Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENTINGNYA PENDIDIKAN INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu : Nandang Kosim, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Dewi Nurasyifa

Nim : 1811104065

Semester : VII (B)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSHUR

(STAISMAN) PANDEGLANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul ABK dalam
Setting Inklusif. Makalah ini berisikan tentang informasi Pendidikan
Inklusif untuk ABK. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang Pendidikan Inklusif untuk ABK.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar..................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan dan Kegunaan..............................................................................2
D. Metodologi Penulisan..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK )................................ .....9
2.2. Pengertian Inklusif................................................................................. ...10
2.3. Tujuan Dan Manfaat Pendidikan Inklusif............................................... ..13
2.4. Perkembangan pendidikan ABK di Indonesia. .........................................14
2.5. Implementasi Pendidikan Inlusif Di Indonesia........................................ 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................7
B. Rekomendasi...........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arti pendidikan bisa diartikan sebagai sebuah pengajaran bimbingan dan
pelatihan sebgai istilah istilah teknis tidak lagi dibeda bedakan oleh
masyarakat kita tapi ketiganya melebur menjadi satu pengertian harus tentang
pendidikan dalam undang undang nomor 2 tahun 1989 tentang pendidikan
nasional pasal 1 misalnya dijelaskan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajarandan
atau pelatihan bagi peranannnya dimasa yang akan datang
Dari pengertian yang luas tersebut muhaimin membuat rumusan tentang
pendidikan, pendidikan merupakan sebuah aktifitas dan fenomena pendidikan
sebagai sebuah aktivitas sebuah upaya secara sadar yang dirancang untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang atau kelompok yang dalam
mengembangkan pandangan hidup dalam hal sikap hidup dan keterapilan
hidup baiik yang bersifat manual maupun mental dan sosial . sedangkan
pendidikan sebagai fenomena sebagai sebuah peristiwa perjumpaan antara dua
orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan
hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa
pihak.
Meskipun bergeraknya pendidikan inklusi di indonesia semakin meluas
tetapi permasalahan masih terjadi sampai saat ini yaitu ABK belum bisa
dengan mudah menikmati pendidikan dengan nyaman , aman serta diterima
dilingkungan sekolah melalui belajar bersama dengan anak regular. Ini
menunjukkan bahwa masih banyak ABK yang belum berkesempatan
mendapat pendidikann disekolah umum. Permasalahan lain dalam
penerapannya juga memang mebutuhkan ekstra penyadaran terhadap
lingkungan baik kepada siswa, guru, staf terhadap siswa berkebutuhan

1
khusus , dikarenakan banyak kasus dan cerita bahwa siswa inklusi di Bully
atau dianiaya oleh temannya sendiri yang notabone siswa reguler.
Untuk itu menjadi tuntun kepada guru pada Implementasi pendidikan
Inklusi untuk mengadaptasi metode pengajaran dan cara memberikan agar
dapat cocok dalam memenuhi kebutuhan siswa. Mereka juga harus tahu cara
yang berbeda dalam memodifikasi kurikulum dan melakukan penyesuaian
yang tepat kapan pun diperlukan. Hal ini akan memberikan oenyegaran pada
keseluruhan proses inklusi dan memperbaiki kualitas pendidikan bagi semua
anak.
Tujuan pendidikan inklusi sebagaimana dijelaskan dalam peraturan
pemerintah Nomor 70 tahun 2009 bertujuan : (1) memberikan kesempatan
yang seluas- luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan
fisik , emosional , emntal dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan atau
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya ,(2) mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman dan tidak deskriminatif bagi semua peserta
didik..

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan ABK?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan inklusi bagi ABK?
3. Bagaimana tujuan dan manfaat pendidikan inklisi?
4. Bagaimana perkembangan ABK di Indonesia?
5. Bagaimana implementasi pendidikan iklusi di Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian ABK.
2. Untuk mengetahui pendidikan Inklusif bagi ABK.
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pendidikan Inklusif.
4. Untuk mengetahui perkembangan ABK di Indonesia.
5. Untuk mengetahui implementasi Inklusif di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( ABK )


Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Sedangkan Lynch (1994:1)
mendefinisikan anak yang membutuhkan pendidikan khusus sebagai berikut.
“Children with special educational needs as all those who permanently or
temporarity during their school careers have need of special educational responses
on the part of the teacher, the institution and/or the system by dint of their
physical, mental or multiple impairment or emotional condition or for reasons of
situasional disadvantage”
Sedangkan untuk situasi Indonesia, Kebijakan Direktorat Pendidikan Luar
Biasa tentang Layanan Pendidikan Inklusi bag] Anak Berkebutuhan Pendidikan
Khusus (Nasichin, 2002:5) mengartikan anak berkebutuhan khusus adalah mereka
yang tergolong luar biasa, baik dalam arti berkelainan, lamban belajar, maupun
yang berkesulitan belajar. Berkelainan diartikan sebagai anak yang mengalami
kelainan fisik dan atau mental dan atau kelainan perilaku. Kelainan fisik, meliputi
tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Kelainan mental meliputi anak tunagrahita
ringan dan tunagrahita sedang. Sedangkan kelainan perilaku meliputi anak
tunalaras. Selanjutnya PP nomor 72/1991 menyebutkan bahwa jenis kelainan
peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental dan/atau kelainan perilaku.
Kelainan fisik meliputi tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Sedangkan kelainan
mental meliputi tunagrahita ringan dan tunagrahita sedang.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa kondisi-kondisi tersebut dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak balk jasmani, rohani, dan atau
sosialnya, sehingga mereka tidak dapat mengikuti pendidikan dengan wajar.
Dengan perkataan lain, mereka adalah anak-anak yang potensial bermasalah yang
apabila mendapat layanan bimbingan secara tepat, potensi mereka akan
berkembang secara optimal.

3
B. PENGERTIAN INKLUSI
Istilah inklusi yang dianggap istilah baru untuk mendiskripsikan penyatuan
bagi anak-anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-
program sekolah (dan juga diartikan sebagai menyatukan anak-anak berkelainan
(penyandang hambatan/cacat) dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif
dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh.
Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan yang berusaha
mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang
dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan.
Pendidikan inklusif merupakan model penyelenggaraan program pendidikan bagi
anak berkelainan atau cacat dimana penyelenggaraannya dipadukan bersama anak
normal dan tempatnya di sekolah umum dengan menggunakan kurikulum yang
berlaku di lembaga bersangkutan.
Stout (2001:1) mengemukakan tentang defnisi inklusi sebagai berikut.
“Inclusion is a term which expresses commitment to educate each child, to the
maximum extent appropriate, in the school and classroom he or she would
otherwise attend. It involves bringing the support services to the child (rather than
moving the child to the services) and requires only that the child will benefit from
being in the class (rather than having to keep up with the other student)”.
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa inklusi merupakan suatu istilah
yang menyatakan komitmen terhadap pendidikan yang sedemikian tepatnya bagi
setiap anak, di mana is akan mengikuti pendidikan baik di sekolah maupun di
kelas. Inklusi melibatkan berbagai dukungan layanan terhadap anak dan hanya
memerlukan bahwa anak akan mendapat manfaat dari kehidupan di kelas (lebih
baik mengalami untuk mengikuti siswa yang lain).
Pada hakekatnya pendidikan inklusi tidaklah hanya sebatas untuk memberi
kesempatan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, untuk menikmati pendidikan
yang sama, namun hak berpendidikan juga untuk anak-anak lain yang kurang
beruntung, misalnya anak dengan HIV/AIDS, anak-anak jalananan, anak yang
tidak mampu (fakir-miskin), anak-anak korban perkosaan, korban perang dan
lainnya, tanpa melihat agama, ras dan bahasanya. Konsep pendidikan inklusif

