Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DASAR PENDIDIKAN INKLUSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

1. Effon Pratama 2018143106


2. Fingka Agustini 2018143109
3. Lela Ayu Anjani 2018143082
4. Noren Hermita 2018143080
5. Okta Reza Lestari 2018143088

DOSEN PENGAMPUH : NURLELA,.M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Persentase Pendidikan
Inklusi dengan judul Konsep Dasar Pendidikan Inklusi. Berisikan materi sesuai
silabus yang diberikan dosen pengampuh selesai tepat waktu.
Kami mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberikan masukan kepada kami dalam penulisan makalah ini sehingga dapat
kami selesaikan. Kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurnah, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
selalu kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 05 Maret 2021

PENULIS…….

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. iii


B. Rumusan Masalah ............................................................................. iii
C. Tujuan ............................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Inklusi ...................................................... 1


B. Tujuan Pendidikan Inklusi ................................................................. 6
C. Filosofi Pendidikan Inklusi ................................................................ 7
D. Layanan Pendidikan Inklusi di Sekolah ........................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 12

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Setiap warga berhak mendapatkan pendidikan, sebagai mana tercantum
pada undang-undang pasal 31 ayat (1) dan pasal 31 ayat (2). Meskipun sudah
dijamin dalam undang-undang, system pendidikan di Indonesia masih terdapat
ketidak adilan/diskriminasi pendidikan antara siswa normal dan siswa
berkebutuhan khusus. Sekolah luar biasa (LSB) menjadikan jarak semakin
nyata antar siswa, membuat adanya perbedaan dan kecanggungan emosional
diantara siswa normal dan siswa berkebutuhan. Interaksi keduanya akan
berkurang, dan tidak saling memandang sehingga seringnya terjadi kasus
penindasan, bully, dan kekerasan lainnya yang dialami siswa berkebutuhan
karena mereka akan dianggap aneh oleh siswa normal.
Sering adanya hal-hal yang mengerikan terjadi, sehingga pemerintah mulai
menindak lanjuti hal ini dengan diselenggarakannya pendidikan inklusi.
Kebijakan tersebut tertuang dalam permendiknas no 70 tahun 2009 tentang
pendiidkan inklusi bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan bakan istimewa yang belum diketahui. Pendidikan
inklusi inipun sebagai jembatan yang dapat bermanfaat untuk memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, menyal dan sebagainya. Pendidikan inklusi di
Indonesia dipayungi oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan PP 19/2007 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa “setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. Warga negara yang dimaksud adalah mereka yang memiliki bakat
dan kecerdasan istimewa, mereka yang memiliki kelainan fisik, emosi,
mental, intelektual dan sosial

iii
2) Rumusan Masalah
Maka dari itu, permasalahan yang harus kita selesaikan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu konsep dasar pendidikan inklusi?
2. Apakah filosofi dari pendidikan inlusi ini?
3. Jenis layanan sekolah seperti apa pendidikan inklusi?

3) Tujuan
Setelah membaca rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentan konsep dasar pendidikan inklusi tersebut
2. Mengupas lebih dalam dan mengetahui mengenai filosofi pendidikan
inklusi
3. Mengetahui jenis layanan pendidikan inklusi disekolah

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Inklusi


Pendidikan inklusi dalam perkembangannya memiliki beberapa istilah
yang berbeda, diantaranya: Special Education, Pendidikan Integratif, dan
Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Loreman menyatakan bahwa
ada banyak definisi pendidikan inklusi yang berkembang di masyarakat, dan
memiliki interpretasi yang kadang-kadang salah atau misinterpretation,
seperti kelas segregatif yang didalamnya berisi anak dengan tingkah laku
bermasalah dikatakan telah melaksanakan pendidikan inklusi (Loreman,
2007:23). Pendidikan inklusi seharusnya terdapat guru pembimbing khusus
(GPK) yang diharapkan berkompetensi untuk mendampingi dan membimbing
anak berkebutuhan khusus untuk dapat lebih baik. Pelaksanaan pendidikan
inklusi tidak terlepas dari partisipasi keseluruhan tenaga pengajar yang ada di
sekolah. Pendidikan inklusi bertujuan untuk memungkinkan siswa meraih
potensi mereka (Marilyn Friend & William D. Bursuck, 2015:5).
Hallahan et al. (2009:53) mengemukakan pengertian pendidikan inklusi
sebagai pendidikan yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan
khusus dalam sekolah reguler sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini,
guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan
khusus tersebut. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa pendidikan
inklusi menyamakan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya.
Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha
mentransformasi sistem pendidikan dengan meninggalkan hambatan-
hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh
dalam pendidikan. hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik,
ggender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. salah satu kelompok yang
paling tereklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang
cacat. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dalam

