Anda di halaman 1dari 13

PONDASI SOSIAL KURIKULUM

Disusun untuk Memenuhi Salah-satu Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum


dan Pembelajaran SD

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Jesi Alaxender Alim, M.Pd

OLEH:
Betti Indriyani 1805111042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


(PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS RIAU, 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT karena telah


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Landasan Kurikulum”.
Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih juga kepada Ibu Dr. Neni Hermita, M.Pd
dan Ibu Jesi Alexander Alim, M.Pd selaku dosen mata kuliah Telaah Kurikulum dan
Pembelajaran SD yang selalu membimbing penulis di kelas dan memberikan
kepercayaan kepada penulis untuk menulis makalah ini.
Makalah ini dibuat tentulah tidak memenuhi kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya
bilamana terdapat kekurangan. Semoga makalah ini bisa menjadi tolak ukur dan
patokan dalam pembuatan makalah berikutnya agar lebih baik lagi. Penulis berharap
pembaca bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga kelak
penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis juga memohon maaf kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam pembuatan makalah ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu-
persatu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

Pekanbaru, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………....................................…...............
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
PONDASI SOSIAL KURIKULUM …………………..……..………........
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN………………………………………………………........
SARAN…………………………………………………………….………

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam
mencapai suatu negara dan bangsa yang berkualitas. Di dalam pendidikan mencakup
aspek kognitif yang berkenaan dengan pengetahuan, aspek afektif yang berkenaan
dengan sikap dan aspek psikomotorik yang berkenaan dengan keterampilan atau skill.
Pendidikan lahir dari keinginan masyarakat untuk memelihara dan mewariskan
kebudayaan dan filsafat hidup masyarakat kepada generasi muda. Artinya, pendidikan
dipandang sebagai apa yang dinamakan Kelly (2004:46) a mere transmission of
knowledge, pendidikan sebagai transmisi muatan budaya dari generasi tua ke generasi
muda. Untuk mencapai tujuan itu, Program pendidikan perlu dirancang sedemikian
rupa agar kurikulum sesuai dengan keinginan masyarakat, negara atau bangsa.
Melalui pendidikan, para generasi muda suatu masyarakat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai mereka perlukan sebagai bekal untuk membantu
mereka mengambil keputusan yang tepat dalam memecahkan semua masalah pada
kehidupan sehari-hari. Dengan berbekal pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
yang mereka peroleh melalui kurikulum yang berlaku, siswa dapat berfungsi optimal
di masyarakat dan bisa ikut mengemban tanggung jawab atas kelangsungan dan
perkembangan masyarakat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia sudah sering mengalami
berbagai macam perubahan pendidikan yang dapat dilihat dari kurikulumnya. Hal
tersebut perlu diganti karena tidak sesuai dengan zaman atau era yang sedang terjadi
sehingga diperlukan suatu pembaharuan. Pendidikan harus lebih berperan sebagai
pembawa perubahan (agent of change), yang dilakukan melalui kurikulum yang
berperan sebagai instrument perubahan (instrument of change). Untuk itu, perlu
pondasi yang kuat agar pendidikan bisa berjalan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
a). Apa yang dimaksud dengan pondasi sosial kurikulum?
b). Apa saja yang termasuk pondasi sosial kurikulum?
c). Bagaimana hubungan masyarakat, pendidikan dan sekolah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
a). Untuk mengetahui pengertian pondasi sosial kurikulum.
b). Untuk mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam pondasi sosial kurikulum.
c). Untuk mengetahui hubungan antara masyarakat, pendidikan dan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

Kurikulum pada umumnya adalah rancangan yang memuat seperangkat mata


pelajaran dan atau materinya yang akan dipelajari apa yang akan diajarkan guru
kepada siswa. Secara harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin curere yang
berarti berlari di lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini
kurikulum adalah suatu arena pertandingan. Tempat siswa bertanding untuk
menguasai satu atau lebih keahlian guna mencapai garis finish yang ditandai
pemberian diploma, ijazah atau gelar kesarjanaan (Zais, 1976:6-7). Kurikulum
merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar
dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya.
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar-mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Pada kurikulum, harus ada pondasi
agar kurikulum itu tetap berjalan dengan lancar dan kokoh. Jika kurikulum tidak
dikembangkan dengan tidak berdasarkan pada pondasi yang kuat dan kokoh, maka
kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama bahkan bisa ditinggalkan oleh para
pemakainya.
Pondasi sosial kurikulum merupakan landasan atau dasar agar kurikulum tetap
kokoh dan kuat sehingga dapat bertahan lama untuk digunakan yang juga harus
mempertimbangkan hubungan sosial, khususnya hubungan antar sekolah dan
masyarakat serta pengaruhnya pada keputusan-keputusan kurikulum tersebut.
Adanya hubungan sosial yang menjadikan pondasi kurikulum agar tetap kokoh dan
kuat yaitu:
1. Sekolah
Sekolah perlu mendesain kurikulum yang dengan tuntutan perkembangan zaman.
Sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan semua kemampuan dan potensi anak-
anak suatu masyarakat agar generasi muda masyarakat kelak mampu menghadapi
berbagai tantangan kehidupan yang belum pernah dialami orangtua mereka
sebelumnya. Program pendidikan atau kurikulum yang berorientasi optimalisasi
pengembangan potensi Setiap anak agar dapat menghadapi tantangan dan tuntutan
perubahan di zaman globalisasi dan era informasi ini.
Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi siswa menjadi manusia yang mandiri,
bertanggung jawab dan menjadi warga masyarakat yang fungsional , disamping
menjadi manusia seutuhnya yaitu yang berbudi luhur, mengikuti norma yang berlaku
serta menjunjung tinggi nilai-nilai masyarakat. Tujuannya ialah agar siswa menjadi
anggota masyarakat yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain serta dapat
mengembangkan ilmu pengetahuannya.
Sekolah perlu fokus pada optimalisasi pengembangan potensi tiap siswa dalam
konteks perkembangan pengetahuan dan perubahan zaman. Artinya, untuk
menghadapi kehidupan di era informasi, optimalisasi perkembangan potensi siswa
harus merupakan agenda penting kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan dari
pendidikan itu sendiri di sekolah. Agar sasaran itu tercapai, pengembang kurikulum
dan pendidik perlu menguasai berbagai teori dan prinsip penyusunan dan
pengembangan kurikulum dan implementasinya dalam pembelajaran serta evaluasi
keberhasilannya di sekolah yang hasilnya sebagai umpan balik bagi pengembangan
kurikulum dan pembelajaran secara berkelanjutan.
2. Masyarakat
1). Masyarakat, Pendidikan dan Sekolah
Pendidikan sifatnya netral. Pendidikan dapat digunakan untuk tujuan yang
konstruktif (dapat membangun) dan juga dekonstruktif (dapat menghancurkan).
Pendidikan yang diterima oleh generasi muda akan menentukan kualitas masyarakat.
Tugas utama dari sistem pendidikan suatu masyarakat adalah transmisi budaya.
Dimana nilai, kepercayaan dan norma-norma dari sebuah masyarakat harus tetap
dipelihara dan dilanjutkan pada generasi berikutnya bukan hanya dengan
mengajarkannya tetapi juga mewujudkan nilai-nilai tersebut melalui suatu proses
sistem pendidikan.
Pendidikan dengan sekolah pada dasarnya merupakan hal yang berbeda.
Masyarakat yang tidak menempuh pendidikan formal seperti di sekolah sebenarnya
masih bisa mendidik generasi mudanya melalui peran keluarga atau latihan-latihan
khusus lainnya. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah mempunyai peranan
yang besar dalam pendidikan. Sekolah penting dapat menentukan masyarakatnya mau
jadi apa menjadi lebih kompleks dan menjadi gambaran perkembangan ilmu
pengetahuan. Fungsi sekolah adalah melayani masyarakat melalui pendidikan anak-
anak dan generasi mudanya. Pembuat kurikulum, yang membantu menentukan isi,
aktifitas, dan lingkungan pendidikan, memainkan peranan yang besar dalam
