Anda di halaman 1dari 22

KURIKULUM

Dosen pengampuh: Ibu Wizerti Ariastuti Saleh S.Pd., M.Pd.

OLEH KELAS M7.1

KELOMPOK 3:

1. SALMAN USMAN (1847040003)


2. ST. ALWIAH (1847041003)
3. NUR AZIZAH (1847041010)
4. FIRDA YUNIANTI MASDAR (1847042002)
5. RUSTILAWATI (1847042004)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul “kurikulum ” dalam Setting Inklusif. Makalah ini berisikan tentang
informasi Pendidikan Inklusif untuk ABK. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Pendidikan Inklusif untuk
ABK.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 18 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum ................................................................ 3


B. Fungsi dan tujuan kurikulum ..................................................... 3
C. Komponen-komponen dalam kurikulum ................................... 5
D. Pengertian pembelajaran adaptif ............................................... 5

E. Pengembangan kurikulum adaptif di sekolah inklusi ................ 6

F. Model adaptasi ........................................................................... 10

G. Penerapan kurikulum adaptif ..................................................... 15

H. Kemungkinan kurikulum adaptif di sekolah inklusi.................. 15

I. Kategori kurikulum adaptif ....................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan komponen yang tidak bisa terlepas dari peran


sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang berguna bagi peserta didik. Secara
singkat kurikulum adalah suatu perangkat yang menunjang bahan ajar pada mata
pelajaran di sekolah. Namun,Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun
2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Adapun peran lain dari kurikulum, sebagai pedoman bagi para guru untuk
mengukur ketercapaian tujuan dari proses pembelajaran yang telah ditempuh oleh
peserta didik. Oleh sebab itu kami membahas permasalahan mengenai kurikulum
ini untuk mengetahui dan memahami tentang permasalahan kurikulum serta
memberi wawasan baru untuk menjadi bekal dimasa depan untuk masuk dunia
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumasan masalah masalah yang diangkat pada penyusunan makalah ini
adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa fungsi dan tujua kurikulum?
3. Apa saja komponen dalam kurikulum?
4. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran adaptif?
5. Bagaimana pengembangan kurikulum adaptif di sekolah inklusi?
6. Apa saja model adaptif?
7. Bagaimana penerapan kurikulum adaptif?
8. Bagaimana kemungkinan kurikulum adaptif di sekolah inklusi?
9. Bagaimana kategori kurikulum adaptif?

1
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan kurikulum?
3. Untuk mengetahui apa saja komponen dalam kurikulum?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran adaptif?
5. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum adaptif di sekolah
inklusi?
6. Untuk mengetahui apa saja model adaptif?
7. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum adaptif?
8. Untuk mengetahui bagaimana kemungkinan kurikulum adaptif di sekolah
inklusi?
9. Untuk mengetahui bagaimana kategori kurikulum adaptif?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologi, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,


yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Itu
berarti istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno di
Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis start sampai finish, kemudian di gunakan oleh dunia pendidikan.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan,
yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Para ahli mengartikan kurikulum itu yaitu:
1. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.”
2. John Dewey 1902;5 kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di
sekolah dengan mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa
kini. Pembentukan kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan
masyarakat.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir
untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian
kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan
belajar siswa saja tetapi segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan
pribadi anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

B. Fungsi dan Tujuan Kurikulum

Sebagai rangkaian rencana demi terwujudnya tujuan pendidikan, tentu


kurikulum memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah fungsi dari kurikulum.

