Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khususus (Tunadaksa,


Tunalaras, Berbakat dan Berkesulitan Belajar)

Disusun Oleh :
Kelompok 4 (Empat)
1. Rosa Widi Astuti (5017148)
2. Wanda Riani (5017120)
3. Seli Anggara (5017012)
4. Chindy Destari (5017136)

Dosen Pengampu : Yuni Krisnawati, M.Pd.


Kelas : 7D PGSD
Mata Kuliah : Pendidikan Luar Biasa (PBL)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUK LINGGAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Luar Biasa dengan Judul “Klasifikasi Anak Tunadaksa, Tunalaras, Berbakat dan
Berkesulitan Belajar”. Penulisan makalah ini dapat terlaksana atas dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Rudi Erwandi, M.Pd. selaku Ketua Kampus STKIP-PGRI Lubuk Linggau.
2. Tio Gusti Satria, M.Pd. selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.

3. Yuni Krisnawati, M.Pd. selaku Dosen Pengampu dalam mata kuliah

Pendidikan Luar Biasa.

4. Rekan-Rekan Dosen dan Semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini. Semoga segala amal kebaikan yang telah

diberikan tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT.

Makalah ini dalam penyusunannya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi perkembangan ilmu pendidikan.

Lubuk Linggau, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Anak Berkebutuhan Khusus............................................................................ 3


1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus................................................... 3
2. Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus............................... 5
3. Kebutuhan Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus................. 9
B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.......................................................... 11
1. Klasifikasi Anak Tunadaksa...................................................................... 11
2. Klasifikasi Anak Tunalaras....................................................................... 12
3. Klasifikasi Anak Berbakat......................................................................... 13
4. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar...................................................... 14

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara
mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,
kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai
perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok
inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Kelainan dari segi
fisik berupa kecacatan fisik, misalnya orang yang tidak memiliki kaki sebelah kiri,
matanya buta sebelah dan sejenisnya. Kelainan dari segi fsikis atau aspek kejiwaan
(psikologis). Misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari
intelegesi yang dimiliki di bawah normal. Kelainan dari segi sosial, misalnya orang
yang tidak dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial, sehingga mereka tidak
dapat di terima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka
kurang bergaul dan merasa rendah diri yang berlebihan, dan kelainan dari segi
moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan
hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah masyarakatnya
Anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai
dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang
mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional,
kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan
penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.
Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya  berkaitan dengan
tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri,
konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Adanya perbedaan
karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus di SD, akan memerlukan
kemampuan khusus guru kelas. Guru dituntut memiliki kemampuan berkaitan
dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa

1
2

aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemarnpuan berpikir, melihat, mendengar,


berbicara, dan cara bersosialisasi. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhasilan dari
tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku ke arah pendewasaan.
Kemampuan guru semacam itu merupakan kemahiran seorang guru dalam
menyelaraskan keberadaanya dengan kurikulum yang ada, kemudian diramu
menjadi sebuah program pembelajaran individual.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus ?
2. Apa saja jenis dan karakteristik dari anak berkebutuhan khusus ?
3. Jelaskan apa saja kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus ?
4. Jelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa, Tunalaras,
Berbakat dan Berkesulitan Belajar ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dan karakteristik dari anak berkebutuhan
khusus ?
3. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan pembelajaran anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus tunadaksa, tunalaras,
berbakat dan berkesulitan belajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak Berkebutuhan Khusus


1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Rapisa (2019:17) mengemukakan bahwa konsep dari anak
berkebutuhan khusus memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan
pengertian anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam
pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar
dan perkembangan. Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori
yaitu: anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu
akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat
temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan
yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan. Misalnya, anak yang
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat kerusuhan dan bencana
alam, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak yang
mengalami kedwibahasaan (perbedaan bahasa di rumah dan di sekolah), anak
yang mengalami hambatan belajar dan perkembangan karena isolasi budaya dan
karena kemiskinan dsb. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak
mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa
menjadi permanen.
Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun
yang temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar dan kebutuhan belajar
yang berbeda-beda. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan
oleh tiga hal, yaitu: (1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan
(3) kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dalam diri anak.

3
4

Pengertian anak berkebutuhan khusus menurut para ahli yaitu :


Menurut Hermanto (2010:7) Anak kebutuhan khusus adalah anak yang
secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik,
mental-intelektual, sosial dan emosional dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga
mereka memerlukan adanya pelayanan pendidikan khusus. Dengan demikian,
meskipun seorang anak mengalami kelainan atau penyimpangan tertentu, namun
tidak signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan
khusus, maka anak tersebut tidak termasuk anak kebutuhan khusus. Namun
sebaliknya walaupun kelihatannya mereka secara fisik, mental-intelektual, sosial
dan emosional tidak mengalami kelainan namun apabila dalam pendidikannya
mereka memerlukan layanan khusus maka anak tersebut dikatakan sebagai anak
berkebutuhan khusus. Untuk memahami lebih lanjut anak berkebutuhan khusus
dalam konteks pendidikan maka pengenalan mengenai anak berkebutuhan
khusus sangat diperlukan. Pengertian dari anak berkebutuhan khusus khusus
berkembang sejalan dengan adanya kesadaran dan kemajuan peradaban kita.
Anak berkebutuhan khusus yang dulunya disebut sebagai anak cacat.
Menurut Hallahan dan Kauffman (dalam Agustin, 2019:72) Anak
berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan
sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk
mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik unik yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak yang mengalami keterbatasan
atau keluarbiasaan yang berpengaruh secara signifikan dalam proses
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang
seusia dengannya. Anak berkebutuhan khusus secara pendidikan memerlukan
layanan khusus (Sumantri dalam Ainin dan Nada, 2006:2).
5

Menurut Heri Purwanto dalam (Hermanto, 2010:7) yaitu :


“Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki
keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan
mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang
menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus.
Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru
dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan
yang sesuai”.
Untuk kelas-kelas rendah atau di sekolah dasar, adanya anak-anak yang
termasuk anak berkebutuhan khusus sangat mungkin kita temukan di sana.
Namun keberadaan anak ini biasanya belum begitu dikenali oleh guru
pengampunya. Hal ini terjadi karena guru belum memiliki wawasan mengenai
anak berkebutuhan khusus. Guru di sekolah dasar kebanyakan baru mengetahui
mengenai anak tunanetra, tunarungu, tunadaksa dan autisme saja karena relatif
mudah dikenali dan dideteksi. Biasanya yang lain belum begitu banyak dikenali
sehingga sangat mungkin memberikan perlakuan yang salah. Bagi yang telah
terbiasa bergelut atau menangani anak berkebutuhan khusus tentu telah banyak
memiliki wawasan dan kemampuan mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus.
Hal ini, tentu sangat berbeda dengan mereka yang belum terbiasa atau bukan
bidangnya sehingga banyak memiliki keterbatasan pengetahuan dan
keterampilan dalam memahami anak berkebutuhan khusus.

2. Jenis dan Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Menurut Hermanto (2010:8) adapun beberapa jenis anak berkebutuhan
khusus sebagai berikut:
a) Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat
yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) dan syaraf sedemikian
rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak tunadaksa
jenisnya sangat banyak dan saat ini yang sering kita temukan adalah anak
tunadaksa jenis cerebral palsy dan poliomylitis.
Adapun karakteristik anak tunadaksa adalah:
6

1) Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.


2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali).
3) Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak
sempurna/lebih kecil dari biasa.
4) Terdapat cacat pada alat gerak.
5) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
6) Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukan sikap tubuh
tidak normal.

Jenis anak tunadaksa ini mungkin guru sudah mampu mengenali


namun sangat mungkin guru belum sampai memahami jenis apa dan
bagaimana memberikan pelayanan yang tepat bagi peserta didik.

b) Anak Tunalaras
Anak tunalaras yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada
umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain dan karenanya
memerlukan pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya
maupun lingkungannya.
Anak tunalaras secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut;
1) Bersikap membangkang.
2) Mudah terangsang emosinya/emosional/ mudah marah.
3) Sering melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu.
4) Sering bertindak melanggar norma sosial atau norma susila atau
hukum.