1
memenuhi keberagaman kebutuhan siswa untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya.
Pendidikan inklusi memegang tugas dan tanggung jawab yang penting,
karena pada dasarnya penididikan untuk semua kalangan tanpa membedakan
apapun, merupakan kebutuhan dasar untuk menjamin keberlangsungan hidup
agar lebih bermartabat.
Pendidikan inklusi merupakan sejarah panjang dari sebuah usaha
perjuangan kesamaan pendidikan untuk semua. Konsep PUS (pendiidikan
untuk semua) yang mendasari diberlakukannya pendidikan inklusi di
Indonesia. Menurut David Smith (2006:45) mengartikan inklusi sebagai
penyatuan anak-anak berkelainan ke dalam program-program sekolah. Inklusi
dapat juga berarti penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan kedalam
kurikulum, lingkungan, interaksi social dan konsep diri dari visi-misi sekolah.
Lahirnya pendidikan inklusi sejalan dengan deklarasi PBB mengenai Hak
Azasi Manusia (HAM), yaitu hak pendidikan dan partisipasi penuh bagi
semua orang dalam pendidikan. Keberadaan pendidikan inklusi juga
didukung oleh deklarasi yang disepakati oleh beberapa negara, termasuk
Indonesia, antara lain adalah pernyataan Salamanca tahun 1994 mengenai hak
setiap anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengakuan terhadap
perbedaan minat, kemampuan, dan kebutuhan dalam belajar.
Pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang mengikut sertakan
anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama anak non-ABK usia
sebayanya di kelas reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Proses
pembelajaran lebih bersifat kooperatif dan kerjasama yang ‘join in’ diantara
peserta didik sebagai anggota kelas, mereka mempunyai kewajiban dan hak
yang sama dalam melaksanakan tugas dan layanan sekolah. Menurut
Permendiknas nomor 70 tahun 2009 pasal 1 yang dimaksud dengan
pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
dan memilikipotensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara

2
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. UNESCO 1994 dalam
Alimin (2008: 7), memberikan gambaran bahwa: “Pendidikan inklusif berarti
bahwa sekolah harus mengakomodasi semua anak, tanpa kecuali ada
perbedaaan secara fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa, atau kondisi
lain, termasuk anak penyandang cacat dan anak berbakat, anak jalanan, anak
yang bekerja, anak dari etnis, budaya, bahasa, minoritas dan kelompok
anakanak yang tidak beruntung dan terpinggirkan. Pendidikan inklusi
memiliki Karakter atau ciri-ciri yaitu :
1) pendidkan inklusi sebagai salah satu upaya untuk menemukan pola
pendidikan yang memadukan anak disabilitas bersama dengan anak normal.
2) pendidikan inklusi membangun paradigma pendidikan yang menyamakan
anak disabilitas dari eksklusif menjadi inklusif.
3) pendidikan inklusi mengusahakan agar anak yang mengalami disabilitas
dapat belajar bersama dengan temannya yang normal, bermain bersama,
disekolah yang sama sehingga terbangun interaksi sosial yang saling
menghargai sebagai pengalaman yang berguna dalam hidup anak disabilitas;
dan.
4) pendidikan inklusi dipersiapkan bagi anak disabilitas yang membutuhkan
layanan pendidikan khusus.
Dalam konteks pendidikan, pendekatan inklusi dalam praktiknya lebih
memberikan peluang bagi anak disabilitas untuk memahami, menyadari diri
dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan penuh kebebasan dan
kreativitas dalam atmosfir pendidikan biasa. Dalam memberikan layanan
pendidikan bagi anak disabilitas setidaknya ada dua hal yang segera
diupayakan, pertama, masalah pemerataan, dari tahun ke tahun pendidikan
bagi anak disabilitas selalu mengalami hambatan pemerataan, masih banyak
anak disabilitas yang belum menjangkau pendidikan karena alasan tempat
yang jauh. Oleh karena itu program pendidikan inklusi sebagai salah satu
alternatif. Kedua, masalah psikologis, pendidikan segregasi melanggengkan
rasa senasib sehingga rasa sosialnya menjadi tidak berkembang, oleh sebab
itu dengan program inklusi mendorong terbentuknya kesamaan dan

3
kesetaraan sehingga terbangun rasa solidaritas dan kepekaan sosial sesama
teman yang akhirnya akan membangun konsep diri dan penerimaan diri anak
disabilitas menjadi lebih positif.
Pendidikan inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan
terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan
khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan
melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum,
sarana-prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran
sampai pada sistem penilaiannya. Keuntungan dari pendidikan inklusi adalah
bahwa anak berkebutuhan khusus maupun anak biasa dapat saling
berinteraksi secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di
masyarakat dan kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai dengan
potensinya masing-masing. Pendidikan inklusi mensyaratkan pihak sekolah
yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik,
bukan peserta didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan.
Pandangan mengenai pendidikan yang harus menyesuaikan dengan kondisi
peserta didik ini sangat terkait dengan adanya perbedaan yang terdapat dalam
diri peserta didik. Pandangan lama yang menyatakan bahwa peserta didiklah
yang harus menyesuaikan dengan pendidikan dan proses pembelajaran di
kelas lambat laun harus berubah. Istilah inklusi berimplikasi pada adanya
kebutuhan yang harus dipenuhi bagi semua anak dalam sekolah. Hal ini
menyebabkan adanya penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan oleh
guru dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan untuk peserta didik yang
berkebutuhan khusus tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial
emosional, linguistik atau kondisi lainnya untuk bersama-sama mendapatkan
pelayanan pendidikan di sekolah regular (SD, SMP, SMU, maupun SMK).
Seperti yang telah disampaikan bahwa pendidikan inklusi memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

4
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusi pada dasarnya memiliki dua
model. Pertama yaitu model inklusi penuh (full inclusion), berarti
penghapusan pendidikan khusus. Model ini menyertakan peserta didik
berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas
reguler. Kedua yaitu model inklusif parsial (partial inclusion). Model parsial
ini mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sebagian
pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam
kelas-kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak
lainnya (reguler) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Hal ini
dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal
dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Walaupun terkadang banyak pandangan-pandangan yang menganggap bahwa
mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu dibantu dan
dikasihani.
Hambatan utama anak berkelainan khusus untuk maju termasuk dalam
mengakses pendidikan setinggi mungkin bukan pada kecacatannya, tetapi
pada penerimaan sosial masyarakat selama ada alat dan penanganan khusus,
maka mereka dapat mengatasi hambatan kelainan itu. justru yang sulit
dihaadapi adalah hambatan sosial. Bahkan, hambatan dalam diri anak yang
berkelainan itupun, umumnya disebabkan pandangan sosial yang negatif
terhadap dirinya. Untuk itulah, pendidikan yang terselenggara hendaknya
memberikan jaminan bahwa setiap anak mendapatkan pelayanan untuk
mengembangkan potensinya secara individual.
Inklusi adalah suatu sistem ideologi dimana secara bersama-sama tiap-tiap
warga sekolah yaitu masyarakat, kepala sekolah, pengurus, yayasan, petugas
administrasi sekolah, para siswa dan orang tua menyadari tanggung jawab
bersama dalam mendidik semua siswa. sehingga mereka berkembang secara
optimal sesuai potensi mereka. walaupun dalam pendudikan inklusif berarti
menempatkan siswa berkelainan secara fisik dalam kelas atau sekolah

5
reguler, inklusi bukanlah sekedar memasukkan anak berkelainan sebanyak
mungkin dalam lingkungan belajar siswa normal. inklusi merupakan suatu
sistem yang hanya dapat diterapkan ketika semua warga sekolah memahami
dan mengadopsinya.
Inklusi menyangkut juga hal-hal bagaimana orang dewasa dan teman
sekelas yang normal menyambut semua siswa dalam kelaas dan mengenali
bahwa keanekaragaman siswa tidak mengharuskan penggunaan pendekatan
tunggal untuk seluruh siswa. melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan
didik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya. hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di masyarakat
terdapat anak normal dan berekelaianan yang tidak dapat dipisahkan sebagai
suatu komunitas. Oleh karena itru, anak berkelainan perlu diberi kesempatan
dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan di sekolah (SD) terdekat. sudag barang tentu SD terdekat itu perlu
dipersiapkan segala sesuatunya.
Lebih kanjut inklusi adalah cara berfikir dab bertindak yang
memungkinkan setiap individu merasakan diterima dan dihargai. prisnsip
inklusi mendorong setiap unsur yang terlibat di dalam proses pembelajaran
mengusahakan lingkungan belajar dimana semua siswa dapat belajar secara
efektif bersama-sama. dengan demikian tidak ada siswa yang ditolak atau
dikeluarkan dari sekolahnya sebab tidak mampu memenuhi standar akademis
yang ditetapkan. Walaupun, pada sisi yang lainnya beberapa orang tua merasa
khawatir kalau anak-anak mereka yang memiliki kecacatan tersebut akan
menjadi bahan ejekan atau digoda orang-orang disekitarnya.

B. Tujuan Pendidikan Inklusi


Tujuan pendidikan inklusi menurut Raschake dan Bronson ( dalam Lay
Kekeh Marthan, 2007:189-190), terbagi menjadi 3 yakni bagi anak
berkebutuhan khusus, bagi pihak sekolah, bagi guru, dan bagi masyarakat,
lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

6
1) Bagi anak berkebutuhan khusus; Anak akan merasa menjadi bagian dari
masyarakat pada umumnya, Anak akan memperoleh bermacammacam sumber
untuk belajar dan bertumbuh, meningkatkan harga diri anak, Anak memperoleh
kesempatan untuk belajar dan menjalin persahabatan bersama teman yang
sebaya, Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak
(termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang layak
sesuai dengan kebutuhannya.
2) Bagi pihak sekolah; Memperoleh pengalaman untuk mengelola
berbagai perbedaan dalam satu kelas, Mengembangkan apresiasi bahwa setiap
orang memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya,
Meningkatkan kepekaan terhadap keterbatasan orang lain dan rasa empati pada
keterbatasan anak, Meningkatkan kemampuan untuk menolong dan mengajar
semua anak dalam kelas.
3) Bagi guru; Membantu guru untuk menghargai perbedaan pada setiap
anak dan mengakui bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki
kemampuan, Menciptakan kepedulian bagi setiap guru terhadap pentingnya
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, Guru akan merasa tertantang untuk
menciptakan metode-metode baru dalam pembelajaran dan mengembangkan
kerjasama dalam memecahkan masalah, Meredam kejenuhan guru dalam
mengajar.
4) Bagi masyarakat; Meningkatkan kesetaraan sosial dan kedamaian dalam
masyarakat, Mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan setiap
anggota masyarakat tentang proses demokrasi, Membangun rasa saling
mendukung dan saling membutuhkan antar anggota masyarakat.

C. Filosofi Pendidikan Inklusi


Filososfi pendidikan inklusi mencerminkan faham tentang nilai-nilai
filosofi yang termanivestasi dalam bingkai keberagam dan kesetaraan antar
sesame. dalam praktiknya, filosofi pendidikan inklusif berupaya
memperjuangkan anak berkebutuhan khusus agar mendapat akses yang lebih

7
besar dan mempunyai kesempatan sama dan mendapatkan pelayanan
pendidikan secara optimal.
Pendidikan inklusif adalah filosofi Pendidikan yang berkaitan secara
langsung dengan hubungan sosial antara sesama dalam upaya membangun
kebersamaan tanpa memandang latarbelakang kehidupan maupun status sosial.
Mereka yang percaya dengan konsep Pendidikan inklusif meyakini semua
orang yang merupakan bagian berharga dalam kebersamaan masyarakat,
apapun perbedaan mereka. Perbedaan dalam kebersamaan merupakan bagian
dari faktor sejarah yang harus dihargai demi menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan. Ini berarti semua anak, terlepas dari kemampuan dan
ketidakmampuan, latar belakang sosial ekonomi, suku, budaya, bahasa, agama,
atau gender, menyatu didalam komunitas sekolah yang sama. Semua perbedaan
tersebut menyatu didalam kebersamaan dan kesatuan yang terbingkai falam
filosofi kehidupan untuk semua. Sebagai cerminan inklusifitas dalam
menghargai perbedaan dan keterbatasan, Pendidikan di Indonesia harus
menciptakan kesetaraan dan keadilan bagi siapa saja yang dianggap tidak
normal atau berkebutuhan khusus. kehadiran Pendidikan inklusif ini
merupakan perkembangan terkini model Pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, seperti anak tunanetra, tuna daksa, tuna grahita, tuna rungu, dan tuna
laras. Secara formal ditegaskan dalam pernyataan salamanca pada konferensi
dunia tentang pendidikan berkelainan bulan juli 1994 bahwa prinsif mendasar
pendidikan inklusif ialah semua anak seharusnya belajar bersama tanpa
memandang perbedaan yang ada pada mereka. Secara filosofis,
penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang negara
Burung Garuda yang berarti ‘bhineka tunggal ika.’ Keragaman dalam etnik,
adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang
tetap menjungjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Pandangan agama khususnya Islam antara lain ditegaskan bahwa: (1)
manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan seseorang di hadapan

8
Tuhan bukan karena fisik tetapi taqwanya, (3) Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum kecuali kaum itu sendiri, (4) manusia diciptakan berbeda-beda
untuk saling silaturahmi(‘inklusif’)
c. Pandangan universal hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak kesehatan, hak
pekerjaan.
Implikasi manajerial pendidikan inklusif sekolah umum/regular yang
menerapkan program pendidikan inklusif akan berimplikasi secara manajerial
disekolah tersebut, diantaranya :
1) sekolah rreguler menyediakan kondisi kelas yang hangat , ramah,
menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
2) sekolah regular harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan
menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual
3) guru dikelas umum/regular harus menerapkan pembelajaran yang
interaktif
4) guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melibatkan
orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.

Adapula Landasan Filosofis penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat


dijelaskan sebagai berikut.

1) Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang negara


Burung Garuda yang berarti ‘bhineka tunggal ika.’ Keragaman dalam
etnik, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan budaya merupakan kekayaan
bangsa yang tetap menjungjung tinggi persatuan dan kesatuan dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Pandangan agama khususnya Islam antara lain ditegaskan bahwa: manusia
dilahirkan dalam keadaan suci, kemuliaan seseorang di hadapan Tuhan
bukan karena fisik tetapi taqwanya, Allah tidak akan merubah nasib suatu
kaum kecuali kaum itu sendiri, manusia diciptakan berbeda-beda untuk
saling silaturahmi(‘inklusif’)

9
3) Pandangan universal hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap
manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak
kesehatan, hak pekerjaan.

D. Layanan Inklusi disekolah


Pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang
mempersyaratkan agar semua anak disabilitas dapat dilayani di sekolah-
sekolah terdekat, di kelas regular bersama-sama teman seusianya. Pendidikan
inklusi merupakan layanan pendidikan yang lebih humanis dan demokratis
karena memberikan kesempatan pada keragaman anak tanpa membeda-
bedakan kecacatan dengan yang normal. Pendidikan inklusi sebagai bagian
dari upaya untuk menuntaskan wajib belajar bagi anak disabilitas yang tidak
pernah kunjung selesai dalam usaha pemerataan pendidikan melalui program
segregasi atau sistem terpisah (SLB/SDLB). Menurut Delphie (2006:47)
mengatakan bahwa model pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
diperlukan perhatian guru terhadap komponenkomponen antara lain:
1. Rasionalitas
2. Visi dan Misi
3. Tujuan berdasarkan KBK
4. Isi program pembelajaran
5. Pendukung system model pembelajaran
6. Komponen dasar model pembelajaran

Pelaksanaan pendidikan di madrasah dapat menggunakan model pendidikan


inklusi dengan berbagai cara sebagai berikut:

1) Inklusi penuh (kelas regular), yaitu anak disabilitas belajar bersama anak lainya
(normal) sepanjang hari di kelas regular dengan kurikulum yang sama;
2) Kelas regular dengan cluster, yaitu anak disabilitas belajar bersama anak
normal di kelas regular dalam kelompok khusus;
3) Kelas regular dengan pull out, yaitu anak disabilitas belajar bersama anak
normal di kelas regular dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu

10
tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang sumber untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus;
4) Kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian, yaitu anak disabilitas belajar di
dalam kelas khusus pada sekolah regular, namun dalam bidang tertentu dapat
belajar bersama anak lain (normal) di kelas regular;
5) Kelas khusus penuh, yaitu anak disabilitas belajar di dalam kelas khusus pada
sekolah regular.

Setiap sekolah inklusi dapat memilih model-model mana yang akan diterapkan,
terutama bergantung kepada:

1) jumlah anak disabilitas yang akan dilayani;

2) jenis kelainan masing-masing anak;

3) gradasi (tingkat) kelainan anak;

4) ketersediaan dan kesiapan tenaga kependidikan; dan

5) sarana dan prasarana yang tersedia.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemampuan siswa berkebutuhan khusus dalam bersosialisasi perlu
diberikan wadah untuk pengembangannya. Wadah pengembangan tersebut
adalah sekolah inklusi. Sekolah inklusi mampu memberikan sistem layanan
pendidikan untuk semua yang menempatkan siswa berkebutuhan khusus dan
siswa normal lainnya dalam satu kelas pembelajaran, satu kurikulum, satu
lingkungan dan satu interaksi sosial tanpa membeda bedakan. Melalui
penyatuan ini diharapkan antara siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus
terjadi hubungan timbal balik saling menghargai dan saling membantu di
antara mereka. Siswa berkebutuhan khusus dapat belajar bersosialisasi dengan
siswa normal lainnya, dan sebaliknya siswa normal dapat mengembangkan
empatinya dan rasa menghargai kepada siswa berkebutuhan khusus.
Pendidikan inklusi ini sangatlah bermanfaat guna men-sejajarkan tingakt
pemikiran siswa. hal ini membantu menghilangkan kecanggungan antara siswa
yang berkebutuhan khusus dengan siswa normal pada umumnya. pihak
sekolahpun harus mendukung sepenuhnya pendidikan ini agar memperlancar
jalannya pembelajaran sesuai dengan undang-undang, filosofis, tujuan dan
implementasinya.

12
DAFTAR RUJUKAN

Choiri, Abdul Salim. dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khsus secara
Inklusif. Kamalfuadi.2011. http://fuadinotkamal.wordpress.com/2011/04/12/
Pendidikan-inklusif/

Herawati, Nanden Ineu. PENDIDIKAN INKLUSI. UPI Kampus Cibiru bandung.

Muhtarom, Taufik. 2015. SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI SEBUAH SOLUSI


BAGI KESULILTAN BERSOSIALISASI PADA SISWA BERKEBUTUHAN
KHUSUS. Universitas PGRI Yogyakarta.

Sari, Eka S. 2018. Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus Melalui Pendekatan Islami di Kelas Inklusi. Universitas PGRI
Semarang, Jawa Tengah-Indonesia.

Sulthon. 2018. MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSI DI MADRASAH:


STUDI KASUS DI MADRASAH IBTIDAIYAH IBTIDUL FALAH DAWE-
KUDUS. IAIN Kudus. Jawa Tengah-Indonesia.

Wijaya, David. 2019. Manajemen Pendidikan Inklusi Sekolah Dasar. KENCANA


Jl. Tambara Raya NO.23 Rawamangun-Jakarta. Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai