Anda di halaman 1dari 20

KARAKTERISTIK INSTRUMEN, MODEL DAN

PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Machrup Eko Cahyono, M. Pd. I

Disusun oleh:

Kelompok 2

1. Wahidatul Mafulla (12202193013)

2. Aries Setiawan (12202193062)

3.Ika Meliana Rahayu (12202193075)

SEMESTER 4
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB 4B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
MARET 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah " Evaluasi Pembelajaran " dalam bentuk
makalah, Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabiyullah Muhammad, SAW. Selain itu kami ucapkan terima kasih kepada
para pihak yang telah membantu kami, yaitu sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung.

3. Bapak Prof. Dr. Sokip, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab.

4. Bapak Machrup Eko Cahyono, M.Pd.I. selaku dosen kami pada mata
kuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan


kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
"Karakteristik Instrumen, Model dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran" ini,
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kami maupun pembaca. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.
Tulungagung, 25 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A.Latar Belakang ............................................................................... 1
B.Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C.Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Karakteristik Instrumen Evaluasi .................................................. 3
B. Model-model Evaluasi Pembelajaran. ........................................... 9
C. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran ............................................. 12
BAB III : PENUTUP ................................................................................... 15
A.Kesimpulan .................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .....17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah usaha dasar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-
orang yang diberikan tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik sehingga
mempunyai sifat dan tabi’at sesuai dengan cita-cita pendidikan. Dalam arti lain,
pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan
bakat, potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh
karena itu, sudah seharusnya pendidikan didesain supaya memberikan
pemahaman dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar
siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa
tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini mungkin karena faktor belajar
siswa yang kurang efektif. Akibatnya, siswa kurang atau bahkan tidak memahami
materi yang bersifat sukar.
Saat ini, profesi guru semakin banyak tuntutan seiring dengan kebutuhan akan
pendidikan yang bermutu. Salah satunya adalah kompetensi yang harus dikuasai
guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan
tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran
tersebut. Biasanya didalamnya itu guru melaksanakan penilaian dan proses hasil
belajar.
Seiring dengan proses evaluasi pembelajaran, guru sering menggunakan
instrumen tertentu baik tes maupun non tes. Instrumen ini memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting, dalam rangka untuk mengetahui keefektifan proses
pembelajaran di sekolah. Mengingat begitu pentingnya instrumen dalam kegiatan
evaluasi pembelajaran. Instrumen evaluasi pembelajaran memiliki syarat- syarat
tertentu sekaligus menunjukkan karakteristik instrumen dalam pembelajaran.
Dalam makalah ini akan dibahas karakteristik intrumen, model-model serta
pendekatan evaluasi pembelajaran.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Karakteristik Instrumen Evaluasi Pembelajaran?


2. Bagaimana Model – Model Evaluasi Pembelajaran?
3. Bagaimana Pendekatan Evaluasi Pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Karakteristik Instrumen Evaluasi Pembelajaran.


2. Untuk Mengetahui Model – Model Evaluasi Pembelajaran.
3. Untuk Mengetahui Pendekatan Evaluasi Pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Instrumen Evaluasi


Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi
adalah assessment yang menurut Tardif, berarti proses penilaian untuk
menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan asesmen ada pula kata lain
yang arti dan relatif lebih terkenal dalam dunia pendidikan kita yakni tes ujian
dan ulangan.1

Evaluasi adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk


mengetahui bagaimana kualitas peserta didik, diadakannya evaluasi ini
memiliki tujuan diantarnya pendidik dapat mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dirasakan oleh peserta didik, dapat mendapatkan informasi mengenai
kelebihan dan kekurangan dari peserta didik, dan sebagainya. Evaluasi tidak
dapat dipisahkan dari pembelajaran, sehingga guru mau tidak mau harus
melakukan evaluasi pembelajaran.

Di dalam mengevaluasi tentu saja seorang pendidik membutuhkan sebuah


alat-alat atau instrumen guna mempermudah proses mengevaluasi. Alat atau
instrumen evaluasi ialah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan evaluasi secara
lebih efektif dan efisien. Dalam pengukuran tentu harus ada alat ukur
(instrumen), baik yang berbentuk tes maupun non tes. Alat ukur ada yang
baik dan ada pula yang kurang baik. Instrument yang baik adalah instrument
yang memenuhi syarat- syarat atau kaidah- kaidah tertentu, dapat

1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) h. 139

3
memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur
sampel perilaku tertentu.2

Suharsimi Arikunto, menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik


apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas dan ekonomis.3

a. Validitas
Alat ukur di katakan valid apabila alat ukur itu mampu mengukur
apa yang perlu diukur. Contoh: Untuk mengukur tingkat partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran, bukan di ukur melalui skor nilai yang di
peroleh pada waktu ulangan, tetapi di lihat melalui Kehadiran,terpusatnya
perhatian ,ketepaan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan guru
dalam arti relevan pada permasalahannya.
Nilai yang di peroleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan
partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar.

b. Reliabilitas
Kata realibilitas dalam bahasa indonesia di ambil dari kata
reliability dalam bahasa inggris , berasal dari kata asal reliable yang
artinya dapat di percaya. Seorang di katakan dapat di percaya jika orang
tersebut selalu bicara ajek atau konsisten, tidak berubah-ubah
pembicaraannya dari waktu ke waktu.

c. Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang memengaruhinya.
Lawan dari objektif adaalah subjektif, artinya terdapat uunsur pribadi yang
masuk memengaruhi. Sebuah tes di katakan memiliki objektivitas apabila

2
Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan kurikulum 2013)
, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 82
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2012) h. 17

4
dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi
terutama dalam sistem skoringnya. 4

Ada dua faktor yang memengaruhi subjektivitas dari suatu tes,


yaitu bentuk tes dan penilai.

1) Bentuk tes uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada penilai


untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan
demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal dari
sebuah tes ,akan memperoleh skor yang berbeda apabila di nilai oleh
dua orang. Itulah sebabnya pada waktu sekarang ini ada
kecenderungan penggunaan tes objektif di brerbagai bidang. Untuk
menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem
skoringnya dapat di lakukan dengan sebaik-baiknya, antara lain
dengan membuat pedoman skor-ing terlebih dahulu.

2) Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara lebih leluasa


terutama bentuk tes uraian. Faktor-faktor yang memengaruhi
subjektivitas penilai antara lain : kesan penilai terhadap siswa (hallo
effect), bentuk tulisan, gaya bahasa yang di gunakan peserta tes, waktu
mengadakan penilaiann, kelelahan dan sebagainya. Untuk
menghindari atau mengurangi masuknya unsur subjektivitas dalam
penilaian maka penilaian harus di laksanakan:

(a) Secara kontinu (terus menerus) sehingga akan di peroleh gambaran


yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang di adakan secara on
the spot dan hanya satu kali (on shoot) atau dua kali, tidak akan
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan siswa. Kalau
misalnya ada seorang anak yang sebetulnya pandai, tetapi pada waktu
guru ,mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek. Hal ini
tidak menggambarkan kemampuan anak yang sebenarnya.

4
Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang, UIN- MALIKI PRESS, 2010), hlm.52

5
(b) Secara komprehensif (menyeluruh) yaitu mencakup keseluruhan
materi, mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman,
analisis, aplikasi dan sebagainya), dan melalui berbagai cara yaitu tes
tertulis, tes lisan, tes perbuatan,pengamatan dan sebagainya

d. Praktikabilitas
Sebuah tes di katakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila
tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

a.) Mudah di laksanakan, artinya tidak menuntut peralatan yang


banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk
mengerjakan terlebih dahulu bagian yang di anggap mudah oleh
siswa.

b.) Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu di lengkapi


dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal
bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah di lakukan jika
dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.

c.) Di lengkapi dengan petunjuk-petunjuk sehingga dapat di berikan


oleh orang lain.

e. Ekonomis
Yang di maksud ekonomis di sini adalah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.5
Alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi dengan
hasil yang diharapkan. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator
menggunakan cara atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi.
Adapun teknik evaluasi dibagi menjadi dua yaitu teknik non tes dan
teknik tes.

5
Suharsimi Arikunto, Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 77

6
a. Teknik Non Tes

Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam


rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap
(affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), Yang
termasuk kedalam teknik non tes ialah skala bertingkat, kuesioner, daftar
cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup. pada kesempatan kali
ini penulis akan membahas tentang teknik nontes skala bertingkat,
kesioner, dan pengamatan sebagai berikut:

1. Skala bertingkat
Skala menggabarkan segala sesuatu yang dinyakan dalam nilai.
Contohnya, guru memberikan nilai untuk menandakan tingkat prestasi
seseoranng. Biasanya angka-angka yang digunakan pada skala
memilki rentang atau jarak yang sama meletakannya bertingkat dari
yang rendah menuju yang tinggi.

2. Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah daftar pernyataan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang
dapat mengetahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,
pengetahuan, dan pendapat.

3. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi adalah cara untuk mengetahui
mengenai sesuatu hal yang diteliti dengan seksamaa dan pencacatan
yang sistematis.

7
b. Teknik Tes

Teknis tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil


belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif domain).
Dan yang termasuk ke dalam teknik tes ialah tes diagnostik, tes formatif,
dan tes sumatif.

1. Tes diagnostik merupakan tes untuk menentukan secara tepat jenis


kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Biasanya dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan
pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum
dikuasai siswa instrumen evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan
tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan.6

2. Tes formatif merupakan tes hasil belajar yang bertujuan untuk


mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai
dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain
bertujuan untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi
diagnostik yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa hasil diagnosis
kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa
pengajaran remedial atau perbaikan.7

3. Tes sumatif merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah


sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.
Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga
lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif. Tes ini lazim
dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran hasilnya

6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) h. 142
7
Ibid, h. 142-143

8
dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan
penentu naik atau tidaknya siswa kelas yang lebih tinggi8.

B. Model- Model Evaluasi Pembelajaran

Model Evaluasi Pembelajaran merupakan desain evaluasi yang


dikembangkan oleh para ahli evaluasi, yang biasanya dinamakan sama
dengan pembuatnya atau tahap evaluasinya. 9Dalam studi tentang evaluasi
banyak sekali dijumpai model-model evaluasi dengan format /sistematika
berbeda,kemudian di kelompokkan model evaluasi sebagai berikut :10

1. Model Evaluasi Kuantitatif


Evaluasi kuantitatif adalah penggunaan sebuah prosedur untuk
mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma
positivisme. Sehingga model-model kuantitatif yang ada menekankan
peran penting metodologi kuantitatif dan penggunaan tes.

Ciri dari model kuantitatif adalah tidak digunakannya pendekatan


proses dalam mengembangkan cerita evaluasi. Adapun antara model-
model evaluasi kurikulum yang terkategori sebagai model evaluasi
kuantitatif adalah sebagai berikut:

a) Model Black Box Tyler


Model evaluasi Tyler dibangun atas dua dasar, yaitu evaluasi yang
ditujukan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus
dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu
pelaksanaan kurikulum serta setelah melaksanakan kurikulum tersebut.

8
Ibid, h. 143
9
http://jabercaemdanunyuweb.blogspot.com/2013/10/model-evaluasi-pembelajaran.html?m=1
di akses pada Senin, 22 Maret 2021 pukul 19.43 WIB.
10
Abdul Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Praktis Bagi Mahasiswa Dan Praktisi
Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h. 124

9
Menurut Tyler ada tiga langkah utama yang harus dilakukan yakni.
Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dievaluasi, Menentukan situasi
dimana peserta didik memperoleh kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku
yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran, dan Menentukan alat evaluasi
yang akan dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.11

b) Model Teoritik Taylor dan Maguire


Model ini melibatkan variabel dan langkah yang ada dalam proses
pengembangan kurikulum. Dalam melaksanakan evaluasi kurikulum
sesuai model teoritik Taylor dan Maguire meliputi dua hal yaitu
pertama, mengumpulkan data objektif yang dihasilkan dari berbagai
sumber mengenai komponen tujuan, lingkungan, personalia, metode,
hasil belajar langsung maupun hasil belajar dalam jangka panjang.
kedua, pengumpulan data yang merupakan hasil pertimbangan
individual terutama mengenai kualitas tujuan, masukan, dan hasil
belajar.

c) Model Countenance Stake


Model countenance adalah model pertama evaluasi kurikulum yang
dikembangkan oleh Stake. Stake mendasarkan modelnya ini pada
evaluasi formal. Evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan oleh
pihak luar yang tidak terlibat dengan evaluan.

d) Model Ekonomi
Model ekonomi mikro adalah model yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Sebagaimana model kuantitatif lainnya, maka
model ekonomi mikro ini focus pada hasil (hasil dari pekerjaan, hasil
belajar, dan hasil yang diperkirakan). Model di lingkungan ekonomi
mikro yang tepat digunakan dalam evaluasi kurikulum adalah model
cost effectiveness.

11
https://www.google.com/amp/s/www.lamaccaweb.com/2020/04/29/model-evaluasi-
pembelajaran/%3famp di akses pada Senin, 22 Maret 2021 pukul 20.02 WIB.

10
2. Model Evaluasi Kualitatif

Model evaluasi kualitatif selalu menempatkan proses pelaksanaan


kurikulum sebagai focus utama evaluasi. Oleh karena itulah dimensi kegiatan dan
proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain. Terdapat tiga
model evaluasi kualitatif, yaitu sebagai berikut:

a) Model Studi Kasus


Model studi kasus (case studi) adalah model utama dalam evaluasi
kualitatif. Evaluasi model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan
pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan. Unit tersebut dapat berupa
satu sekolah, satu kelas, bahkan terdapat seorang guru atau kepala sekolah.

Dalam menggunakan model evaluasi studi kasus, tindakan pertama yang


harus dilakukan evalator adalah familiriasasi dirinya terhadap kurikulum yang
dikaji. Apabila evaluator belum familiar dengan kurkulum dan satuan pendidikan
yang mengembangkannya, maka evaluator ini dilarang untuk melakukan evaluasi.

b) Model Iluminatif
Model ini mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi social. Model
ini juga memberikan perhatian tidak hanya pada kelas dimana suatu inovasi
kurikulum dilaksanakan. Dasar konsep yang digunakan dalam model ini adalah:

1) System Intruksi
Sistem instruksi disini diartikan sebagai catalog, perpekstus, dan laporan-
laporan kependidikan yang secara khusus berisi berbagai macam rencana dan
pernyataan yang resmi berhubungan dengan pengaturan suatu pengajaran.

2) Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar ialah lingkungan social-psikologis dan materi dimana
guru dan peserta didik berinteraksi. Kegiatan pelaksanaannya, model evaluasi

11
ilumintif memiliki tiga kegiatan, yaitu observasi, inkuiri lanjutan, dan usahan
penjelasan.
c) Model Responsif
Model responsif sangat menekankan terutama sekali pada
kedudukan-kedudukan, pertanyaan-pertanyaan, dan masalah-masalah yang
ditemui oleh perhatian para pendengar yang berbeda oleh dibawah program
evaluasi.
Menurut Scriven, model evaluasi responsif memungkinkan
mengambil dua orientasi utama yang mana saling melengkapi satu sama lain:
1) Pembatasan terhadap kegunaan atau manfaat yang benar-benar ada
yang sedang dievaluasi.
2) Pembatasan terhadap nilai-nilai yang benar-benar ada yang
dievaluasi.

C. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran

Pendekatan merupakan suatu cara atau sudut pandang seseorang dalam


mempelajari sesuatu.12 Dengan demikian, pendekatan evaluasi merupakan
sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat
dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan sistem.13

1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional merupakan pendekatan yang lebih
mengedepankan komponen evaluasi produk daripada komponen proses.
Dalam pendekatan ini, peserta didik lebih di tuntut untuk menguasai suatu
jenis keahlian dan terkesan mengenyampingkan aspek keterampilan dan
sikap.14

12
Dr. Elis Ratna wulan dan Dr. H. Rusdiana, Drs.,MM. ,Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: pustaka
setia, 2014). H. 32
13
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 85
14
Dr. Elis Ratna wulan dan Dr. H. Rusdiana, Drs.,MM. ,Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: pustaka
setia, 2014). H. 36

12
Pendekatan ini berorientasi kepada praktik evaluasi seperti yang
telah berjalan selama ini di madrasah, yang ditujukan kepada
perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek keterampilan
dan pengembangan sikap kurang mendapat perhatian yang serius. Peserta
didik hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan
evaluasi juga lebih difokuskan kepada komponen produk saja, sementara
komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian Spencer cukup
memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran. Ia
mengemukakan sejumlah isi pendidikan yang dapat dijadikan dasar
pertimbangan untuk merumuskan tujuan pendidikan secara komprehensif
dan menjadi acuan dalam membuat perencanaan evaluasi.

Namun demikian, tidak sedikit guru yang mengalami kesulitan


dalam mengembangkan sistem evaluasi di madrasah karena bertentangan
dengan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Misalnya, ada tradisi bahwa
target kuantitas kelulusan setiap madrasah harus di atas 95%. Ada juga
tradisi bahwa dalam mata pelajaran tertentu nilai peserta didik dalam buku
rapot harus minimal enam. Seharusnya, kebijakan evaluasi lebih
menekankan kepada target kualitas.

2. Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling
berhubungan dan ketergantungan.15 Pendekatan sistem berarti evaluasi di
sini lebih mengedepankan proses, sehingga komponen yang termasuk
dalam proses harus di evaluasi, baik itu dari konteks, input, proses, serta
produk.16
Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan
dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. Berbeda dengan
pendekatan tradisional yang hanya menyentuh komponen produk saja,
yaitu perubahan perilaku apa yang terjadi pada peserta didik setelah

15
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), h. 89
16
Dr. Elis Ratna wulan dan Dr. H. Rusdiana, Drs.,MM. ,Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: pustaka
setia,2014). h. 40

13
mengikuti proses pembelajaran. Pendekatan ini tentu tidak salah, hanya
saja tidak sistematis. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa hasil
belajar tidak akan ada bila tidak melalui suatu proses, dan proses tidak bisa
berjalan bila tidak ada masukan dan guru yang melaksanakan.

Dalam literature modern tentang penilaian, terdapat dua


pendekatan yang dapat digunakan untuk menafsirkan hasi evaluasi, yaitu
penilaian acuan patokan (criterion referenced evalution) dan penilaian
acuan norma (norm referenced evalution).

1. Penilaian Acuan Patokan


Pendekatan ini digunakan jika ingin mengetahui keberhasilan
peserta didik dalam mencapai standar acuan patokan yang telah mutlak di
tetapkan. Pada umumnya, seorang guru yang menggunakan pendekatan ini
sudah menyusun pedoman konversi skor menjadi skor standar sebelum
kegiatan evaluasi dimulai. Oleh karena itu, hasil pengukuran dari waktu ke
waktu dalam kelompok yang sama atau berbeda dapat dipertahankan
ketetapannya. Pendekatan ini dapat menggambarkan prestasi belajar
peserta didik secara objektif apabila alat ukur yang digunakan adalah alat
ukur yang standar.

2. Penilaian Acuan Norma


Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan skor
peserta didik lainnya. Zaenal Arifin, menyatakan makna nilai dalam
bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat relatif.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem


pembelajaran. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran,
karena keefektifan pembelajaran hanya dapat diketahui melalui
evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua komponen
pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya atau tidak. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan
peserta didik, baik secara kelompok maupun perseorangan.

2. Model- Model Evaluasi Pembelajaran

a. Model Evaluasi Kuantitatif, penggunaan sebuah prosedur untuk


mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran
paradigma positivisme.

b. Model evaluasi kualitatif, selalu menempatkan proses


pelaksanaan kurikulum sebagai focus utama evaluasi.

3. Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam


menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen
pembelajaran, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Dilihat dari penafsiran
hasil evaluasi, pendekatan evaluasi juga dibagi menjadi dua, yaitu
criterion-referenced evaluation dan norm-referenced evaluation

15
B. Saran
Sebagai pendidik yang baik, seharusnya memahami apa yang
dimaksud evaluasi pembelajaran. Dengan mempelajari evaluasi
pembelajaran kita dapat mengetahui strategi apa yang kita lakukan serta
langkah apa yang efisien dalam mengajar peserta didik. Karna dengan
kita mempelajari media pembelajaran ini kita mampu menentukan
media yang tepat untuk digunakan agar peserta didik cepat paham dan
mampu menyerap materi dengan baik.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
di pertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran Terhadap pembaca tentang pembahasan
makalah diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi


Aksara

Dr. Elis Ratna wulan dan Dr. H. Rusdiana, Drs.,MM. 2014. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: pustaka setia. H. 32

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik, (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers. hlm. 82

Safruddin, Abdul. 2010. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Praktis Bagi


Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara h. 124

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h. 139

http://jabercaemdanunyuweb.blogspot.com/2013/10/model-evaluasi-
pembelajaran.html?m=1 di akses pada Senin, 22 Maret 2021 pukul 19.43 WIB.

https://www.google.com/amp/s/www.lamaccaweb.com/2020/04/29/model-
evaluasi-pembelajaran/%3famp di akses pada Senin, 22 Maret 2021 pukul 20.02
WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai