Anda di halaman 1dari 17

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN DAN POTRET

PENDIDIKAN INKLUSIF

DISUSUN OLEH :

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Latar
Belakang Pemikiran dan Potret Pendidikan Inklusif “ dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan


Inklusi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pelayanan
pendidik terhadap peserta didik yang ditempatkan sebagai subjek bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami megucapkan terima kasih kepada pengampu Mata Kuliah Ilmu


Kependidikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah bekerja sama dan membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi sempurnanya makalah ini.

Surakarta, 27 Februari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Tujuan...........................................................................................................5

C. Rumusan Masalah.........................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Pengertian Pendidikan Inklusif.....................................................................6

B. Latar Belakang Pemikiran Pendidikan Inklusif............................................6

C. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia..........................................8

D. Hambatan dan Permasalahan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif...................9

E. Hasil Riset Tentang Pendidikan Inklusif....................................................12

F. Potret Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi.........................................13

BAB II....................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak setiap individu. Pendidikan tidak
memendang latar belakang setiap individu. Setiap warga Negara Indonesia
berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Hal tersebut tertera pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1 yang
menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Penyelenggaraan pendidikan yang
merata tentunya menjadi peran penting bagi pemerintah karena sangat
berpengaruh bagi pengembangan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus
selama ini disediakan tempat bersekolah khusus atau sekolah luar biasa
(SLB) yang tentunya sangat terlihat bahwa terdapat tempok yang
membatasi antara siswa normal dengan siswa berkebutuhan khusus
sehingga interaksi antara keduanya juga akan terhambat. Hal tersebut juga
akan mengakibatkan anak berkebutuhan khusus akan merasa disingkirkan
dari masyarakat.

Sekolah inklusi menjadi solusi agar terwujud pemerataan


pendidikan tanpa adanya diskriminasi antara anak berkebutuhan khusus
dengan anak pada umunya. Pada sekolah inkulusi tidak ada yang
diistimewakan karena semua siswa akan mempoleh hak dan kewajiban
yang sama. Berbagai pihak seperti pemerintah, sekolah, maupun
masyarakat sangat berpengaruh dalam berlangsunya pendidikan inklusi.
Dengan adanya pendidikan inklusi diharapkan dapat menciptakan generasi
yang paham akan adanya perbedaan. Maka dari itu makalah ini akan
membahas secara dasar bagaimana terbentuknya pemikiran pendidikan
inklusi dan bagaimana potret pendidikan inklusi.

4
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui latar belakang
pemikiran dan potret pendidikan inklusif.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah Pendidikan Iklusif itu ?
2. Bagaimana Latar Belakang Pemikiran Pendidikan Inklusif ?
3. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia ?
4. Apa Saja Hambatan dan Permasalahan Pelaksanaan Pendidikan
Inklusif ?
5. Bagaimana Hasil Riset Tentang Pendidikan Inklusif ?
6. Bagaimana Potret Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi ?

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusi berasal dari kata Education for All diserukan
oleh UNESCO yang memiliki arti pendidikan yang ramah untuk semua.
Dengan demikian berarti pendidikan menjangkau semua kalangan tanpa
terkecuali. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang maksimal
tanpa membedakan keberagaman.

Pendidikan inklusi menurut Sapon Shevin dalam O’Neil 1994


memiliki makna yaitu sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat di kelas pada
umunya dengan siswa lainnya. Sekolah inklusif merupakan sekolah yang
menampung semua siswa dan menyediakan program yang layak dengan
disesuaikan pada kebutuhan tiap siswa. Pendidikan iklusif dimaksudkan
dengan sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus dengan anak sebayanya disekolah umum.

B. Latar Belakang Pemikiran Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif merupakan salah satu isu internasional yang
selalu digalakkan oleh negara-negara maju dengan tujuan agar negara
berkembang dapat ikut meratifikasi konvensi dunia dalam rangka
mewujudkan hak pendidikan yang bermutu dan luas. Pendidikan tidak
mungkin dilakukan dengan cara diskriminatif yaitu dengan mengutamakan
mereka yang dikategorikan normal dan memiliki potensi diatas rata-rata.
Kondisi tiap individu seperti memiliki keterbatasan ekonomi, fisik,
emosional, mental serta social tidak boleh terlepaskan dari pendidikan.
Oleh karena itu, pelayanan yang tepat adalah pendidikan inklusif sebagai
bentuk sistem layanan yang tidak diskrimiatif dan dilaksanakan disemua
jenjang pendidikan seperti sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas.

6
Pada negara- negara maju pendidikan inklusif berkembang dengan
pesat, sedangkan di Indonesia masih menjadi paradigma karena hal
terssebut masih baru dikembangkan pada tahun 2003 (Yusuf, 2012).
Perubahan paradigma lama pendidikan konvensional yang berangapan
bahwa semua anak memiliki potensi sama berubah menjadi paradigma
baru yang beranggapan bahwa setiap anak memiliki potensi, kebutuhan,
dan hambatan yang khas serta berbeda-beda. Pada negara maju,
pendidikan inklusif dimaknai secara luas dengan menekankan bagaimana
sekolah, bagaimana kelas dan struktur kurikulum dirancang agar semua
anak dapat mengikuti pembelajaran dan berkembang dengan optimal
(Kugelmass,2004). Secara lebih luas pendidikan inklusif adalah suatu
bentuk reformasi pendidikan yang menekankan sikap antidiskriminatif,
memperjuangkan kesamaan hak, keadilan serta memperluas akses
pendidikan bagi semua individu , peningkatan mutu, serta upaya
mengubah sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus
(Sunaryo,2009). Dari hal tersebut maka pendidikan inklusi merupakan
suatu strategi untuk mempromosikan pendidikan yang universal serta
efektif dan dpat menciptakan sekolah yang responsive kepada
keberagaman kebutuhan dari anak dan masyarakat. Maka dari itu
pendidikan inklusif akan menjamin akses beserta mutu pendidikan.

Landasan pendidikan inklusif secara fisiologis menyatakan bahwa


penyelenggaraan pendidikan inklusif dijelaskan dengan adanya bangsa
Indonesia yang beragam dan keberagaman tersebut harus dijunjung. Pada
pandangan islam menyatakan bahwa manusia diciptakan dengan berbeda-
beda serta pada pandangan universal hak asasi manusia dinyatakan bahwa
setiap manusia mempunyai hak pendidikan. Pendidikan inklusif pada
landasan yuridis dijelaskan pada UUD 1945 ( Amandemen ) berbunyi
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan pada ayat 1, UU
No 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu, dan beberapa pasal-pasal lain.

7
C. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia
Proses menuju pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus
sudah sejak tahun 1960-an. Hal itu ditandai dengan keberhasilan
diterimanya beberapa lulusan sekolah luar biasa tunanetra pada sekolah
umum di Bandung. Namun, hal tersebut juga harus melewati penolakan
dari pihak sekolah umum. Seiring berjalannya waktu terjadilah perubahan
sikap masyarakat kepada anak berkebutuhan khusus dan akhirnya
beberapa sekolahan umum menerima siswa tunanetra. Kemudian pada
tahun 1970-an pemerintah menaruh perhatian kepada pentingnya
pendidikan inetgrasi serta mengundang Helen Keller International untuk
membantu mengembangkannya. Tindak lanjut tersebut membuahkan hasil
yaitu diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan nomor
002/U/1986 tentang Pendidikan Terpadu bagi Anak Cacat. Namun, Ketika
tindak lanjut tersebut berhenti juga menyebabkan implementasi
pendidikan inegritas menurun. Kemudian pada tahun 1990-an upaya untuk
mengembangkan pendidikan inklusif dengan bekerja sama dengan
pemerintah Norwegia di manajemen oleh Brailo Norway dan Direktorat
PLB.

Pada tahun 2002 pemerintah berkomitmen untuk


mengimplementasikan pendidikan inklusif bagi anak penyandang
kebutuhan khusus dimulai pada berbagai provinsi sebagai sumber. Sejak
itu lebib dari 1.500 siswa berkebutuhan khusus bersekolah pada sekolah
umum. Pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 6.000 siswa dan
tahun 2007 terus meningkan menjadi 15.181 siswa yang tersebar pada 796
sekolah inklusif terdiri dari 17 TK, 648 SD, 75 SMP, dan 56 SMA. Pada
tahun 2004 di Bndung diadakan lokarya nasional yang bertujuan untuk
mendorong pendidikan inklusif lebih luas dan menghasilkan Deklarasi
Bandung yang berisi mengimbau semua institusi pendidikan, industry,
dunia usaha, dan masyarakat agar menjamin anak berkebutuhan khusus
mendapatkan kesamaan akses dalam aspek kehidupan dan diperlakukan
secara manusiawi.

8
Berbagai strategi untuk mengembangkan pendidikan inklusif telah
dilakukan oleh pemerintah, baik berupa diseminasi ideologi pendidikan
inklusif, peltihan bagi pendidik, perubahan peranan sekolah luar biasa
menjadi pusat sumber, desentralisasi dalam implementasi pendidikan
inklusif, pembukaan program magister dalam bidang inklusif dan upaya
lainnya. Upaya tersebut pada 2004-2007 menghasilkan munculnya
apresiasi dan antusiasme yang kuat pada masyarakat. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya 1.200 sekolah regular yang mengajukan sebagai
sekolah inklusif. Namun, hanya 504 sekolah yang disetujui karena
berkaitan dengan subsidi dan fasilitas yang menunjang. Peningkatan
tersebut membuat UNESCO menjadikan Indonesia sebagau ranking 58
dari 130 negara dalam pengimplementasian pendidikan inklusif. Nanum,
ranking tersebut dari tahun ke tahun mengalami pemerosotan. Kemudian
pada tahun 2009 siberlakukan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI
Nomor 70 Tahun 2009 Tnetang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau Bakat
Istimewa menegaskan bahwa setiap pemerintah kabupaten/kota paling
sedikit memiliki 1 SD dan 1 SMP tiap kecamatan untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusif. Berdasarkan data di kemendikbud
jumlah sekolah inklusif mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu
sebanyak 2.100 sekolah.

D. Hambatan dan Permasalahan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup medukung dan mendapat apresiasi serta antusiasme dari berbagai
kalangan, terutama para praktisi Pendidikan. Tetapi sejauh ini dalam
pelaksanaannya di lapangan terdapat berbagai isu dan permasalahan. Saat
ini terdapat lima kelompok issue dan permasalahan pendidikan inklusif di
tingkat sekolah yang perlu dicermati dan diantisipasi agar tidak
menghambat, implementasinya tidak bisa, atau bahkan menggagalkan
pendidikan inklusif itu sendiri, yaitu : pemahaman dan implementasinya,
kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan support system.

9
Salah satu bagian penting dari suppor system adalah tentang penyiapan
anak. Berdasar isu-isu tersebut, permasalahan yang dihadapi adalah
sebagai berikut:

1. Pemahaman inklusi dan implikasinya


a. Pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus belum
dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan.
Pemahamannya masih sebagai upaya memasukkan disabled
children ke sekolah regular dalam rangka give education right dan
kemudahan access education, serta againt discrimination.
b. Pendidikan inklusif cenderung dipersepsi oleh masyarakat sama
dengan integrasi, sehingga masih ditemukan pendapat bahwa anak
harus menyesuiakan dengan sistem sekolah.
c. Dalam implementasinya guru cenderung belum mampu bersikap
proactive dan ramah terhadap semua anak, menimbulkan komplain
orang tua, dan menjadikan anak berkebutuhan khusus sebagai
bahan cemoohan.
2. Kebijakan sekolah
a. Meskipun telah didukung dengan visi dan misi yang cukup jelas,
menerima semua jenis anak berkebutuhan khusus, sebagian sudah
memiliki guru khusus, mempunyai catatan hambatan belajar pada
masing-masing ABK, dan kebebasan guru kelas dan guru khusus
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang lebih kreatif dan
inovatif, namun cenderung belum didukung dengan koordinasi
dengan tenaga profesional, organisasi atau institusi terkait.
b. Kebijakan sekolah yang masih kurang tepat, yaitu guru kelas tidak
memiliki tangung jawab pada kemajuan belajar ABK, serta
keharusan orang tua ABK dalam penyediaan guru khusus.
3. Proses pembelajaran
a. Pelaksanaan pembelajaran belum dilakukan dalam bentuk team
teaching, tidak dilakukan secara terkoordinasi.

10
b. Guru cenderung masih mengalami kesulitan dalam merumusakan
flexible curriculum, pembuatan IEP, dan dalam menentukan
tujuan, materi, dan metode pembelajaran.
c. Masih terjadi kesalahan praktek bahwa target kurikulum ABK
sama dengan siswa lainnya serta anggapan bahwa siswa
berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan yang cukup
untuk menguasai materi belajar.
d. Karena keterbatasan fasilitas sekolah, pelaksanaan pembelajaran
belum menggunakan media, resource, dan lingkungan yang
beragam sesuai kebutuhan anak.
4. Kondisi guru
a. Belum didukung dengan kualitas guru yang memadai. Guru kelas
masih dipandang not sensitive and proactive yet to the special
needs children.
b. Keberadaan guru khusus masih dinilai belum sensitif dan proaktif
terhadap permasalahan yang dihadapi ABK.
5. Sistem dukungan
a. Belum didukung dengan sistem dukungan yang memadai. Peran
orang tua, sekolah khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi-LPTK
PLB, dan pemerintah masih dinilai minimal. Sementara itu
fasilitas sekolah juga masih terbatas.
b. Keterlibatan orang tua sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam
pendidikan inklusif, belum terbina dengan baik. Dampaknya,
orang tua sering bersikap kurang peduli dan realistik terhadap
anaknya.

Menilik banyaknya permasalahan implementasi pendidikan inklusif


tersebut menunjukkan masih perlunya penataan lebih komprehensif.
Uraian permasalahan di atas memberikan fakta bahwa pelaksanaan
pendidikan inklusif di Indonesia masih dihadapkan kepada berbagai isu
dan permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan yang muncul
bukan hanya di tingkat sekolah saja tetapi di tingkat pusat pula. Di tingkat

11
sekolah, tidak semua guru dan kepala sekolah memahami dan mampu
menerapkan pendidikan inklusif. Akibatnya kebijakan sekolah menjadi
tidak tepat, dan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Sementara itu
para pembuat kebijakan di tingkat pusat belum sepenuhnya memberikan
dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, terbukti belum
optimalnya memberikan support dalam bentuk misalnya penyediaan
sarana dan prasarana atau guru khusus. Pada dasarnya akar masalah
pendidikan inklusif di Indonesia ialah terkait dengan rendahnya komitmen
dan kemampuan para praktisi dan pengembil kebijakan pendidikan.
Komitmen dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif harus diperbaiki.
Perlu adanya kesadaran yang mendalam tentang pentingnya
penyelenggaraan pendidikan inklusif secara konsisten.

E. Hasil Riset Tentang Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif merupakan salah satu cara untuk mendobrak
hambatan akses pendidikan bagi anak-anak marjinal, termasuk anak
berkebutuhan khusus (ABK). Lahirnya paradigma pendekatan sosial
dalam penyelenggaraan pendidikan bagi semua anak merupakan salah satu
titik tolak lahirnya pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif adalah sistem
pendidikan yang menawarkan kesempatan yang sama kepada semua anak
untuk belajar bersama, meskipun kurikulum dan persyaratan belajar
berbeda-beda. Pendidikan inklusif adalah filosofi dan metodologi untuk
menciptakan lingkungan sosial dan pendidikan. Tujuan lain dari
pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
semua siswa penyandang disabilitas fisik, emosional, intelektual dan
sosial, atau yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau kemampuan
khusus untuk mendapatkan pendidikan berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.

Dari berbagai riset yang ada menunjukkan bahwa pemahaman,


sikap dan praktik dalam pendidikan inklusif telah berkembang dari waktu
ke waktu. Pendidikan inklusif sejauh ini terlalu berfokus pada perbedaan

12
dan sumber daya: guru pendamping khusus, assessment, modifikasi
kurikulum untuk siswa dan mahasiswa yang berbeda. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya fasilitas sekolah, misal pelaksanaan
pembelajaran yang tidak menggunakan sarana, sumber dan lingkungan
yang berbeda tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu, tidak
didukung oleh guru yang cukup berkualitas. Guru kelas masih dinilai
kurang peka dan proaktif terhadap anak berkebutuhan khusus.

Memahami pendidikan partisipasi di universitas harus diselesaikan.


Melaksanakan pendidikan inklusi bukan hanya sekedar memberi tempat
dan ruang bagi penyandang disabilitas di sekolah umum karena memenuhi
tuntutan dunia. Pendidikan inklusif harus dipahami sebagai sistem
pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan inovasi
pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Jika konsep pendidikan inklusi
dipahami sebagai suatu sistem pendidikan yang berorientasi pada mutu
dan inovasi dalam pendidikan, maka pendidikan inklusi menjadi tugas dan
tanggung jawab bersama serta kebutuhan bersama.

F. Potret Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi


Pendidikan tidak hanya dinilai dari kegiatan belajar mengajar rutin.
Lebih jauh dari itu, ia merupakan manifestasi dari konstruksi sosial-
politik-ekonomi yang terjadi dan melibatkan dua kelompok sosial: kaum
penindas dan kaum tertindas. Pendidikan harus menjadi alat pembebasan
dan berpihak sepenuhnya pada kaum tertindas. Terkait dengan pendidikan
inklusif yang tertindas hanyalah penyandang disabilitas yang justru
menjadi rentan dan terpinggirkan, baik secara sosial, politik, hukum,
maupun dan ekonomi.

Pendidikan harus benar-benar berpihak pada rakyat yang sangat


rentan ini. Semua pelaku pendidikan harus mengambil posisi yang jelas
untuk menjamin hak-hak penyandang disabilitas dalam proses pendidikan
dan menjalaninya. Namun pelaksanaan pendidikan inklusi di Indonesia

13
selama ini belum optimal. Uraian permasalahan di atas menunjukkan
bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia masih
menghadapi berbagai permasalahan dan persoalan yang cukup kompleks.
Pada dasarnya, akar permasalahan pendidikan inklusif di Indonesia
terletak pada rendahnya komitmen dan keterampilan para praktisi dan
pembuat kebijakan pendidikan. Padahal kehadiran sekolah inklusi juga
membantu membangun kecakapan hidup, membangun kemandirian,
mengetahui cara mengambil keputusan untuk diri sendiri, mengenal diri
sendiri, mengenal perasaan dan keinginan, serta mengatur emosi melalui
berbagai program pengembangan diri. Sistem inklusif yang ideal, yaitu
bahwa sistem pendidikan umum itu sendiri harus menjadikan pendidikan
anak berkebutuhan khusus sebagai bagian integral. Institusi pendidikan
publik menerapkan konsep inklusi karena memang benar. Inklusi tidak
hanya berarti kedekatan fisik, Inklusi adalah perencanaan tujuan yang
matang untuk keberhasilan semua siswa.

Inklusi adalah sistem kepercayaan. Ini berawal percaya bahwa


setiap siswa memiliki kekuatan yang dapat dikembangkan, kesamaan
minat dan pengalaman yang harus dihormati. Pendidikan Inklusif di
Perguruan Tinggi harus ditingkatkan lagi dan tidak dipandang sebelah
mata.

14
BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat di kelas pada
umunya sesuai kemampuannya bersama teman sebayanya dan tanpa harus
dikhususkan kelasnya.

Secara lebih luas pendidikan inklusif adalah suatu bentuk reformasi


pendidikan yang menekankan sikap antidiskriminatif, memperjuangkan
kesamaan hak, keadilan serta memperluas akses pendidikan bagi semua
individu, peningkatan mutu, serta upaya mengubah sikap masyarakat
terhadap anak berkebutuhan khusus (Sunaryo,2009). Jadi awal mulanya
Pendidikan Inklusif tercipta karena adanya keanekaragaman bangsa
Indonesia, keanekaragaman yang berbeda -beda tidak menjadikan
pendidikan juga ikut dibedakan karena setiap manusia mempunyai hak
pendidikan.

Proses menuju pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus


sudah sejak tahun 1960-an. Berdasarkan data di kemendikbud jumlah
sekolah inklusif mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu sebanyak
2.100 sekolah. Meski sudah meningkat tidak dipungkiri banyak hambatan
yang terjadi seperti adanya pemahaman inklusi dan implikasinya,
kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan sistem
dukungan yang kurang baik. Dari berbagai riset yang ada menunjukkan
bahwa pemahaman, sikap dan praktik dalam pendidikan inklusif telah
berkembang dari waktu ke waktu.

Pendidikan tidak hanya dinilai dari kegiatan belajar mengajar rutin.


Lebih jauh dari itu, ia merupakan manifestasi dari konstruksi sosial-
politik-ekonomi yang terjadi dan melibatkan dua kelompok sosial: kaum
penindas dan kaum tertindas. Pendidikan harus menjadi alat pembebasan

15
dan berpihak sepenuhnya pada kaum tertindas. Oleh karena itu Pendidikan
Inklusif di Perguruan Tinggi harus ditingkatkan lagi dan tidak dipandang
sebelah mata.

16
DAFTAR PUSTAKA
Darma,Rusyidi.2015.Pelaksanaan Sekolah Inklusi di Indonesia.Prosiding
Penelitian 7 Pengabdian Kepada Masyarakat.2(2).223-227.
https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13530

Herawati.N.2016.Pendidikan Inklusif.Jurnal Pendidikan Dasar.2(1).1-11.


https://doi.org/10.17509/eh.v2i1.2755

https://bbgpjabar.kemdikbud.go.id/permasalahan-pendidikan-inklusif-di-
indonesia/.

https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/1234.

Yusuf.M,dkk.2010.Pengantar Pendidikan Inklusi.UNS Press.Surakarta

Yusuf, M. (2016). Refleksi iImplementasi pendidikan inklusif di Indonesia. Jurnal


Difabel, 3(3), 67-80.

17

Anda mungkin juga menyukai