mengasah dan mensosialisasikan peserta didik secara tidak langsung.
2). Masyarakat Tradisional dan Masyarakat Teknologi dan Modern dalam
suatu Proses Pendidikan
a). Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional diartikan sebagai masyarakat yang
kehidupannya masih banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat sehingga ada batasan-
batasan untuk bertindak atau berprilaku. Masyarakat sederhana masih bersikap untuk
berpikir secara massif dimana pola pikirnya masih belum objektif untuk
menganalisis, menilai dan menghubungan suatu gejala atau permasalahan dengan
gejala lainnya. Masyarakat tradisional cenderung untuk berubah sangat lambat.
Dalam kebudayaan masyarakat tradisonal, agen pendidikan yang
formal termasuk kedalamnya yaitu keluarga dan kerabat. Sedangkan sekolah muncul
relative lambat dalam lingkungan masyarakat tradisional. Meski begitu, masyarakat
tradisional masih tetap membutuhkan sekolah untuk kepentingan tertentu seperti
untuk perkembangan agama, dimana sekolah dibutuhkan untuk mendidik calon
ulama, pendeta, dan lainnya.
b). Masyarakat Teknologi dan Modern
Kebalikan dari masyarakat tradisional, masyarakat teknologi dan
modern cenderung cepat dalam menerima perubahan apalagi di zaman globalisasi
yang sedang kuat arus teknologi dan pengetahuan informasinya. Dalam mencapai
kemajuan, masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai ikan yang cukup
tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Masyarakat teknologi modern menganggap proses pendidikan yang
paling penting yaitu diawali dengan pendidikan di rumah sebagai dasar untuk
melepaskan pendidikan anaknya untuk ke sekolah. Kemudian peran media massa dan
atau teknologi juga dibutuhkan oleh masyarakat modern sebab masyarakat modern
cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga untuk mengakses informasi
yang tidak atau belum cukup didapatkan di sekolah bisa didapatkan melalui media
massa atau teknologi sehinggan pendidikan akan lebih sistematis.
3). Masyarakat dan Pembentukan Kepribadian
Ketika para ahli ilmu sosial berbicara tentang pembentukan kepribadian, mereka
tidak bermaksud bahwa semua anggota dari suatu masyarakat tertentu persis seperti
apa yang terlihat. Seperti yang ditulis oleh Ruth Benedict, " tidak ada kebudayaan
yang diamatinya mampu membasmi perbedaan-perbedaan temperamen atau
mengubahnya". Bagaimanapun, anggota-anggota masyarakat punya banyak kelakuan
yang hampir sama. Menurut Benedict, norma-norma masyarakat mengatur hubungan
interpersonal dan menghasilkan suatu pembentukan kepribadian yaitu tingkah laku,
perasaan, dan pola pola kelakuan kebanyakan anggota masyarakat.
4). Peranan dan Perbedaan Jenis Kelamin
Tidak hanya masyarakat yang menginginkan penyesuaian terhadap nilai-nilai
dasar dan moral, tetapi juga terdapat aturan dalam masyarakat yang mengharapkan
masyarakat menyesuaikan diri dengan pola-pola tingkah laku yang telah ditetapkan.
Contohnya adalah turan terkait jenis kelamin, yaitu cara laki-laki dan perempuan
bertingkah laku. Aturan-aturan jenis kelamin bervariasi dari 1 budaya ke budaya lain.
Tetapi dalam satu kebudayaan tersebut umumnya didefinisikan dengan baik. Contoh,
bagi anak laki-laki sejak TK akan diejek atau dicemooh jika bermain dengan boneka,
dan anak perempuan diharapkan berpenampilan feminim.
5). Masyarakat dan Teori Perkembangan
Sejumlah teori yang telah dihasilkan berfokus pada aspek-aspek pertumbuhan
manusia dan perkembangannya yang menekankan pada studi tingkah laku secara
keseluruhan, mulai dengan masa awal. Perkembangan melalui proses yang
berkelanjutan dan pengalaman sosial diperlukan untuk membantu seorang individu
untuk maju dari satu tahap ke tahap berikutnya.
a). Proses Perkembangan, mencakup dua aspek yaitu psikologi dan sosialisasi.
b). Periode Perkembangan, Robert Havighurst telah mengidentifikasi 6 masa
pada perkembangan manusia, yang dimulai dari periode awal dan masa mula anak-
anak, masa kanak-kanak pertengahan, masa remaja, masa dewasa awal, masa paroh
baya dan masa matang atau dewasa akhir.
c). Perkembangan Moral, moralitas dalam arti khusus meliputi sebuah
komponen yang kuat untuk dipertimbangkan sebagai moral atau salah yang
merefleksikan keaslian suatu masyarakat, kebiasaannya, adat istiadat dan peraturan-
peraturan. Bagaimana seseorang mengembangkan tingkah laku berdasarkan cara dia
berinteraksi dengan masyarakat sesuai dengan lingkungan sosial, peranan dan
tanggung jawab yang dia pelajari atau yang dinggap penting.