3
1. Fungsi Penyesuaian
Kurikulum memiliki sifat mampu beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi dalam lingkungan yang cenderung dinamis.
2. Fungsi Integrasi
Kurikulum mampu menjadi alat pendidikan yang dapat membentuk
pribadi-pribadi yang utuh serta berintegritas di masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum merupakan alat pendidikan yang memperhatikan pelayanan
kepada setiap peserta didik yang mana mereka memiliki perbedaan
masing-masing yang patut untuk dihargai.
4. Fungsi Persiapan
Sebagai alat pendidikan, kurikulum berfungsi untuk membantu
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menuju ke jenjang pendidikan
berikutnya, serta siap untuk hidup bermasyarakat apabila peserta didik
tersebut tidak melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan
Kurikulum memfasilitasi para peserta didik dengan cara memberi mereka
kesempatan untuk memilih program belajar yang sesuai dengan minat
serta bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Kurikulum berfungsi untuk memahami dan mengarahkan potensi dari
seorang peserta didik agar dia dapat menggali terus potensinya dan
memperbaiki kelemahannya.

Sebagai alat pendidikan, tentu kurikulum diciptakan bukan tanpa tujuan.


Bahkan, kurikulum muncul dan terus berkembang agar dapat mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan utama kurikulum adalah untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat menjadi pribadi serta warga negara yang kreatif, inovatif, beriman, dan
juga afektif ketika dia berada pada lingkungan masyarakat kelak. Selain itu,
kurikulum juga bertujuan untuk mendidik dan membimbing peserta didik agar

4
dapat berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

C. Komponen-komponen Dalam Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen


tertentu. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen
tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan
komponen evaluasi.
1. Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan hasil yang diharapkan dari proses
pembelajaran. Misalnya; kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, dan keterampilan.
2. Isi atau Materi
Komponen isi dan materi berhubungan dengan segala aspek, termasuk
materi pelajaran atau kegiatan peserta didik yang terarah sesuai dengan
tujuan pendidikan.
3. Strategi Pelaksanaan
Komponen strategi berhubungan dengan metode, pendekatan, serta
peralatan yang digunakan dalam proses pelaksanaan kurikulum agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
4. Evaluasi
Komponen evaluasi berhubungan dengan proses penilaian terhadap tingkat
ketercapaian tujuan dan efektivitas suatu kurikulum dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, maka dapat ditentukan apakah
suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, atau diperbaiki agar lebih
baik lagi.

D. Pengertian Pembelajaran Adaptif

Irham Hosni, (2003) dalam artikel, E. S. Munir,


(2008), menuliskan bahwa pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa

5
yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari,
dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah
Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK
yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.

Jadi pembelajaran adaptif pada intinya adalah modifikasi aktivitias,


metode, alat, atau lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan
peluang kepada anak dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran
dengan tepat, efektif serta mencapai kepuasan. Prinsip utama dalam modifikasi
aktivitas adalah pe-nyesuaian aktivitas pembelaja-ran yang disesuaikan dengan
potensi siswa dalam melakukan aktivitias tersebut.

E. Pengembangan Kurikulum Adaptif di sekolah Inklusi

Sari Rudiyati, (…), menuliskan bagaimana pengembangan kurikulum


adaptif untuk siswa berkebutuhan pendidikaan khusus yang mengikuti pendidikan
di sekolah inklusif. Ada empat model kemungkinan pengembangan kurikulum
adaptif bagi siswa yang berkebutuhan pendidikan khusus yang mengikuti
pendidikan di sekolah inklusif, yakni: (1) Model duplikasi; (2) Model modifikasi;
(3) Model subtitusi, dan (4) model omisi.

1. Model Duplikasi
Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya.
Menyalin berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam
kaitannya dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan
dan atau memberlakukan kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan
khusus secara sama atau serupa dengan kurikulum yang digunakan untuk
siswa pada umumnya (reguler). Jadi model duplikasi adalah cara dalam
pengembangan kurikulum, dimana siswa-siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh
anak-anak pada umumnya. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat
kmponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan evaluasi.

6
a. Duplikasi Tujuan
Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang
diberlakukan kepada anak-anak pada umumnya/reguler juga
diberlakukan kepada siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan
demikian standar komptensi lulusan (SKL) yang diberlakukan untuk
siswa reguler juga diberlakukan untuk siswa berkebutuhan pendidikan
khusus, Demikian juga Kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD)
dan juga indikator keberhasilannya
b. Duplikasi Isi atau materi
Duplikasi isi/materi berarti materi-materi pembelajaran yang
diberlakukan kepada siswa pada umumnya/reguler juga diberlakukan
sama kepada siswa-siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Siswa
berkebutuhan pendidikan khusus memperoleh informasi, konsep,
teori, materi, pokok bahasan atau sub-sub pokok bahasan yang sama
seperti yang disajikan kepada siswa-siswa pada umumnya/ reguler.
c. Duplikasi proses
Duplikasi proses berarti siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menjalani kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang
sama seperti yang diberlakukan kepada siswa-siswa pada
umumnya/reguler. Duplikasi proses bisa berarti kesamaan dalam
metode mengajar, lingkung -an/setting belajar, waktu belajar
penggunaan media belajar dan atau sumber belajar.
d. Duplikasi Evaluasi
Duplikasi evaluasi berarti siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menjalani evaluasi atau penilaian yang sama seperti yang
diberlakukan kepada siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi
evaluasi bisa berarti kesamaan dalam soal-soal ujian, kesamaan dalam
waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau kesamaan dalam tempat
atau lingkungan dimana evaluasi dilaksanakan.

2. Model Modifikasi

7
Modifikasi berarti merubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan
dengan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus,
maka model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana
kurikulum umum yang diberlakukan bagi siswa-siswa reguler dirubah
untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa
berkebutuhan pendidikan khusus.
Dengan demikian, siswa berkebutuhan pendidikan khusus
menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat
komponen utama, yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi.
a. Modifikasi Tujuan
Modifikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada
dalam kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi
siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Sebagai konsekuensi dari
modifikasi tujuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus, maka akan
memiliki rumusan kompetensi sendiri yang berbeda dengan siswa-
siswa reguler, baik berkaitan dengan standar kompetensi lulusan
(SKL), kompetensi inti (SI, kompetensi dasar (KD) maupun indikator
-nya.
b. Modifikasi Materi
Modifikasi ini berarti materi-materi pelajaran yang
diberlakukan untuk siswa reguler dirubah untuk disesuaikan dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan
khusus. Dengan demikian, siswa berkebutuhan pendidikan khusus
mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuannya. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan keleluasan,
kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi
yang diberikan kepada siswa reguler.
c. Modifikasi Proses
Modifikasi proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan
pembelajaran yang dijalani oleh siswa berkebutuhan pendidikan

8
khusus dengan yang dialami oleh siswa pada umumnya. Metode atau
strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa
reguler tidak diterapkan untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus.
Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus yang sesuai
dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi proses
atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan metode
mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media belajar
serta sumber belajar.
d. Modifikasi Evaluasi
Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam sistem
penilaian hasil belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan
dan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata
lain siswa berkebutuhan pendidikan khusus menjalani sistem evaluasi
yang berbeda dengan siswa-siswa lainnya. Perubahan tersebut bisa
berkaitan dengan perubahan dalam soal-soal ujian, perubahan dalam
waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi. Termasuk
juga bagian dari modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam kriteria
kelulusan, sistem kenaikan kelas, bentuk rapor, ijasah . Dll.

3. Model Subtitusi
Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model
kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu yang ada dalam
kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian dilakukan karena
hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh siswa berkebutuhan pendidikan
khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang sebobot dengan
yang digantikan. Model substansi bisa terjadi dalam hal tujuan
pembelajaran, materi, proses maupun evaluasi.

4. Model Omisi
Omisi berarti menghapus/menghilangka. Dalam kaitan dengan
model kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghapus/menghilangkan
sesuatu, baik sebagian atau keseluruhan dari kurikulum umum, karena hal

9
tersebut tidak mungkin diberikaan kepada siswa berkebutuhan pendidikan
khusus.
Dengan kata lain, omisi berarti sesuatu yang ada dalam kurikulum
umum tetapi tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada siswa
berkebutuhan pendidikan khusus, karena sifatnya terlalu sulit atau mampu
dilakukan oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Bedanya dengan
substitusi adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang sebobot,
sedangkan dalam model omisi tidak ada materi pengganti.

F. Model Adaptasi

Dalam artikal. Toto Yulianto, (2012 : ..), berdasarkan grand


design pendidikan inklusi nasional yang telah disepakati di Palembang tanggal
27-30 November 2007 bahwa yang menjadi substansi implementasi pendidikan
inklusi adalah adaptasi. Adapun adaptasi itu meliputi kurikulum, pembelajaran,
media dan alat pembelajaran, bahan ajar, penilaian serta pelaporan hasil belajar.
Dalam makalah ini pembahasan adaptasi pembelajaran, media/ alat, bahan
ajar, penilaian dan hasil belajar akan dikemas dalam satu bahasan yaitu adaptasi
pembelajaran sehingga secara substansional yang amat diperlukan dalam adaptasi
pada pendidikan inklusi adalah adaptasi kurikulum dan adaptasi pembelajaran.
1. Adaptasi Kurikulum
a. ABK (anak berkebutuhan khusus) dengan kecerdasan rata-rata dapat
menggunakan kurikulum reguler.
b. ABK dengan kecerdasan di atas rata-rata (amat cerdas/ IQ ≥ 125)
dapat diikutkan program akselerasi.
c. ABK dengan kecerdasan di bawah rata-rata (IQ ≤ 90) dapat
menggunakan mengadaptasi kurikum reguler sesuai dengan
karakteristik ABK.
d. Jenis ABK tertentu memerlukan program kurikulum plus yaitu
program kurikulum tambahan yang bersifat rehabilitatif-kompensatif
dan tidak ada di sekolah reguler. Adapun kurikulum plus itu adalah:
 Tunanetra orientasi dan mobilitas, Braille

10
 Tunarungu bina wicara
 Tunagrahita bina diri
 Tunadaksa bina gerak
 Tuna laras bina sosial/ pribadi
 Autis à bina komunikasi dan sosial.
 Gifted à akselerasi dan pengayaan
e. ABK yang tidak mampu mengikuti alternatif a), b), c) di atas dapat
digunakan program pembelajaran individual (PPI) dimana kurikulum
disusun atas dasar karakteristik ABK secara individual. Adapun pola
yang dapat diterapkan sebagai berikut:
 Membuang sebagian standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dianggap kurang penting bagi kehidupan anak.
 membuang sebagian kompetensi dasar
 Menggunakan bagian awal dan membuang di bagian akhir
baik pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan.
 Membuang bagian awal dan menggunakan di bagian akhir
baik pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan.
2. Adaptasi Pembelajaran
Variabel penting dalam pembelajaran, adalah: a) kondisi
pembelajaran, b) metode pembelajaran, dan c) hasil pembelajaran.
a. Kondisi pembelajaran berkaitan dengan tujuan pembelajaran,
karakteristik mata pelajaran, kendala, dan karakteristik peserta
didik. Adaptasi yang dapat dilakuan adalah sebagai berikut:
1) Mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
sama dengan kurikulum baku (reguler maupun PLB) namun
menurunkan indikator (mengambil sebagian indikator).
2) Mengambil standar kompetensi yang sama dengan kurikulum
reguler dan merumuskan sendiri standar kompetensinya.
3) Adaptasi materi pelajaran

11
Tidak semua mata pelajaran dan atau materi pelajaran
membutuhkan adaptasi. Hanya mata pelajaran dan atau meteri
pelajaran yang menimbulkan kesulitan sebagai akibat langsung
dari kelainannya yang membutuhkan adaptasi. Sebagai contoh
dapat disajikan hal-hal sebagai berikut :
 Anak tunanetra memiliki keterbatasan dalam persepsi
visual, sehingga pelajaran menggambar dapat diadaptasi
dengan pelajaran ekpresi lain berkaitan dengan nilai seni.
Kemudian materi pelajaran yang banyak membutuhkan
fungsi visual diadaptasi dengan pemanfaatan indra
pendengaran, taktual, penciuman serta indra lain non
visual. Kebanyakan tunanetra kesulitan dalam
pembentukan konsep global, mereka memulai pengertian
dengan diawali pembentukan konsep detail per detail baru
kemudian global.
 Anak tunarunguwicara memiliki keterbatasan dalam
persepsi bunyi dan irama, dengan aktivitas bina wicara
mereka masih mampu berbicara secara terbatas sekalipun
mereka tidak dapat mendengar terhadap apa yang mereka
sendiri ungkapkan.Materi pelajaran sebaiknya disajikan
dalam bentuk gambar-gambar, terutama dalam
pembentukan konsep yang berurutan Hindarkan kata-kata
yang belum dikenal anak, kecuali kata yang sukar tersebut
sebagai upaya untuk menambah kekayaan bahasa mereka.
Pertanyaan/ soal hendaknya ringkas/ pendek tetapi cukup
representatif.
 Anak tunagrahita, (antara lain lamban belajar) kesulitan
yang amat menonjol adalah fungsi kognisi dan bahkan bila
tingkat ketunagrahitaannya berat juga fungsi aspek lain
mengalami kelainan.

12
 Bila dalam kelas terdapat peserta didik gifted, maka
materi pembelajaran harus dikembangkan/ diperkaya
secara horisontal dengan bobot yang lebih sulit.
Percepatan (akselerasi) penyajian materi secara vertikal
dimungkinkan dengan menaikkan kelas yang lebih tinggi
yang tidak perlu menunggu pada akhir tahun pelajaran.
Pendidik dalam pembelajaran terhadap anak ini hanya
bertindak sebagai fasilitator. Perlu diperhatikan bahwa
usia sosial dan emosinya sebenarnya masih sama dengan
perkembangan emosi dan sosial anak rata-rata, dan hanya
perkembangan kognisinya yang lebih cepat bila dibanding
dengan anak seusianya.
 Anak dengan variabel ketunaan yang lain misalnya
tunadaksa dengan kondisi tanpa kaki/ polio pada kedua
kaki tentu tidak dibutuhkan adaptasi materi pelajaran.
4) Untuk menghadapi berbagai kendala perlu adaptasi media, alat
dan bahan ajar.
Telah banyak diciptakan alat-alat dari hasil adaptasi
yang khusus dipergunakan untuk anak dengan kebutuhan
khusus. Adaptasi tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh
mereka yang menggunakan. Komputer untuk tunanetra yang
dilengkapi dengan screen reader (komputer bicara), kalkulator
bicara, mount botten, laser can untuk membantu tunanetra
berjalan dll. Alat bantu dengar untuk anak tunarunguwicara.
Adaptasi sarana/ alat pelajaran/ alat peraga dalam hal
ini adalah adaptasi yang setiap saat dapat melakukan pendidik
dalam pembelajaran di kelas. Melalui adaptasi tersebut anak
dengan kebutuhan khusus dapat melakukan/ merasakan/
mengamati seperti apa yang dilakukan oleh anak-anak lain.
b. Metode pembelajaran terdiri dari strategi pengorganisasian,
metodologi, dan pengelolaan.

13
Berkaitan dengan metode pembelajaran dapat dilakukan
beberapa adaptasi antara lain:
1) Adaptasi waktu pembelajaran
Akan lebih bijaksana bila dalam pemberian setiap tugas
ada kaitannya dengan jenis/ tingkat kesulitan yang dialami
anak, waktu diberikan kelonggaran secara proporsional bila
dibanding dengan anak rata-rata lain. Mereka diberikan
kesempatan untuk berprestasi seperti yang lain sekalipun
dalam waktu yang berbeda. Misalnya anak tunanetra dalam
mengerjakan soal-soal ujian diberikan kelonggaran 20%
dengan waktu yang digunakan oleh anak “normal”. Anak
tunarunguwicara diberikan kesempatan yang longgar dalam
memahami isi bacaan/ membaca. Anak lamban belajar
berhitung, bila pendidik menuntut sejumlah soal yang sama
dengan anak rata-rata lain waktu hendaknya diberikan
kelonggaran yang cukup sesuai dengan tingkat kelambanannya
atau jumlah soal dikurangi.
2) Adaptasi pengelolaan kelas
Dalam pengorganisasian kelas membutuhkan strategi
yang kadang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Pengaturan
tempat duduk terhadap anak-anak yang mengalami kelainan
harus mendapatkan prioritas khusus, sehingga mereka seperti
halnya teman yang lain. Tanpa adaptasi pengelolaan kelas
mungkin mereka akan semakin tertinggal dengan teman yang
lain.

G. Penerapan Kurikulum Adpatif

Dalam Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif, (…), ada empat


kemungkinan model kurikulum adaptif, yakni: duplikasi, modifikasi, substitusi
dan omisi, dan ada empat komponen utama kurikulum, yakni: tujuan, materi,
proses dan evaluasi. Mengembangkan kurikulum untuk siswa berke -butuhan

14
pendidikan khusus pada dasarnya adalah mengawinkan antara model kurikulum
dengan komponen kurikulum. Setiap satu komponen dari model kurikulum
dipadukan dengan setiap komponen kurikulum, sehingga akan terjadi 16
kemungkinan perpaduan, yaitu 4 kali 4.

H. Kemungkinan Kurikulum adaptif di sekolah Inklusi

Dalam Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif, Sari Rudiyanti, (…), skema


di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya ada 16 kemungkinan model kurikulum
adaptif untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus, yaitu kemungkinan model
tujuan (1.2.3,4), empat kemungkinan model materi (5,6,7,8), empat kemungkinan
proses (9,10,11, 12) dan empat kemungkinan model evaluasi (13, 14, 15, 16) .
Pada waktu seorang guru akan merancang kurikulum adaptif bagi siswa
berkebutuhan pendidikan khusus, maka ada 16 pertanyaan yang perlu dijawab.
Pertanyaan pertama adalah apakah tujuan pembelajaran yang akan diberlakukan
bagi siswa berkebutuhan pendidikan khusus, sama dengan siswa lainnya?
Apakah perlu modifikasi? Atau diganti (subsitusi)? Atau malah
dihapus/dihilangkan (omisi). Pertanyaan serupa diajukan berkenaan dengan materi
pelajaran. Seterusnya berkenaan dengan proses dan dan akhirnya evaluasi. Ada
kemungkinan bahwa tujuan pembelajaran di samakan (duplikasi), tetapi materinya
harus dimodifikasikan. Kemungkinan lain adalah bahwa tujuan pembelajaran
perlu dimodifikasi, materi juga perlu dimodifikasi, tetapi prosesnya disamakan.
Ada kemungkinan bahwa baik tujuan pembelajaran, materi, proses dan juga
evaluasinya harus dimodifikasi.
Modifikasi atau tidaknya suatu komponen sangat tergantung kepada
kondisi, sifat atau kadar dari komponen tersebut serta tingkat hambatan yang
dialami siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Semakin berat tujuan atau materi
pembelajaran yang ada, semakin perlu untuk dimodifikasikan, dan semakin berat
hambatan intelektual siswa, juga semakin perlu dilakukan modifikasi.

I. Kategori Kurikulum Adaptif

15
Sari Rudiyati, (…), kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan
khusus pada dasar bervariasi sesuai dengan jenis hambatan yang dialami oleh
siswa yang berssangkutan. Setiap jenis hambatan (kelainan) membutuhkan model
kurikulum yang berbeda. Namun demikian, kategorisasi kurikulum bagi siswa
berkebutuhan pendidikan khusus dalam setting inklusif dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni:
1. Kurikulum bagi ABK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan.
Siswa berkebutuhan khusus yang tidak menga lami hambatan
kecerdasan, seperti anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dll. membutuh
kan sedikit modifikasi dalam pembelajaran. Tujuan dan materi
pembelajaran umumnya tidak mengalami perubahan, demikian dengan
evaluasinya. Mereka biasanya lebih banyak membutuhkan modifikasi
dalam proses pembelajaran yakni berkaitan dengan cara dan media dalam
penyajian informasi. Kecenderungan model kurikulum untuk mereka dapat
dilihat pada tabel berikut:
Kecendrungan Umum Kurikulum ABK Yang Tidak
Mengalami Hambatan Kecerdasan
Tujuan Materi Proses Evaluasi
KI KD Indikator Metode Media Soal Cara Alat
Duplikasi √ √ √ √
Modifikasi √ √ √ √
Subtitusi √
Omisi

2. Kurikulum bagi ABK yang mengalami hambatan kecerdasan.


Siswa berkebutuhan pendidikan khusus yang mengalami hambatan
kecerdasan seperti anak tunagrahita dan anak yang mengalami kelainan
lain yang disertai dengan hambatan kecerdasan , biasanya membutuhkan
modifikasi hampir pada semua komponen pembelajaran. Tujuan
pembelajaran harus dimodifikasi, sama halnya dengan materi, proses dan

16
pelaksanaan evaluasinya. Kecenderungan model kurikulum untuk ABK
yang mengalami hambatan kecerdsan dapat dilihat pada tabel berikut:
Kecendrungan Umum Model Kurikulum Adaptif Bagi ABK Yang
Mengalami Hambatan Kecerdasan:
Tujuan Materi Proses Evaluasi
KI KD Indikator Metode Media Soal Cara Alat
Duplikasi
Modifikasi √ √ √ √ √ √ √ √ √
Subtitusi √
Omisi √

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran yang berguna sebagai
pedoman ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan lewat proses
belajar mengajar. Adapun jenis kurikulum yang digunakan adalah kurikulum
reguler yang harus disesuaikan pada program pembelajaran, dikarenakan
pada anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan yang cukup variatif.

Proses pengembangan kurikulum dari reguler, sangatlah berguna


membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan
belajar yang dialami siswa semaksimal mungkin dalam latar inklusi.Pembelajaran
inklusif menekankan pada siswa, agar memiliki kesempatan yang sama dengan
siswa non inklusif.

B. Saran
Guru yang mengajarkan siswa pada sekolah inklusif, haruslah guru yang
memiliki keterampilan komunikasi dengan siswa nya. Hal lain yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru yang kelak mengajar di sekolah inklusif adalah
guru yang kreatif dalam mengembangkan materi dari kurikulum reguler tersebut,
khususnya untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Sebaiknya dalam pengelolaan kurikulum untuk siswa yang berkebutuhan


khusus, dikelola dengan lebih baik. Misalnya pemerintah yang fokus terhadap
dunia pendidikan, membuat petunjuk atau berupa soal yang dikhusukan untuk
siswa yang berkebutuhan khusus guna membantuk para guru pembimbing.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mada, Andreani. 2016. Kurikulum ABK di sekolah inklusi dikutip dari:


http://andreani77.blogspot.com/2016/05/kurikulum-abk-di-sekolah-
inklusi.html

Rinita. 2015. Kurikulum (jenis, tujuan, model). Dikutip dari:


http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/4-kurikulum-jenis-
tujuan-model.html

Salamadian. 2020. Pengertian kurikulum: fungsi, tujuan, sejarah contoh &


komponen kurikulum. Dikutip dari:
https://salamadian.com/pengertian-kurikulum/

Ansyari, Isya. 2017. Makalah kurikulum pendidikan. Dikutip dari:


https://learnmine.blogspot.com/2017/02/makalah-kurikulum-
pendidikan.html

19

Anda mungkin juga menyukai