Anda di halaman 1dari 23

PENELITIAN EVALUASI DAN PENELITIA DESKRIPTIF

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Penelitian Pendidikan


Dosen Pengajar : Dr. Budi Purwoko, S.Pd, M.Pd.

Nama Anggota Kelompok :

1. Anjar Trisno Wiyoto (14010014008)


2. Wiwin Fibriyanti (14010014009)
3. Rizky Nidya Kurnia (14010014060)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, rangkaian puji syukur bagi Allah SWT yang telah


menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia. Alam dan isinya merupakan bukti kekuasaan-Nya.
Limpahan rahmat dan barakah-Nya membuat penulis mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “PENELITIAN EVALUASI DAN PENELITIA DESKRIPTIF”

Seiring bergantinya waktu, penulis akan selalu mengembangkan diri, ilmu dan
wawasan. Tidak lupa ungkapan terimakasih penulis haturkan kepada:
 Dr. Budi Purwoko, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengajar Penelitian Pendidikan yang
telah memberikan pelajaran dan bimbingan yang berharga.
 Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan selalu mendoakan di setiap langkah
penulis.
 Teman-teman yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
kemampuan penulis. Namun sebagai insan biasa penulis sadar bahwa makalah ini belum
sempurna, penulis tidak luput dari kesalahan maupun kekhilafan baik dari segi teknik
penulisan maupun tata bahasa, sehingga kritikan dan saran sangat penulis butuhkan. Karena
tidak ada gading yang tak retak. Akhirnya, penulis kembalikan segala urusan hanya kepada
Allah SWT dan penulis harap makalah ini dapat diterima serta bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Surabaya, 04 April 2017

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................... 2
BAB II:PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Dan Pentingnya Penelitian Evaluasi................................................... 3
2.2 Jenis Pelaksanaan Penelitian Evaluasi.................................................................. 5
2.3 Penelitian Evaluasi Dan Evaluasi Pendidikan...................................................... 6
2.4 Cara-Cara Melaksanakan Penelitian Evaluasi...................................................... 8
2.5 Pengertian Penelitian Deskriptif........................................................................... 14
2.6 Jenis-Jenis Penelitian Deskriptif........................................................................... 14
BAB III:PENUTUP............................................................................................................. 18
3.1 Simpulan............................................................................................................. 18
3.2 Saran................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematik untukmenguji


jawaban – jawaban sementara ( hipotesis) tentang permasalahan yang diteliti melalui
pengukuran yang cermat terhadap fakta-fakta secara empiris konsep penelitian tersebut
lambat laun dapat pula diterima atau diterapkan dalam ilmu- ilmu sosial sekalipun
pengukurannya dalam ilmu – ilmu kealaman.
Penelitian pendidikan hendaknya dilaksanakan secara sitematis, logis, dan secara
berencana. Secara sistematis artinya berdasarkan pola dan teknik tertentu serta sesuai dengan
aturan – aturan ilmiah dalam penelitian pada umumnya. Logis atrinya dilaksanakan
berdasarkan logika berfikir ilmiah dengan menggunakan langkah – langkah pemecahan
masalah dan prinsip- prinsip teori penelitian. Sedangkan secara berencana, yaitu  betul- betul
direncanakan secara sengaja tentang apa yang akan diteliti, bagaimana cara meneliti, kapan
diadakan penelitian, siapa yang menelitinya, mengapa hal itu diteliti, dimana tempat atau
lokasinya penelitian, dan sebagainya.
Pendidikan sebagai proses sosialisasi pada hakikatnya adalah interaksi manusia
dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam konteks lingkungan
yang berubah – ubah. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil,
tetapi juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil yang optimal
Ruang lingkup metodologi penelitian pendidikan luas sekali karena pendidikan
sendiri merupakan bidang kajian yang terkait erat dengan beberapa disiplin ilmu seperti
psikologi, sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan sebagainya. Banyak sekali konsep
metodologi penelitian pendidikan yang dikembangkan dengan mendapatkan inspirasi atau
berlandaskan pada berbagai bidang ilmu tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan juga mengacu pada metodologi
yang lazim digunakan di berbagai bidang ilmu tersebut, yakni mengacu pada pendekatan
behavioral science. Berbagai konsep seperti intelegensi, peran, status, norma, konsep diri,
keefektifan biaya juga dikaji dalam penelitian pendidikan dengan menggunakan pendekatan
tersebut. Metodologi penelitian pendidikan pada mulanya berorinetasi pada pendekatan
behavioristik. Hal ini tampak jelas dari pengaruh disiplin ilmu psikologi yang digunakan

1
untuk uji – uji pengukuran berbagai aspek belajar mengajar. Pada makalah ini yang akan
dibahas secara menyeluruh yaitu penelitian deskriptif dan penelitian evaluasi.
Kompleksitas masalah pendidikan merupakan pembatas karena fenomena – fenomena
yang muncul dalam metodologi penelitian pendidikan merupakan dampak interaksi antar
pelaku yang ada dalam dunia pendidikan itu sendiri (dalam hal ini adalah orang tua, siswa,
guru, masyarakat, dan sebagainya). Keterbatasan selanjutnya dalam dunia penelitian
pendidikan adalah metodologi yang digunakan. Karena keterbatasan metodologi ini, beberapa
penelitian pendidikan bahkan kadang harus ditunda karena alat ukur yang valid masih belum
tersedia.

