Anda di halaman 1dari 16

KETENAGAAN DI SEKOLAH INKLUSI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi


Dosen Pengajar : Drs. Sujarwanto, M.Pd
Khofidotul Rofiah, S.Pd., M.Pd

Nama Anggota Kelompok :

1. Diana Puspita (14010014005)


2. Astutik (14010014007)
3. Rizky Nidya Kurnia (14010014060)
4. Risqi Joko Saputro (14010014096)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, rangkaian puji syukur bagi Allah SWT yang telah


menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia. Alam dan isinya merupakan bukti kekuasaan-Nya.
Limpahan rahmat dan barakah-Nya membuat penulis mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Ketenagaan Di Sekolah Inklusi”

Seiring bergantinya waktu, penulis akan selalu mengembangkan diri, ilmu dan
wawasan. Tidak lupa ungkapan terimakasih penulis haturkan kepada:
 Drs. Sujarwanto, M.Pd dan Khofidotul Rofiah, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengajar
mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah memberikan pelajaran dan bimbingan
yang berharga.
 Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan selalu mendoakan di setiap langkah
penulis.
 Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
kemampuan penulis. Namun sebagai insan biasa penulis sadar bahwa makalah ini belum
sempurna, penulis tidak luput dari kesalahan maupun kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa, sehingga kritikan dan saran sangat penulis butuhkan. Karena
tidak ada gading yang tak retak. Akhirnya, penulis kembalikan segala urusan hanya kepada
Allah SWT dan penulis harap makalah ini dapat diterima serta bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Surabaya, 17 April 2017

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II:PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
2.1 Ketenagaan Di Sekolah Inklusi............................................................................ 3
2.2 Jenis Ketenagaan.................................................................................................. 5
2.3 Tugas Pokok Dan Fungsi (TUPOKSI) Ketenagaan Di Sekolah Inklusi................6
2.3.1. Pembagian Tugas Pimpinan Sekolah........................................................ 6
BAB III:PENUTUP............................................................................................................. 12
3.1 Simpulan............................................................................................................. 12
3.2 Saran................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam ranah pendidikan, istilah inklusif dikaitkan dengan model pendidikan


yang tidak membeda-bedakan individu berdasarkan kemampuan dan atau kelainan yang
dimiliki individu. Dengan mengacu pada istilah inklusif yang disampaikan Reid di atas,
pendidikan inklusif didasarkan atas prinsip persamaan, keadilan, dan hak individu.
Istilah pendidikan inklusif digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan anak-
anak berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program sekolah. Konsep
inklusi memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang
memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di
sekolah.
Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan
dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan,
sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.
Pendidikan inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik yang
menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Pandangan mengenai pendidikan yang harus
menyesuaikan dengan kondisi peserta didik ini sangat terkait dengan adanya perbedaan
yang terdapat dalam diri peserta didik. Pandangan lama yang menyatakan bahwa peserta
didiklah yang harus menyesuaikan dengan pendidikan dan proses pembelajaran di kelas
lambat laun harus berubah.
Tenaga kependidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan
inklusif. Tenaga kependidikan dalam pendidikan inklusif mendapat porsi tanggung jawab
yang jelas berbeda dengan tenaga kependidikan pada pendidikan noninklusif. Perbedaan
yang terdapat pada individu meniscayakan adanya kompetensi yang berbeda dari tenaga
kependidikan lainnya. Tenaga kependidikan secara umum memiliki tugas seperti
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola,
dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

1
1.2. Rumusam Masalah

a. Apa dan bagaimanakah ketenagaan (tenaga pendidik) dalam sekolah inklusi?


b. Apa saja jenis-jenis ketenagaan (tenaga pendidik) dalam sekolah inklusi?
c. Apa dan bagaimanakah tugas pokok dan fungsi (tupoksi) ketenagaan dalam sekolah
inklusi

1.3. Tujuan

a. Memahami ketenagaan dalam sekolah inklusi sekaligus seperti apa atau bagaimana
ketenagaan dalam sekolah inklusi tersebut
b. Memahami apa saja jenis-jenis ketenagaan dalam sekolah inklusi
c. Memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sekaligus bagaimanakah tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) ketenagaan dalam sekolah inklusi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Ketenagaan Di Sekolah Inklusi

Menurut Wedell, (1995:100-104) Salah satu cara pendekatan yang dapat


digunakan dalam mengkonseptualisaikan spektrum ketenagaan pendidikan luar biasa,
antara lain dengan menggunakan pendekatan dan atau analisa sistem, dalam
permasalahan di Indonesia mungkin dapat diasosiasikan dengan pendekatan
konstitusional atau yuridis formal. Sebagaimana diketahui bila dalam kerangkah berfikir
sistematik bahwa tugas-tugas pekerjaan dalam mewujudkan suatu tujuan dapat
dibedahkan dalam beberapa ranah atau tahapan kegiatan yang meliputi:
a. Merancang sistem (designing the system)
b. Menata atau pengelolaan sytem (managing the system)
c. Mengoprasionalkan system (operating the system)
d. Menilai dan mengontrol dari prosese dan produk sistem itu sendiri.
(controlling the system).
Keempat tahapan ini juga berlaku dalam keseluruhan kegiatan pendidikan
inklusif dan pendidikan luar biasa yang pada dasarnya tidak lepas dari dari tugas
pekerjaan perancangan, pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan. Bila tugas ini
dikelompokkan atau diguguskan dalam bentuk tugas pekerjaann maka akan menjelma
sebagai perancangan, pengelolaan, pelaksanaan serta pengawasan, dan apabila
diterjemahkan dalam jabatan, akan dapat pula diidentifikasi sebagai
Perancang, Pengelolah, Pelaksana dan Pengawas. Ketenagaan itu dapat dihimpun
mulai dari tingkat nasional, regional ataupun cakupan terkecil lainnya, bila dijabarkan
sebagai berikut:
a. Jabatan keperancangan: Jabatan ini bertugas untuk memikirkan tentang
pendidikan, pendidikan inklusif, pendidikan luar biasa. Bila diidentifikasi
lebih lanjut maka jabatan keahl;iannya terletak pada : tenaga peneliti, tenaga
pengembang dan tenaga perencana. Sadangkan keberadaannya dapat ditata
pada tingkatan yang berdasarkan keluasan cakupan pekerjaan yaitu tingkat
nasional, regional yang mencakup provinsi, kabupaten, kotamadya ataupun

3
tingkat kecamatan, serta tingkat institusional sebagai satuan kelembagaan
penyelenggara pendidikan.

b. Jabatan Kepengelolaan: Jabatan ini mencakup tugas pekerjaan penata


laksanaan atau pengelolah pendidikan. Bila diidentifikasi seperti berikut:
 Tenaga pengelolah satuan penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan
dipegang oleh departemen, direktorat, kantor wilayah, kantor
departemen, Dinas, Yayasan ataupun Lembaga, dan sebagainya.
 Tenaga pengelolah satuan lembaga pelaksana penyelenggaraan
pendidikan yaitu sekolah, akademi, universitas, fakultas, pusdiklat,
padepokan, pesantren ataupun madrasa.
 Tenaga pengelolah satuan program kegiatan pendidikan, seperti satuan
kegitan belajar (SKB), SBJJ, dsb.
Sedangkan jabatan kepengelolaannya dapat disebut sebagai kepala, direktur,
pimpinan yang disesuaikan dengan jenis, jenjang ataupun status pendidikan
yang relecvan.

c. Jabatan kepelaksanaan: Jabatan ini dapat meliputi berbagai tugas pekerjaan


penyelenggaraan proses pelaksanaan pendidikan secara oprasional, baik
berupa pengajaran, bimbingan ataupun pelatihan-pelatihan. Bila diidentifikasi,
maka jabatan tersebut seperti tercantum dalam PP No 28-29 tahun 1990
meliputi:
 Tenaga pendidik inti meliputi: Guru, Dosen, tutor, fasilitator, pamong,
instruktur dan pelatih.
 Tenaga pendidik penyerta atau pendukung dapat meliputi: guru, dosen,
pembimbing, penasehat, dokter, perawat, pekerja sosial
 Tenag pendidik penunjang melipiti; pustakawan, tehnisi, media atau
sumber, bengkel atau stodio laboratorium ataupun workshop.

d. Jabatan kepengawasan: Jabatan ini dapat mencakup tugas pengawasan,


penilaian atau yang memantau proses dan hasil dari pendidikan, berkaitan erat
dengan:
 kualitas dan akuntabilitas pendidikan, seperti : prestasi peserta didik,
kelancaran penyelenggaraan pendidikan

