Anda di halaman 1dari 14

“LANDASAN SOSIOLOGIS”

Dalam
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun oleh:

Alimah Rahayu (19050404081)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah “Landasan Sosiologis” dalam Landasan Pengembangan
Kurikulum dalam mata kuliah Kurikulum Sekolah..

Makalah ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, disadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, sangat
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 17 Oktober 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum ......................................................................................... 3


B. Landasan sosiologis ............................................................................................ 3
C. Implementasi landasan sosiologis ...................................................................... 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup
dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat,
dididik oleh masyarakat, dan harus kembali ke masyarakat. Ketika peserta didik
kembali ke masyarakat tentu ia harus dibekali dengan sejumlah kompetensi, sehingga
ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah
sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperoleh peserta didik
melalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar tersebut yang diorganisasi dalam
pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan kurikulum. Berdasarkan alur
pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada
kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum
merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian dari
masyarakat. Dengan demikian sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan masyarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat.

Dalam pengembangan kurikulum, diperlukan landasan-landasan sebagai asas


dalam melakukan kerja pengembangan kurikulum pendidikan. Ini harus dijadikan
acuan bagi seorang perumus kurikulum, jika tidak maka hasil kerja pengembangan
tidak akan memiliki nilai efektifitas terhadap terwujudnya tujuan – tujuan pendidikan.
Landasan itu sendiri yang mengandung arti sebagai suatu gagasan atau kepercayaan
yang menjadi sandaran, sesuatu prinsip yang mendasari, contohnya seperti landasan
kepercayaan agama, dasar atau titik tolak untuk munculnya ketaatan dalam bentuk
lahir yakni ibadah. Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum dapat
diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau
titik tolak dalam melakukam kegiatan mengembangkan kurikulum. Landasan yang
dimaksud yaitu: (1) landasan filosofis; (2) psikologis; (3) Sosiologis; (4)
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam perspektif sosiologi, banyak ditemui pengertian pendidikan. Durkheim


misalnya, mengemukakan pendidikan adalah proses mempengaruhi, yang dilakukan
oleh generasi dewasa kepada mereka yang belum siap untuk melakukan fungsi-fungsi

1
sosial. Sasarannya adalah melahirkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik,
intelek, dan watak sesuai dengan tuntutan masyarakat. Selanjutnya, Talcott Parsons
menjelaskan pendidikan adalah proses sosialisasi yang dalam diri inidvidu-individu
memungkinkan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kecakapan-kecakapan yang
diperlukan dalam melaksanakan peran-peran sosial.

Kedua pengertian ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya


mengembangkan aspek pengetahuan saja, tetapi juga kecakapan atau keterampilan,
sikap dan nilai-nilai serta tanggung jawab agar peserta didik dalam menjalankan fungsi
dan peran sosialnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kurikulum di indonesia
berorientasi pada pola kehidupan masyarakat. Untuk dapat lebih mengetahui terkait
landasan sosial kurikulum maka akan dijabarkan pada bab-bab berikut ini.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil, diantaranya:
1. Apa saja pengertian kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan landasan sosiologis dalam landasan pengembangan
kurukulum?
3. Apa saja implementasi landasan sosiologis bagi kepala sekolah, guru, pengawas
pendidikan dan para pembuat kebijakan pendidikan di tingkat pusat maupun
daerah?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang dimiliki, adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan landasan sosiologis dalam landasan
pengembangan kurukulum.
3. Untuk mengetahui implementasi landasan sosiologis bagi kepala sekolah, guru,
pengawas pendidikan dan para pembuat kebijakan pendidikan di tingkat pusat
maupun daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum

Mengenai pengertian kurikulum, banyak sekali pendapat-pendapat yang


diungkapkan oleh para ahli, diantaranya yaitu:

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum merupakan seperangkat rencana


dan sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.

Menurut Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005) kurikulum merupakan niat dan
harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program pendidikan yang
dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum sebagai niat dan rencana,
sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar mengajar. Yang terlibat didalam proses
tersebut yaitu pendidik dan peserta didik.

Menurut Anita Lie (2012) Dalam teori kurikulum keberhasilan suatu


kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan
konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik
dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan
kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.

B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari


sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum harus
berlandaskan kepada landasan sosiologis karena anak-anak berasal dari masyarakat,
mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam lingkungan
masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus
menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik
kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.

3
Sosiologi dalam pembahasannya mencakup secara garis besar akan
perkembagan masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam masyarakat yang
ada di Indonesia, karena beraneka ragamnya budaya masyarakat yang ada di negeri
ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya juga harus menyesuaikan pada budaya
masyarakat yanga akan menjadi objek pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan
tersebut.

“Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang


lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti
dan mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan
perkembangan masyarakat tersebut.”

Menurut Daud Yusuf, terdapat tiga sumber nilai yang ada dalam masyarakat
untuk dikembangkan melalui proses pendidikan, yaitu : logika, estetika, dan etika.
Logika adalah aspek pengetahuan dan penalaran, estetika berkaitan dengan aspek
emosi atau perasaan, dan etika berkaitan dengan aspek nilai atau norma-norma yang
ada dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang
bersumber pada logika. Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia semakin
luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.

Daud Yusuf mendefinisikan kebudayaan sebagai segenap perwujudan dan


keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia,
dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, perkembangan hubungan dengan
manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan tuhannya. Ada faktor yang
mendasari bahwa kebudayaan merupakan bagian penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan :

1. Individu lahir tidak berbudaya, baik hal kebiasaan, cita-cita, sikap,


pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh
individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat
sekitar, dan sekolah. Oleh karena itu sekolah mempunyai tugas khusus
untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu
alat yang disebut kurikulum.

4
2. Kurikulum pada dasarnya harus mengokomodasikan aspek-aspek sosial dn
budaya. Aspek sosiologis ialah yang berkenaan dengan kondisi sosial
masyarakat yang sangat beragam, aspek budayanya yaitu kurikulum sebagai
alat harus berimplikasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum seperti : nilai-nilai, sikap-sikap,
pengetahuan, dan kecakapan.

3. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut


kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu
konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil dari
cipta, rasa dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:

a. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lain-lain. Wujud


kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran
manusia dan warga masyarakat ditempat kebudayaan itu berada;

b. Kegiatan yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.


Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas
manusia sifatnya konkrit, bisa dilihat dan diobservasi. Tindakan
berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang
pertama. Artinya sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia
merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai dan norma yang
telah dimilikinya;

c. Benda hasil karya manusia, wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perubahan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh
karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari wujud
kebudayaan yang pertama dan kedua.

Secara umum pendidikan dan khususnya persekolahan pada dasarnya


bermaksud mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi dengan
anggota masyarakat yang lain. Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang
bersifat umum diatas, terdapat pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus,
yaitu aspek-aspek kehidupan tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya
vocasional. Keadaan seperti ini menuntut kurikulum yang bersifat khusus pula.
Misalnya untuk pendidikan vocasional.

5
Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam
pengembangan kurikulum:

1. Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah anggota


masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan. Maksudnya manusia belum
mampu menyesuaikan dengan cara kelompoknya.

2. Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara orang perfikir,
berasa, bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu untuk membina struktur dan fungsi
kurikulum, perlu memahami kebudayaan.

Karena itu, para pengembang kurikulum harus:

a. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.


b. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada.
c. Menganalisis kekuatan serta potensi daerah.
d. Menganalisis syarat dan tuntunan tenaga kerja.
e. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan
masyarakat.

Dari penjelasan tersebut dapat diungkapkan bahwa melalui pendidikan


manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan
membuat peradaban masa yang akan datang. Penerapan teori, prinsip, hukum, dan
konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam
kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat,
sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.
Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan masyarakat.

Disinilah tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan


kurikulum. Tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:

a. Mengajar keterampilan,
b. Mentransmisikan budaya,
c. Mendorong adaptasi lingkungan,
d. Membentuk kedisiplinan,

6
e. Mendorong bekerja berkelompok,
f. Meningkatkan perilaku etik, dan
g. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan


kurikulum dengan pertimbangan: Pertama, Individu lahir tidak berbudaya, baik
dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya,
keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan
pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.

Kedua Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial


dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial
masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan,
dan sebagainya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota
masyarakat agar dapat hidup berintegrasi , berinteraksi dan beradaptasi dengan
anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai mahluk
berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan bermuatan kebudayaan yang bersifat umum
seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan.

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasi mereka sendiri


kedalam kelompok-kelompok yang berbeda. Tiap masyarakat mempunyai
kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian yang membedakan masyarakat yang
satu dengan yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa
apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi terhadap perangsang sangat
tergantung kepada kebudayaan dimana dia dibesarkan. Menurut Yusuf (1982) sumber
nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada
tiga yaitu: logika, estetika dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-
nilai yang bersumber pada logika (pikiran).

Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada


hakekatnya adalah hasil kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia semakin luas,

7
semakin meningkat sehingga tuntutan hidupun semakin tinggi. Pendidikan harus
mengantisifasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk
hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat


menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk bisa menjawab tuntutan tersebut
bukan hanya pemenuhan dari segi isi kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi
pendekatan dan strategi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru, para pembina dan
pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat,
agar apa yang diberikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupan siswa di
masyarakat.

C. Implementasi Landasan Sosiologis

Adapun implementasi penerapan landasan sosiologis bagi, diantaranya:


1. Kepala sekolah. Kepala sekolah bertanggug jawab dan dituntut untuk
menampilkan kemampuannya membina kerja sama serta berkomunikasi dengan
seluruh personel dalam iklim kerja terbuka yang bersifat kemitraan, baik orang tua
siswa maupun masyarakat luar serta meningkatkan partisipasi aktif dari orang tua
murid. Dengan demikian, kepala sekolah bisa mendapatkan dukungan penuh
setiap program kerjanya. Media komunikasi yang digunakan oleh kepala sekolah
ialah : rapat dinas, surat edaran, buku informasi keliling, papan data, pengumuman
lisan serta pesan berantai yang disampaikan secara lisan.

2. Guru. Tugas pokok guru adalah mempersiapkan rancangan-rancangan


pembelajaran yang sistematis dan berkelanjutan. Membuat perangkat
pembelajaran tersebut merupakan bagian dari tugas pendidik. Seorang guru yang
baik adalah mereka yang memenuhi persyaratan kemampuan profesional baik
sebagai pendidik maupun sebagai pengajar atau pelatih. Sebagai tenaga edukatif
dalam lingkup sekolah, guru harus memiliki kompetensi-kompetensi dasar
kependidikan. Sebab dalam interaksi pembelajaran peserta didik, seorang guru
harus bisa melakukan demonstrasi yang hidup dan menyenangkan bagi peserta

8
didik. Sehingga kompetensi tersebut menyebabkan pembelajaran semakin
bertambah baik.

3. Pengawas pendidikan. Pengawas pendidikan bertanggung jawab melakukan


supervisi pada kinerja kepala sekolah dan guru dalam pelaksanaan dan
keberhasilan kurikulum dalam pembelajaran. Pengawas pendidikan bertanggung
jawab dalam melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum pada sekolah-
sekolah sudah sesuai atau tidaknya dengan tujuan pendidikan yang telah
diharapkan.

4. Para pembuat kebijakan pendidikan di tingkat pusat maupun daerah. Pemerintah


pusat bertanggung jawab dalam mempersiapkan kepala sekolah dan guru untuk
melaksanakan kurikulum. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam melakukan
evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional. Pemerintah daerah bertanggung
jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum
di daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam memberikan bantuan
profesioanal kepada guru dan kepala sekolah delam melaksanakan kurikulum.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat


rencana dan sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar dan cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Dalam perencanaannya kurikulum
memiliki landasan pengembangan kurikulum, antara lain landasan yang dimaksud
yaitu: (1) landasan filosofis; (2) psikologis; (3) Sosiologis; (4) perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari


sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum harus
berlandaskan kepada landasan sosiologis karena anak-anak berasal dari masyarakat,
mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam lingkungan
masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena
itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi
landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan,
dan perkembangan masyarakat tersebut.

Dengan demikian, pendidikan sangat penting dan seluruh komponen bangsa/


masyarakat wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan
dari Negara Indonesia dengan cara setiap masyarakat memiliki pendidikan. Hal
tersebut dapat dicapai dengan proses pembelajaran yang dimana dilandasi oleh
kurikulum sebagai acuan dasarnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Tri. 2019. Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam
Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan. Fakultas
Ilmu Pendidikan-IKIP PGRI Semarang.

Dapur Ilmiah. 2014. Landasan pengembangan kurikulum. Jawa Timur (http://dapurilmiah.


blogspot.com/2014/06/landasan-pengembangan-kurikulum.html?m=1, Online
di akses pada 18 Oktober 2020).

Feranita, Rika. 2012. Landasan pengembangan kurikulum. Sumatera Selatan (http://rika


feranita.blogspot.com/2012/12/landasan-pengembangan-kurikulum.html?m=1,
Online di akses pada 17 Oktober 2020).

11

Anda mungkin juga menyukai