1.2. Rumusam Masalah

a. Apakah pengertian penelitian evaluasi dan pengertian deskriptif?


b. Apakah pentingnya penelitian evaluasi?
c. Apa jenis pelaksanaan penelitian evaluasi dan penelitian deskriptif?
d. Apa perbedaan penelitian evaluasi dan evaluasi Pendidikan?
e. Bagaimana cara-cara melaksanakan penelitian evaluasi?
f. Apa saja metode dalam penelitian deskriptif?

1.3. Tujuan

a. Memahami pengertian dari penelitian evaluasi dan pengertian deskriptif


b. Memahami pentingnya penelitian evaluasi.
c. Memahami jenis pelaksanaan penelitian evaluasi dan penelitian deskriptif.
d. Memahami tentang perbedaan penelitian evaluasi dan evaluasi Pendidikan.
e. Memahami cara-cara melaksanakan penelitian evaluasi.
f. Memahami metode dalam penelitian deskriptif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Dan Pentingnya Penelitian Evaluasi

Dalam Arikunto (2003: 221) menyatakan bahwa model penelitian evaluasi merupakan
salah satu di antara model penelitian yang cukup popular dikalangan para pejabat
penelitian ini juga dikenal sebagai penelitian program. Dalam bab ini penulis sengaja
menampilkan model ini Karena penilaian program sesuatu yang sangat penting sehingga
perlu diketahui oleh siapappun. Peningkatan diri sendiri, peningkatan efektivitas kegiatan
dapat dilakukan terutama Karena pelaksanaan memang mampu melaksanakannya.
Dalam Arikunto (2003: 222) menyatakan bahwa penelitian evaluasi merupakan suatu
proses yang dilakukan dalam rangka menentukan kebijakan dengan terlebih dahulu
mempertimbangkan nilai-nilai positif dan keuntungan suatu program, serta
mempertimbangkan proses serta teknik yang telah digunakan untuk melakukan penilaian.
Setiap kegiatan evaluasi biasanya dimaksudkan untuk mengembangkan kerangka
berpikir dalam rangka engambilan keputusan. Salah satu contoh penelitian evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka melihat apakah program
Pendidikan guru yang sekarang dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) sudah mampu menghasilkan lulusan sebagai tenaga pendidik
yang tangguh melaksanakan tugasnya di depan kelas. Apabila diketahui bahwa diantara
para lulusan terdapat gradasi kemampuan maka peneliti mengajukan pertanyaan apa kira-
kira factor-faktor penyebab bahwa seseorang sudah mampu sedangkan yang lain belum
mampu. Andaikata peneliti berhasil menemukan alasan kemampuan serta
ketidakmampuan dimaksud maka pengambil keputusan dapat menentukan langkah mau
diapakan program tersebut.
Dalam Arikunto (2003: 222) menyatakan bahwa penelitian evaluasi merupakan suatu
kegiatan pengumpulan data secara sistematis yang dimaksud untuk membantu para
pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam yang
sudah dicontohkan. Dengan singkat para peneliti evaluasi yakin bahwa hasil
pekerjaannya akan sangat bermanfaat bagi para pendidik unutk meningkatkan mutu
pekerjaannya. Tanpa hasil semacam itu maka baik proses pengambilan keputusan akan
kurang baik karena tidak didasarkan atas data yang kuat.

3
Dalam Arikunto (2003: 222) Michael Scriven merupakan seorang ahli di dalam
penelitian evaluasi telah mengemukakan pentingnya penelitian evaluasi. Ahli ini
mencoba mengidentifikasi fungsi penelitian evaluasi dan dikemukakan bahwa secara
garis besar fungsi penelitian evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yakni :
1. Evaluasi formatif difungsikan sebagai pengumpulan data pada waktu pendidikan
masih berlangsung. Data hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk “membentuk”
(to form) dan memodifikasi program kegiatan. Jika pada pertengahan kegiatan
sudah diketahui hal-hal apa yang negative dan para pengambil keputusan sudah
dapat menentukan sikap tentang kegiatan yang sedang berlangsung maka
terjadinya pemborosan yang mungkin akan terjadi, dapat dicegah.
2. Evaluasi sumatif dilangsungkan jika program kegiatan sudah betul-betul selesai
dilaksanakan. Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menentukan sejauh mana
sesuatu program mempunyai nilai kemanfaatan, terutama jika dibandingkan
dengan pelaksanaan program-program yang lain. Penilaian sumatif bermanfaat
datanya bagi para pendidik yang akan mengadopsi program yang dievaluasi
berkenaan dengan hasil, program atau prosedur.

Dalam Arikunto (2003: 223) apa yang dikemukakan yakni penilaian formatif
dan sumatif menunjuk pada fungsi. Namun ada ahli lain yang memandang formatif
dan sumatif menunjuk pada lingku atau luasnya wilayah yang dinilai. Dengan kata
lain ahli ini menganggap bahwa luasnya sasaran penilaian sumatif merupakan
gabungan dari sasaran penilaian formatif.