4
 Produktivitas untuk melihat efektivitas dan efisiensi pengelolaan
ataupun program pendidikan
 Efektivitas, efisiensi dan kelayakan dari peneyelenggaraan pendidikan.
Jabatan-jabatan dari kenenagaan tersebut bila diamati dilapanagan maka akan
muncul tenaga seperti: pengawas, inspektur, pemeriksa dsb.Berdasarkan paradigma
diatas maka spektrum ketenagaan pendidikan luar biasa atau pendidikan anak
berkebutuhan khusus baru dapat dijelaskan yang berkaitan dengan jenis-jenis jabatannya
yang berdasarkan cakupan bidang garapan, disini tentu belum menjelaskan segala
sesuatu yang bekaitan dengan persyaratan jenjang kualifikasi baik sebagai jabatan
fungsional maupun strukturalnya. Untuk menjawab hal tersebut menurut hemat penulis
perlu diadakan dan diidentifikasi sejauh mana batasan- batasan kemungkinan suatu
jabatan ketenagaan pendidikan luar biasa tertentu untuk dikatagorikan sebagai jabartan
fungsional atau jabatan struktural. Permasalahannya apakah jabatan tersebut bersifat
profesional dan bagaimana kualifikasi profesionalitasnya.

2.2. Jenis Ketenagaan

Menurut Sukarso (2007) berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Nasional,


mengenai pedoman khusus penyelenggaraan pendidikan inklusif, struktur organisasi
sekolah inklusi dapat diasumsikan sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
Kepala sekolah pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif
memiliki tugas mengkoordinasi, mengakomodasi, dan menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar di sekolahnya mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Koordinasi juga dilakukan berkenaan
dengan tugas-tugas dan pengembangan profesionalisme guru-guru yang
menyangkut kompetensi umum dan khusus berkenaan dengan pelayanan
anak berkebutuhan khusus.

b. Guru Mata Pelajaran


Guru mata pelajaran pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
mempunyai tugas sama dengan guru mata pelajaran pada umumnya, namun
untuk guru mata pelajaran pada sekolah penyeelenggara pendidikan inklusif
perlu dibekali dengan tambahan pengetahuan tentang pendidikan khusus.

5
Guru mata pelajaran bersama-sama dengan guru pendidikan khusus
menyusun rancangan pembelajaran adaptif sesuai dengan kondisi siswanya
tanpa mengabaikan substansi mata pelajaran selanjutnya membelajarkan,
memoniktor dan mengevaluasi hasil belajar siswa.

c. Guru Pendidikan Khusus


Masing-masing jenis tenaga kependidikan memiliki tugas dan fungsi sesuai
dengan aturan yang berlaku. Untuk sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif diharapkan memiliki guru pembimbing khusus yang bertugas
mendampingi guru-guru mata pelajaran di sekolah inklusif dalam proses
pembelajaran, memberikan pengayaan, melakukan terapi, dan membimbing
anak-anak sesuai dengan kekhususannya. Apabila karena sesuatu hal
terpaksa tidak memiliki, maka sekolah wajib mengangkat atau membina
tenaga pendidik yang ada di sekolah sebagai Guru Pendidikan Khusus
melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi yang memiliki program
sertifikasi Guru Pendidikan khusus/Guru Pendidikan Luar Biasa.

2.3. Tugas Pokok Dan Fungsi (TUPOKSI) Ketenagaan Di Sekolah Inklusi


2.3.1. Pembagian Tugas Pimpinan Sekolah
Menurut Murman (2010) Pimpinan sekolah terdiri dari, kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan tata usaha sekolah.

a. Kepala Sekolah
Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Kepala Sekolah:
a) Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator)
 Membimbing guru dalam hal menyusun dan melaksanakan
program pengajaran, mengevaluasi hasil belajar dan melaksanakan
program pengajaran dan remedial.
 Membimbing karyawan dalam hal menyusun program kerja dan
melaksanakan tugas sehari-hari.
 Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, OSIS dan
mengikuti lomba diluar sekolah.
 Mengembangkan staf melalui pendidikan/latihan, melalui
pertemuan, seminar dan diskusi, menyediakan bahan bacaan,

6
memperhatikan kenaikan pangkat, mengusulkan kenaikan jabatan
melalui seleksi calon Kepala Sekolah.
 Mengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan/latihan,
pertemuan, seminar, diskusi dan bahan-bahan.
 Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai manajer,
administrator, edukator, dan supervisor.
b) Kepala Sekolah sebagai Manajer (Manager)
 Mengelola administrasi kegiatan belajar dan bimbingan konseling
dengan memiliki data lengkap administrasi kegiatan belajar
mengajar dan kelengkapan administrasi bimbingan konseling.
 Mengelola administrasi kesiswaan dengan memiliki data
administrasi kesiswaan dan kegiatan ekstra kurikuler secara
lengkap.
 Mengelola administrasi ketenagaan dengan memiliki data
administrasi tenaga guru dan Tata Usaha.
 Mengelola administrasi keuangan Rutin, BOS, dan Komite.
 Mengelola administrasi sarana/prasarana baik administrasi
gedung/ruang, mebelair, alat laboratorium, perpustakaan.
c) Kepala Sekolah sebagai Pengelola Administrasi (Administrator)
 Menyusun program kerja, baik jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang.
 Menyusun organisasi ketenagaan disekolah baik Wakasek,
Pembantu Kepala Sekolah, Walikelas, Kasubag Tata Usaha,
Bendahara, dan Personalia Pendukung misalnya pembina
perpustakaan, pramuka, OSIS, Olah raga. Personalia kegiatan
temporer, seperti Panitia Ujian, panitia peringatan hari besar
nasional atau keagamaan dan sebagainya.
 Menggerakkan staf/guru/karyawan dengan cara memberikan
arahan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas.
 Mengoptimalkan sumberdaya manusia secara optimal,
memanfaatkan sarana / prasarana secara optimal dan merawat
sarana prasarana milik sekolah.
d) Kepala Sekolah sebagai Penyelia (Supervisor)

7
 Menyusun program supervisi kelas, pengawasan dan evaluasi
pembelajaran.
 Melaksanakan program supervisi.
 Memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja
guru/karyawan dan untuk pengembangan sekolah.
e) Kepala Sekolah sebagai Pemimpin (Leader)
 Memiliki kepribadian yang kuat, jujur, percaya diri,
bertanggungjawab, berani mengambil resiko dan berjiwa besar.
 Memahami kondisi guru, karyawan dan anak didik.
 Memiliki visi dan memahami misi sekolah yang diemban.
 Mampu mengambil keputusan baik urusan intern maupun ekstern.
 Mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan maupun tertulis.
f) Kepala Sekolah sebagai Pembaharu (Inovator)
 Mampu mencari, menemukan dan mengadopsi gagasan baru dari
pihak lain.
 Mampu melakukan pembaharuan di bagian kegiatan belajar
mengajar dan bimbingan konseling, pengadaan dan pembinaan
tenaga guru dan karyawan, kegiatan ekstra kurikuler dan mampu
melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya manusia di
Komite dan masyarakat.
g) Kepala Sekolah sebagai Pendorong (Motivator)
 Mampu mengatur lingkungan kerja.
 Mampu mengatur pelaksanaan suasana kerja yang memadai.
 Mampu menerapkan prinsip memberi penghargaan maupun sanksi
hukuman yang sesuai dengan aturan yang berlaku.

b. Wakil Kepala Sekolah


Tugas Wakil Kepala sekolah adalah membantu tugas kepala sekolah, dan
dalam hal tertentu mewakili kepala sekolah baik di dalam maupun ke luar, bila
kepala sekolah berhalangan.
Menurut Sukarso (2010) Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Wakil Kepala
Sekolah: Membantu dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam:
 Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan program
pelaksanaan

8
 Pengorganisasian
 Pengarahan
 Ketenagaan
 Pengkoordinasian
 Pengawasan
 Penilaian
 Identifikasi dan pengumpulan data
 Mewakili Kepala Sekolah untuk menghadiri rapat khususnya
yang berkaitan dengan masalah pendidikan
 Membuat laporan secara berkala

c. Tata Usaha
Menurut Sukarso (2010) Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Kasubag Tata
Usaha: Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan:
 Penyusunan program kerja tata usaha sekolah
 Pengelolaan dan pengarsipan surat-surat masuk dan keluar
 Pengurusan dan pelaksanaan administrasi sekolah
 Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah
 Penyusunan administrasi sekolah meliputi kurikulum, kesiswaan dan
ketenagaan
 Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah secara keseluruhan
 Penyusunan tugas staf Tata Usaha dan tenaga teknis lainnya
 Mengkoordinasikan dan melaksanakan 9 K
 Penyusunan laporan pelaksanaan secara berkal
Ruang lingkup tugas Tata Usaha adalah membantu kepala sekolah dalam
menangani pengaturan:
 Administrasi kepesertadidikan
 Administrasi kurikulum
 Administrasi ketenagaan
 Administrasi sarana-prasarana
 Administrasi keuangan
 Administrasi hubungan dengan masyarakat
 Administrasi kegiatan pembelajaran

9
d. Guru Pendidikan Khusus (GPK)
Guru Pendidikan Khusus adalah guru yang berkualifikasi sarjana (S1)
pendidikan luar biasa (ortopedagog) yang memiliki tugas dan fungsi sebagai
pendamping, dan bekerja sama dengan guru kelas atau guru bidang studi dalam
memberikan assesment, menyusun program pengajaran individual. Disamping itu
GPK bertugas memberikan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
pada sekolah inklusif.

e. Guru Kelas
Menurut Sukarso (2010) Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) G U R U
Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam melaksanakan KBM, Guru
kelas adalah guru yang mengikuti kelas pada satuan pendidikan sekolah dasar atau
yang sederajat, yang bertugas melaksanakan pembelajaran seluruh mata pelajaran
pada satuan pendidikan tersebut, kecuali pendidikan agama dan olahraga.
meliputi:
 Membuat kelengkapan mengajar dengan baik dan lengkap
 Melaksanakan kegiatan pembelajaran
 Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan, dan ujian.
 Melaksanakan analisis hasil ulangan harian
 Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
 Mengisi daftar nilai anak didik
 Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan),
kepada guru lain dalam proses pembelajaran
 Membuat alat pelajaran/alat peraga
 Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni
 Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum
 Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
 Mengadakan pengembangan program pembelajaran

f. Guru Mata Pelajaran

10
Guru mata pelajaran adalah guru yang bertanggung jawab melaksanakan
pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan sekolah dasar
dan yang sederajat.

g. Tenaga Ahli
Tenaga ahli pada sekolah inklusif adalah tenaga profesional pada disiplin ilmu
tertentu yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran pada sekolah inklusif.
Tenaga ahli tersebut antara lain pedagog, psikolog, psikiater, dokter spesial, serta
rohaniwan
h. Peserta Didik
Peserta didik adalah seseorang yang sedang mengikuti pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan tertentu sebagaimana diatur di dalam perundang-
undangan. Menurut Sukarso (2010)
 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan negara
 Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik
 Berbakti kepada peserta didik dalam membantu mereka
mengembangkan diri
 Bersikap ilmiah dan menjunjung tinggi pengetahuan, ilmu, teknologi,
dan seni sebagai wahana dalam pengembangan peserta didik
 Lebih mengutamakan tugas pokok dan atau tugas negara lainnya
daripada tugas sampingan
 Bertanggung jawab, jujur, berprestasi, dan akuntabel dalam bekerja
 Dalam bekerja berpegang teguh kepada kebudayaan nasional dan ilmu
pendidikan

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tenaga kependidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan


inklusif. Tenaga kependidikan dalam pendidikan inklusif mendapat porsi tanggung
jawab yang jelas berbeda dengan tenaga kependidikan pada pendidikan noninklusif.
Perbedaan yang terdapat pada individu meniscayakan adanya kompetensi yang berbeda
dari tenaga kependidikan lainnya. Tenaga kependidikan secara umum memiliki tugas
seperti menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan,
mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

3.2. Saran
Dengan makalah ini, diharapkan pembaca ataupun konselor dapat meningkatkan
kemampuannya dalam mata kuliah Pendidikan Inklusi. Dan dapat belajar untuk
menerapkannya di kehidupan sekitar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wedell, K. (1995b). Making inclusive education ordinary. British journal of Special


Education, 22 (3). 100 – 104.
Sukarso. 2010. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta. Direktur
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

13

Anda mungkin juga menyukai