KELOMPOK 3:
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul “kurikulum ” dalam Setting Inklusif. Makalah ini berisikan tentang
informasi Pendidikan Inklusif untuk ABK. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Pendidikan Inklusif untuk
ABK.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumasan masalah masalah yang diangkat pada penyusunan makalah ini
adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa fungsi dan tujua kurikulum?
3. Apa saja komponen dalam kurikulum?
4. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran adaptif?
5. Bagaimana pengembangan kurikulum adaptif di sekolah inklusi?
6. Apa saja model adaptif?
7. Bagaimana penerapan kurikulum adaptif?
8. Bagaimana kemungkinan kurikulum adaptif di sekolah inklusi?
9. Bagaimana kategori kurikulum adaptif?
1
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan kurikulum?
3. Untuk mengetahui apa saja komponen dalam kurikulum?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran adaptif?
5. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum adaptif di sekolah
inklusi?
6. Untuk mengetahui apa saja model adaptif?
7. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum adaptif?
8. Untuk mengetahui bagaimana kemungkinan kurikulum adaptif di sekolah
inklusi?
9. Untuk mengetahui bagaimana kategori kurikulum adaptif?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
3
1. Fungsi Penyesuaian
Kurikulum memiliki sifat mampu beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi dalam lingkungan yang cenderung dinamis.
2. Fungsi Integrasi
Kurikulum mampu menjadi alat pendidikan yang dapat membentuk
pribadi-pribadi yang utuh serta berintegritas di masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi
Kurikulum merupakan alat pendidikan yang memperhatikan pelayanan
kepada setiap peserta didik yang mana mereka memiliki perbedaan
masing-masing yang patut untuk dihargai.
4. Fungsi Persiapan
Sebagai alat pendidikan, kurikulum berfungsi untuk membantu
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menuju ke jenjang pendidikan
berikutnya, serta siap untuk hidup bermasyarakat apabila peserta didik
tersebut tidak melanjutkan pendidikannya.
5. Fungsi Pemilihan
Kurikulum memfasilitasi para peserta didik dengan cara memberi mereka
kesempatan untuk memilih program belajar yang sesuai dengan minat
serta bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Kurikulum berfungsi untuk memahami dan mengarahkan potensi dari
seorang peserta didik agar dia dapat menggali terus potensinya dan
memperbaiki kelemahannya.
4
dapat berkontribusi secara positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
5
yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari,
dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ABK hakekatnya adalah
Pendidikan Luar Biasa (PLB). Sebab didalam pembelajaran adaptif bagi ABK
yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya.
1. Model Duplikasi
Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya.
Menyalin berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam
kaitannya dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan
dan atau memberlakukan kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan
khusus secara sama atau serupa dengan kurikulum yang digunakan untuk
siswa pada umumnya (reguler). Jadi model duplikasi adalah cara dalam
pengembangan kurikulum, dimana siswa-siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh
anak-anak pada umumnya. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat
kmponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan evaluasi.
6
a. Duplikasi Tujuan
Duplikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang
diberlakukan kepada anak-anak pada umumnya/reguler juga
diberlakukan kepada siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan
demikian standar komptensi lulusan (SKL) yang diberlakukan untuk
siswa reguler juga diberlakukan untuk siswa berkebutuhan pendidikan
khusus, Demikian juga Kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD)
dan juga indikator keberhasilannya
b. Duplikasi Isi atau materi
Duplikasi isi/materi berarti materi-materi pembelajaran yang
diberlakukan kepada siswa pada umumnya/reguler juga diberlakukan
sama kepada siswa-siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Siswa
berkebutuhan pendidikan khusus memperoleh informasi, konsep,
teori, materi, pokok bahasan atau sub-sub pokok bahasan yang sama
seperti yang disajikan kepada siswa-siswa pada umumnya/ reguler.
c. Duplikasi proses
Duplikasi proses berarti siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menjalani kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang
sama seperti yang diberlakukan kepada siswa-siswa pada
umumnya/reguler. Duplikasi proses bisa berarti kesamaan dalam
metode mengajar, lingkung -an/setting belajar, waktu belajar
penggunaan media belajar dan atau sumber belajar.
d. Duplikasi Evaluasi
Duplikasi evaluasi berarti siswa berkebutuhan pendidikan
khusus menjalani evaluasi atau penilaian yang sama seperti yang
diberlakukan kepada siswa-siswa pada umumnya/reguler. Duplikasi
evaluasi bisa berarti kesamaan dalam soal-soal ujian, kesamaan dalam
waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau kesamaan dalam tempat
atau lingkungan dimana evaluasi dilaksanakan.
2. Model Modifikasi
7
Modifikasi berarti merubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan
dengan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus,
maka model modifikasi bararti cara pengembangan kurikulum, dimana
kurikulum umum yang diberlakukan bagi siswa-siswa reguler dirubah
untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa
berkebutuhan pendidikan khusus.
Dengan demikian, siswa berkebutuhan pendidikan khusus
menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat
komponen utama, yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi.
a. Modifikasi Tujuan
Modifikasi tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada
dalam kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi
siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Sebagai konsekuensi dari
modifikasi tujuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus, maka akan
memiliki rumusan kompetensi sendiri yang berbeda dengan siswa-
siswa reguler, baik berkaitan dengan standar kompetensi lulusan
(SKL), kompetensi inti (SI, kompetensi dasar (KD) maupun indikator
-nya.
b. Modifikasi Materi
Modifikasi ini berarti materi-materi pelajaran yang
diberlakukan untuk siswa reguler dirubah untuk disesuaikan dengan
kondisi, kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan
khusus. Dengan demikian, siswa berkebutuhan pendidikan khusus
mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan
kemampuannya. Modifikasi materi bisa berkaitan dengan keleluasan,
kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi
yang diberikan kepada siswa reguler.
c. Modifikasi Proses
Modifikasi proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan
pembelajaran yang dijalani oleh siswa berkebutuhan pendidikan
8
khusus dengan yang dialami oleh siswa pada umumnya. Metode atau
strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa
reguler tidak diterapkan untuk siswa berkebutuhan pendidikan khusus.
Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus yang sesuai
dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi proses
atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan metode
mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media belajar
serta sumber belajar.
d. Modifikasi Evaluasi
Modifikasi evaluasi, berarti ada perubahan dalam sistem
penilaian hasil belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan
dan kemampuan siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Dengan kata
lain siswa berkebutuhan pendidikan khusus menjalani sistem evaluasi
yang berbeda dengan siswa-siswa lainnya. Perubahan tersebut bisa
berkaitan dengan perubahan dalam soal-soal ujian, perubahan dalam
waktu evaluasi, teknik/cara evaluasi, atau tempat evaluasi. Termasuk
juga bagian dari modifikasi evaluasi adalah perubahan dalam kriteria
kelulusan, sistem kenaikan kelas, bentuk rapor, ijasah . Dll.
3. Model Subtitusi
Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model
kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu yang ada dalam
kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian dilakukan karena
hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh siswa berkebutuhan pendidikan
khusus, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang sebobot dengan
yang digantikan. Model substansi bisa terjadi dalam hal tujuan
pembelajaran, materi, proses maupun evaluasi.
4. Model Omisi
Omisi berarti menghapus/menghilangka. Dalam kaitan dengan
model kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghapus/menghilangkan
sesuatu, baik sebagian atau keseluruhan dari kurikulum umum, karena hal
9
tersebut tidak mungkin diberikaan kepada siswa berkebutuhan pendidikan
khusus.
Dengan kata lain, omisi berarti sesuatu yang ada dalam kurikulum
umum tetapi tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada siswa
berkebutuhan pendidikan khusus, karena sifatnya terlalu sulit atau mampu
dilakukan oleh siswa berkebutuhan pendidikan khusus. Bedanya dengan
substitusi adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang sebobot,
sedangkan dalam model omisi tidak ada materi pengganti.
F. Model Adaptasi
10
Tunarungu bina wicara
Tunagrahita bina diri
Tunadaksa bina gerak
Tuna laras bina sosial/ pribadi
Autis à bina komunikasi dan sosial.
Gifted à akselerasi dan pengayaan
e. ABK yang tidak mampu mengikuti alternatif a), b), c) di atas dapat
digunakan program pembelajaran individual (PPI) dimana kurikulum
disusun atas dasar karakteristik ABK secara individual. Adapun pola
yang dapat diterapkan sebagai berikut:
Membuang sebagian standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang dianggap kurang penting bagi kehidupan anak.
membuang sebagian kompetensi dasar
Menggunakan bagian awal dan membuang di bagian akhir
baik pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan.
Membuang bagian awal dan menggunakan di bagian akhir
baik pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan.
2. Adaptasi Pembelajaran
Variabel penting dalam pembelajaran, adalah: a) kondisi
pembelajaran, b) metode pembelajaran, dan c) hasil pembelajaran.
a. Kondisi pembelajaran berkaitan dengan tujuan pembelajaran,
karakteristik mata pelajaran, kendala, dan karakteristik peserta
didik. Adaptasi yang dapat dilakuan adalah sebagai berikut:
1) Mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
sama dengan kurikulum baku (reguler maupun PLB) namun
menurunkan indikator (mengambil sebagian indikator).
2) Mengambil standar kompetensi yang sama dengan kurikulum
reguler dan merumuskan sendiri standar kompetensinya.
3) Adaptasi materi pelajaran
11
Tidak semua mata pelajaran dan atau materi pelajaran
membutuhkan adaptasi. Hanya mata pelajaran dan atau meteri
pelajaran yang menimbulkan kesulitan sebagai akibat langsung
dari kelainannya yang membutuhkan adaptasi. Sebagai contoh
dapat disajikan hal-hal sebagai berikut :
Anak tunanetra memiliki keterbatasan dalam persepsi
visual, sehingga pelajaran menggambar dapat diadaptasi
dengan pelajaran ekpresi lain berkaitan dengan nilai seni.
Kemudian materi pelajaran yang banyak membutuhkan
fungsi visual diadaptasi dengan pemanfaatan indra
pendengaran, taktual, penciuman serta indra lain non
visual. Kebanyakan tunanetra kesulitan dalam
pembentukan konsep global, mereka memulai pengertian
dengan diawali pembentukan konsep detail per detail baru
kemudian global.
Anak tunarunguwicara memiliki keterbatasan dalam
persepsi bunyi dan irama, dengan aktivitas bina wicara
mereka masih mampu berbicara secara terbatas sekalipun
mereka tidak dapat mendengar terhadap apa yang mereka
sendiri ungkapkan.Materi pelajaran sebaiknya disajikan
dalam bentuk gambar-gambar, terutama dalam
pembentukan konsep yang berurutan Hindarkan kata-kata
yang belum dikenal anak, kecuali kata yang sukar tersebut
sebagai upaya untuk menambah kekayaan bahasa mereka.
Pertanyaan/ soal hendaknya ringkas/ pendek tetapi cukup
representatif.
Anak tunagrahita, (antara lain lamban belajar) kesulitan
yang amat menonjol adalah fungsi kognisi dan bahkan bila
tingkat ketunagrahitaannya berat juga fungsi aspek lain
mengalami kelainan.
12
Bila dalam kelas terdapat peserta didik gifted, maka
materi pembelajaran harus dikembangkan/ diperkaya
secara horisontal dengan bobot yang lebih sulit.
Percepatan (akselerasi) penyajian materi secara vertikal
dimungkinkan dengan menaikkan kelas yang lebih tinggi
yang tidak perlu menunggu pada akhir tahun pelajaran.
Pendidik dalam pembelajaran terhadap anak ini hanya
bertindak sebagai fasilitator. Perlu diperhatikan bahwa
usia sosial dan emosinya sebenarnya masih sama dengan
perkembangan emosi dan sosial anak rata-rata, dan hanya
perkembangan kognisinya yang lebih cepat bila dibanding
dengan anak seusianya.
Anak dengan variabel ketunaan yang lain misalnya
tunadaksa dengan kondisi tanpa kaki/ polio pada kedua
kaki tentu tidak dibutuhkan adaptasi materi pelajaran.
4) Untuk menghadapi berbagai kendala perlu adaptasi media, alat
dan bahan ajar.
Telah banyak diciptakan alat-alat dari hasil adaptasi
yang khusus dipergunakan untuk anak dengan kebutuhan
khusus. Adaptasi tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh
mereka yang menggunakan. Komputer untuk tunanetra yang
dilengkapi dengan screen reader (komputer bicara), kalkulator
bicara, mount botten, laser can untuk membantu tunanetra
berjalan dll. Alat bantu dengar untuk anak tunarunguwicara.
Adaptasi sarana/ alat pelajaran/ alat peraga dalam hal
ini adalah adaptasi yang setiap saat dapat melakukan pendidik
dalam pembelajaran di kelas. Melalui adaptasi tersebut anak
dengan kebutuhan khusus dapat melakukan/ merasakan/
mengamati seperti apa yang dilakukan oleh anak-anak lain.
b. Metode pembelajaran terdiri dari strategi pengorganisasian,
metodologi, dan pengelolaan.
13
Berkaitan dengan metode pembelajaran dapat dilakukan
beberapa adaptasi antara lain:
1) Adaptasi waktu pembelajaran
Akan lebih bijaksana bila dalam pemberian setiap tugas
ada kaitannya dengan jenis/ tingkat kesulitan yang dialami
anak, waktu diberikan kelonggaran secara proporsional bila
dibanding dengan anak rata-rata lain. Mereka diberikan
kesempatan untuk berprestasi seperti yang lain sekalipun
dalam waktu yang berbeda. Misalnya anak tunanetra dalam
mengerjakan soal-soal ujian diberikan kelonggaran 20%
dengan waktu yang digunakan oleh anak “normal”. Anak
tunarunguwicara diberikan kesempatan yang longgar dalam
memahami isi bacaan/ membaca. Anak lamban belajar
berhitung, bila pendidik menuntut sejumlah soal yang sama
dengan anak rata-rata lain waktu hendaknya diberikan
kelonggaran yang cukup sesuai dengan tingkat kelambanannya
atau jumlah soal dikurangi.
2) Adaptasi pengelolaan kelas
Dalam pengorganisasian kelas membutuhkan strategi
yang kadang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Pengaturan
tempat duduk terhadap anak-anak yang mengalami kelainan
harus mendapatkan prioritas khusus, sehingga mereka seperti
halnya teman yang lain. Tanpa adaptasi pengelolaan kelas
mungkin mereka akan semakin tertinggal dengan teman yang
lain.
14
pendidikan khusus pada dasarnya adalah mengawinkan antara model kurikulum
dengan komponen kurikulum. Setiap satu komponen dari model kurikulum
dipadukan dengan setiap komponen kurikulum, sehingga akan terjadi 16
kemungkinan perpaduan, yaitu 4 kali 4.
15
Sari Rudiyati, (…), kurikulum untuk siswa berkebutuhan pendidikan
khusus pada dasar bervariasi sesuai dengan jenis hambatan yang dialami oleh
siswa yang berssangkutan. Setiap jenis hambatan (kelainan) membutuhkan model
kurikulum yang berbeda. Namun demikian, kategorisasi kurikulum bagi siswa
berkebutuhan pendidikan khusus dalam setting inklusif dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni:
1. Kurikulum bagi ABK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan.
Siswa berkebutuhan khusus yang tidak menga lami hambatan
kecerdasan, seperti anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa, dll. membutuh
kan sedikit modifikasi dalam pembelajaran. Tujuan dan materi
pembelajaran umumnya tidak mengalami perubahan, demikian dengan
evaluasinya. Mereka biasanya lebih banyak membutuhkan modifikasi
dalam proses pembelajaran yakni berkaitan dengan cara dan media dalam
penyajian informasi. Kecenderungan model kurikulum untuk mereka dapat
dilihat pada tabel berikut:
Kecendrungan Umum Kurikulum ABK Yang Tidak
Mengalami Hambatan Kecerdasan
Tujuan Materi Proses Evaluasi
KI KD Indikator Metode Media Soal Cara Alat
Duplikasi √ √ √ √
Modifikasi √ √ √ √
Subtitusi √
Omisi
16
pelaksanaan evaluasinya. Kecenderungan model kurikulum untuk ABK
yang mengalami hambatan kecerdsan dapat dilihat pada tabel berikut:
Kecendrungan Umum Model Kurikulum Adaptif Bagi ABK Yang
Mengalami Hambatan Kecerdasan:
Tujuan Materi Proses Evaluasi
KI KD Indikator Metode Media Soal Cara Alat
Duplikasi
Modifikasi √ √ √ √ √ √ √ √ √
Subtitusi √
Omisi √
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran yang berguna sebagai
pedoman ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan lewat proses
belajar mengajar. Adapun jenis kurikulum yang digunakan adalah kurikulum
reguler yang harus disesuaikan pada program pembelajaran, dikarenakan
pada anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan yang cukup variatif.
B. Saran
Guru yang mengajarkan siswa pada sekolah inklusif, haruslah guru yang
memiliki keterampilan komunikasi dengan siswa nya. Hal lain yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru yang kelak mengajar di sekolah inklusif adalah
guru yang kreatif dalam mengembangkan materi dari kurikulum reguler tersebut,
khususnya untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.
18
DAFTAR PUSTAKA
19