Dalam Arikunto (2003: 223) tinjauan lain dari sasaran penilaian adalah objek
atau variable yang dicermati oleh peneliti mengenai gejala pendidikan. Di dalam
kegiatan pendiidkan formal objek penilaian yang dicermati oleh peneliti ini dapat
dipandang sebagai komponen sesuatu program, yaitu :

1. Pendekatan atau strategi pengajaran : metode penemuan untuk IPA kelas I,


metode brainwashing untuk Bahasa Inggris di SMP kelas I, pendekatan micro
lading untuk perkuliahan manajemen, dan sebagainya.
2. Bahan kurikulum: paket belajar, film slide, perangkat tutorial, buku pengajaran
berprograma, dan sebagainya.

4
3. Program pengajaran: program pengadaan guru sekolah dasar, pemberian
keterampilan para lulusan SMA, paket program Pendidikan keterampilan,
penididkan computer, dan sebagainya.
4. Organisasi Pendidikan: Taman Kanak-Kanak, tempat pembinaan keterampilan
(TPK), kursus Bahasa Inggris dan sebagainya.
5. Pelaksana Pendidikan: guru kelas, guru bidang studi, petugas bimbingan, tutor,
dan sebagainya.
6. Subjek didik: siswa sekolah dasar, siswa sekolah guru Pendidikan luar biasa,
anak berkemampuan unggul, mahasiswa perguruan tinggi swasta, dan
sebagainya.
Dalam Arikunto (2003: 223) dengan contoh-contoh objek evaluasi tersebut dapat
dikemukakan disini bahwa kegiatan penilaian dapat memfokuskan salah satu dari
komponen yang telah disebutkan. Selain itu dari contoh tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa objek penilaian dapat meliputi lingkup yang sempit misalnya satu
komponen saja dari sesuatu program tetapi dapat juga dengan lingkup yang luas yaitu
gabungan dari beberapa komponen.

2.2. Jenis Pelaksanaan Penelitian Evaluasi

Dalam Arikunto (2003: 224) pada bagian yang baru lalu telah disajikan uraian
mengenai pengertian dan manfaat penelitian evaluasi, dan sudah sedikit disinggung
tentang penilaian formatif dan sumatif. Perbedaan antara penilaian formatif dengan
penilaian sumatif bukan hanya mengenai lingkup yang dievaluasi saja tetapi juga
menyangkut siapa pelaku evaluasi dan manfaat yang dapat diambil. Evaluasi terhadpa
program dapat dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlibat dalam program ataupun
orang-orang luar. Jika pelaku berasal dari dalam program disebut sebagai evaluator
internal sedangkan kalau pelaku berasal dari luar program disebut sebagai evaluator
eksternal. Baik evaluator internal maupun eksternal masing-masing mempunyai kebaikan
maupun kelemahan.
1. Evaluator Internal
a. Kebaikan
Memahami seluk-beluk program yang akan dievaluasi sehingga pelaksanaan
evaluasi akan dapat menyeluruh secara cermat. Dalam proses evaluasi apabila
menjumpai hal-hal yang tidak pada tempatnya seketika dapat memberitahukan

5
kepada pihak-pihak yang bersangkutan secara langsung. Umpan balik dari evaluasi
dapat segera dimanfaatkan.
b. Kelemahan
Oleh karena personal evaluasi juga pelaksana program, unsur-unsur
subjektifitas dapat dengan leluasa menyusup ke dalam diri penilai. Jika penilai
tersebut terlibat di dalam hal-hal penting, bisa mungkin terjadi adanya pengubahan
terhadap suatu yang mendasar sehingga pelaksana lain menjadi kalang kabut.
2. Evaluator Eksternal
a. Kebaikan

Pelaku evaluasi akan bertindak dengan hati-hati, cermat, berpijak pada desain
penilaian yang disusun terlebih dahulu. Walaupun di dalam perjalanan penilaian
evaluator menjumpai hal-hal yang menurut pertimbangannya kurang baik bagi program
namun informasi yang diperoleh tidak akan seketika disampaikan kepada enanggung
jawab program atau pelaksana yang lain. Tindakan seperti ini baik Karena penanggung
jawab maupun pelaksana akan dengan tenang meneruskan kegiatannya. Setelah selesai
tugas evaluasi, penilai baru melaporkan hasil penelitiannya secara menyeluruh, dan
hasil yang dilaporkan diharapkan bersifat objektif.

b. Kelemahan
Berlawanan dengan kelemahan yang terdapat dalam penilaian oleh evaluator
internal apabila di dalam perjalanan kegiatan program ternyata ada ketidakberesan
sedangkan jika kegiatan diteruskan akan berakibat merugikan, umpan balik yang
diperoleh dari evaluator tidak dapat segera dapat dimanfaatkan.
Dalam Arikunto (2003: 225) mengingat akan kebaikan dan kelemahan masing-
masing model, kiranya akan baik andaikata penanggung jawab program
mengombinasikannya. Kepada semua pelaksana diberikan instrument sederhana yang
dapat digunakan untuk menilai pelaksanaan kegiatan, dan dalam waktu-waktu tertentu
semua pelaksana dikumpulkan secara fisik atau diminta untuk menyampaikan
penemuannya. Masukan tidak dibatasi pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya
dan dikerjakan sendiri tetapi juga yang menyangkut orang lain. Untuk memperbaiki
program secara menyeluruh penanggung jawab program menunjuk evaluator eksternal
untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematis.

6
2.3. Penelitian Evaluasi Dan Evaluasi Pendidikan

Dalam Arikunto (2003: 225) apakah penelitian evaluasi (education research) sama
dengan evaluasi Pendidikan (educational evaluation), dan apabila berbeda apakah
perbedaannya? Pertanyaan seperti ini sering sekali muncul. Antara keduanya memang banyak
terdapat persamaan sehingga seringkali tumpeng tindih (overlap). Di dalam praktik sehari-
hari penilai melakukan penelitian dengan mempertimbangkan dengan masak-masak desain
penelitian, alat-alat yang jelas ukurannya dan analisis statistic yang sesuai dengan penelitian
pendiikan.
Ditinjau dari tujuan, penelitian evaluasi dengan evaluasi pendidikan terdapat
perbedaan-perbedaan. Tiga perbedaan yang penting adalah :
Pertama, penelitian evaluasi biasanya dilaksanakan dalam rangka pengambilan
keputusan. Tujuan penelitian evaluasi adalah mengumpulkan data yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan tersebut. Di lain pihak, penelitian Pendidikan biasanya
dilakukan dengan maksud untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara dua variable atau
lebih. Penelitian dilaksanakan untuk megambil kesimpulan mengenai hipotesis yang
diajukan. Jadi dengan singkat dapat dikatakan bahwa perbedaan antara penelitian evaluasi
dengan penelitian pendidikan terletak pada tujuannya. Penelitian evaluasi dilaksanakan untuk
mengambil keputusan, sedangkan penelitian pendidikan dimaksudkan untuk meguji hipotesis.
Tentu saja maksud yang kedua, yaitu setelah hipotesis terbukti, tetap tidak menutup
kemungkinan bahwa hasilnya juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan.
Perbedaan yang kedua antara penelitian evaluasi dengan evaluasi Pendidikan adalah
dalam hal penggeneralisasian hasil yang diperoleh. Evaluasi biasanya dilaksanakan dengan
tujuan terbatas. Ada kalanya pengambil keputusan hanya tertarik pada aspek yang sempit saja
sehingga pengumpulan data dan kesimpulannya saja. Sebaliknya peneliti biasanya lebih
banyak tertarik pada prinsip-prinsip yang dapat diberlakukan untuk lingkup yang lebih luas.
Dengan adanya perbedaan kedua ini tidak berarti bahwa hasil dari penelitian
Pendidikan tidak dapat digunakan sebagai masukan bagi pengambil keputusan. Dengan
demikian maka sebetulnya perbedaan ini tidak terlalu mencolok. Lagi-lagi dalam hal ini
perbedaan hanya terletak pada tekanan maksud dilakukannya kegiatan. Beberapa penelitian
Pendidikan ada yang hanya dimaksudkan untuk menguji hipotesis saja tanpa ada maksud
untuk disumbangkan kepada pengambil keputusan.

7
Perbedaan ketiga antara penelitian evaluasi dengan penelitian Pendidikan
berhubungan dengan pertimbangan makna atau nilai. Para evaluator biasanya berpikir dari
segi manfaat dan nilai yang menyangkut gejala-gejala Pendidikan. Penemuan-penemuannya
cenderung dinyatakan dalam kalimat yang tegas, misalnya :
1. “metode membaca ini lebih baik dibandingkan dengan metode yang lama Karena”
2. “para guru lebih menyukai kurikulum tahun 1975 dibandingkan dengan kurikulum
tahun 1968 karena”
Beberapa peneliri ada yang lebih senang menggunakan istilah yang menunjukkan
bahwa sesuatu hasil tidak ditunjukkan terlalu ekstrem, misalnya :

1. “tampaknya variable x merupakan penyebab pokok dari timbulnya gejala y”


2. “dari penilaian diketahui bahwa variable x, variable y, dan variable z secara bersama-
sama hanya mempunyai sumbangan sebesa 14,563% saja terhadap timbulnya gejala
K”
Di lain pihak penilai pendidikan biasanya apabila bertindak mendasarkan diri pada
penemuan-penemuan penelitian hanya sebagai bahan pertimbangan yang kedua.
Mereka lebih mengutamakan gejala kejiwaan sebagai dasar berpijak dalam
menentukan kebijakan.

2.4. Cara-Cara Melaksanakan Penelitian Evaluasi

Dalam Arikunto (2003: 227) penelitian evaluasi adalah salah satu bentuk dari
berjenis-jenis penelitian yang dapat dilaksanakan oleh peneliti. Oleh Karena penelitian
evaluasi merupakan penelitian seperti yang lain maka prosedur, instrument, dan lain-lain
juga sama dengan penelitian lain. Satu perbedaan yang mencolok Karena penelitian
evaluasi dimaksudkan untuk mengambil keputusan maka pengambilan kesimpulan
penelitian didasarkan aas tolok ukkur atau kriteria tertentu. Biasanya yang dijadikan
sebagai tolok ukur adalah sasaran yang hendak dicapai melalui program yang
dilaksanakan. Tolok ukur untuk komponen-komponen program adalah kualitas maksimal
yang dikehendaki bagi setiap komponen.
Seperti halnya pelaksanaan penelitian yang lain, penelitian evaluasi melalui prosedur
sebagai berikut :

8
1. Peneliti mengadakan pengkajian terhadap buku-buku, lapangan, dan menggali
informasi dari para pakar untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan
yang akan diteliti.
2. Peneliti merumuskan problematika penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian
setelah terlebih dahulu mengkaji lagi sumber-sumber yang relevan untuk
memperoleh ketajaman problematika.
3. Peneliti menyusun proposal penelitian dengan mencantumkan latar belakang
masalah, alasan mengadakan penelitian, problematika, tujuan, hipotesis (disertai
dengan dukungan teori, dan penemuan-penemuan penelitian), metodologi
penelitian yang memuat sujek penelitian (populasi dan sampel dengan rincian
besarnya sampel, teknik sampling dan siapa sampel penelitiannya), instrument
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
4. Peneliti mengatur perencanaan penelitian, menyusun instrument, menyiapkan
kancah penelitian, dan melaksanakan uji coba instrument.
5. Pelaksanaan penelitian dalam bentuk yang disesuaikan dengan model penelitian
yang telah dipilih. Dalam penelitian evaluasi peneliti mungkin mengambil model
eksperimen murni (jika persyaratan-persyaratan terpenuhi) atau model eksperimen
pura-pura. Dalam hal ini peneliti berpikir bahwa dalam mengevaluasi program
dipikirkan mesti ada sesuatu yang dilaksanakan. Peneliti mengukur tingkat
keberhasilan perlakuan yang dilaksanakan dalam program yang dievaluasi. Dalam
hal ini peneliti telah mengkaji rencana pengelola program mengenai sasaran yang
dikehendaki sesudah perlakuan diberikan. Dengan kata lain pelaksana penelitian
evaluasi sudah menyiapkan tolok ukur.
6. Peneliti mengumpulkn data dengan instrument yang telah disusun berdasarkan
rincian komponen (komponen-komponen) yang akan dievaluasi.
7. Menganalisis data yang terkumpul dengan mengetrapkan tolok ukur yang telah
dirumuskan oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh pengelola
program.
8. Menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan atas gambaran tentang sejauh mana
data sesuai dengan tolok ukur.
9. Informasi mengenai hasil penelitian evaluasi disampaikan kepada pengelola
program atau pihak yang minta bantuan kepada peneliti evaluasi. Informas
tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tindak lanjut program yang
dievaluasi. Wujud tindak lanjut ada tiga alternative yaitu :

9
a. Program disebarluaskan Karena dipandang baik
b. Program direvisi Karena ada hal-hal yang belum sesuai dengan tolok ukur
yang dikehendaki
c. Program dihentikan Karena ada bukti bahwa kurang atau tidak baik
Untuk memperjelas uraian berikut ini akan disampaikan contoh program
Pendidikan yang paling dekat dengan lingkungan peneliti Pendidikan (dan mungkin
menarik perhatikan pembaca), yaitu sekolah sebagai suatu program. Dengan sajian
contoh ini diharapkan para pembaca menjadi lebih paham tentang komponen program
yang dipandang sebagai variable yang dievaluasi, cara peneliti memerinci variable
menjadi sub variable, menuliskan tolok ukur untuk tiap-tiap sub variable, menyusun
instrument dan membandingkan data dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan.
Untuk menentukan keberhasilan sekolah sebagai pelaksana sebuah program maka
peneliti harus berpikir apakah pertanda untuk sebuah sekolah yang baik? bagaimana
orang tua menentukan pilihan untuk memasukkan anaknya ke suatu sekolah?
Gedungnyakah yang menyebabkan dipiih, lokasi, guru-guru, kurikulum, atau Karena
lulusannya 100%? Sekolah yang baik adalah sekolah yang berhasil meluluskan siswanya
dalam jumlah besar atau dalam persentase yang besar. Tidak mengherankan kalau setiap
akhir tahun masyarakat selalu mempertanyakan berapa persen kelulusan untuk sekolah-
sekolah yang diinginkan. Di dalam salah satu butir laporan tahunan kepala sekolah
kepada Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentu tercantum angka
kelulusan tersebut.
Besarnya persentase kelulusan sebenarnya baru merupakan salah satu indicator
untuk sekolah yang baik. di samping angka tersebut masih ada satu hal penting yaitu
kualitas lulusan yang bersngkutan. Di dalam hati tentu setiap orang mengakui bahwa
kalau hanya lulus banyak tetapi lulusannya kurang bemutu maka lulusan tersebut akan
sukar mendapatkan pekerjaan di masyarakat. Masyarakat berhak memilih tenaga kerja
yang dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuan
lulusan.
Factor-faktor apakah yang ikut menentukan kemampuan lulusan? Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut jika menengok pada proses pengolahan siswa di sekolah.
Secara umum ada enam komponen yang bersangkutan langsung dengan kualitas lulusan,
dan komponen-komponen itulah yang seharusnya dijadikan objek pengamatan di dalam
penelitian evaluasi lembaga. Keenam komponen dimaksud (seperti sudah disinggung di
bagian depan) dengan rinciannya adalah sebagai berikut :