B. Perubahan Kurikulum
a. Masyarakat sebagai Sumber Perubahan
Perubahan masyarakat kontemporer yang begitu cepat sehingga
menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian diri terhadap masa sekarang dan persiapan
masa depan. Rata-rata perubahan dari suatu masyarakat memberi fenomena yang
dikenal dengan ketertinggalan budaya. Biasanya perubahan-perubahan pada aspek
ilmu pengetahuan, perdagangan dan industri, diikuti oleh ketertinggalan institusi
masyarakat. Jumlah ketertinggalan budaya dalam masyarakat bervariasi dengan
jumlah perubahan sosial.
b. Sekolah sebagai Sumber Perubahan
Sekolah adalah institusi dengan birokrasi dan nilai-nilai tradisional
yang tinggi yang beroperasi dengan norma-norma tingkah laku yang standar,aturan-
aturan menulis dan peraturan-peraturan, dan tugas-tugas yang jelas antara petugas
administrasi, guru dan murid.
c. Ilmu Pengetahuan sebagai Sumber Perubahan
Ilmu pengetahuan diharapkan bisa diaplikasikan di dunia nyata, dan
dapat mempersiapkan individu untuk siap menghadapi dunia dengan berbagai macam
persoalan atau permasalahan.

C. Ketetapan Sosial atau Prioritas dalam Pendidikan


Kita melihat sekolah dengan elemen-elemen perubahan. Sebagai sebuah
masyarakat, kita merespon perubahan dan tekanan-tekanan sosial dengan merevisi
tujuan-tujuan atau prioritas pendidikan. Sekolah merespon dengan melakukan
perubahan-perubahan program.
a. Sekolah membantu mengatasi unsur-unsur perubahan.
b. Sekolah dapat dipengaruhi oleh kelompok publik/eksternal.
c. Pada abad ke-20, penekanan pendidikan pada:
- Pelajaran pokok tradisional
- Disiplin mental
- Siswa memiliki kemampuan akademis
d. Dalam masyarakat terjadi reformasi bidang sosial ekonomi.
e. Tumbuhnya pergerakan psikolog anak
f. Pemenuhan terhadap kebutuhan para siswa yang berbeda
g. Penyediaan landasan umum dalam mengajar dan mendidik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pondasi sosial kurikulum merupakan landasan atau dasar agar kurikulum tetap
kokoh dan kuat sehingga dapat bertahan lama untuk digunakan yang juga harus
mempertimbangkan hubungan sosial, khususnya hubungan antar sekolah dan
masyarakat serta pengaruhnya pada keputusan-keputusan kurikulum tersebut.
Kekuatan-kekuatan sosial selalu punya pengaruh yang besar pada sekolah dan dalam
pengambilan keputusan keputusan kurikulum. Kekuatan ini berasal dari masyarakat.
Sekolah diharapkan dapat memfasilitasi siswa menjadi manusia yang mandiri,
bertanggung jawab dan menjadi warga masyarakat yang fungsional , disamping
menjadi manusia seutuhnya yaitu yang berbudi luhur, mengikuti norma yang berlaku
serta menjunjung tinggi nilai-nilai masyarakat. Tujuannya ialah agar siswa menjadi
anggota masyarakat yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain serta dapat
mengembangkan ilmu pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohamad. 2015. Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan.


Jakarta: Kencana

Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum Teori & Ptaktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Nasution, S. 1995. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Siswoyo, Dwi. 1996. Ilmu Pendidikan dalam Tantangan. Jurnal Cakrawala


Pendidikan. 1(15).

Zais, S. Robert. 1976. Curriculum, Principles and Foundations. New York:


Harper&Row Publisher.

Anda mungkin juga menyukai