Disusun Oleh :
Kelompok 2 PAI 4F
1. Amaliyah Umami (126201201024)
2. Hanif Ahmad Abidillah (126201202187)
3. Zulfan Rozaki (126201203352)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta taufik
dan hidayahNya, sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah
Evaluasi PAI. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan jahiliyah menuju jalan terang
benderang ini yaitu agama islam.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang telah
memberikan dukungan kepada kami dan mengijinkan kami memakai semua fasilitas yang
ada di UIN SATU Tulungagung untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang telah bekerja keras mengurus dan mengatur fakultas kami.
3. Annas Ribab Silbilana, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi PAI yang
sangat tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan pembelajaran kepada kami.
4. Seluruh Civitas Akademik UIN SATU Tulungagung yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk penyempurna makalah ini. Akhir kata kami mengharapkan agar
tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan semoga kita selalu diberi rahmat dan
hidayah-Nya. Aamiin
Penulis
2
DAFTAR ISI
Table of Contents
SAMPUL MAKALAH ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................................................. 6
Kesimpulan................................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSAKA...................................................................................................................... 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, kita mengetahui bahwa setiap jenis
atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan, selalu mengadakan evaluasi. Artinya pada waktu-waktu
tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh
pendidik.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar
dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu indikator bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya suatu perubahan tingkah laku
pada orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.1
Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru
hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah
tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan
evaluasi atau penilaian.
Penilaian atau evaluasi berhubungan dengan setiap bagian dari
proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup
semua proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian tidak hanya terbatas
1
Hasan Baharun, ‘Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan
Melalui Model ASSURE’, Cendekia: Journal of Education and Society, 14.2 (2016), 231–46
<https://doi.org/10.21154/cendekia.v14i2.610>.
4
pada karateristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik
metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.2
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru
hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh
peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui
evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar
mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian
proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh
hasil yang optimal.
Evaluasi memiliki kedudukan yang penting dalam proses
pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki
peserta didik, ketepatan metode yang digunakan, dan keberhasilan peserta
didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara
tepat untuk menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya . Hasil
penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
berprestasi lebih baik di kemudian hari.
Selanjutnya didalam melakukan evaluasi ada dua teknik evaluasi
yang kita kenal yaitu teknik evaluasi menggunakan tes dan evaluasi
dengan teknik non tes, Teknik non tes pada umumnya memegang peranan
penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi
ranah sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (Psychomotoric
domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya
(cognitif domain).
2
Hasan Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Madrasah’, MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3.2 (2016), 205–16.
5
B. Rumusan Masalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
3
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada, 2007), hal 01
4
Ibid .
5
Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah’.
6
Baharun, ‘Penilaian Berbasis Kelas Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
7
Madrasah’.
8
Secara harfiyah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno:
testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”
(maksudnya dengan menggunakan alat yang berupa piring itu akan
dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi)
dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan “tes” , “ujian” atau “peecobaan”. Dalam bahasa
Arab ditulis dengan امتحان7.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan
dengan uraian di atas, yaitu : test adalah alat atau prosedur yang
dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian; testing berarti
saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan
penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes, atau pembuat
tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan percobaan
(eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jamak) adalah
pihak yang dikenai tes (=peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang
sedang dikenai pekerjaan (= tercoba).
Dari beberapa kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah
suatu alat pengumpul informasi yang bersifat lebih resmi bila
dibandingkan alat-alat yang lain karena penuh dengan batasan-batasan.
Tes merupakan alat atau prosedur yang dipergunakan dengan
bentuk tugas atau suruhan yang harus dilaksanakan dan dapat pula
berupa pertnyaan-pertanyaan atau soal yang harus dijawab. Adapun
pelaksanaannya, dapat dilaksanakan secara lisan maupun secara tes
tulis. Tes adalah alat yang direncanakan untuk mengukur kemampuan,
keahlian, atau pengetahuan. Dari pengertian ini maka tes adalah:
a. Merupakan alat
b. Harus direncanakan8
c. Berfungsi sebagai pengukur kemampuan, kecakapan dan
pengetahuan anak.
7
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada, 2007), hal 66
8
Dalam artiyan harus dilakukan persiapan, prinsip-prinsip dan syarat-syarat tertentu
9
Adapun yang dimaksud teknik tes ialah suatu teknik dalam
evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar murid dengan
mempergunakan alat tes9.
Sehingga dari definisi-definisi di atas kiranya dapat dipahami
bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes
adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas
baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau
perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas
dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
2. Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes,
yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini
tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang
telah dicapai olrh peserta didik setelah mereka menempuh proses
belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh
program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai. 10
3. Penggolongan Tes
9
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di
Sekolah” , (Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 55-56
10
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada, 2007), hal 67
10
Berdasarkan dari pengertian dan fungsi tes diatas, tes digolongkan
menjadi 5 golongan diantaranya adalah sebagai berikut:11
a. Menurut sifatnya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Verbal
Yang mana tes dengan cara ini menggunakan bahasa
sebagai alat untuk melakukan tes. Tes verbal terdiri dari:
a) Tes lisan (Oral Test)12
b) Tes tulis (Written Test)13
2) Tes Non Verbal
Yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat
untuk melaksanakan tes, tetapi menggunakan gambar,
memberikan tugas dan sebagainya, atau dengan tes ini tester
menghendaki adnya respon dari testee bukan berupa ungkapan
kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah
laku. Jadi, respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah
berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
b. Menurut tujuannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Bakat (Aptitude Test)
Yaitu tes yang digunakan untuk menyelidiki bakat seseorang.
Tes bakat biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan
dasar yang bersifat potensial.
2) Tes Intelegensi (Intellegenci Test)
Yakni tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang14.
3) Tes Prestasi Belajar (Achievement Test)
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengetahui prestasi seseorang
murid dari mata pelajaran yang telah diberikan. Sehingga
11
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di
Sekolah” , (Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 57- 60
12
Ialah tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
13
Yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya secara tertulis.
14
Ibid., hal 73
11
dengan adanya tes hasi belajar ini, guru bisa mengetahui
apakah pelajaran yang telah diberikan mencapai tujuan sesuai
dengan target yang telah ditentukan.
4) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)
Yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelmahan atau
problem yang dihadapi murid, terutama kelemahan yang
dialami murid saat belajar.
Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis,
perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
Berdasarkan nama tes tesebut (diagnose = pemeriksaan), maka
jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat
pengausaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk
rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka
dapat diperbaiki tingkat penguasaanya terhadap mata pelajaran
tertentu15.
5) Tes Sikap (Atitude Testt)
Yaitu tes untukmengetahui sikapa seseorang murid terhadap
sesuatu.
6) Tes Minat
Yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui minat murid
terhadap hal-hal yang disukai. Sehingga melalui tes ini dapat
diketahui apa yang disukai murid.
c. Menurut pembuatannya, tes dapat dikelompokkan menjadi:
1) Tes Terstandar (Standard Direct Test)
Tes standar atau tes yang dibakukan mengandung prosedur
yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes
standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid
yang lain pada usia atau level yang sama dan dalam kasus
perbandingan ini dilakukan ditingkat nasional. Biasanya tes ini
15
Ibid., hal 72-73
12
dibuat oleh sekelompok(tim) yang ahli di bidang pembuatan
tes.
2) Tes Buatan Guru (Teacher Made Test)
Tes buatan guru cenderung difokuskan pada tujuan
instruksional untuk kelas tertentu. Tes buatan guru adalah tes
yang dibuat oleh guru untuk kepentingan prestasi belajar.
d. Menurut bentuk soalnya, tes dikelompokkan menjadi:
1) Tes Uraian (Essay Test)
Yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga
memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara
bebas dengan uraian. Bentuk tes ini terdiri dari:
a) Uraian Bebas (Free Essay Test)
b) Uraian Terbatas (Limited Essay Test)
2) Tes Objektif (Objective Test)
Yaitu tes yang bentuk soalnya sedemikian rupa, sehingga
memberi kesempatan kepada murid untuk menjawab secara
bebas dengan uraian. Berdasarkan cara mengerjakan tes
objektif, maka dikelompokkan menjadi:
a) Variasi, yang mana testee harus mensuplai jawabannya
sehingga hampir tidak berbeda dengan essay test. Misalnya
bentuk:
(1) Completion Test (melengkapi)
(2) The Short Answer (jawaban singkat)
b) Variasi. Yang mana testee hanya memilih diantara jawaban
yang telah disediakan bersama soalnya. Pada variasi ini ada
lima bentuk tes, dimana tester harus:
(1) Menyatakan apakah pernyataan itu benar atau salah
(true false)
(2) Memilih jawaban yang lain benar (the best answer)
(3) Menjodohkan dua rentetan kata-kata yang tersedia
sesuai dengan jawaban yang benar (matching test)
13
(4) Memilih diantara alternatif-alternatif jawaban yang
disediakan untuk setiap soal (multiple choice)
(5) Mengelompokkan jawaban yang sesuai dengan
klasifikasi masing-masing (classification)
e. Ditinjau dari objek yang dites, maka tes dikelompokkan menjadi:
1) Tes Individual
Yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu
yang cukup panjang.
2) Tes Kelompok
Yaitu tes yang dilakukan terhapa beberapa murid dalam waktu
yang sama.
C. Pengertian dan Bentuk Teknik Non Tes
1. Pengertian teknik nontes
Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang
dilakukan tanpa menguji peserta didik16 tetapi dengan melakukan
pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi nontes berarti
melaksanakan penilain dengan tidak menggunakan tes. Teknik
penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara
menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain-
lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan,
baik secara individu maupun secara kelompok.
Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar
peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis
(observasi), melakukan wawancara (interview) dan menyebar angket
(quistionnaire).
2. Bentuk-bentuk Teknik Non Tes
a. Observasi (pengamatan)
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu
bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai
sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung,
16
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di
Sekolah” , (Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 61
14
seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat
dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian
yang terjadi pada keadaan sebenarnya17.
b. Interview (wawancara)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawab
lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan
yang telah ditentukan18.
c. Angket (quistionnaire)
Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penilaian hasil belajar. Angket adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sehingga angket
berbeda dengan wawancara19. Prinsip Penulisan Angket :
1) Isi dan tujuan pertanyaan jelas
2) Bahasa yang digunakan mudah dipahami
3) Tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup)
4) Pertanyaan tidak mendua
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa
6) Panjang pertanyaan (max 30 pertanyaan)
7) Urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit)
8) Prinsip pengukuran
9) Penampilan fisik angket.
17
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada, 2007), hal 76
18
Mulyadi, “Evaluasi Pendidikan : Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di
Sekolah” , (Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal 63
19
Anas Sudijono, “Pengantara Evaluasi Pendidikan”, (Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada, 2007), hal 84
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
Daftar Pustaka
17