10
1. Kurikulum
Di dalam suatu lembaga Pendidikan, kurikulum memegang peranan paling penting.
Orang akan dengan cepat mengira-ngira kemampuan lulusan apabila diberi tahu
materi apa saja yang diberikan kepada siswa selama mengikuti Pendidikan di
lembaga tersebut. Di dalam kurikulum masih dipertimbangkan lagi: luasnya materi,
urutan penyajian, komponen pelengkap misalnya pedoman-pedoman, tambahan
buku sumber.
2. Pengajar
Bagaimanapun baiknya kurikulum namun factor pengajar juga sangat penting. Bagi
sementara orang bahkan berpendapat bahwa kemampuan guru-guru justru
merupakan factor paling utama dalam menentukan kualitas lulusan. Rincian dari apa
yang diperhatikan bagi indicator kemampuan guru antara lain: tingkat Pendidikan
(ijazah dai Pendidikan formal dan tambahan setifikat penataran atau kursus-kursus
lain yang diperoleh dari pendidikn tidak formal), pengalaman mengajar, kepribadian
(kesabaran, kebijaksanaan, kesayangan guru kepada siswa, disiplin, dan sebagainya).
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan factor pendukung belajar. Kualitas atau tingkat
penguasaan pelajaran akan lebih baik apabila di dalam kegiatan belajar mengajar
banyak didukung oleh alat-alat pelajaran yang relevan. Namun banyaknya alat
pelajaran hanta merupakan salah satu indicator saja dari mutu belajar siswa. Banyak
terjadi dalam dunia sekolah kita yang masih mengutamakan indahnya gedung,
lengkapnya sarana laboratorium, adanya computer, tetapi kurang memikirkan atau
masih dinomorduakan kualitas tenaga yang dapat mengoperasikan sarana dan alat-
alat tersebut. Dengan kata lain untuk sarana dan prasarana yang perlu dinilai antara
lain : kuantitas alat, adanya orang yang mengoperasikan (memiliki latar belakang
kemampuan yang tepat), pengaturan sarana, serta kualitas inventarisasi.
4. Siswa atau Subjek Didik
Kurikulum yang baik, mutu pengajar yang dapat diandalkan, dan lengkapnya sarana
dan prasarana tidak dapat menjamin bahwa mutu lulusannya mesti baik. Subjek
didik merupakan “bahan mentah” yang akan diolah di dalam lembaga pendidikan
yang nantinya akan berubah menjadi “hasil olahan” atau lulusan. Di dalam dunia
komputer dikenal ungkapan : Garbage in garbage out. Seperti apa mutu masukan
begitulah nanti mutu lulusan.

11
Bagi siswa yang perlu dinilai adalah : inteligensi (bakat dasar), disiplin, kerajinan,
kreativitas, gairah belajar, langganan belajar, dan lain-lain hal yang berkaitan dengan
kualitas hasil belajar.
5. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan kunci pokok dari terlahirnya hasil belajar.
Yang banyak terlibat dalam kegiatan belajar mengajar tersebut adalah guru
(pengajar) dan subjek didik. Materi pelajaran lebih banyak merupakan objek saja
karena merupakan sesuatu yang disampaikan oleh guru.
Di dalam kegiatan belajar mengajar ini tampaknya guru merupakan faktor paling
dominan yang menentukan kualitasnya. Bagaimana mampu memilih metode atau
pendekatan yang tepat, bagaimana guru mampu memilih dan menggunakan alat-alat
pelajaran, bagaimana guru mampu memilih dan menggunakan alat evaluasi,
mengelola kelas, menguasai materi yang akan diajarkan, memahami siswa secara
individual, semuanya itu harus dijadikan indikator bagi sasaran penilaian terhadap
komponen kagiatan belajar mengajar.
6. Pengelolaan
Kebanyakan peneliti di dalam mengadakan penelitian terhadap lembaga pendidikan
hanya tertuju perhatiannya kepada lima komponen yang telah disebutkan. Kelima
komponen tersebut memang tampak mewujud, dalam arti dapat diamati. Sebetulnya
masih ada lagi satu komponen yang tidak kalah pentiingnya di dalam menentukan
keberhasilan lembaga pendidikan yaitu komponen pengelolaan. Bagaimana
lengkapnya sarana, baiknya kualitas guru dan siswa, bagusnya kurikulum, akan
tetapi kalau tidak dikelola oleh orang-orang yang memang mampu untuk tugas itu
maka semuanya tidak akan berarti banyak. Dalam mengadakan penialaian terhadap
komponen pengelolaan ini penilai sekurang-kurangnya memperhatikan: kualitas
pengelola program-program yang direncanakan, kualitas pengelolaan, dan
bagaimana peranan pimpinan bagi para bawahan.
Pada bagian pertama buku ini telah dijelaskan teknik pemilihan dan
penyusunan instrumen serta subjek dan sumber data tempat peneliti menggali data.
Kembali perlu diingatkan dalam bagian ini bahwa ada tigasumber tempat peneliti
dapat mencari data yang singkat dengan tiga p yaitu : place (tempat), paper (kertas),
dan person (orang). Dan untuk keenam komponen yang telah disebutkan dapat dicari
dari ketiiga sumber data yang telah dikemukakan kembali.

12
Pada bab ini yang membicarakan tentang bagaimana menyusun instrumen
telah dijelaskan bahwa dari komponen yang sudah didefinisikan peneliti dapat
mendaftar indikator, disusul dengan menjabarkan setiap indikator ke dalam
deskriptor, untuk kemudian dari setiap deskriptor dirumuskan menjadi butir-butir
pertanyaan. Perbedaan antara penelitian evaluasi dengan penelitian pada umumnya
adalah tersedianya kriteria atau tolok ukur pada kisi-kisi yang sudah disiapkan.
Kriteria atau tolok ukur tersebut berfungsi bagi peneliti untuk menentukan tingkat
pencapaian atau tingkat keberhasilan sesuatu kegiatan dalam rangkaian
pelaksanaan program.
Dalam Arikunto (2003: 231) pada tabel 5 disajikan contoh cuplikan tentang
kisi-kisi jabaran indikator dan deskriptor dari sebuah komponen evaluasi sebuah
program lembaga, diambilkan salah satu butir dari komponen kurikulum.
*) di dalam contoh ini terdapat empat butir untuk tolok ukurbagi rumusan TIK yang
baik. Agar peneliti dapat memberikan penilaian secara cermat maka dalam
menyusun kisi-kisi instrumen sekaligus sudah disusun penilaiannya. Pada kolom
paling kanan dituliskan misalnya sebagai berikut :
a. Jika TIK yang dirumuskan oleh guru memenuhi keempat tolok ukur maka
diberi nilai 5.
b. Jika TIK hanya memenuhi tiga butir tolok ukur diberi nilai 4.
c. Jika memenuhi dua kriteria diberi nilai 3.
d. Jika memenuhi satu kriteria diberi nilai 2.
e. Jika tidak ada satu kriteria yang dipenuhi maka nilainya 1.

*) cara memberi nilai sama dengan butir rumusan TIK, yaitu :


a. Jika memenuhi keempat kriteria nilainya 5.
b. Jika memenuhi tiga kriteria nilainya 4.
c. Jika memenuhi dua kriteria nilainya 3.
d. Jika memenuhi satu kriteria nilainya 2.
e. Jika tidak memenuhi satupun kriteria nilainya 1.

Tabel 5
Contoh Kisi-Kisi Penelitian Evaluasi
Komponen Indikator Deskriptor Tolok Ukur Nilai
Kurikulum Satuan Rumusan TIK - berpusat pada
Pelajaran siswa

13
- khusus *)
- dapat diukur
- ada kondisi
demonstrasi
Pemilihan - relevan dengan
sumber bahan GBPP
- sesuai dengan *)
waktu yang
tersedia
- sesuai dengan
tingkat
kemampuan
siswa
- mutakhir
Dalam Arikunto (2003: 232) untuk butir-butir pertanyaan dari komponen-komponen
lain juga harus dicarikan tolok ukur yang bergradasi seperti contoh tersebut. Kadang-
kadang peneliti menjumpai kesulitan dalam menentukan gradasi disebabkan karena
memang butirnya tidak memungkinkan adanya tingkatan, yaitu apabila data yang
diungkapkan memang merupakan gejala diskrit misalnya mengungkapkan tentang “ada”
atau “tidak adanya” sesuatu. untuk butir pertanyaan yang seperti ini nilainya hanya ada
dua macam saja yaitu 5 dan 1. Demikian juga jika ada tiga tingkatan yaitu : “Baik”,
“Cukup”, dan “Kurang” nilainya 5,3 dan 1 perbedaan gradasi tetap dimungkinkan jika
data yang diungkapkan memang sifatnya menghendaki demikian. Yang penting diingat
oleh peneliti adalah bahwa nilai tertinggi dengan nilai terendah harus sama.

2.5. Pengertian Penelitian Deskriptif


Dalam penelitian pendidikan (201:234) sudah disinggung dalam Penelitian deskriptif
tidak diperlikan administrasi pengontrolan terhadap perilaku. penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa
adanya” tentang suatu variable, gejala atau keadaan.

2.6. Jenis-Jenis Penelitian Deskriptif


Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif
yaitu : penelitian survey (survey studies), studi kasus (case study), penelitian

14
perkembangan (development studies), penelitian tindak lanjut (foolow-up studies),
analisis dokumen (documentary analisis), dan penelitian korelasional (correlation
studies).
1. Penelitian Survey
Dalam manajemen penelitian (200:236) Suervei merupakan satu jenis
penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti bidang : sosiologi, bisnis,
politik, pemerintahan, dan pendidikan. Penelitian yang terkenal adalah
dengan the gallup poll yang dimaksudkan untuk mengetahui pendapat
masyarakat. Informasi yang diperoleh dari penelitian survey dapat
dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula hanya sebagian dari
populasi. Survey yang dilakukan kepada semua populasi dinamakan
penelitian sensus. Sedangkan jika pengumpulan data hanya dilakukan
sebagian dari populasi disebut sebagai suvey sample.

2. Penelitian kasus
Penelitian kasus dengan penelitian experiment untuk satu variable dapaat
dikatakan mempunyai kemiripan. Penelitian experiment satu variable
mengenai satu subjek sedangkan penelitian kasus mengenai sebuah unit
terpisah yang tunggal misalnya sebuah keluarga, sebuah kelompok, atau
satuan rumah tangga. Didalam study kasus peneliti mencoba untuk
mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam peneliti mencoba
menemukan semua variable penting yang melatarbelakangi timbulnya serta
perkembangan variable tersebut.
3. Penelitian perkembangan
Dalam management penelitian (200:239) penelitian perkembangan
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mencoba mengetahui
perkembangan subjek, misalnya bagaimana bayi berkembang ditinjau dari
fisik dan psikisnya.
Ada dua macam metode yang dapat digunakan dalam penelitian
perkembangan 1). Metode alur panjang (longitudinal method) dan 2) metode
silang sekat (cross-sectional method). Kedua metode ini saling melengkapi
satu sama lain.
a. Metode alur panjang

15
Dalam menggunakan alur panjang ini peneliti memilih seorang subjek
dan diikuti perkembanganya dalam waktu yang lama.
Kebaikan :
 Subyek yang diamati tetap sehingga pengaruh variable lain yang
timbul karena penggatian subjek tidak ada
 Peneliti akan sangat memahami subjek penelitiannya sehingga
pengontrolan terhadap hal-hal yang berpengaruh terhadap subjek
yang bersangkutan dapat dikendalikan dan hasil pengukuran.
Keburukan :
• Penelitian dengan alur panjang akan memakan waktu yang lama
sekali sehingga kesimpulan tidak segera didapat.
• Mempertahankan sejumlah subjek yang harus diamati dalam
jangka waktu lama mengandung resiko yang tidak kecil.
• Tidak mustahil bahwa waktu sekian lama tidak ada gangguan lain
yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga penelitian tidak
murni lagi.

b. Metode silang sekat


Kebaikan :
• Penelitian tidak perlu menunggu pertumbuhan yang lama dari anak
sehingga kesimpulan penelitian segera dapat diketahui.
• Variable-variabel lain dapat dikendalikan oleh peneliti karena
pelaksanaan peneliti hanya singkat
• Peneliti hanya mempunytai kemungkinan kecil untuk kehilangan
subjek penelitian karena lebih mudah dipertahankan.
Keburukan :
• Subjek yang digunakan dalam penelitian tidak sama dan
memungkinkan adanya variable lain yang dibawa masing-masing
anak. Sehingga hasil pengukuran mungkin tidak mencerminkan
pertumbuhan anak sebenarnya.
• Dalam waktu yang singkat sukar diperoleh sekelompok anak
dengan klasifikasi sekat-sekat yang dikehendaki.
4. Penelitian tindak lanjut

16
Penelitian pendidikan tindak lanjut merupakan lanjutan dari penelitan
perkembangan dengan metode alur panjang lagi. Penelitian tindak lanjut ini
tidak berhenti pada satu seri runtutan pengukuran tetapi peneliti masih terus
melakukan pelacakan untuk kejadian yang menjadi tindak lanjutnya.

5. Penelitian analisis dokumen


Penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang dokumentasikan
dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain bentuk
rekaman.biasa dikenal dengan penelitan analisis document atau analisi isi
(content analysis). Dengan analisis dokumen ini peneliti bekerja secara
objektif dan sistematik untuk mendiskripsikan isi bahan komunikasi melalui
pendekatan kuantitatif.
Sistematik penelitian :
I. Judul penelitian
II. Alasan penelitian
III. Problematika penelitian
IV. Cara penelitian

6. Penelitian kolrelasi
Penelitian korelasi merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
Dengan teknik korelasi seorang penelliti dapat mengetahui hubungan variasi
dalam sebuah variabel dengan variabel yang lain. Ciri dari penelitian korelasi
adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut subjek penelitian yang tidak
terlalu banyak. Perlu diketahui dan diingat terus-menerus bahwa korelasi
tidak selalu menunjuk pada hubungan sebab akibat. Hasil penelitian iseng
yang dilakkukan oleh peneliti yang menunjukkan adanya korelasi antara
banyaknya rambut gondrong dihubungkan dengan banyaknya sepeda motor
yang hilang tidak dapat disimpiulkan bahwa banyaknya rambut gondrong
menjadi penyebab banyaknya sepeda motor yang hilang tidak dapat
diteruskan dengan kesimpulan bahwa rambut gondrong merupakan penyebab
hilangnya sepeda motor.

17
.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
Dengan makalah ini, diharapkan pembaca ataupun konselor dapat meningkatkan
kemampuannya dalam mata kuliah Penelitian Pendidikan. Dan dapat belajar untuk
menerapkannya di kehidupan sekitar.

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai