PENILAIAN AUTENTIK
JURUSAN PPB/BK
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca mengenai “Penilaian Autentik” dan untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Mengingat bahwa setiap proses pembelajaran perlu untuk ditinjau, dinilai dan diketahui
secara keseluruhan serta sampai dimana proses pembelajaran berlangsung.
Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling
banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai
harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan
pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-
muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid
benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan
pengajarannya bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru untuk
melihat seberapa jauh kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka
dibandingkan norma nasional yang ada.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa
yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa
agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi
bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang
dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk
menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil
belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi
juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap
lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan
lebih dihargai. Berdasarkan uraian pada latar belakang, penyusun tertarik untuk menyusun
makalah yang berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”.
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
PEMBAHASAN
Penilaian autentik
A. Penilaian Autentik
Penilaian auntentik adalah sebuah bentuk penilaian dengan meminta peserta didik
untuk menunjukkan tugas “dunia nyata” yang mendemonstrasikan aplikasi yang bermakna
dari pengetahuan dan keterampilan (Mueller, 2008 dan Palm, 2008), serta sikap, yang mereka
butuhkan untuk digunakan di dalam kehidupan profesional (Ariev, 2005; Gulikers, Bastiaens,
& Kirschner, 2004; Lombardi, 2008).Penilaian autentikmelibatkan berbagai bentuk
pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar, prestasi, motivasi, dan sikap siswa pada
kegiatan yang relevan dengan pembelajaran (O’Malley dan Pierce, 1996). Denganpenilaian
autentik, peserta didik dilibatkan dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat,penting, dan
bermakna (Hart, 1994).
Penilaian autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau
konteks dunia “nyata” memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah
yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah dapat mempunyai lebih dari satu macam
pemecahan. Dengan kata lain, penilaian autentik memonitor dan mengukur kemampuan
siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam
situasi atau konteks dunia nyata.
Pada tes bentuk perbuatan (unjuk kerja), umumnya dilakukan dengan cara menyuruh
peserta tes untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat fisik (praktik). Tes bentuk
perbuatan ini sangat cocok untuk melakukan penilaian dalam pelajaran praktik/keterampilan
atau praktikum di laboratorium. Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dapat digunakan
untuk menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu kegiatan praktik.
Pengukuran unjuk kerja dipergunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara
pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik sehingga hasil evaluasinya
menjadi lebih jelas. Penilaian unjuk kerja sangat cocok untuk penilaian penguasaan
kompetensi aspek keterampilan atau psikomotor dimiliki oleh seseorang atau peserta didik di
mana orang yang akan dinilai kemampuan keterampilannya harus menampilkan atau
melakukan keahlian/keterampilan yang dimilikinya di bawah persyaratan-persyaratan kerja
yang berlaku. Alat yang digunakan untuk melakukan penilaian ini pada umumnya berupa
lembar pengamatan (lembar observasi) dengan menggunakan daftar cek (checklist), skala
bertingkat (rating scale), atau catatan pengamatan. Menurut Popham (1995), terdapat tiga
sumber kesalahan (sources of error) dalam performance assessment, yaitu:
1. Scoring instrument flaws, yakni instrumen pedoman penskoran tidak jelas
sehingga sukar untuk digunakan oleh penilai, umumnya karena komponen-
komponennya sukar untuk diamati (unobservable).
2. Procedural flaws, prosedur yang digunakan dalam performance assessment tidak
baik sehingga memengaruhi hasil penskoran.
3. Teachers personal-bias error, pemberi skor (rater) cenderung sukar
menghilangkan masalah personal bias, yaitu ada kemungkinan penskor
mempunyai masalah generosity error, artinya penilai cenderung memberi nilai
yang tinggi, walaupun kenyataannya hasil pekerjaan peserta tes tidak baik atau
sebaliknya. Masalah lain adalah adanya kemungkinan terjadinya subjektivitas
penskor sehingga sukar baginya untuk memberi nilai yang objektif.
2. Penilaian Tertulis Dan Lisan
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun
jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih
digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya diberikan dalam bentuk
tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes
tertulis.
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk
lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang
baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap
dari instrumen asesmen yang lain.
3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian ini dilakukan untuk mendapat gambaran
kemampuan menyeluruh secara kontekstual mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep dan pemahaman akan materi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan mulai dari
perencanaan, proses selama pengerjaan, dan hasil proyek.
4. Penilaian Produk
Tiga tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap perencanaan atau perancangan,
tahap produksi, dan tahap akhir. Semua harus dilakukan oleh siswa meskipun terdiri atas
beberapa yang berbeda tetapi semua itu merupakan suatu proses yang padu. Berhubung
ketiga tahap itu merupakan proses yang padu, maka guru bisa saja melakukan penilaian
tentang kemampuan siswa dalam memilih teknik kerja pada tahap produksi dan pada tahap
akhir.
5. Penilaian Diri
Penilaian autentik khususnya dalam sistem penilaian pada kurikulum 2013 memiliki
cirri-ciri, yaitu belajar tuntas, autentik, berkesinambungan, menggunakan teknik yang
bervariasi, dan berdasarkan acuan kriteria (Direktor Pendidikan Madrasah Dirjen Pendis
2013). Belajar tuntas dimaksudkan bahwa sebelum peserta didik menguasai kompetensi pada
kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), tidak diperkenankan mengerjakan
pekerjaan selanjutnya. Asumsi dalam belajar tuntas adalah peserta didik yang belajar labat
perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta, dibandingkan peserta
didik dengan tingkat kemampuan sedang dan tinggi.
Autentik dalam arti penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan kriteria horistik
(kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap). Serta penekanan pada
pengukuran apa yang dapat dilakukan peserta didik. Menurut Kunandar bahwa karakteristik
penilaian autentik dapat aspek kondisi peserta didik. Artinya, dalam melakukan penilaian
autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja dan aktivitas
peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan autput (hasil pencapaian kompetensi, baik
sikap pengetahuan maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar).
1. Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif. Artinya, penilaian autentik dapt dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi
dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standard kompetensi atau
kompetensi inti dalam satu semester (sumatif)
2. Mengukur keterampilan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya, penilaian
autentik itu ditunjuan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan
aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur
kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).
3. Berkesinabungan ddan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik
harus secara berkesinambungan (terus-menerus) dan merupakan satu kesatuan secara
utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informassi terhadap pencapaian kompetensi
peserta didik.
4. Dapat digunakan sebagai feedback. Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh
guru-guru dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi
peserta didik secara komprehensif.
1. Penilaian Kinerja
Kinerja kebahasaan yang paling mudah dilakukan atau ditemukan adalah kinerja lisan
atau kegiatan berbicara dengan segala jenisnya seperti berpidato, berdiskusi, berdialog,
bahkan juga berwawancara, yang pada intinya adalah menunjukkan kompetensi berbahasa
lisan. Penilaian praktik berbicara inilah yang biasa disebut sebagai penilaian performansi
(kinerja). Namun, kinerja juga dapat berupa kegiatan penulisan yang menghasilkan karya
tulis dengan segala macamnya, misalnya membuat karangan, artikel, resensi, menulis berita,
surat, laporan, analisis teks kesastraan, sampai menulis karya kreatif. Hal-hal yang
dicontohkan tgrsebut juga dapat dimasukkan ke dalam bukti karya peserta didik untuk
penilaian portofolio.
2. Wawancara Lisan
Wawancara lisan sebenarnya dapat juga disebut sebagai penilaian kinerja kebahasaan.
Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi tanya jawab antara pihak yang
diwawancarai (peserta didik) dan pewawancara (guru/penguji) tentang apa saja yang
diinginkan informasinya oleh pewawancara. Namun, dalam konteks penilaian hasil
pembelajaran bahasa, tujuan utama kegiatan itu adalah untuk menilai kompetensi peserta
didik membahasakan secara lisan informasi yang ditanyakan pewawancara dengan benar.
Dalam konteks asesmen otentik benar atau kurang benarnya bahasa peserta didik tidak
semata-mata dinilai dari ketepatan struktur dan kosakata, melainkan ketepatan atau kejelasan
informasi yang disampaikan sebagaimana halnya fungsi bahasa yang sebagai sarana
berkomunikasi.
3. Pertanyaan Terbuka
Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan (stimulus) atau tugas yang harus
dijawab atau dilakukan oleh peserta didik secara tertulis atau lisan. Pertanyaan bukan sekadar
pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau
ya/tidak. Pertanyaan haruslah yang memaksa peserta didik untuk mengkreasikan jawaban
yang sekaligus mencerminkan penguasaannya terhadap pengetahuan tertentu. Jadi, jawaban
yang diberikan peserta didik mesti berupa uraian yang menunjukkan kualitas berpikir,
mengembangkan argumentasi, menjelaskan sebab akibat sesuatu, dan akhirnya sampai pada
kesimpulan. Namun, pertanyaan haruslah dibatasi pada persoalan tertentu yang bermakna
sehingga jawabannya relatif terbatas. Kemampuan peserta didik memilih atau mengkreasikan
pesan dan bahasa secara akurat dan tepat mencerminkan kualitas berpikir tingkat tinggi.
5. Portofolio
6. Proyek
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA