Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN OBSERVASI PENDIDIKAN INKLUSI

DI SDN 3 TELAGA

Dosen Pengampuh : Dr. Asni Ilham, S.Pd, M.Si


(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Inklusi)

Oleh :
Kelas 5D
Kelompok II

Nandika A. Koni (151420091)


Reska Rahmawati Putri Yusuf (151420100)
Roswita A. Dunggio (151420102)
Ni Luh Rini Puspita (151420113)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyusun laporan observasi pendidikan
inklusi di SDN 3 TELAGA ini.

Walaupun demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal mungkin demi


kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar mengajar di sekolah,
maupun dalam menunaikan laporan observasi Pendidikan Inklusi di SDN 03 TELAGA.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi
kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Observasi Pendidikan Inklusi di SDN 03
TELAGA ini, khusunya kepada Ibu Mulyati Bangi, S.Pd

Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
membantu bagi kemajuan serta perkembangan SDN 03 TELAGA. Saya ucapkan terimakasih
banyak kepada semua pihak yang telah membantu, semoga Allah Swt. Membalas semua
kebaikan kalian. Amin.

Gorontalo, 28 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................................................iii
A. Latar Belakang ..................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah .............................................................................................iii
C. Tujuan Masalah .................................................................................................iv
D. Lokasi dan Waktu Pengamatan .......................................................................iv
BAB II
LANDASAN TEORI ......................................................................................................1
A. Pengertian Pendidikan Inklusi ..........................................................................1
B. Karakteristik Pendidikan ..................................................................................2
C. Kurikulum .............................................................................................................
D. Model .....................................................................................................................
E. System ....................................................................................................................
BAB III
HASIL OBSERVASI ........................................................................................................
A. Identitas Sekolah ...................................................................................................
B. Hasil Wawancara ..................................................................................................
BAB IV
PENUTUP .........................................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap
anak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan
kecacatan atau karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan inklusif juga melibatkan
orang tua dalam cara yang berarti dalam berbagai kegiatan pendidikan, terutama dalam
proses perencanaan, proses pembelajaran, serta menentukan seberapa jauh keterlibatan
guru dalam pelaksanaannya.Saat ini banyak sekali sekolah yang berupaya memberikan
kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Namun sayangnya tidak
semua sekolah tersebut dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswanya. Dahulu upaya-
upaya tersebut hanya sebatas penyediaan layanan pendidikan dengan sistem segregrasi,
hingga akhirnya pada saat ini muncullah paradigma baru di mana anak berkebutuhan
khusus memerlukan suatu bentuk pendidikan yang mengikutsertakan mereka di dalam
berbagai kegiatan dengan masyarakat luas.
Oleh karena itu diperlukan suatu layanan pendidikan yang mampu mengakomodir
segala kebutuhan ABK tanpa adanya bentuk diskriminasi dalam hal apapun. Maka
diterapkanlah suatu pendidikan inklusif di berbagai sekolah reguler, agar ABK dapat
ikut serta mengoptimalkan kemampuannya bersama dengan anakanak pada
umumnya.Pelaksanaan sekolah inklusif telah banyak dilakukan, tetapi masih banyak
hambatan, hal ini dapat dipandang dari sisi kebutuhan setiap anak yang heterogen,
karena siswa yang bersekolah tersebut tidak hanya terdiri dari anak berkebutuhan
khusus, tetapi juga anak pada umumnya. Prinsip pendidikan inklusi menyebabkan
adanya tuntutan yang besar terhadap guru regular maupun guru anak berkebutuhan
khusus. Hal ini menuntut pergeseran besar dari tradisi pembuatan program dan
penyampaian materi yang merata bagi semua anak, kini berubah menjadi penyusunan
program dan pembelajaran individual sesuai dengan kebutuhan anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian pendidikan inklusi?
2. Bagaimana karakteristik pendidikan inklusi?
3. Bagaimana kurikulum Anak BerkebutuhanKhusus di sekolah Inklusif?
4. Bagaimana model pembelajaran di sekolah inklusi?
5. Bagaimana sistem penilaian Pembelajaran Anak Berkebetuhan Khusus di sekolah
inklusi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan inklusi
2. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan inklusi
3. Untuk mengetahui kurikulum Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah Inklusif
4. Untuk mengetahui model pembelajaran di sekolah inklusi
5. Untuk mengetahui sistem penilaian Pembelajaran Anak Berkebetuhan Khusus di
sekolah inklusi
D. Lokasi dan Waktu Pengamatan
1. Lokasi Pengamatan : SDN 03 Telaga
2. Waktu Pengamatan :
1) Permintaan Izin :
2) Observasi :
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Inklusi


Pendidikan inklusif merupakan suaatu pendekatan pendidikan yang inovatif dan
strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus
termasuk anak penyandang disabilitas. Pendidikan inklusi adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan
anak-anak normal pada umumnya untuk belajar. Menurut Hildegun Olsen dalam
Tarmansyah, pendidikan inklusi adalah sekolah harus mengakomodasi semua anak
tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik atau kondisi
lainnya. Ini harus mencakup anak-anak penyandang cacat, berbakat. Anak-anak jalanan
dan pekerja anak berasal dari populasi terpencil atau berpindah-pindah. Anak yang
berasal dari populasi etnis minoritas, linguistik, atau budaya dan anak-anak dari area
atau kelompok yang kurang beruntung atau termajinalisasi (Tarmansyah, 2007: 82).
Sedangkan pengertian pendidikan inklusi menurut Permendiknas Nomor 70
Tahun 2009. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdaan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara umum bersama-sama dengan
peserta didik umumnya (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2009) Atas dasar
pengertian dan dasar pendidikan inklusi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-
teman seusianya. Konsep pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang
mempresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam
menerima anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar mereka sebagai
warga negara.
Keberadaan pendidikan inklusi bukan saja penting untuk menampung anak yang
berkebutuhan khusus dalam sebuah sekolah yang terpadu, melainkan pula dimaksudkan
untuk mengembangkan potensi dan menyelamatkan masa depan mereka dari
diskriminasi pendidikan yang cenderung mengabaikan anak-anak berkelainan (Takdir,
2013: 26-27).
Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan inklusi juga dapat dimaknai sebagai
satu bentuk reformasi pendidikan yang menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan
persamaan hak dan kesempatan, keadilan, dan perluasan akses pendidikan bagi semua,
peningkatan mutu pendidikan, upaya strategis dalam menuntaskan wajib belajar 9
tahun, serta upaya mengubah sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus
(Takdir, 2013: 25).
B. Karakteristik Pendidikan Inklusi
Ada beberapa karakteristik pendidikan inklusi yang dapat dijadikan dasar layanan
pendidikan bagi anak luar biasa. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Kurikulum yang Fleksibel
Penyesuaian kurikulum dalam penerapan pendidikan inklusi tidak harus
terlebih dahulu menekankan pada materi pembelajaran, tetapi yang paling
penting adalah bagaimana memberikan perhatian penuh pada kebutuhan
anak didik. Jika ingin memberikan materi pelajaran kepada anak
berkebutuhan khusus, harus memperhatikan kurikulum apa yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Kurikulum yang fleksibel harus menjadi
prioritas utama dalam memberikan kemudahan kepada mereka yang belum
mendapatkan layanan pendidikan terbaik demi menunjang karir dan masa
depan. Berikan pula materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, terutama
berkaitan dengan masalah ketrampilan dan potensi pribadi mereka yang
belum berkembang.
2. Pendekatan Pembelajaran yang Fleksibel dalam aktivitas belajar mengajar,
sistem pendidikan inklusi harus memberikan pendekatan yang tidak
menyulitkan mereka untuk memahami materi pelajaran sesuai dengan
tingkat kemampuan.
3. Sistem Evaluasi yang Fleksibel dalam melakukan penilaian harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan anak berkebutuhan khusus
dengan anak normal pada umumnya, karena anak berkebutuhan khusus
memiliki tingkat kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak
normal pada umumnya sehingga memerlukan keseriusan dari seorang guru
dalam melakukan penilaian.
4. Pembelajaran yang Ramah Proses pembelajaran dalam konsep pendidikan
inklusi harus mencerminkan pembelajaran yang ramah. Pembelajaran yang
ramah bisa membuat anak termotivasi dan terdorong untuk terus
mengembangkan potensi dan skill mereka sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki.
C. Kurikulum Anak ABK Di Sekolah Inkusif
Kurikulum yang digunakan disekolah inklusif adalah kurikulum sekolah reguler
yaitu KTSP sesuai dengan satuan pendidikan atau jenjang pendidikannya, tidak ada
kurikulum khusus bagi ABK. Semua sekolah inklusif selama ini masih menggunakan
kurikulum reguler (KTSP) di mana dalam pelaksanaannya dilakukan modifikasi
disesuaikan dengan kemampuanABK terutama untuk ABK yang secara intelektual
mempunyai kemampuan dibawah anak normal misalnya anak lambat belajar dan anak
tunagrahita. Sementara untuk ABK yang secara intelektual memiliki kemampuan
normal misalnya anak tunadaksa, anak tunarungu, tunanetra dan sebagian anak autis
mereka mengikuti pelajaran di kelas reguler dengan kurikulum reguler tanpa harus
dimodifikasi.
Berdasarkan uraian tentang kebutuhan-kebutuhan khusus dari ABK tersebut di
atas maka dalam pendidikan inklusif selain menggunakan kurikulum reguler (KTSP)
baik yang dimodifikasi maupun tidak dimodifikasi, masih diperlukan pula adanya
kurikulum tambahan (kurikulum plus) yaitu kurikulum yang berisi tentang materi
maupun latihan yang menjadi kebutuhan ABK yang tidak ada dalam kurikulum reguler.
Hal ini senada dengan pendapat Frans Harsono S. dan Sumarno (1985) bahwa
disamping menggunakan kurikulum reguler siswa ABK juga perlu kurikulum tambahan
sesuai dengan kebutuhannya.
D. Model Pembelajaran Di Sekolah Inklusi
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran regular yakni
menggabungkan peserta didik yang normal (biasa) dengan yang ABK. Implementasi
tersebut bertujuan untuk mengubah pandangan peserta didik tentang anak yang
berproblem (gangguan) belajar dan tidak mengalami problem belajar agar kondisi kelas
bersifat kooperatif. Berdasarkan hasil wawancara, guru mengeluhkan minimnya media
pembelajaran yang tersedia disekolah.
Hal ini berdampak pada belum optimalnya proses pembelajaran. Kekurangan ini
tentunya harus menjadi perhatian khusus pemerintah Kota Mataram melalui Dinas
Pendidikan. Namun peran guru juga diperlukan dalam mengembangkan media
pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik.
E. Sistem Penilaian Pembelajaran ABK Di Sekolah Inklusi
Menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007; ayat (1) dan (2). Tentang Standar
Penilaian Pendidikan, yang mana standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah, proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam sistem
penilaian untuk anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan dengan penilaian untuk
anak atau siswa pada umumnya yakni penilaiannya disesuaikan dengan kemampuan
anak berkebutuhan khusus.
Penilaian hasil belajar dalam pendidikan inklusi haruslah fleksibel, dilakukan
secara berkelanjutan, autentik dan komprehensif. Penilaian hasil belajar disesuaikan
dengan kompetensi atau kebutuhan khusus anak sehingga untuk menentukan ketuntasan
belajar atau standar kompetensi kelulusan anak diperlukan adanya beberapa standar
ketuntasan belajar atau kelulusan yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus anak.
Pada dasarnya penilaian hasil belajar harus memperhatikan beberapa
pertimbangan yaitu guru harus memperhatikan penyesuian penilaian anak berkebutuhan
khusus setting inklusi, kriteria penilaian hasil belajar, proses penilaian hasil belajar
berdasarkan jenis-jenis penilaian, kendala yang terjadi dalam penilaian, dan usaha yang
dilakukan agar tidak terjadi permasalahan dalam penilaian.
Dalam penilaian peserta didik diberi kesempatan untuk berprestasi sesuai dengan
kemampuannya sehingga anak dapat berkembang secara optimal.
BAB III
HASIL OBSERVASI

A. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN 03 Telaga
Provinsi : Gorontalo
Kecamatan : Telaga
Desa/Kelurahan : Mongolato
Kode Pos : 96181
Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus : Disleksia 2{Laki – laki & Perempuan},Kelas 3

B. Hasil Wawancara
a. Narasumber
Nama : Muliati Bani S.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru
b. Hasil Wawancara
1. Bagaimana cara guru menangani atau menghadapi siswa yang hiperaktif di kelas ?
Jawab :
Menurut ibu muliati bahwa lebih ke spesifik mereka berdua tidak, karena di sini saya
perlakukan pembelajaran diferensiasi. jadi siswa merdeka senyamannya mereka
belajar dengan gaya seperti apa. Jadi bukan hanya untuk mereka berdua tapi siswa
yang normal pun saya kasih kebebasan. Dan mereka mau belajar seperti apa. Jadi
merdeka belajar saya mulai terapkan di kelas. Dan kebetulan juga saya sebagai
fasilitator guru penggerak. Dan mereka berdua juga tidak dibedakan sama sekali.
Kalau dalam hal, membedakan hasil tentu ia karena kan setiap anak punya
kecerdasannya masing – masing, tapi Ketika berbicara pada mata pelajaran seni
budaya. Makanya saya bilang tidak membedakan, karna yang berkebutuhan khusus
yang satu dia punya kecerdasan yang lebih dibanding teman – teman yang lain dalam
hal menggambar. Makanya saya bilang saya gunakan pembelajaran berdiferensiasi
jadi kecerdasan setiap anak itu kan muncul, jadi misalnya saya kasih muatan
pembelajaran yang ada hubungannya dengan bagaimana cara mereka memahami satu
konsep pembelajaran untuk anak yang bisa atau suka menggambar silahkan jawab
dalam model gambar. Dan kalau yang suka berpuisi silahkan buat puisi. Pokoknya
semaunya mereka dan sesuai dengan kemampuan mereka. Artinya tidak ada
penekanan harus satu model pembelajaran, tidak.
2. Mengenai siswa siswi yang ada berkebutuhan khusus seperti yang sudahsaudari Ni
Luh tanyakan tadi, Apakah ada kendala yang ibu hadapi dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas ?
Jawab :
Kalau dalam kendala yang saya hadapi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas
bahwa kendala itu saya hadapi di awal waktu di kelas 1. Kalua untuk sekarang
mungkin yang jadi pemikiran saya adalah Ketika mereka itu harus
3. Kurikulum apa yang Bapak/Ibu pakai? Dan apakah kurikulum tersebut sudah
dimodifikasi untuk mengakomodasi kebutuhan pelayanan peserta didik berkebutuhan
khusus dalam setting pendidikan inklusi? Jawab : Kami tetap memakai kurikulum
yang ada yaitu K13. Tapi hanya penanganannya sesuai dengan anak berkebutuhan
khusus. 4. Apakah sarana dan prasarana sekolah sudah dapat mendukung
pembelajaran inklusi saat ini ? Jawab : Biasa kami lebih banyak memakai media
konkrit di kelas 1, media yang dapat mereka lihat langsung. Untuk saat ini kami tidak
mendapatkan sarana dan prasarana karena sudah putus dari RSBI. 5. Apakah guru
mendapatkan pelatihan khusus dalam mengajar ? Jawab : Kalau guru yang
mendapatkan pelatihan khusus disini adatapi sudah terangkat menjadi P3K, tapi
secara administrasi dia disini. 6. Bagaimana dengan penilaian pada siswa
berkebutuhan khusus mengingat mereka mendapatkan pendidikan yang berbeda
dengan anak lainnya ? Jawab : Penilaian untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah
ini biasanya kami berikan nilai standar karena mereka tidak bisa melampui anak
normal. Tapi disini untuk anak berkebutuhan khsus yang dinilai penting adalah
mampu bersosialisasi. Itu yang paling diutamakan, untuk nilai itu sendiri tidak
masalah. Kami tidak berharap mereka harus mendapat nilai tinggi karena kemampuan
intelektual mereka sudah seperti itu. 7. Bagaimana Bapak/Ibu memberi motivasi dan
dorongan kepada peserta didik berkebutuhan khusus? Jawab : Kalau kami memotivasi
anak berkebutuhan khusus itu banyak, motivasi dari orang tuanya dulu karena
kebanyakan orang tua itu merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus tapi itu
kan sudah anugrah dari yang
7
maha kuasa. Disini kami memberikan kesadaran pada orang tua bahwa anak mereka wajib
kami tangani dan wajib diberikan pendidikan. c. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara
langsung dari Kepala Sekolah bahwa SDN 2 Telaga menjadi sekolah inklusi dengan tujuan
utama untuk memberikan pendidikan yang sama rata bagi semua anak, baik yang mampu
maupun yang tidak mampu dalam bidang intelektual maupun fisik. Di SDN 2 Telaga tidak
memiliki guru pembimbing khusus/guru kunjung untuk mendampingi ABK di sekolah
tersebut. Namun sebelumnya, pernah ada guru pembimbing khusus tapi sudah terangkat
menjadi P3K di Boalemo dan sudah tidak mengajar di sekolah ini. Berdasarkan kurikulum
dan pembelajaran di SDN 2 Telaga, sekolah ini menggunakan kurikulum yang sama dengan
sekolah pada umumnya yaitu kurikulum K13. Untuk anak berkebutuhan khusus
menggunakan kurikulum khusus yang telah dimodifikasi sesuai dengan anak berkebutuhan
khusus. Kurikulum yang telah dimodifikasi tersebut digaris bawahi oleh guru kelas dalam
mengajar anak berkebutuhan khusus. SDN 2 Telaga dalam pelakasanaan pembelajarannya
yaitu anak berkebutuhan khusus di kumpulkan dalam satu ruangan di kelas 1 dan jika sudah
mampu membaca maupun menulis akan dikembalikan di kelas awalnya. Sekolah ini juga
mampu bekerja sama dengan semua pihak, dalam hal ini masyarakat, untuk membina
kekeluargaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Dilihat dari tenaga kependidikan di
sekolah ini belum semua guru mendapatkan pelatihan khusus tentang pendidikan inklusi.
Bagi sekolah ini, guru pembibimbing ABK merupakan semua guru yang sedang mengajar di
dalam kelas. Untuk media pembelajaran guru menggunakan media konkrit dan media
pembelajaran yang berupa video pembelajaran. Kalau sarana dan prasarananya masih belum
mendukung karena saat ini sekolah sudah tidak mendapat bantuan lagi sebab sudah putus
dengan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl). Untuk penilaian yang dilakukan
sekolah tidak menuntut nilai tinggi bagi anak berkebutuhan khusus tetapi yang dinilai penting
adalah mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
8

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan Anak penyandang Disabilitas juga merupakan anggota masyarakat dan
mempunyai hak untuk berada di dalam lingkungan masyarakatnya. Mereka mendapat
dukungan yang mereka butuhkan melalui system pendidikan, kesehatan, penyedia lapangan
kerja dan pelayan nasional yang berlaku umum. Karena penyandang Disabilitas memiliki
hak-hak yang sama, mereka pun harus mempunyai kewajiban yang sama pula. Sebagai
bagian dari proses persamaan kesempatan, sarana dan prasarana seyogyanya disediakan
untukmembantu para penyandang Disabilitas agar Mereka dapat mengemban tanggung
jawab secara penuh sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan inklusi yang menekankan kepada persamaan hak dan dan akses Pendidikan
kepada setiap warga Negara. Pada tataran implementasi pendidikan inklusi masih dihadapkan
berbagai problema, isu, dan permasalahan yang harus disikapi secara bijak sehingga
implementasinya tidak menghambat upaya dan proses menuju pendidikan inklusif itu sendiri
serta selaras dengan filosofi dan konsep-konsep yang mendasarinya. Untuk itu diperlukan
komitmen tinggi dan kerja keras melalui kolaborasi berbagai pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat untuk mengatasinya. Dengan demikian, tujuan akhir darisemua upaya di atas
yaitu kesejahteraan para penyandang cacat dalam memperoleh segala haknya sebagai warga
negara dapat direalisasikan secaracepat dan maksimal.

B. Saran
Dalam menyelenggarakan sekolah inklusif, kiranya pihak-pihak di setiap sekolah, khususnya
tingkat dasar disarankan untuk mengetahui prosedur/alur penyelenggaraan sekolah inklusif.
Agar dalam pelaksanaannya sekolah dapat dibantu oleh pemerintah, karena sekolah tersebut
sudah resmi dan terdaftar di dinas setempat. Ini akan membantu terselenggaranya pendidikan
inklusif yang lebih baik, baik itu dari segi operasional/biaya maupun struktural.

DAFTAR PUSTAKA
Alimin, Z. (2005). Memahami Pendidikan Inklusif dan Anak Berkebutuhan Khusus. Makalah
tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan PLB FIP UPI.
Amka. (2019). Pendidikan Inklusif Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di Kalimantan Selatan.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 4 (1), 86-101.
BandiDelphie. (2009), Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Sleman: PT Intan
SejatiDepartemen Sosial. (2009), Pedoman Advokasi Sosial Penyandang Cacat.
Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial PenyandangCacat.
Direktorat Pendidikan LuarBiasa. (2004), Mengenal Pendidikan Terpadu Ditjend. Pend.
Dasar dan Menengah Dep. Pend.Nasional.
Fientje Palijama, Rehabilitasi Sosial Anak Cacat (Penerapan Prinsip Pengasuhan Anak Cacat
Oleh Panti Sosial Bina Asih Leleani Di Kota Surakarta), Tesis.
Program Pascasarjana, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Bidang Ilmu Sosial Universitas Indonesia.
Mohammad TakdirIlahi. (2013), Pendidikan Inklusif .Jogjakarta: Ar-RuzzMedia Purwanta
(2002), Makalah disampaikan dalamTemu Ilmiah PLB Tingkat Nasional Peraturan Mentri
Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa
Sunardi (1995), Kecenderungan dalam Pendidikan Luar Biasa, Jakarta :Dikti,Dekdikbud.
Tarmansyah. (2007), Inklusi Pendidikan Untuk Semua, Jakarta: Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai