Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSIF

“ KURIKULUM PADA SEKOLAH INKLUSIF ”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. JUMARNA ( A1I122017 )
2. LISA JUNIYARTI ( A1I122020 )
3. NURMADINA (A1I122025 )
4. SARDIBA ( A1I122069 )
5. NUR ANITA ZALNI ( A1I122099 )

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Kurikulum Pada Sekolah Inklusif (jenis, tujuan, dan model)” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusif.
Makalah ini bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan tentang pendidikan
inklusif.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Inklusif, Bapak Rahmat, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan arahan
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami
juga menyadari sepenuhnya didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima jika ada kritik, saran dan usulan
demi memperbaiki makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Kami memohon maaf jika ada salah kata dan kekurangan dalam
makalah ini, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa
yaitu Allah SWT. dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.

Kendari, 30 September 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 5
1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
A. Pengertian Kurikulum ............................................................................... 7
B. Pengertian Pendidikan Inklusif ................................................................ 9
C. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif ........................................ 9
D. Jenis Dan Model Kurikulum Pendidikan Inklusif ................................ 10
E. Tujuan Kurikulum Pendidikan Inklusif ................................................ 15
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 16
3.2 Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan Inklusif adalah suatu filosofi pendidikan dan sosial. Dalam
pendidikan inklusif, semua orang adalah bagian yang berharga dalam
kebersamaan, apapun perbedaan mereka. Pendidikan inklusif berarti bahwa
semua anak, terlepas dari kemampuan maupun ketidakmampuan mereka, jenis
kelamin, status sosial-ekonomi, suku, latar belakang budaya atau bahasa dan
agama menyatu dalam komunitas sekolah yang sama.
Pendidikan inklusif merupakan pendekatan yang memerhatikan cara
mentransformasikan sistem pendidikan, sehingga dapat merespon
keanekaragaman peserta didik yang memungkinkan guru dan peserta didik
merasa nyaman dengan keanekaragaman tersebut, serta melihatnya lebih
sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar dari pada
melihatnya sebagai suatu problem.
Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa pendidikan inklusif
adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara
penuh di kelas reguler.
Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang
sesuai bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun
gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (dalam O'Neil, 1995) menyatakan
bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan
mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah- sekolah
terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya.
Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi sekolah, sehingga
menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap
peserta didik. Artinya, dalam pendidikan inklusif tersedia sumber belajar yang
kaya dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu: peserta didik, guru,
orang tua, dan masyarakat sekitarnya. Melalui pendidikan inklusif, peserta didik

4
berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikiny Freiberg,
1995).
Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak
normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu
komunitas. Pendidikan inklusif dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009
didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik berkelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik berkebutuhan khusus dan
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman,
tidak diskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
Sekolah inklusif adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan bagi semua peserta didik pada sekolah yang sama tanpa
diskriminasi, ramah dan humanis untuk mengoptimalkan pengembangan
potensi semua peserta didik agar menjadi insan yang berdayaguna dan
bermartabat. Suatu penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan khusus semua peserta didik, untuk itu sekolah perlu melakukan
berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana
prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran, serta sistem
penilaiannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum ?

5
2. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan inklusif ?
3. Bagaimana prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif ?
4. Bagaiman jenis dan model kurikulum Pendidikan inklusif ?
5. Apa tujuan kurikulum pendiidikan inklusif ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui pengertian kurikulum
2. Mengetahui Pendidikan inklusif
3. Mengetahui prinsip penyelenggaraan Pendidikan inklusif
4. Mengetahui jenis dan model kurikulum Pendidikan inklusif
5. Mengetahui tujuan kurikulum Pendidikan inklusif

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai garis finish.
Pengertian kurikulum secara luas itu tidak terbatas hanya pada sejumlah
mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning
experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan
pribadinya. Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi
mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar siswa.
Setelah dipaparkan pengertian kurikulum secara etimologi, akan disebutkan
pengetian secara terminologi atau biasa disebut dengan pengertian secara
istilah. Pengertian kurikulum menurut para ahli inilah pengertian kurikulum
secara terminologi. Ada banyak sekali para ahli yang berpendapat mengenai
pengertian kurikulum, diantaranya yaitu:
1. Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah
semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu
ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha
menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid
memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.
3. Pengertian Kurikulum Menurut Neagley dan Evans (1967); kurikulum
adalah semua pengalaman yang dirancang dan dikemukakan oleh pihak
sekolah.
4. Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada
peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu,
rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