Anak tunalaras ini dalam pengkajian selanjutnya sering disebut


sebagai anak dengan gangguan emosi dan perilaku. Dikatakan anak dengan
gangguan emosi dan perilaku karena lebih menitikberatkan pada faktor
7

penyebab dan kemungkinan tindakan untuk memberikan layanan bagi anak


tersebut.

c) Anak Berbakat
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan atau
inteligensi, kreativitas tinggi, dan tanggungjawab terhadap tugas atau task
commitment di atas anak-anak seusianya atau anak normal, sehingga untuk
mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Sangat banyak
Karakteristik yang melekat pada anak berbakat antara lain:
1) Membaca pada usia lebih muda.
2) Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3) Memiliki perbendaharaan kata yang luas.
4) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
5) Mempunyai minat yang luas.
6) Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri.
7) Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.
8) Dapat memberikan banyak gagasan.
9) Luwes dalam berpikir.
10) Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
11) Mempunyai pengamatan yang tajam.
12) Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap
tugas atau bidang yang diminati.
13) Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.
14) Senang mencoba hal-hal baru.
15) Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
16) Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan
masalah.
17) Cepat menangkap hubungan sebab akibat.
18) Berperilaku terarah pada tujuan.
8

19) Mempunyai daya imajinasi yang kuat.


20) Mempunyai daya ingat yang kuat.
21) Tidak cepat puas dengan prestasinya, dan sebagainya.

d) Anak Berkesulitan Belajar


Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami
kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus terutama dalam hal
kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika. Anak
berkesulitan belajar spesifik diduga disebabkan karena faktor disfungsi
neugologis, bukan disebabkan karena faktor inteligensinya. Kebanyakan
anak berkesulitan belajar spesifik memiliki inteligensi normal bahkan ada
yang di atas normal tetapi mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar
membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia) atau kesulitan
belajar berhitung (diskalkulia) sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak
mengalami kesulitan yang signifikan atau berarti. Anak yang mengalami
kesulitan membaca (disleksia) maka perkembangan kemampuan
membacanya terlambat, kemampuan memahami isi bacaan rendah dan kalau
membaca sering banyak salah. Anak yang mengalami kesulitan belajar
menulis (disgrafia) yaitu kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6
dengan 9 dan sebagainya. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca, tulisannya
banyak salah/terbalik/huruf hilang, sulit menulis dengan lurus pada kertas
tak bergaris. Adapun anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung
(diskalkulia) adalah mereka yang sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >,
<, =, sulit mengoperasikan hitungan/bilangan, sering salah membilang
dengan urut, sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya, dan sulit membedakan bangun-
bangun geometri.
9

3. Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Menurut Hermanto (2010:18) mengatakan cara memenuhi kebutuhan
dalam proses pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus sebagai berikut :
a) Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunadaksa
Guru sebelum memberikan pelayanan dan pembelajaran bagi anak
tundaksa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Segi kesehatan anak maksudnya apakah ia memililki kelainan khusus
seperti kencing manis atau pernah dioperasi, kalau digerakkan sakit
sendinya, dan masalah lain seperti harus meminum obat dan sebagainya
2) Kemampuan gerak dan mobilitas maksudnya apakah anak ke sekolah
menggunakan transportasi khusus, alat bantu gerak, dan sebagainya. Hal
ini berhubungan dengan lingkungan yang harus dipersiapkan.
3) Kemampuan komunikasi maksudnya apakah ada kelainan dalam
berkomunikasi, dan alat komunikasi yang akan digunakan (lisan, tulisan,
isyarat) dan sebagainya.
4) Kemampuan dalam merawat diri maksudnya apakah anak dapat
melakukan perawatan diri dalam aktivitas sehari-hari atau tidak.
Misalnya; dalam berpakaian, makan, mandi dll.
5) Posisi maksudanya bagaimana posisi anak tersebut pada waktu
menggunakan alat bantu, duduk pada saat menerima pelajaran, waktu
istirahat, di kamar kecil (toilet), saat makan dan sebagainya. Sehinga
physical therapis sangat diperlukan.

b) Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunalaras


Kebutuhan pembelajaran bagi anak tunalaras yang harus diperhatikan
guru antara lain adalah

1) Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi


setiap anak.
10

2) Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang


dihadapi oleh setiap anak.
3) Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan
minat anak.
4) Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan
sehari-hari dan contoh dari lingkungan.

c) Kebutuhan Pembelajaran Anak Cerdas Istimewa dan Bakat


Istimewa
1) Program pengayaan horisontal, yaitu:
 Mengembangkan kemampuan eksplorasi.
 Mengembangkan pengayaan dalam arti memperdalam dan
memperluas hal-hal yang ada di luar kurikulum biasa.
 Excekutif intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk
mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati
secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu
2) Program pengayaan vertikal, yaitu:
 Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti
program yang sesuai dengan kemampuannya dan jangan
dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan kelas.
 Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak
untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati.
 Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan
tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat.

d) Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar Khusus


Anak berkesulitan belajar khusus memiliki dimensi kelainan dalam
beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran, diantaranya:
1) Materi pembelajaran hendaknya disesuikan dengan hambatan dan
masalah yang dihadapi anak.
11

2) Memerlukan uratan belajar yang sistimatis yaitu dari pemahaman yang


konkrit ke yang abstrak.
3) Menggunakan berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan
hambatannya.
4) Pembelajaran sesuai dengan urutan dan tingkatan pemahaman anak
5) Pembelajaran remedial.

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak
yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik yaitu :
1. Anak-Anak Berkelainan Fisik
 Klasifikasi Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh maupun yang
mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan, yang sering disebut sebagai
cerebral palsy (CP), dengan klasifikasi sebagai berikut :
Menurut tingkat kelainannya, anak-anak tunadaksa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Cerebral Palsy (CP) :
1) Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, mampu berbicara dan dapat
menolong dirinya sendiri.
2) Sedang, memerlukan bantuan untuk berjalan, latihan berbicara, dan
mengurus dirinya sendiri.
3) Berat, memerlukan perawatan tetap dalam ambulansi, berbicara, dan
menolong diri sendiri.
b) Berdasarkan letaknya
1) Spastic, kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya
2) Dyskenisia, gerakannya tak terkontrol (athetosis), serta terjadinya
kekakuan pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan (rigid).
12

3) Ataxia, gangguan keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak


berfungsi, dan cara berjalannya gontai.
4) Campuran, yang mengalami kelainan ganda.
c) Polio
1) Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan
dan kaki.
2) Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf
tepi yang menyebabkan adanya gangguan pernafasan.
3) Tipe bulbispinalis, gangguan antara tipe spinal dan bulbair.
4) Encephalitis, yang umumnya ditandai dengan adanya demam,
kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

2. Anak Berkelainan Mental Emosional


 Klasifikasi Anak Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan
perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, baik di
sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak
tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada
dibawah rata-rata.kelainan lebih banyak terjadi pada perilaku sosialnya.
Beberapa klasifikasi yang menonjol dari anak-anak berkebutuhan
khusus yang mengalami kelainan perilaku social ini adalah :
a. Berdasarkan perilakunya
1) Beresiko tinggi ; hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang,
merusak milik sendiri atau orang lain, melawan, sulit berkonsentrasi,
tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain,
mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka
mencuri, mengejek, dan sebagainya.
2) Beresiko rendah ; autism, khawatir, cemas, ketakutan, merasa
tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri,
bimbang, sering menangis, malu, dan sebagainya.
13

3) Kurang dewasa ; suka berfantasi, berangan-angan, mudah


dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dan
sebagainya.
4) Agresif ; memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya,
loyal terhadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang
larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.

