulum.
3. Faktor pengembangan kurikulum dalam masyrakat
Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap
pengembangan kurikulum dalam masyrakat, antara lain ;
a. Kebutuhan masyarakat
Kebutuhan masyarakat tak pernah tak terbatas dan beraneka ragam.
Oleh karena itu lembaga pendidikan berusaha menyiapkan tenaga-
tenaga terdidik yang terampil yang dapat dijadikan sebagai penggali
kebutuhan masyarakat.
b. Perubahan dan perkembangan masyarakat
Masayarakat adalah suatu lembaga yang hidup, selalu berkembang
dan berubah. Perubahan dan perkembangan nilai yang ada dalam
masyarakat sering menimbulkan konflik antar generasi. Dengan
diadakannya pendidikan diharapkan konflik yang terjadi antar
generasi dapat teratasi.

6
c. Tri pusat pendidikan
Yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan adalah bahwa pusat
pendidikan dapat bertempat di rumah, sekolah , dan di masyarakat.
Selain itu mass media, lembaga pendidikan agama, serta lingkungan
fisik juga dapat berperan sebagai pusat pendidikan.
4. Ruang lingkup pengembangan kurikulum dalam masyrakat
Lingkungan atau dunia sekitar manusia pada dasarnya terdiri dari
tiga bagian besar, yaitu :
a. Dunia alam kodrat
Dunia alam kodrat merupakan segala sesuatu di luar diri kita yang
berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan kita, misalnya :
penampakan alam (gunung,laut,dll). Untuk mengubah dan mengatasi
pengaruh tersebut maka kita harus dapat menggunakan IPTEK dengan
benar. Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum
hendaknya kita berusaha untuk memasukkan masalah-masalah yang
berupa gejala-gejala dalam alam kodrat.
b. Dunia sekitar benda-benda buatan manusia
Dunia sekitar benda-benda buatan manusia merupakan benda-
benda yang diciptakan manusia sebagai alat pemuas kubutuhannya.
Untuk itu keterampilan fisik dan psikis harus dikembangkan dalam
pembelajaran, sehuingga dapat menghasilkan segala sesuatu yang
menjadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat.
c. Dunia sekitar manusia
Merupakan dunia yang paling kompleks, sebab selalu berubah dan
dinamis. Interaksi antar individu berjalan sangat aktif. Untuk itu
diperlukannya norma dalam pergaulan masyarakat agar interaksi dalat
berjalan dengan baik.
5. Fungsi sistem dan lembaga pendidikan dari segi sosiologis bagi
kepentingan masyarakat
Dari segi sosiologis sistem dan lembaga pendidikan di dalamnya
dapat dipandang sebagai badan yang mempunyai berbagai fungsi bagi
kepentingan masyarakat, antara lain:

7
a. Mengadakan perbaikan, bahkan perombakan sosial
b. Mempertahankan kebebasan akademis dan kebebasan mengadkan
penelitian ilmiah
c. Mendukung dan turut memberi sumbangan kepada pembangunan
nasional
d. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai tradisional
e. Mengeksploitasi orang banyak demi kesejahteraan dolongan elite
f. Mewujudkan revolusi sosial untuk melenyakan pengaruh
pemerintahan terdahulu
g. Mendukung golongan tertentu seperti golongan militer, industri atau
politik
h. Mengarahkan dan mendisiplinkan jalan pikiran generasi muda
i. Mendorong dan mempercepat laju kemajuan IPTEK
j. Mendidik generasi mudamenjadi arga negara nasional dan warga
dunia
k. Mengajar keterampilan pokok seperti membaca, menulis, dan
berhitung
l. Memberi keterampilan dasar berkaitan dengan mata pencaharian.
6. Sosiologi Sebagai Landasan Kurikulum
Kurikulum mutlak diperlukan dalam proses pendidikan karena
tujuan dalam kurikulum itulah yang akan menghasilkan lulusan dengan
kompetensinya. Oleh karena itu diperlukan kurikulum yang benar-benar
menggali nilai sosial budaya serta mampu menyiapkan peserta didik untuk
menghadapi perubahan zaman.
Menurut undang-undang SISDIKNAS no. 21 tahun 2003 tujuan
pendidikan di Indonesia adalah melahirkan generasi yang bertaqwa, cerdas
dan memiliki keterampilan hidup. Ketaqwaan dibangun dari nilai-nilai
agama serta budaya yang santun. Kecerdasan dan keterampilan hidup
ditumbuhkan dengan berbagai bacaan, eksperimen dan pelatihan. Jika
dirunut kualitas atau keunggulan suatu generasi ternyata terletak pada
karakter yang kokoh dan baik. Disinilah pentingnya memasukkan
kurikulum untuk membangun karakter tersebut.

8
Kurikulum karakter bersumber pada nilai agama dan nilai sosial
budaya yang terpuji. Bangsa kita yang mayoritas muslim dan secara turun
temurun hidup dalam budaya yang harmonis serta gotong royong
hendaknya menjadi acuan dalam penyusunan kurikulum sehingga
kurikulum kita semestinya berisi tentang pengamalan agama yang benar,
membudayakan kebiasaan gotong royong dan santun pada setiap jenjang
pendidikan.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha
mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan
baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan
bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus
acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia –
manusia yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi
justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu
membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-
sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan
antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial
budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan
berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber
dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

9
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang
ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap
warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap
tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan
bahwa melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut
serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan
datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada
perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam
konteks lokal, nasional maupun global.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum bukanlah sesuatu yang tidak dapat diubah-ubah. Kurikulum
adalah instrumen (alat) untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai alat,
penggunaannya sangat tergantung pada sumber daya manusia. Yang lebih
penting lagi, tujuan universal pendidikan adalah mewujudkan manusia
seutuhnya yang meningkatkan harkat dan martabatnya. Pendidikan bukan
sekadar meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memenuhi
kebutuhan tenaga-tenaga terampil untuk pembangunan fisik, tetapi lebih
kepada pembentukan sikap mental dan karakter yang menjadi fondasi bagi
kehidupan siswa di masa depan.
Tantangan masa depan akan makin canggih, kompleks, dan menuntut
respons perubahan. Respons berupa perubahan kurikulum merupakan langkah
strategis yang dapat ditempuh pemerintah sebagai pengemban amanat
undang-undang. Demi keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013, hal
mendasar yang perlu dilakukan oleh pemangku kepentingan di bidang
pendidikan, terutama di tingkat operasional adalah mempersiapkan diri
terhadap pemberlakuan kebijakan dengan sikap terbuka dan mengikuti
akselerasi yang diperlukan. Ketika kurikulum baru nanti diterapkan, para guru
harus bisa mempersiapkan diri dengan model operasional yang baru.
Manajemen sekolah juga harus menyiapkan berbagai perangkat dan sistem
untuk itu. Dengan kata lain, sumber daya manusia pengelola pendidikan harus
mengikuti pelatihan, pembinaan, dan workshop untuk kurikulum baru. Yang
tidak kalah penting, pemerintah juga perlu mensosialisasikan perubahan
kurikulum itu secara sistematis dan terus menerus kepada semua pemangku
kepentingan sampai tingkat terbawah. Masyarakat juga memerlukan
informasi secara memadai terkait rencana diterapkannya kurikulum 2013.
Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan
pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat untuk tidak mau
melakukan perubahan. Padahal sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya

11
harus dihadapi mana kala ingin terus maju dan berkembang. Bukankah
melalui perubahan kurikulum ini, sesungguhnya masa depan anak didik
“dibeli” dengan harga sekarang. Sebagai sesuatu yang pasti, maka perubahan
akan menghadapi tantangan dari individu maupun kelompok yang belum
melihat visi jauh ke depan atau masih berkutat pada kondisi kekinian tanpa
langkah strategis dan taktis.
B. Saran

Dari uraian yang saya sajikan di atas kemungkinan besar masih terdapat
banyak kekeliruan, namun dalam hal ini saya belajar untuk memperbaiki diri
dalam proses belajar. Kemudian mengenai pengembangan kurikulum ini saya
sarankan agar di revisi dan di tingkatkan pengebangan kurikulum guna
menjalankan proses belajar mengajar yang baik sesuai kebutuhan peserta didik
dalam pendidikan .

12
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/167304-ID-hal-hal-yang-mendasari-
penerapan-kurikul.pdf

http://sevannisa.blogspot.com/2012/11/landasan-sosiologis-pengembangan.html

https://yuannisam.blogspot.com/2019/10/landasan-sosiologis-pengembangan.html

13

Anda mungkin juga menyukai