4
memiliki lebih banyak kesamaan dengan konsep yang melandasi gerakan
‘Pendidikan untuk Semua’ dan ‘Peningkatan mutu sekolah’. Namun kebijakan
dan praktek inklusi anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) telah menjadi
katalisator utama untuk mengembangkan pendidikan inklusif yang efektif, yang
fleksibel dan tangap terhadap keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSIF


Tujuan Pendidikan Inklusif adalah :
Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang
mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak
sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan
penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun
sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik.
Manfaat pendidikan inklusif adalah :
Membangun kesadaran dan konsensus pentingnya pendidikan inklusif
sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif. Melibatkan dan
memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal,
mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi
alasan mengapa mereka tidak sekolah.
Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah
lainnya terhadap akses dan pembelajaran. Melibatkan masyarakat dalam
melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif :
a Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima
keaneka-ragaman dan menghargai perbedaan.
b Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan
kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual
c Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
d Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

5
e Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses
pendidikan.

D. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABK DI INDONESIA


Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus Secara historis, istilah yang
digunakan untuk menyebut anak berkebutuhan khusus (ABK) mengalami
perubahan beberapa kali sesuai dengan paradigma yang diyakini pada saat itu.
Perubahan istilah yang dimaksud mulai dari anak cacat, anak tuna, anak
berkekurangan , anak luar biasa, atau anak berkelainan sampai menjadi istilah
anak berkebutuhan khusus. Di Indonesia, penggunaan istilah-istilah tersebut baru
diundangkan secara khusus pada tahun 1950 melalui Undang-undang Nomor 4 ,
kemudian disusul dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 1954 dengan istilah
anak cacat atau anak tuna, atau anak berkekurangan.
Indonesia Menuju Pendidikan inklusi Secara formal dideklarasikan pada
tanggal 11 agustus 2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah
reguler untuk mempersiapkan pendidikan bagi semua anak termasuk penyandang
cacat anak. Setiap penyandang cacat berhak memperolah pendidikan pada semua
sektor, jalur, jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 6 ayat 1). Setiap penyandang
cacat memiliki hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan
dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat (Pasal 6 ayat 6 UU RI No. 4 tahun 1997 tentang
penyandang cacat).
Disamping pendidikan atau sekolah reguler, pemerintah dan badan-badan
swasta menyelenggarakan pendidikan atau sekolah khusus yang biasa disebut
Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk melayani beberapa jenis kecacatan. Tidak seperti
sekolah reguler yang tersebar luas baik di daerah perkotaan maupun daerah
pedesaan. SLB dan SDLB sebagian besar berlokasi di perkotaan dan sebagian
kecil sekali yang berlokasi di pedesaan. Penyandang cacat anak untuk menjangkau
SLB atau SDLB relatif sangat jauh hingga memakan biaya cukup tinggi yang
tidak terjangkau penyandang cacat anak dari pedesaan. Ini pula masalah yang
dapat diselesaikan oleh pendidikan atau sekolah inklusi, di samping memecahkan

6
masalah golongan penyandang cacat yang merata karena diskriminasi sosial,
karena dari sejak dini tidak bersama, berorientasi dengan yang lain.
Akhir abad ke 20 muncul gerakan “Normalisasi ” bukan berarti membuat anak
luar biasa menjadi normal, tetapi penyediaan pola dan kondisi kehidupan sehari-
hari bagi anak luar biasa sedekat mungkin dengan pola dan kondisi  kehidupan
masyarakat pada umumnya Perhatian dari pemerintah pun tampak dari layanan
pendidikan khusus yang disediakan bagi mereka, sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Dirjen
Manajemen Dikdasmen, 2006). Adapun istilah yang digunakan di Indonesia
adalah anak berkebutuhan khusus sebagai terjemahan dari istilah “Children with
Special needs “. Istilah ini muncul sebagai akibat adanya perubahan cara pandang
masyarakat terhadap anak luar biasa (Exceptional Children). Pandangan baru ini
meyakini bahwa semua anak luar biasa mempunyai hak yang sama dengan
manusia pada umumnya. Oleh karena itu semua anak luar biasa baik yang berat
maupun yang ringan (tanpa kecuali) harus dididik bersama-sama dengan anak-
anak pada umumnya di tempat yang sama. Dengan perkataan lain anak-anak luar
biasa tidak boleh ditolak untuk belajar di sekolah umum yang mereka inginkan.
Sistem pendidikan seperti inilah yang disebut dengan pendidikan inklusi.

E. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INLUSIF DI INDONESIA


Implementasi pendidikan inklusi sebuah proses kegiatan pendidikan yang
diikuti oleh semua anak dengan mempunyai alasan utnuk menerima hak
pendidikan yangg tidak mendiskriminasikan dengan kecacatan, etnik, agama,
bahasa, jenis kelamin, kemapuan dan lain-lain. Berdasarkan disahkannya undang-
undang tentang pendidikan inklusi nomor 70 tahun 2009 pada pasal 3 ayat 1,
setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa berhak mengikuti
pendidikan secara inklusi pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
Harapan dan upaya tersebut menginginkan kondisi intelektual yang normal
akan mendukung siswa berkebutuhan khusus dapat menyerap materi

7
pembelajaran yang diberikan gurunya sebagaimana teman yang tidak
berkebutuhan khusus di kelasnya. Model pendidikan inklusi ini sangat membantu
siswa berkebutuhan khusus dalam tumbuh kembang mental-psikologinya dengan
optimal karena mereka bisa bersaing secara sehat mengembangkan kemampuan
intelektual, bakat dan minatnya.
Adapun bagi siswa berkebutuhan khusus sedang dan berat pembelajarannnya
di kelas khusus. Hal ini sesuai dengan harapan banyak kepala sekolah dan guru
reguler maupun guru pebimbing khusus, mengingat siswa berkebutuhan khusus
sedang dan berat tidak mampu beradaptasi, menyerap materi di kelas reguler dan
membuat suasana kelas reguler kurang kondusif.
Berikut model layanan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus sesuai
dengan perubahan kurikulum 2013 :
Gambar. 2.1 : model pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus

1 kelas
inklusi inklusi

2
kelas
khusus segregasi
3

Jabaran dari model layanan pendidikan khusus bagi siswa


berkebutuhan khusus sebagai berikut :
1. Layanan pendidikan bgi peserta didik berkebutuhan khusus
dikelompokkan menjadi 2 yaitu, PDBK yang mengalami hambantan
belajar tingkat ringan dan tingkat sedang/berat.
2. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan kategori ringan dan
sedang/berat adalah : (1) tingkat kecerdasan (2) hambatan komunikasi dan
interaksi, dan/atau (3) hambatan prilaku.
3. PDBK kategori hambatan belajar tingkat ringan didorong mengikuti
pendidikan di kelas inklusif dengan menggunakan kurikulum reguler.

8
4. PDBK kategori hambatan belajar tingkat sedang/berat didorong mengikuti
pendidikan di sekolah khusus atau di kelas khusus di sekolah reguler.

Hal itu, bisa diketahui melalui hambatan intelektual ABK karakteristik anak
berkebutuhan khusus secara umum dibbagi menjadi 3 kelompok : yaitu tinggi,
sedang, dan berat. Siswa berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kelompok
kemampuan adalah siswa yang tidak mempunyai hambatan secara akademik 0-
50% mata pelajaran. Siswa berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kelompok
sedang adalah siswa yang mempunyai hambatan secara akademik 50-70% mata
pelajaran.
Siswa berkebutuhan khusus yang termasuk dalam kelompok berat adalah
siswa yang mempunyai hambatan secara akademik 70-90% mata pelajaran.
Sedangkan klasifikasi menurut kecerdasan (IQ), dikemukakan oleh sebagai
berikut : a. Mild Mental Retardation antara 55-70 to aprox,70. b, moderate
mental retardation antara 35-40 to 50-55. c. Severe mental retardation 20-25 to
35-40. d. Antara bellow 20 or 25.
Untuk jenis ketunaan Kauffman dan Hallahan mengklafikasikan, ada 20 anak
berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapatkan perhatian guru antara
lain : Tunagrahita, Lamban Belajar (Slow Learner), Hyperaktif, Tunalaras,
Tunarungu, Tunanetra/Anak Yang Mengalamai Gangguan Penglihatan, Anak
Autis, Tunadaksa, Tunaganda, Anak Berbakat.
Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus peraturan menteri pendidikan nasional
nomor 70 tahun 2009, diantaranya : (1) tunanetra, (2) tunarungu, (3) tunawicara,
(4) tunagrahita, (5) tunadaksa, (6) tunalaras, (7) berkesulitan belajar, (8) lamban
belajar, (9) autis, (10) memiliki gangguan motorik, (11) menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain, dan (12) memiliki
kelainan lain.

A. Model Kurikulum Pada Pendidikan Inklusi


Secara arti kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

9
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Karena kurikulum sebagai pedoman terkadang
kurikulum menjadi kaku dalam proses pembelajaran, sehingga pemahaman
kita pendidikan hanya rancangan dengan bentuk bahan ajar. Ronald C Doll
menjelaskan bahwa kurikulum sudah tidak lagi bermakna sebgai rangkaian
bahan yang akan dipelajari siswa, tetapi seluruh pengalaman yang ditawarkan
pada anak-anak peserta didik di bawah arahan dan bimbingan sekolah.
Pengalaman yang diperoleh siswa dari program-program yang ditawarkan
sekolah amat variatif, tidak sebatas hanya pembelajaran di dalam kelas, tetapi
juga lapangan tempat mereka bermain di sekolah, kantin, dan bahkan bis
sekolah. Semua ini memberikan konstibusi pengemabngan pengalaman siswa,
yang mempengaruhi perubahan-perubahan mereka.
Pemikiran Doll, hendaknya kurikulum itu adalah perencanaan yang
ditawarkan, bukan hanya diberikan, karena pengalamaan yang diberikan guru
belun tentu ditawarkan. Dengan demikian seluruh konsep pendidikan di
sekolah itu bisa dan harus ideal. Kurikulum harus berbicara keharusan bukan
kemungkinan. Kemudian bimbingan dan arahan tidak saja tugas dan
kewajiban guru, tetapi menjadi tugas dan keajiban sekolah. Yang
komponennya tidak hanya guru, tetapi juga kepala sekolah, karyawan
sekokah dan juga unsur lain yang terkait langsung dengan proses pendidikan.
Untuk kurikulum pendidikan inklusi, bisa dipahami dari definisinya
yakni kurikulum, inklusi merupakan pendekatan untuk proses pembelajaran
yang megakui dan menghargai keragaman di sekolah. Baik isi dan metode,
kurikulum inklusif dibentuk untuk mengenal serta menegaskan pengalaman
hidup siswa, mulai dari jenis kelamin, asal, agama, suku dan ras, latar
belakang budaya dan bahasa, sosial ekonomi, status, usia serta kemampuan.
Tujuan kurikulum inklusif adalah untuk menciptakan lingkungan belajara
yang tanggap, tegas, dan mengakui keragaman dari pengalaman manusia.
Dan James Bank menganalisis dari pendekatan dan dimensi pendidikan
inklusi, namun analisis James lebih terfokus tentang reformasi kurikulum
pada kajian multikulturalisme pada pengembangan sejarah, dengan

10
menguraikan dimensi pendidikan dalam empat pendekatan, diantaranya :
menambahkan, tambahan bahan, mengubah, dan tindakan sosial. Dan rincian
lima dimensi tersebut, meliputi : penggabungan isi, pengembangan
pengetahuan, mengurangi prasangka, ragam pengajaran, dan mengembangkan
budaya sekolah.
Namun Peel DSB mendefenisikan kembali : “pendekatan” dan
“dimensi” di bawah ini untuk mencakup semua kelompok yang beragam.
Perlu diketahui bahwa dalam proses pembelajaran yang sebenarnya, empat
pendekatan lima dimensi tersebut sering digabungkan dan digunakan secara
bersama-sama.
a. Pendekatan pada kurikulum inklusi
1) Menambahkan
Dengan menambahkan peristiwa sejarah didalam kurikulum,
maka dapat dipilih kriteria sejarah sesuai dengan kurikulum yang akan
dgunakan.
2) Tambahan Bahan
Menambahkan berbagai konten, konsep, tema dan perspektif pada
kurikulum tanpa mengubah struktur dasar.
3) Mengubah
Mengubah strukturtual dari kurikulum untuk membantu siswa
untuk melihat konsep, isu, peristiwa, dan tema dari prespektif
kelompok yang beragam.
4) Tindakan Sosial
Memungkinkan siswa untuk membuat keputusan tentang isu-isu
sosial yang penting dan mengambil tindakan unntuk membantu
menyelesaikannya.

b. Dimensi pada kurikulum pendidikan inklusi


1) Penggabungan Isi

11
Menggunakan contoh, data dan informasi dari berbagai kelompok
untuk menggambarkan konsep-konsep kunci, prinsip, generalisasi,
dan teori-teori dalam bidang studi tertentu atau disiplin.
2) Tambahan Pengetahuan
Memahami bagaimana orang menciptakan pengetahuan dan
bagaimana implisitasumsi budaya, kerangka acuan, perspektif, dan
biasa mempengaruhi cara bahwa pengetahun dibangun dalam
disiplin.
3) Mengurangi Prasangka
Menggunakan karakteristik sikap dan strategi merugikan untuk
membantu individu mengembangkan sikap yang lebih demokratis
dan nilai-nilai.
4) Ragam Pengajaran
Menggunakan teknik dan metode yang memfasilitasi prestasi
akademis siswa dari kelompok yang beragam.
5) Mengembangkan Budaya Sekolah
Mengembangkan budaya dan organisasi sekolah sehingga siswa
dari kelompok akan mengalami pemeratan pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat.

Selain pemikiran James diatas, pemikiran lain juga disumbangkan


oleh Melanie Nind. Dimana Melanic Nind membuat suatu formula tentang
kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus yang berlandaskan 3 pendekatan
kurikulum yaitu pertama kurikulum pendidikan umum, kedua kurikulum
khusus sedangkan yang ketiga berbeda dari kedua kurikulum diatas yaitu
kurikulum inklusif. Sejauhmana dan dengan cara apa pendekatan kurikulum
ini bekerja. Termasuk menggabungkan ketiga unsur pada kurikulum umum
dan khusus akan tergantung pada tiitk awal orang dan apa yang
membayangkan. Cara pikir dan menciptakan praktek kurikulum inklusi,
kemudian dideskripsikan secara terperinci menjadi 6 model: diferensiasi,

12
tranformasi, membangun koneksi, membiarkan memimpin anak, dan
berfokus pada interaksi dan proses.
1) Diferensasi
Adalah bentuk belajar yang dapat diakses untuk berbagai macam
kemampuan dan gaya belajar. Dalam negara tradisional dideferensiasi
sebagai sarana penilaian murid (diagnosa) menjadi lebih mampu dan
kurang mampu dan menyediakan mereka dengan pengalaman yang
cocok sesuai memiliki keterbatasan yang jelas.
2) Tranformasi
Yaitu belajar tanpa batas. Salah satu problems dengan diferensiasi adalah
ide bahwa kita harus mengadaptasi kurikulum untuk siswa dari
kemapuan yang berbeda dan karenanya penerimaan tanpa bermasalah
dari gagasan satu kemampuan. Dalam proyek belajar tanpa batas telah
berusaha untuk mengembangkan pendekatan inklusif yang tidak
bergantung pada konsep. Mereka mengusulkan alternatif-kemampuan
berbasis pendidikan didukung oleh pandangan yang lebih optimis dari
pendidikan manusia. Ini membahas kebutuhan untuk memenuhi
keragaman dalam ruang kelas dengan asumsi bahwa siswa secara sah
dapat dikelompokkan ke dalam kategori lebih mampu, rata-rata dan
kurang mampu.
3) Membangun koneksi
Kurikulum yang menghubungkan antara emosional-sosial: cara lain
untuk berfikir tentang praktek inklusi adalah fokus pada kebutuhan
kurikulum yang menghubungkan dari perspektif peserta didik mulai dari,
nilai, dan apa yang membawa peserta didik bukan hanya mengasumsikan
tetapi peserta didik akan menyesuaikan diri dengan tujuan sekolah, gaya
mengajar dan kurikulum.
Alasan yang kuat bahwa perlu membangun wilayah informasi tentang
anak, yatu pengetahuan tentang budaya anak, dunia pengalaman,
aktifitas, keahlian dan kepentingan di luar sekolah ini harus ada pada

13
peserta didik yang beragam sehingga dapat digabungkan dengan
pengalaman dan identitas mereka pada kurikulum.
4) Membiarkan Anak Mamimpin
Seharusnya kurikulum nasional diselenggarakan menurut tipoligi peserta
didik (normal dan ob normal) serta mempunyai hubungan dengan
kehidupan sehari-hari untuk mencapai efektifitas proses pembelajaran
seperti menunjukkan bahwa dalam kurikulum pertama agar dapat
dilakukan anak dari pada tidak bisa dia lakukan. Dewasa ini yang tepat
untuk penataan dan pengelolaan lingkungan yang menantan dan
merangsang belajar yang menekankan peluang untuk kreativitas dan
bermain. Serta beragam interaksi persoanl yang sangat terkait dengan
pandangan pendidikan inklusif.
5) Berfokus Pada Interaksi
Kurikulum adalah sebuah respon yang dinamis, pendidikan inklusif
berarti bahwa sekolah harus sesuai dengan murid, bukan sebaliknya, ini
menggeser memperhatikan bagaimana kurikulum dan murid bisa
berinteraksi dengan apa yang terjadi antara mereka dengan keadaan, dari
ke-waktu. Dari perspektif interaktif membuat perubahan dalam rangka
untuk menjangkau semua peserta didik bukanlah peristiwa tunggal yang
tertutup, tetapi dinamis, proses tranformatif di mana umpan balik dari
siswa terus dicari dari waktu ke waktu kurikulum. Kurikulum interaktif,
menurut Kallet dan Nind (2003) dibentuk oleh siswa sendiri karena
mereka berbagi, bernegosiasi dan berjejaring. Hal ini termasuk dalam
cara mengajar yang mewujudkan pemberdayaan dan demokrasi.
6) Dan Proses
Kurikulum berbasis dari respon yang dinamis. Tanggapan lain dinamis
untuk tantangan membuat kurikulum inklusif adalah untuk berpikir
dalam hal proses dari pada konten. Karena kurikulum direncanakan
secara holistik. Melihat lingkungan sosial dan (kurikulum nasional) mata
pelajaran sebagai konteks pengalaman dimana semua siswa dapat terlibat
dalam pekerjaan pribadi yang relevan. Fokus dalam proses

14
memungkinkan pembangunan lingkungan hidup berarti dalam mata
pelajaran untuk murid denan tingkat kesulitan belajar yang berat.
Untuk rumusan model kurikulum pendidikan inklusi dalam kontek
indonesia sudah diimplementasikan di SMK N 3 Payakumbuh, model
kurikulum tersebut bagi siswa inklusi dapat dikelompokkan menjadi
empat yakni :
1. Duplikasi Kurikulum
Yakni ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya
sama dengan siswa rata-rata/regular. Model kurikulum ini cocok
untuk peserta didik tunanetra, tunarungu wicara, tunadaksa, dan
tunalaras,. Alasannya peserta didik tersebut tidak mengalami
hambatan intelegensi. Namun demikian perlu memodifikasi proses,
yakni peserta didik tunanetra menggunakan huruf Braille, dan
tunarungu wicara menggunakan bahasan isyarat dalam
penyampaiannya.
Contohnya, pelajaran PKn bagi siswa tunarungu, menggunakan
kurikulum yang sama dengan siswa reguler pada umumnya, sebab
siswa tunarungu memiliki kemampuan yang sama dengan siswa
reguler atau tidak ada gangguan kognitif . hanya saja penyampaian
cara pengerjaan atau tahap pengerjaan latihan harus ditulis dengan
detail dan efektif agar siswa lebih mudah memahaminya.
2. Modifikasi Kurikulum
Yakni kurikulum siswa rata-rata/reguler disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan/potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke
bawah diberikan kepada peserta didik tunagrahita dan modifikasi
kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik gifted and talented.
3. Subsitusi Kurikulum
Yakni beberapa bagian kurikulum siswa rata-rata ditiadakan dan
diganti dengan yang kurang leih setara. Model kurikulum ini untuk
ABK dengan melihat situasi dan kondisinya.
4. Orientasi Kurikulum

15
Yaitu bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran
tertentu ditiadakan total. Karena tidak memungkinkan bagi ABK
untuk dapat berfikir setara dengan anak rata-rata.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari Implementasi Pendidikan Inklusi ini
adalah Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan yang
signifikan baik aspek psikis, sosial, emosional, dan indrawi yang menghambat
proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, sehingga membutuhkan
layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaaan mereka.
Pendidikan Inklusif muncul sebagai suatu layanan pendidikan program
pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dimana
penyelenggaraannya dengan cara memadukan anak-anak yang berkelainan atau
berkebutuhan khusus bersama anak normal lainnya, menggunakan kurikulum
yang berlaku di lembaga yang bersangkutan.
Tujuan pendidikan inklusif yaitu agar semua anak mendapatkan hak
pendidikan dan  kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang
berkebutuhan khusus. Sekolah reguler yang berorientasi inklusi ini merupakan
alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah,
mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan pendidikan yang
efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena akan
menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.

B. SARAN
Penyelenggaraan sekolah inklusi harus terus dikembangkan demi
memberikan ruang gerak, ruang belajar tertutama bagi anak-anak yang
berkebutuhan khusus agar mereka tidak dipandang sebelah mata lagi. Untuk itu
pemerintah harus memperhatikan betul, apa saja kebutuhan mereka, baik dari
sarana dan prasana maupun guru pembimbing untuk mereka. Saya berharap
sekali  pemerintah beserta para kaum pemerhati pendidikan untuk terus
memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan tanpa membedakan siswa yang
normal maupun siswa berkebutuhan khusus.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. Anak “Berkebutuhan Khusus” (14 Pebruari 2016)


http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anak_berkebutuhan_khusus.html.

Dewi, setiani. “ Layanan Bimbingan bagi Anak Bekebutuhan Khusus” (14 pebruari
2016) http://google.com/index.pdf?tittel=Layanan Bimbingan bagi Anak Berkebutuhan
Hadis Abdul.2006.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik.Bandung;
Alfabeta.Khusus di Sekolah Dasar Wilayah Kota Bandung Tesis Program BP-BAK PPs
UPI Tahun 2003.html.Mulyadi, Kiki. “Penerapan Pendidikan Inkulsi Di Indonesia” (14
pebruari 2016)

http://google.com/inclusive-education-where-there-are-few-resources-the-atlas-      
alliance-gobal-support-to-disabled-people/2002.html. Setiawan,
Atang dkk.2006.Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Tim UPI Press.

iv

18

Anda mungkin juga menyukai