b. Berdasarkan kepribadian
1) Kekacauan perilaku
2) Menarik diri(withdrawll)
3) Ketidakmatangan(immaturity)
4) Agresi social

3. Anak Berkelainan Akademik


 Klasifikasi Anak Berbakat
Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami
kelainan intelektual di atas rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan
intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan ,bahwa
diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang
rentangan IQ sekitar 137 keatas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly
gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar 120-137 yaitu yaitu
yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut
moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic
talented) atau keberbakatan intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat
umumnya hanya dilihat dari tigkat inteligensinya ,berdasarkan standar
Stanford Binet , yang meliputi :
1) Kategori  rata-rata tinggi ,dengan tingkat kapasitas intelktual (IQ) : 110-
119
2) Kategori superior , dengan tingkat kapasitas intelektual (IQ) : 120-139
14

3) Kategori sangat superior ,dengan tingkat intelektual (IQ) : 140-169

 Klasifikasi Anak Berkesulitan belajar


Berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuahan
khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar
kompetensi (prestasi) yang telah ditentukan dengan mengikuti pembelajaran
konvensional. Learning disability merupakan salah satu istilah yang
mewadahi berbagai jenis kesulitan yang dialami anak terutama yang
berkaitan dengan masalah akademis .
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan
jenis kelainan unik tidak ada kesamaan antara penderita satu dengan yang
lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar spesifik dapat
dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
a. Kesulitan Belajar Perkembangan
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5
tahun (balita) adalah kesulitan belajar perkembangan ,hal ini dikarenakan
anak balita belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam proses
kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan persepsi visual-
audiotory,wicara,daya diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.

b. Kesulitan Belajar Akademik


Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam
kelompok kesulitan belajar akademik anak-anak ini mengalami kesulitan
bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam
satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia),
kesulitan membaca (disleksia), kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan
bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia), dsb .   
15

Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan


yang dialami anak yaitu:
1) Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak
terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti
sering menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan gelas
kalau minum.
2) Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan
pada motoris sehingga tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang
sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo
motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan
dengan yang ditulis .
3) Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini
sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika
4) Disleksia: merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan
maupun pemahaman
5) Disphasia: kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan
dalam berkomunikasi baik menggunakan tulisan maupun lisan.
6) Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah
prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila
berjalan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
(bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social,
emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Ada banyak klasifikasi anak berkebutuhan khusus, mencakup anak-anak
yang kelainan fisik, mental emosional, maupun masalah akademik. Dan setiap anak
yang memilki keterbelakangan memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak
yang normal. Setiap anak yang berkebutuhan khusus memiliki karakteristik masing-
masing yang berbeda-beda.
Anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai
dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang
mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional,
kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan
penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat.

B. Saran
Proses dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami
harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang
akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, I. (2019). Penerapan Identifikasi, Asesmen Dan Pembelajaran Bagi Anak


Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
Pendidikan Inklusi. Jurnal Pendidikan Dasar. 3 (2), Hal : 72-74.
Diakses Pada 21 September 2020.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Mengidentifikasi
Siswa Berkesulitan Belajar. Pusat Pengembangan Kurikulum dan
Sarana Pendidikan. Jakarta. 1977.
Hermanto. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara
Pendidikan Inklusi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 1 (2), Hal:7-20.
Diakses Pada 21 September 2020.
Rapisa, R. D. (2010). Kemampuan Guru Dalam Melakukan Identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Ilmu Pendidikan. 2 (2), Hal : 17-
19. Diakses Pada 22 September 2020.
Rita, J. (1977). Educating of Children and Young People With Autism.
Birmingham. University. United Kingdom.
Rofiah, H. N. (2015). Proses Identifikasi untuk Mengenal Anak Kesulitan Belajar Tipe
Dileksia Bagi Guru Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Inklusi. 2 (1),
Hal : 112:115. Diakses Pada 21 September 2020.
Suparno, (2008). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Dirjen DIKTI

17

Anda mungkin juga menyukai