7
5. Pengertian Kurikulum Menurut Good V. Carter (1973): Kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pelajaran yang sistematik.
6. Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan
pelaksanaan pembelajaran dan atau pendidikan yang di dalamnya mencakup
pengaturan tentang tujuan, isi/materi, proses dan evaluasi. Tujuan adalah
seperangkat kemampuan atau kompetensi yang akan di capai setelah para siswa
menyelesaikan program pendidikan dalam kurun waktu tertentu, tujuan
pendidikan atau pembelajaran secara umum terbagi ke dalam tiga jenis
kemampuan, yaitu kemampuan kognitif, afektif dan ppsikomotor.kalau dilihat
dari tingkatannya, maka tujuan pendidikan dibedakan 4 tingkatan, yaitu (1)
tujuan pendidikan nasional, (2) tujuan pendidikan lembaga/institusi, (3) tujuan
kurikuler, dan (4) tujuan instruksional.dalam kurikulum 2006 tujuan
pembelajaran distilahkan dengan standar kompetensi dan indikator dengan
jenis kompetensi ada 4 jenis kompetensi yang harus di cermati yaitu : (1)
standar kompetensi lulusan (SKL),(2) standar kompetensi (SK), (3)
kompetensi dasar (KD) dan (4) indikator keberhasilan (indikator).
Sedangkan materi/isi atau konten yang harus dipelajarai oleh siswa supaya
bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi pelajaran bisa berupa fakta,
konsep, teori dan prosedur. Materi pembelajaran harus relevan atau mendukung
terhadap pencapaian komptensi dasar dan standar kompetensi. Materi
dikembangkan oleh guru dengan mengacu kepada buku sumber yang relevan.
Proses adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan
oleh siswa bersama guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Proses
pembelajaran terkait dengan penggunaan metode dan media pengajaran.
Evaluasi adalah proses kegiatan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan/pencapaian tujuan yang telah di tetapkan.

8
B. Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan
anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa
bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994).Sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua
murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang
layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap
murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru,
agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980).
Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua
diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai
modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana,
tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem
penilaiannya.

C. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif


Penyelenggaraan pendidikan inklusif didasarkan pada beberapa prinsip
sebagai berikut:
• Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Pendidikan inklusif merupakan filosofi dan strategi dalam upaya
pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan
mutu pendidikan yang memungkinkan dapat memberikan akses pada semua
anak dan menghargai perbedaan.
• Prinsip keberagaman
Adanya perbedaan individual dari sisi kemampuan, bakat, minat, serta
kebutuhan perserta didik, sehingga pendidikan hendaknya diupayakan
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik individual peserta
didik.
• Prinsip kebermaknaan

9
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang
ramah, menerima, keragaman dan menghargai perbedaan, serta bermakna
bagi kemandirian peserta didik.
• Prinsip untuk keberlanjutan
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua jenis,
jalur dan jenjang pendidikan.
• Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen
pendidikan terkait.

D. Jenis Dan Model Kurikulum Pendidikan Inklusif


1. Kurikulum Akademik
Satuan pendiidikan penyelenggaraan Pendidikan inklusif menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan
kemampuan peserta didik sesuai dengan kecerdasan, bakat, minat dan
potensinya. Alternatif jenis/model kurikulum sekolah inklusif dijabarkan pada
tabel berikut :

No Jenis Kurikulum Peserta Didik


Peserta didik umum dan berkebutuhan
1 Kurikulum standar nasional khusus yang memiliki potensi
kecerdasan rerata dan diatas rerata.
Peserta didik berkebutuhan khusus yang
Kurikulum akomodatif
2 memiliki potensi kecerdasan dibawah
dibawah standar nasional
rerata
Peserta diidk berkebutuhan khusus yang
Kurikulum akomodatif
3 memiliki potensi kecerdasan dan/atau
diatas standar nasional
bakat istimewa

10
Kurikulum akomodatif adalah kurikulum standar nasional yang disesuaikan
dengan bakat, minat dan potensi peserta didik berkebutuhan khusus.
Pengembangun kurikulum akomodatif ini dilakukan oleh masing- masing satuan
pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif. Sasaran pengembangan
kurikulum akomodatif difokuskan.goo lala aspek tujuan, (Standar Kompetensi
(SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator), materi, proses maupun evaluasinya.
Penerapan kurikulum akomodatif dapat memanfaatkan model penyelarasan
kurikulum yang dilakukan dalam bentuk eskalasi, duplikası modifikasi,
substitusi, dan omisi.
a. Model Eskalasi
Eskalasi (escalation) berarti kurikulum standar nasional dinaikkan tingkat
kualifikasi materinya baik secara horizontal maupun vertikal sesuai dengan
tuntutan potensi siswa cerdas istimewa dan atau bakat istimewa. Penaikan
tuntutan kurikulum standar nasional secara vertikal berarti materi kurikulum
bagi siswa cerdas istimewa dan atau bakat istimewa tingkat kesukarannya
dinaikkan. Sedangkan Penaikan tuntutan kurikulum standar nasional secara
horizontal berarti materi kurikulum bagi siswa cerdas istimewa dan atau bakat
istimewa diperluas.
Tujuan eskalasi kurikulum standar nasional adalah agar siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa dapat berkembang secara optimal.
Implikasi dari eskalasi kurikulum standar nasional ini memungkinkan siswa
cerdas istimewa dan atau bakat istimewa secara kronologis waktu belajamya
shms laamoaf siswa lain, tetapi perolehan hasil belajarnya lebih luas dan lebih
dalam, sehingga dimensi sosial psikologisnya tetap dapat tumbuh dan
berkembang secara natural.
b. Model Duplikasi
Duplikasi artinya meniru atau menggandakan. Duplikasi kurikulum adalah
cara pengembangan kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan
menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku bagi peserta didik
reguler pada umumnya, Model duplikasi dapat diterapkan pada empat komponen
utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses, dan evaluasi. Duplikasi tujuan berarti

11
tujuan-tujuan pembelajaran yang diberlakukan kepada peserta didik regular juga
diberlakukan kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata lain,
standar kompetensi lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), dan Indikator keberhasilan yang berlaku bagi peserta didik regular
juga berlaku bagi peserta didik berkebutuhan khusus
Duplikasi isi atau materi berarti materi-materi pembelajaran yang
diberlakukan kepada peserta didik regular, juga diberlakukan secara sama
kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Peserta didik berkebutuhan khusus
memperoleh informasi, materi, thobad bahasan atau sub pokok bahasan yang
sama seperti yang disajikan kepada peserta regular.
Duplikasi proses berarti peserta didik berkebutuhan khusus menjalani
kegiatan atau pengalaman belajar mengajar yang sama dengan peserta didik
regular, Duplikasi evaluasi berarti peserta didik berkebutuhan khusus menjalani
proses evaluasi penilaian yang sama seperti yang diberlakukan kepada peserta
didik regular, mencakup kesamaan dalam soal-soal ujian, waktu evaluasi, teknik
atau cara evaluasi, atau kesamaan dalam tempat lingkungan evaluasi
dilaksanakan.
c. Model Modifikasi
Modifikasi artinya merubah untuk disesuaikan. Modifikasi kurikulum bagi
peserta didik berkebutuhan khusus dikembangkan dengan cara merubah
kurikulum standar nasional yang berlaku bagi peserta didik regular tagam choas
disesuaikan laumoaf saavan peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan
demikian. peserta didik berkebutuhan khusus menjalani kurikulum yang sesuai
laamoaf kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi terjadi pada empat
komponen utama pembelajaran, yaitu: tujuan, materi, proses, dan evaluasi
Modifikasi tujuan berarti tujuan pembelajaran kurikulum standar nasional
dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus.
Konsekuensinya peserta didik berkebutuhan khususakan memiliki rumusan
kompetensi sendiri yang berbeda dengan peserta didik regular, baik yang
berkaitan dengan SKL, SK, KD, maupun indikator.

12
Modifikasi isi materi berarti merubah materi pembelajaran peserta didik
regular untuk disesuaikan dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus.
Dengan demikian peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan sajian materi
sesuai laamoaf kemampuannya. Modifikasi materi meliputi keluasan,
kedalaman, dan/atau tingkat kesulitan. Artinya peserta didik berkebutuhan
khusus mendapatkan materi pembelajaran yang tingkat kedalaman.mencakup
kesamaan dalam metode mengajar, lingkungan atau seting belajar, waktu belajar,
media belajar, atu sumber belajar. keluasan, dan kesulitannya berbeda (lebih
rendah) dari materi yang diberikan kepada peserta didik regular.
Modifikasi proses berarti kegiatan pembelajaran bagi peserta didik
berkebutuhan khusus berbeda dengan kegiatan pembelajaran peserta didik
reguler. Metode atuu strategi pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik
regular tidak diterapkan kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Jadi, mereka
memperoleh strategi pembelajaran khusus yang sesuai laamoaf kemampuannya.
Modifikasi proses dalam kegiatan pembelajaran meliputi penggunaan metode
mengajar, lingkungan/seting belajar, waktu, media, sumber belajar, dll.
Modifikasi evaluasi berarti merubah sistem evaluasi/penilaian untuk disesuaikan
dengan kondisi peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan kata lain peserta
didik berkebutuhan khusus menjalani sistem evaluasi penilaian yang berbeda
dengan peserta didik regular lainnya. Perubahan bisa berkaitan dengan
perubahan dalam soal-soal ujian, perubahan dalam waktu evaluasi, teknik/cara
evaluasi atau tempat evaluasi dll. Perubahan kriteria kelulusan, sistem kenaikan
kelas, bentuk raport, ijazah termasuk bagian-bagian modifikasi evaluasi.
d. Model Substitusi
Substitusi berarti mengganti. Substitusi kurikulum bagi peserta didik
berkebutuhan khusus berarti mengganti isi kurikulum standar nasional dengan
materi yang lain. Penggantian dilakukan karena isi kurikulum nasional tidak
memungkinkan diberlakukan kepada anak berkebutuhan khusus, tetapi masih
bisa diganti dengan hal lain yang kurang lebih sepadan (memiliki nilai sama).
Substitusi bisa terjadi pada tujuan pembelajaran, materi, proses, atau evaluasi.
e. Model Omisi

13
Omisi artinya menghilangkan. Model kurikulum omisi berarti
menghilangkan sebagian/keseluruhan isi kurikulum standar nasional karena
tidak mungkin diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan
kata lain omisi berarti isi sebagian keseluruhan kurikulum standar nasional tidak
diberikan kepada peserta didik berkebutuhan khusus karena terlalu sulit atau
tidak sesuai. Penerapan model-model kurikulum akomodatif, hendaknya
mempertimbangkan keberagaman peserta didik berkebutuhan khusus
berdasarkan kemampuan intelektualnya (di atas rerata, rerata, dibawah rerata).
Contoh peserta didik diatas rerata mengalami hambatan belajar disebabkan
kelainan (ATN, ATR, ATD, Autis, ADHD, gangguan perilaku dan sosial, dan
sebagainya) menerapkan model Duplikasi/Modifikasi+ pendampingan GPK +
pengayaan. Peserta didik yang memiliki kemampuan rerata dan mengalami
kesulitan belajar menerapkan model Duplikasi/Modifikasi + Remedi/Ruang
Sumber. Peserta didik berkebutuhan khusus di bawah rerata (ATG) menerapkan
model Omisi + Kelas Khusus.

2. Kurikulum Kekhususan
Layanan kekhususan adalah interfensi khusus berdasarkan kelainan atau
kebutuhan khusus peserta didik untuk mengatasi kelainan yang disandangnya atau
mengoptimalkan potensi khusus yang perlu dikembangkan. Bentuk layanan
kekhususan diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Baca tulis Braille
b) Orientasi Mobilitas (OM)
c) Bina Komunikasi
d) Bina Persepsi Bunyi Irama
e) Bina Diri
f) Okupasi
g) Bina gerak
h) Bina pribadi dan social
i) Modifikasi perilaku

14
E. Tujuan Kurikulum Pendidikan Inklusif
Adapun tujuan dari kurikulum pendidikan inklusif adalah sebagai berikut:
• Membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi
hambatan belajar yang dialami siswa semaksimal mungkin dalam setting
inklusif.
• Membantu guru dan orang tua dalam mengembangkan program pendidikan
bagi peserta didik berkebutuhan khusus baik yang diselenggarakan di sekolah,
di luar sekolah maupun di rumah
• Menjadi pedoman bagi sekolah, dan masyarakat dalam mengembangkan,
menilai dan menyempurnakan program pendidikan inklusif.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran yang berguna sebagai
pedoman ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan sano
prosesbelajar mengajar. Adapun jenis kurikulum gan ang digunakan adalah
kurikulum reguler yang harus disesuaikan pada program pembelajaran, dikarenakan
lala anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan gan cukup variatif. Proses
pengembangan kurikulum dari reguler, sangatlah bergu na membantu peserta didik
dalam mengembangkan potensi dan mengatasi hambatan belajar yang dialami
siswa semaksimal mungkin dalam latar inklusi Pembelajaran inklusif menekankan
pada siswa, agar memiliki kesempatan yang sama dengan siswa non inklusif.

3.2 Saran
Guru yang mengajarkan siswa pada sekolah inklusif, haruslah guru yang
memiliki keterampilan komunikasi dengan siswa nya. Ya ajpun fao diperhatikan
oleh seorang guru yang kelak bah di ana kolah inklusif adalah guru yang kreatif
dalam mengembangkan materi dari kurikulum reguler tersebut, khususnya untuk
anak yang memiliki kebutuhan khusus. Sebaiknya dalam pengelolaan kurikulum
untuk siswa yang berkebutuhan khusus, dikelola dengan lebih baik. Misalnya
pemerintah yang fokus terhadap dunia pendidikan, membuat petunjuk atau berupa
soal yang dikhusukan untuk siswa yang berkebutuhan khusus guna membantuk
para guru pembimbing.

16
DAFTAR PUSTAKA

Irdamurni. (2019). PENDIDIKAN INKLUSIF Solusi Mendidik Anak

Berpendidikan Khusus. Jakarta.

Aliyah,Try Nur.2019 Des 30.(diakses 26 September 2023).


https://www.scribd.com/document/441239717/Makalah-Inklusi

https://media.neliti.com/media/publications/240795-pendidikan-inklusif-
2d95e4e9.pdf (diakses 30 September 30, 2023)

17

Anda mungkin juga menyukai