Disusun oleh :
Kelompok 6 PAI-4F
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna
dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
1. Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag. selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Annas Ribab Sibilana, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi PAI
yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta dukungannya.
5. Civitas UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. yang telah memberikan izin
dan fasilitas kepada penulis untuk mencari dan mendapatkan tambahan
pengetahuan dalam menyelesaikan makalah ini.
6. Teman-teman PAI 4F yang selalu mendukung penulis dalam pengerjaan makalah
ini.
Dengan penuh harap, semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal salih. Penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini banyak
terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis sebagai manusia biasa, untuk itu kritik
i
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempatan penulis dalam menyelesaikan
tugas-tugas dimasa datang. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat
kepada siapa saja yang membaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian sebagai wujud dari teknik evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian dapat dijadikan
sebagai tolak ukur untuk melihat apakah tujuan pembelajaran sebagaimana
yang telah ditentukan dalam kurikulum sudah tercapai atau belum. Bahkan,
dalam hal ini penilaian juga bisa digunakan untuk mengukur seberapa jauh
tujuan pembelajaran tersebut telah tercapai. Seiring dengan perkembangan dan
perubahan kurikulum yang berlaku dari masa ke masa, model dan metode
penilaian selalu mengalami perubahan dan penyempurnaan. Di Indonesia telah
dilakukan pengubahan kurikulum sebanyak 9 kali, yaitu dimulai dari tahun
1947 yang dikenal dengan dengan kurikulum berkarakter. Setiap kurikulum
memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan kurikulum sebelumnya,
termasuk didalamnya adalah metode penilaian. Namun, dalam
implementasinya para pendidik banyak yang berorientasi terhadap metode
penilaian kurikulum yang sebelumnya, yaitu melalui test / ujian untuk
memenuhi target dalam proses pembelajaran yang hasilnya dituangkan dalam
bentuk rapor, baik rapor mid semester, rapor semester dan ujian akhir.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ranah afektif?
2. Apa saja ruang lingkup penilaian kompetensi afektif?
3. Apa saja fungsi penilaian afektif?
4. Apa saja Teknik dan instrument penilaian afektif?
C. Tujuan
1. Mengetahui ranah afektif
2. Mengetahui ruang lingkup penilaian kompetensi afektif
3. Mengetahui fungsi penilaian afektif
1
4. Mengetahui Teknik dan instrument penilaian afektif
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 104
2
Al-Maududy, Teknik dan Bentuk-bentuk Penilaian Sikap (online),
http://www.almaududy.com/2014/10/teknik-dan-bentuk-penilaian-sikap-
pada.html, 27 Februari 2022
3
5. Berkarakter (characterization)
1. Kemampuan Menerima
Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dan lain- lain. Dalam kegiatan belajar hal itu dapat
ditunjukkan dengan adanya suatu kesenangan dalam diri peserta didik
terhadap suatu hal yang menyangkut belajar, misalnya senang mengerjakan
soal-soal, senang membaca, dan senang menulis. Contoh hasil belajar
afektif jenjang menerima adalah peserta didik menyadari bahwa disiplin
wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan jauh-
jauh.3
2. Kemampuan Merespons
Kemampuan merespon adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Misalnya
senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang
dengan kebersihan dan kerapian.4 Contoh hasil belajar afektif jenjang
menanggapi adalah peserta didik tumbuh hasrat nya untuk mempelajari
lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi tentang konsep disiplin.
3. Kemampuan Menilai
Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau
penghargaan suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam
kegiatan belajar dapat ditunjukkan antara lain melalui rajin, tepat waktu,
3
Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), 105
4
Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, (Bandung: PT
Rosdakarya)
4
disiplin, mandiri, objektif dalam melihat dan memecahkan masalah.
Valuing merupakan tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi dari pada
receiving dan responding. Contoh hasil belajar afektif tumbuhnya kemauan
yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah,
rumah maupun masyarakat.5
4. Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan
Kemampuan megatur atau mengorganisasikan artinya menyatukam
nilainilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk
suatu sistem nilai.6 Contoh hasil belajar afektif pada jenjang kemampuan
mengorganisasikan adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin.
5. Kemampuan Menerima
Kemampuan berkarakter atau menghayati adalah kemampuan
memadukan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh hasil belajar
afektif jenjang kemampuan berkarakter adalah peserta didik menjadikan
nilai disiplin sebagai pola pikir dalam bertindak di sekolah, rumah,
masyarakat.7
Jadi, dalam pembelajaran afektif siswa mampu memberi tanggapan
terhadap hasil yang telah didapat untuk membedakan suatu hal yang
dianggap baik dan buruk dalam proses pembelajaran.
C. Fungsi Penilaian Afektif
Penilaian afektif berfungsi karena praktik penilaian terhadap pendidikan
dan proses pembelajaran yang terjadi selama ini lebih menekankan pada aspek
kogntitif. Akibatnya, lembaga pendidikan formal sekolah lebih banyak
5
Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), 110-111
6
Abdul Majid, Penilaian Autentik Prosesdan Hasil Belajar, (Bandung: PT
Rosdakarya)
7
Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan (Jakarta:
Rajawali Pers, 2015), 112
5
menghasilkan lulusan yang penguasaan aspek kognitif cukup memadai, tetapi
kurang memiliki aspek afektif positif sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku
masyarakatnya serta kurang memiliki keterampilan untuk menjalankan
kehidupan di masyarakat serta lingkungannya.
8
Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif dan Psikomotorik:
Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pres, 2016), 37-38
9
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2015), 134
6
1. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perilaku yang diamati. Pengamatan
atau observasi perilaku peserta didik dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan alat lembar pengamatan atau
observasi.10
Sedangkan dalam kurikulum 2013 guru harus melakukan
pengamatan terhadap kompetensi sikap yang meliputi sikap spritual dan
sikap sosial dari peserta didik. Oleh karena itu, dalam melakukan
observasi guru harus mengidentifikasi aspek-aspek apa saja yang mau
diobservasi dari kompetensi sikap spritual dan sikap sosial.
Pedoman observasi dilengkapi juga dengan rubrik dan petunjuk
pensekoran. Rubrik memuat petunjuk/uraian dalam penilaian skala atau
daftar cek. Sedangkan petunjuk penskoran memuat cara memberikan
skor dan mengolah skor menjadi nilai akhir.11
Bentuk instrumen yang digunakan untuk obervasi adalah pedoman
obervasi yang berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
sertai rubik. Daftar cek digunakan untuk mengamati ada tidaknya suatu
sikap atau perilaku. Sedangkan skala penilaian menentukan posisi sikap
atau perilaku peserta didik dalam suatu rentang sikap. Pedoman
observasi secara umum memuat pernyataan sikap atau perilaku yang
diamati dan hasil pengamatan sikap atau perilaku sesuai kenyataan.
Pernyataan memuat sikap atau perilaku yang positif atau negatif sesuai
indikator penjabaran sikap dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar.
10
Abdul Majid, Penilaian Autentik Prosesdan Hasil Belajar, (Bandung: PT
Rosdakarya), 169
11
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 122
7
Dengan demikian, observasi dilakukan dengan cara pengamatan
terhadap perilaku-perilaku yang ditunjukkan siswa terutama disekolah.
Observasi perilaku dapat digunakan buku catatan khusus berkaitan
dengan kejadian-kejadian siswa selama berada disekolah.
b. Langkah-Langkah Penilaian Observasi
1) Perencanaan Penilain Kompetensi Sikap Melalui Observasi
Beberapa hal yang dilakukan dalam merencanakan penilaian
sikap melalui observasi adalah sebagai berikut:
8
2) Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Sikap Melalui Observasi
Beberapa hal yang haru dilakukan dalam melaksanakan
penilaian sikap melalui observasi adalah sebagai berikut:
12
Ibid, 125-127
9
menunjukkan sikap peserta didik mengidentifikasi kekuatan atau
kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan peserta
didik menilai dirinya secara subjektif.13
13
Tinta Pendidikan Indonesia, Penilaian Sikap dalam Kurikulum 2013 (online),
http://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/10/penilaian-sikap-dalam-
kurikulum-2013.html, 27 Februari 2022
10
g) Melakukan tindak lanjut dengan mangacu pada hasil penilaian
melalui penilaian diri.14
3. Penilaian Antarteman
14
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 137-138
15
Ajoefahmi, Teknik Penilaian Sikap,
(Online)http://ajoefahmi.blogspot.co.id/2016/11/teknikpenilaian-sikap-
observasi.html, 27 Februari 2022
11
b) Menyusun kriteria penilaian yang akan digunakan.
c) Menyusun format penilaian dapat berupa pedoman
penskoran, daftar tanda cek, dan skala penilaian.
2). Pelaksanaan Penilaian Antarteman
Hal-hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian
melalui teknik penilaian antarteman adalah sebagai berikut:
16
Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 137
12
h) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil
penilaian melalui penilaian antarteman.17
4. Jurnal
17
Ibid, 148
18
Panduan Penilaian untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), 2015
19 Kunandar, Penilaian Autentik: Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 151-152
13
Beberapa hal yang dilakukan dalam merencanakan penilaian
sikap melalui jurnal adalah sebagai berikut:
a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan
dinilai melalui penilaian dengan menggunakan jurnal.
b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam
penilaian dengan menggunakan jurnal.
c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa aspek positif
dan negatif apa yang mau dimasukan ke jurnal atau
pengolahan hasil penilaian dengan jurnal.
2). Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Sikap Melalui Jurnal
Hal-hal dalam melaksanakan penilaian sikap melalui jurnal
adalah sebagai berikut:
a) Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam
buku catatan harian secara cermat dan teliti.
b) Guru mengkaji hasil penilaian dengan jurnal data dan
catatancatatan peserta didik secara cermat dan objektif.
c) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik
berdasarkan hasil kajian terhadap penilaian dengan
menggunakan jurnal.
d) Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan
menggunakan jurnal berkaitan dengan pencapaian
kompetensi sikap spiritual dan sosial dari peserta didik.
e) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil
penilaian melalui wawancara.20
20
Ibid, 156
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ruang
lingkup penilaian kompetensi afektif antara lain: menerima atau memerhatikan,
merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, dan mengorganisasi atau
mengelola.
Menurut Alex Sobur, aspek afektif memiliki berbagai fungsi, yaitu: fungsi
instrumental, fungsi pengetahuan, fungsi nilai-ekspresif, fungsi pertahanan ego,
dan fungsi penyesuaian social. Dalam penilaian afektif terdapat empat teknik
yang dapat digunakan, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antarteman,
dan jurnal.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun juga telah kami uraikan secara singkat
dan sederhana mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi para pembaca semua.
Apabila dalam makalah ini banyak terjadi kesalahan itu merupakan kekurangan
dari kami, maka kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan guna
membangun dan memperbaiki makalah ini selanjutnya agar lebih sempurna.
15
DAFTAR PUSTAKA
16