Disusun oleh:
Abdul Rahim 2005030073
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti
dan sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu....sebagai
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami.
Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
AR
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………....................................................................... I
KATA PENGANTAR……………………………...............................................................……………... ii
DAFTAR ISI……......................................................………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ).............................................................
B. Pengertian Inklusif...........................................................................................................
C. Tujuan Dan Manfaat Pendidikan Inklusif........................................................................
D. Perkembangan pendidikan ABK di Indonesia.................................................................
E. Implementasi Pendidikan Inlusif Di Indonesia................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini diperkirakan sepuluh persen dari populasi anak di dunia adalah anak berkebutuhan
khusus (Dampingi anak, n.d.). Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia pun terus
meningkat, meskipun tidak dapat dipastikan. Dinas Pendidikan Luar Biasa Kementerian
Pendidikan Nasional mencatat terdapat 324.000 orang ABK di Indonesia (Pendidikan anak, 3
Maret 2010). Prevalensinya yang tinggi serta kesadaran masyarakat yang semakin
meningkat mengenai isu ini membuat ABK semakin mendapatkan perhatian. Direktorat
Pendidikan Luar Biasa. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat istilah anak luar biasa
yang kini disebut sebagai anak berkebutuhan khusus masih disalah tafsirkan, yaitu anak luar
biasa selalu diartikan sebagai anak berkemampuan unggul atau yang berprestasi yang luar
biasa. Padahal pengertian anak luar biasa juga mengacu pada pengertian yaitu anak yang
menglami kelainan atau ketunaan.
Selain masyarakat yang masih keliru dalam menafsirkan pengertian anak yang luar biasa,
faktor penyebab sehingga anak menjadi anak luar biasa dan karakteristik dari masing-
masing jenis anak yang mengalami keluarbisaan. Dalam dunia pendidikan luar biasa seorang
anak diartikan sebagai anak luar biasa jika anak ersebut membutuhkan perhatian khusus
dan layanan pendidikan yang bersifat khusus oleh guru pendidik atau pembimbing khusus
yang berlatar belakang disiplin ilu pendidikan luar biasa atau disiplin ilmu lainnya yang
relevan dan memiliki sertifikasi kewenangan dalam mengajar, mendidik, membimbing dan
melatih anak luar biasa.4, dalam Mangunsong, 2010).
Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini kami akan menjelaskan secara lebih holistik
mengenai pengertian anak ABK, pengertian, tujuan dan manfaat pendidikan inklusi dan
perkembangan serta implementasinya di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan ABK?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan inklusif bagi ABK?
3. Bagaimana tujuan dan manfaat pendidikan Inklusif?
4. Bagaimana perkembangan ABK di Indonesia?
5. Bagaimana implementasi pendidikan iklusif di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian ABK.
2. Untuk mengetahui pendidikan Inklusif bagi ABK.
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pendidikan Inklusif.
4. Untuk mengetahui perkembangan ABK di Indonesia.
5. Untuk mengetahui implementasi Inklusif di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PENGERTIAN INKLUSIF
Istilah inklusi yang dianggap istilah baru untuk mendiskripsikan penyatuan bagi anak-anak
berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program-program sekolah (dan juga
diartikan sebagai menyatukan anak-anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat)
dengan cara-cara yang realistis dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang
menyeluruh.
Pendidikan inklusif merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem
pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa
untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Pendidikan inklusif merupakan model
penyelenggaraan program pendidikan bagi anak berkelainan atau cacat dimana
penyelenggaraannya dipadukan bersama anak normal dan tempatnya di sekolah umum
dengan menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga bersangkutan.
Stout (2001:1) mengemukakan tentang defnisi inklusi sebagai berikut.
“Inclusion is a term which expresses commitment to educate each child, to the maximum
extent appropriate, in the school and classroom he or she would otherwise attend. It
involves bringing the support services to the child (rather than moving the child to the
services) and requires only that the child will benefit from being in the class (rather than
having to keep up with the other student)”.
Dari pernyataan di atas dapat diartikan bahwa inklusi merupakan suatu istilah yang
menyatakan komitmen terhadap pendidikan yang sedemikian tepatnya bagi setiap anak, di
mana is akan mengikuti pendidikan baik di sekolah maupun di kelas. Inklusi melibatkan
berbagai dukungan layanan terhadap anak dan hanya memerlukan bahwa anak akan
mendapat manfaat dari kehidupan di kelas (lebih baik mengalami untuk mengikuti siswa
yang lain).
Pada hakekatnya pendidikan inklusif tidaklah hanya sebatas untuk memberi kesempatan
kepada anak-anak berkebutuhan khusus, untuk menikmati pendidikan yang sama, namun
hak berpendidikan juga untuk anak-anak lain yang kurang beruntung, misalnya anak dengan
HIV/AIDS, anak-anak jalananan, anak yang tidak mampu (fakir-miskin), anak-anak korban
perkosaan, korban perang dan lainnya, tanpa melihat agama, ras dan bahasanya. Konsep
pendidikan inklusif memiliki lebih banyak kesamaan dengan konsep yang melandasi gerakan
‘Pendidikan untuk Semua’ dan ‘Peningkatan mutu sekolah’. Namun kebijakan dan praktek
inklusi anak berkebutuhan khusus (penyandang cacat) telah menjadi katalisator utama
untuk mengembangkan pendidikan inklusif yang efektif, yang fleksibel dan tangap terhadap
keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar.
“Pendidikan inklusif merupakan perkembangan pelayanan pendidikan terkini dari model
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dimana prinsip mendasar dari pendidikan
inklusif, selama memungkinkan, semua anak atau peserta didik seyogyanya belajar
bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada
mereka.” (pernyataan Salamanca,1994)
“Inklusi itu masa depan, milik ras manusia, hak asasi manusia, pengupayaan agar bisa hidup
berdampingan satu sama lain, bukanlah sesuatu hal yang harus dilakukan kepada seseorang
atau untuk seseorang, dilakukan bersama bagi satu sama lain, bukanlah sesuatu yang kita
lakukan sedikit saja”. (Marsha Forest, 2005: 19).
Adapun pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback
(1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua
siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak,
menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun
bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih
dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian
dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun
anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Menurut Heller, Holtzman & Messick (1982), mengatakan bahwa layanan ini
merekomendasikan agar pendidikan khusus secara segregatif hanya diberikan terbatas
berdasarkan hasil identifikasi yang tepat. Beberapa pakar bahkan mengemukakan bahwa
sangat sulit untuk melakukan identifikasi dan penempatan anak berkelainan secara tepat,
karena karakteristik mereka yang sangat heterogen.
Dan pernyatan-pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa sekolah reguler yang berorientasi
inklusi merupakan alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang
ramah, mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan pendidikan yang
efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena akan menurunkan biaya
bagi seluruh sistem pendidikan.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSIF
Tujuan Pendidikan Inklusif
Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keaneka-
ragaman dan menghargai perbedaan.
Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum
dan pembelajaran yang bersifat individual
Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.
Alokasi waktu,
Isi/materi kurikulum,
Proses belajar-mengajar,
Sarana prasarana,
Lingkungan belajar, dan
Pengelolaan kelas.
Pengembang Kurikulum
Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim
Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas inklusi bekerja
sama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pembimbing khusus (guru
Pendidikan Luar Biasa) yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli
Pendidikan Luar Biasa (Orthopaedagog), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi
(Kepala SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan.
Modifikasi isi/materi
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal, materi
dalam kurikulum sekolah reguler dapat digemukkan (diperluas dan diperdalam)
dan/atau ditambah materi baru yang tidak ada di dalam kurikulum sekolah reguler,
tetapi materi tersebut dianggap penting untuk anak berbakat.
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal materi
dalam kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan, atau tingkat
kesulitannya diturunkan sedikit.
Untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di bawah normal (anak
lamban belajar/tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi
atau diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian
tertentu.
Modifikasi proses belajar-mengajar
Mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi, yang meliputi analisis, sintesis,
evaluasi, dan problem solving, untuk anak berkebutuhan khusus yang memiliki
inteligensi di atas normal;
Menggunakan pendekatan student centerred, yang menenkankan perbedaan
individual setiap anak;
Lebih terbuka (divergent);
Memberikan kesempatan mobilitas tinggi, karena kemampuan siswa di dalam kelas
heterogen, sehingga mungkin ada anak yang saling bergerak kesana-kemari, dari
satu kelompok ke kelompok lain.
Menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif. Melalui pendekatan pembelajaran kompetitif anak
dirangsang untuk berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara fair.
Melalui kompetisi, anak akan berusaha seoptimal mungkin untuk berprestasi yang
terbaik, “aku-lah sang juara”.
Namun, dengan pendekatan pembelajaran kompetitif ini, ada dampak negatifnya, yakni
mungkin “ego”-nya akan berkembang kurang baik. Anak dapat menjadi egois.Untuk
menghindari hal ini, maka pendekatan pembelajaran kompetitif ini perlu diimbangi dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif.
Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif, setiap anak dikembangkan jiwa kerjasama
dan kebersamaannya. Mereka diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan
tugas dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok, dan
kerjasama dalam kelompok ini yang dinilai. Dengan cara ini sosialisasi anak dan jiwa
kerjasama serta saling tolong menolong akan berkembang dengan baik.
Disesuaikan dengan berbagai tipe belajar siswa (ada yang bertipe visual; ada yang bertipe
auditoris; ada pula yang bertipe kinestetis).
Tipe visual, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera penglihatan.Tipe
auditoris, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera pendengaran.Tipe
kinestetis, yaitu lebih mudah menyerap informasi melalui indera perabaan/gerakan.Guru
hendaknya tidak monoton dalam mengajar sehingga hanya akan menguntungkan anak yang
memiliki tipe belajar tertentu saja.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan yang signifikan baik
aspek psikis, sosial, emosional, dan indrawi yang menghambat proses pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut, sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaaan mereka. Pendidikan Inklusif muncul sebagai suatu
layanan pendidika program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
dimana penyelenggaraannya dengan cara memadukan anak-anak yang berkelainan atau
berkebutuhan khusus bersama anak normal lainnya, menggunakan kurikulum yang berlaku
di lembaga yang bersangkutan.
Tujuan pendidikan inklusif yaitu agar semua anak mendapatkan hak pendidikan dan
kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Sekolah
reguler yang berorientasi inklusi ini merupakan alat untuk memerangi sikap diskriminasi,
menciptakan masyarakat yang ramah, mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan
memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi
karena akan menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.
B. SARAN
Penyelenggaraan sekolah inklusif harus terus dikembangkan demi memberikan ruang gerak,
ruang belajar tertutama bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus agar mereka tidak
dipandang sebelah mata lagi. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan betul, apa saja
kebutuhan mereka, baik dari sarana dan prasana maupun guru pembimbing untuk mereka.
Saya berharap sekali pemerintah beserta para kaum pemerhati pendidikan untuk terus
memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan tanpa membedakan siswa yang normal
maupun siswa berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman. Anak “Berkebutuhan Khusus” (14 Pebruari 2016)
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anak_berkebutuhan_khusus.html.
Dewi, setiani. “ Layanan Bimbingan bagi Anak Bekebutuhan Khusus” (14
Pebruari 2016) http://google.com/index.pdf?tittel=Layanan Bimbingan bagi Anak
Berkebutuhan
Hadis Abdul.2006.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik.Bandung; Alfabeta.
Khusus di Sekolah Dasar Wilayah Kota Bandung Tesis Program BP-BAK PPs UPI Tahun
2003.html.
Mulyadi, Kiki. “Penerapan Pendidikan Inkulsi Di Indonesia” (14 pebruari 2016)
http://google.com/inclusive-education-where-there-are-few-resources-the-atlas-
alliance-gobal-support-to-disabled-people/2002.html.
Setiawan, Atang dkk.2006.Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Tim UPI Press
Sugianto, Suparman. “Pendidikan Inklusi terhadap Anak” (14 pebruari 2016)
http://smanj.sch.id/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak berkebutuhan-
khusus.html..
Takdir, Ilahi Mohammad. 2013. Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia