PENDIDIKAN INKLUSIF
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Latar
Belakang Pemikiran dan Potret Pendidikan Inklusif “ dengan tepat waktu.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Tujuan...........................................................................................................5
C. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
BAB II....................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak setiap individu. Pendidikan tidak
memendang latar belakang setiap individu. Setiap warga Negara Indonesia
berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Hal tersebut tertera pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1 yang
menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Penyelenggaraan pendidikan yang
merata tentunya menjadi peran penting bagi pemerintah karena sangat
berpengaruh bagi pengembangan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus
selama ini disediakan tempat bersekolah khusus atau sekolah luar biasa
(SLB) yang tentunya sangat terlihat bahwa terdapat tempok yang
membatasi antara siswa normal dengan siswa berkebutuhan khusus
sehingga interaksi antara keduanya juga akan terhambat. Hal tersebut juga
akan mengakibatkan anak berkebutuhan khusus akan merasa disingkirkan
dari masyarakat.
4
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui latar belakang
pemikiran dan potret pendidikan inklusif.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah Pendidikan Iklusif itu ?
2. Bagaimana Latar Belakang Pemikiran Pendidikan Inklusif ?
3. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia ?
4. Apa Saja Hambatan dan Permasalahan Pelaksanaan Pendidikan
Inklusif ?
5. Bagaimana Hasil Riset Tentang Pendidikan Inklusif ?
6. Bagaimana Potret Pendidikan Inklusif di Perguruan Tinggi ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusi berasal dari kata Education for All diserukan
oleh UNESCO yang memiliki arti pendidikan yang ramah untuk semua.
Dengan demikian berarti pendidikan menjangkau semua kalangan tanpa
terkecuali. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang maksimal
tanpa membedakan keberagaman.
6
Pada negara- negara maju pendidikan inklusif berkembang dengan
pesat, sedangkan di Indonesia masih menjadi paradigma karena hal
terssebut masih baru dikembangkan pada tahun 2003 (Yusuf, 2012).
Perubahan paradigma lama pendidikan konvensional yang berangapan
bahwa semua anak memiliki potensi sama berubah menjadi paradigma
baru yang beranggapan bahwa setiap anak memiliki potensi, kebutuhan,
dan hambatan yang khas serta berbeda-beda. Pada negara maju,
pendidikan inklusif dimaknai secara luas dengan menekankan bagaimana
sekolah, bagaimana kelas dan struktur kurikulum dirancang agar semua
anak dapat mengikuti pembelajaran dan berkembang dengan optimal
(Kugelmass,2004). Secara lebih luas pendidikan inklusif adalah suatu
bentuk reformasi pendidikan yang menekankan sikap antidiskriminatif,
memperjuangkan kesamaan hak, keadilan serta memperluas akses
pendidikan bagi semua individu , peningkatan mutu, serta upaya
mengubah sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus
(Sunaryo,2009). Dari hal tersebut maka pendidikan inklusi merupakan
suatu strategi untuk mempromosikan pendidikan yang universal serta
efektif dan dpat menciptakan sekolah yang responsive kepada
keberagaman kebutuhan dari anak dan masyarakat. Maka dari itu
pendidikan inklusif akan menjamin akses beserta mutu pendidikan.
7
C. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia
Proses menuju pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus
sudah sejak tahun 1960-an. Hal itu ditandai dengan keberhasilan
diterimanya beberapa lulusan sekolah luar biasa tunanetra pada sekolah
umum di Bandung. Namun, hal tersebut juga harus melewati penolakan
dari pihak sekolah umum. Seiring berjalannya waktu terjadilah perubahan
sikap masyarakat kepada anak berkebutuhan khusus dan akhirnya
beberapa sekolahan umum menerima siswa tunanetra. Kemudian pada
tahun 1970-an pemerintah menaruh perhatian kepada pentingnya
pendidikan inetgrasi serta mengundang Helen Keller International untuk
membantu mengembangkannya. Tindak lanjut tersebut membuahkan hasil
yaitu diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan nomor
002/U/1986 tentang Pendidikan Terpadu bagi Anak Cacat. Namun, Ketika
tindak lanjut tersebut berhenti juga menyebabkan implementasi
pendidikan inegritas menurun. Kemudian pada tahun 1990-an upaya untuk
mengembangkan pendidikan inklusif dengan bekerja sama dengan
pemerintah Norwegia di manajemen oleh Brailo Norway dan Direktorat
PLB.
8
Berbagai strategi untuk mengembangkan pendidikan inklusif telah
dilakukan oleh pemerintah, baik berupa diseminasi ideologi pendidikan
inklusif, peltihan bagi pendidik, perubahan peranan sekolah luar biasa
menjadi pusat sumber, desentralisasi dalam implementasi pendidikan
inklusif, pembukaan program magister dalam bidang inklusif dan upaya
lainnya. Upaya tersebut pada 2004-2007 menghasilkan munculnya
apresiasi dan antusiasme yang kuat pada masyarakat. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya 1.200 sekolah regular yang mengajukan sebagai
sekolah inklusif. Namun, hanya 504 sekolah yang disetujui karena
berkaitan dengan subsidi dan fasilitas yang menunjang. Peningkatan
tersebut membuat UNESCO menjadikan Indonesia sebagau ranking 58
dari 130 negara dalam pengimplementasian pendidikan inklusif. Nanum,
ranking tersebut dari tahun ke tahun mengalami pemerosotan. Kemudian
pada tahun 2009 siberlakukan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI
Nomor 70 Tahun 2009 Tnetang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan atau Bakat
Istimewa menegaskan bahwa setiap pemerintah kabupaten/kota paling
sedikit memiliki 1 SD dan 1 SMP tiap kecamatan untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusif. Berdasarkan data di kemendikbud
jumlah sekolah inklusif mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu
sebanyak 2.100 sekolah.
9
Salah satu bagian penting dari suppor system adalah tentang penyiapan
anak. Berdasar isu-isu tersebut, permasalahan yang dihadapi adalah
sebagai berikut:
10
b. Guru cenderung masih mengalami kesulitan dalam merumusakan
flexible curriculum, pembuatan IEP, dan dalam menentukan
tujuan, materi, dan metode pembelajaran.
c. Masih terjadi kesalahan praktek bahwa target kurikulum ABK
sama dengan siswa lainnya serta anggapan bahwa siswa
berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan yang cukup
untuk menguasai materi belajar.
d. Karena keterbatasan fasilitas sekolah, pelaksanaan pembelajaran
belum menggunakan media, resource, dan lingkungan yang
beragam sesuai kebutuhan anak.
4. Kondisi guru
a. Belum didukung dengan kualitas guru yang memadai. Guru kelas
masih dipandang not sensitive and proactive yet to the special
needs children.
b. Keberadaan guru khusus masih dinilai belum sensitif dan proaktif
terhadap permasalahan yang dihadapi ABK.
5. Sistem dukungan
a. Belum didukung dengan sistem dukungan yang memadai. Peran
orang tua, sekolah khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi-LPTK
PLB, dan pemerintah masih dinilai minimal. Sementara itu
fasilitas sekolah juga masih terbatas.
b. Keterlibatan orang tua sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam
pendidikan inklusif, belum terbina dengan baik. Dampaknya,
orang tua sering bersikap kurang peduli dan realistik terhadap
anaknya.
11
sekolah, tidak semua guru dan kepala sekolah memahami dan mampu
menerapkan pendidikan inklusif. Akibatnya kebijakan sekolah menjadi
tidak tepat, dan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Sementara itu
para pembuat kebijakan di tingkat pusat belum sepenuhnya memberikan
dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, terbukti belum
optimalnya memberikan support dalam bentuk misalnya penyediaan
sarana dan prasarana atau guru khusus. Pada dasarnya akar masalah
pendidikan inklusif di Indonesia ialah terkait dengan rendahnya komitmen
dan kemampuan para praktisi dan pengembil kebijakan pendidikan.
Komitmen dalam menyelenggarakan pendidikan inklusif harus diperbaiki.
Perlu adanya kesadaran yang mendalam tentang pentingnya
penyelenggaraan pendidikan inklusif secara konsisten.
12
dan sumber daya: guru pendamping khusus, assessment, modifikasi
kurikulum untuk siswa dan mahasiswa yang berbeda. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya fasilitas sekolah, misal pelaksanaan
pembelajaran yang tidak menggunakan sarana, sumber dan lingkungan
yang berbeda tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu, tidak
didukung oleh guru yang cukup berkualitas. Guru kelas masih dinilai
kurang peka dan proaktif terhadap anak berkebutuhan khusus.
13
selama ini belum optimal. Uraian permasalahan di atas menunjukkan
bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia masih
menghadapi berbagai permasalahan dan persoalan yang cukup kompleks.
Pada dasarnya, akar permasalahan pendidikan inklusif di Indonesia
terletak pada rendahnya komitmen dan keterampilan para praktisi dan
pembuat kebijakan pendidikan. Padahal kehadiran sekolah inklusi juga
membantu membangun kecakapan hidup, membangun kemandirian,
mengetahui cara mengambil keputusan untuk diri sendiri, mengenal diri
sendiri, mengenal perasaan dan keinginan, serta mengatur emosi melalui
berbagai program pengembangan diri. Sistem inklusif yang ideal, yaitu
bahwa sistem pendidikan umum itu sendiri harus menjadikan pendidikan
anak berkebutuhan khusus sebagai bagian integral. Institusi pendidikan
publik menerapkan konsep inklusi karena memang benar. Inklusi tidak
hanya berarti kedekatan fisik, Inklusi adalah perencanaan tujuan yang
matang untuk keberhasilan semua siswa.
14
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar disekolah-sekolah terdekat di kelas pada
umunya sesuai kemampuannya bersama teman sebayanya dan tanpa harus
dikhususkan kelasnya.
15
dan berpihak sepenuhnya pada kaum tertindas. Oleh karena itu Pendidikan
Inklusif di Perguruan Tinggi harus ditingkatkan lagi dan tidak dipandang
sebelah mata.
16
DAFTAR PUSTAKA
Darma,Rusyidi.2015.Pelaksanaan Sekolah Inklusi di Indonesia.Prosiding
Penelitian 7 Pengabdian Kepada Masyarakat.2(2).223-227.
https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13530
https://bbgpjabar.kemdikbud.go.id/permasalahan-pendidikan-inklusif-di-
indonesia/.
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/1234.
17