Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENILAIAN AUTENTIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Evaluasi Hasil Belajar

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Murad, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 9

Nama : Nabillah Ufaira (1171151023)

Nuril Kholilah Nasution (1171151024)

Indah Ramadhani (11711510

Kelas : BK Reg A 2017

JURUSAN PPB/BK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca mengenai “Penilaian Autentik” dan untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2020

Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peranan evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Mengingat bahwa setiap proses pembelajaran perlu untuk ditinjau, dinilai dan diketahui
secara keseluruhan serta sampai dimana proses pembelajaran berlangsung.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata evaluasi mempunyai arti penilaian (Depdiknas,


2008:403). Sedangkan evaluasi dalam dunia pendidikan mempunyai arti yang berbeda.
Namun kata penilaian juga merupakan bagian dari evaluasi. Menurut Zainal Arifin, evaluasi
lebih luas ruang lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus pada
aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. (Arifin, 2013:2)

Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling
banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai
harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan
pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-
muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid
benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan
pengajarannya bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru untuk
melihat seberapa jauh kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka
dibandingkan norma nasional yang ada.

Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa
yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa
agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi
bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang
dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk
menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil
belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi
juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap
lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan
lebih dihargai. Berdasarkan uraian pada latar belakang, penyusun tertarik untuk menyusun
makalah yang berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?

2. Bagaimana karakteristik dari penilaian autentik?

3. Bagaimana teknik penilaian autentik?

4. Apa saja jenis-jenis penilaian autentik?

C. Manfaat

Penyusunan makalah ini diharapkan :


1.      Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai asesmen.
2.      Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai penilaian autentik (Authentic
Assessment).
BAB II

PEMBAHASAN

Penilaian autentik

A. Penilaian Autentik

Penilaian auntentik adalah sebuah bentuk penilaian dengan meminta peserta didik
untuk menunjukkan tugas “dunia nyata” yang mendemonstrasikan aplikasi yang bermakna
dari pengetahuan dan keterampilan (Mueller, 2008 dan Palm, 2008), serta sikap, yang mereka
butuhkan untuk digunakan di dalam kehidupan profesional (Ariev, 2005; Gulikers, Bastiaens,
& Kirschner, 2004; Lombardi, 2008).Penilaian autentikmelibatkan berbagai bentuk
pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar, prestasi, motivasi, dan sikap siswa pada
kegiatan yang relevan dengan pembelajaran (O’Malley dan Pierce, 1996). Denganpenilaian
autentik, peserta didik dilibatkan dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat,penting, dan
bermakna (Hart, 1994).

Penilaian autentik sebagai suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau
konteks dunia “nyata” memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah
yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah dapat mempunyai lebih dari satu macam
pemecahan. Dengan kata lain, penilaian autentik memonitor dan mengukur kemampuan
siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam
situasi atau konteks dunia nyata.

Penerapan penilaian autentik dalam pendidikan merupakan aspek yang sangat


penting. Penilaian berfungsi untuk membantu dalam menyebarkan peserta didik menjadi
kelompok, meningkatkan metode pembelajaran, mengukur kesiapan peserta didik (sikap,
mental, dan material), dan memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam meningkatkan
kompetensinya (Gronlund & Linn, 1990), memberikan informasi yang dapat membantu
pendidik dalam melaksanakan pendidikan yang lebih baik(Reynold, Livingstone, & Wilson,
2010), dan dalam membuat keputusan mengenai keberlanjutan studi dan evaluasi program
pembelajaran (Johnson, Penny, & Gordon, 2009).
B. Teknik  Penilaian Autentik

Pemendikbud RI No.81 menyebutkan ,teknik penilaian  autentik  dapat dipilih  secara


bervariasi  disesuiakan  dengan karakteristik  masing-masing  pencapaian  kompetensi  yang
hendak  dicapai, di mana teknik penilaian  yang dapat berupa tertulis, lisan, produk,
portofolio, untuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian  diri seperti pembahasan  berikut:

1. Penilaian Unjuk Kerja Atau Perbuatan

Pada tes bentuk perbuatan (unjuk kerja), umumnya dilakukan dengan cara menyuruh
peserta tes untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bersifat fisik (praktik). Tes bentuk
perbuatan ini sangat cocok untuk melakukan penilaian dalam pelajaran praktik/keterampilan
atau praktikum di laboratorium. Tes bentuk perbuatan ini pada umumnya dapat digunakan
untuk menilai proses maupun hasil (produk) dari suatu kegiatan praktik.
Pengukuran unjuk kerja dipergunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara
pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik sehingga hasil evaluasinya
menjadi lebih jelas. Penilaian unjuk kerja sangat cocok untuk penilaian penguasaan
kompetensi aspek keterampilan atau psikomotor dimiliki oleh seseorang atau peserta didik di
mana orang yang akan dinilai kemampuan keterampilannya harus menampilkan atau
melakukan keahlian/keterampilan yang dimilikinya di bawah persyaratan-persyaratan kerja
yang berlaku. Alat yang digunakan untuk melakukan penilaian ini pada umumnya berupa
lembar pengamatan (lembar observasi) dengan menggunakan daftar cek (checklist), skala
bertingkat (rating scale), atau catatan pengamatan. Menurut Popham (1995), terdapat tiga
sumber kesalahan (sources of error) dalam performance assessment, yaitu:
1. Scoring instrument flaws, yakni instrumen pedoman penskoran tidak jelas
sehingga sukar untuk digunakan oleh penilai, umumnya karena komponen-
komponennya sukar untuk diamati (unobservable). 
2. Procedural flaws, prosedur yang digunakan dalam performance assessment tidak
baik sehingga memengaruhi hasil penskoran. 
3. Teachers personal-bias error, pemberi skor (rater) cenderung sukar
menghilangkan masalah personal bias, yaitu ada kemungkinan penskor
mempunyai masalah generosity error, artinya penilai cenderung memberi nilai
yang tinggi, walaupun kenyataannya hasil pekerjaan peserta tes tidak baik atau
sebaliknya. Masalah lain adalah adanya kemungkinan terjadinya subjektivitas
penskor sehingga sukar baginya untuk memberi nilai yang objektif.
2. Penilaian Tertulis Dan Lisan

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun
jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih
digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya, tes yang soalnya diberikan dalam bentuk
tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes
tertulis.

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk
lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang
baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap
dari instrumen asesmen yang lain.

3. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian ini dilakukan untuk mendapat gambaran
kemampuan menyeluruh secara kontekstual mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep dan pemahaman akan materi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan mulai dari
perencanaan, proses selama pengerjaan, dan hasil proyek. 

4. Penilaian Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu


produk. Penilaian dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan dan tahap
penilaian.

Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-


produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,
gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. (Ramlan Arie, 2011)

Penilaian hasil kerja siswa (Product Assessment) adalah penilaian terhadap


keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut.
(Hesty Borneo, 2012)
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
a. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.
b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik.
c. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. (Ramlan Arie,
2011)

Tiga tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap perencanaan atau perancangan,
tahap produksi, dan tahap akhir. Semua harus dilakukan oleh siswa meskipun terdiri atas
beberapa yang berbeda tetapi semua itu merupakan suatu proses yang padu. Berhubung
ketiga tahap itu merupakan proses yang padu, maka guru bisa saja melakukan penilaian
tentang kemampuan siswa dalam memilih teknik kerja pada tahap produksi dan pada tahap
akhir.

5. Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang memberikan kesempatan kepada


siswa untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan pengalaman yang
mereka rasakan. Penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif
dan psikomotor siswa. Beberapa keunggulan melakukan penilaian diri di antaranya, peserta
didik dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberikan kepercayaan untuk menilai diri
sendiri, peserta didik membiasakan untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian,
peserta didik mengetahui keunggulan dan kelemahan dirinya masing-masing sehingga dapat
melakukan introspeksi diri.

C. Karakteristik Penilaian Autentik

Penilaian autentik khususnya dalam sistem penilaian pada kurikulum 2013 memiliki
cirri-ciri, yaitu belajar tuntas, autentik, berkesinambungan, menggunakan teknik yang
bervariasi, dan berdasarkan acuan kriteria (Direktor Pendidikan Madrasah Dirjen Pendis
2013). Belajar tuntas dimaksudkan bahwa sebelum peserta didik menguasai kompetensi pada
kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), tidak diperkenankan mengerjakan
pekerjaan selanjutnya. Asumsi dalam belajar tuntas adalah peserta didik yang belajar labat
perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta, dibandingkan peserta
didik dengan tingkat kemampuan  sedang dan tinggi.

Autentik dalam arti penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan kriteria horistik
(kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap). Serta penekanan pada
pengukuran apa yang dapat dilakukan peserta didik. Menurut Kunandar bahwa karakteristik
penilaian autentik dapat aspek kondisi peserta didik. Artinya, dalam melakukan penilaian
autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja dan aktivitas
peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan autput (hasil pencapaian kompetensi, baik
sikap pengetahuan maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah
mengikuti proses belajar mengajar).

Pemilihan teknik penilaian pada penilaian autentik dipilih secara


bervariasi  disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pencapaian kompetensi yang
hendak dicapai. Penilaian autentik menggunakan berbagai teknik penilaian meliputi, tertulis,
lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri (Kunandar,
2013:42).

1. Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif. Artinya, penilaian autentik dapt dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi terhadap satu atau beberapa kompetensi
dasar (formatif) maupun pencapaian kompetensi terhadap standard kompetensi atau
kompetensi inti dalam satu semester (sumatif)
2. Mengukur keterampilan performansi, bukan mengingat fakta. Artinya, penilaian
autentik itu ditunjuan untuk mengukur pencapaian kompetensi yang menekankan
aspek keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan hanya mengukur
kompetensi yang sifatnya mengingat fakta (hafalan dan ingatan).
3. Berkesinabungan ddan terintegrasi. Artinya, dalam melakukan penilaian autentik
harus secara berkesinambungan (terus-menerus) dan merupakan satu kesatuan secara
utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informassi terhadap pencapaian kompetensi
peserta didik.
4. Dapat digunakan sebagai feedback. Artinya, penilaian autentik yang dilakukan oleh
guru-guru dapat digunakan sebagai umpan  balik terhadap pencapaian kompetensi
peserta didik secara komprehensif.

D. Jenis-jenis Penilaian Autentik

Depdiknas (Nurgiyantoro, 2011:34) menunjukkan beberapa jenis penilaian otentik


yang dapat dilakukan, yaitu penilaian kinerja, observasi sistematik, pertanyaan terbuka,
portofolio, penilaian pribadi, dan jurnal. Di pihak lain, O’Malley dan Pierce yang dikutip
Callison (Nurgiyantoro, 2011:34) mengemukakan berbagai macam penilaian otentik , yaitu
wawancara lisan, menceritakan kembali teks atau cerita, contoh karya tulis, proyek/ eksibisi,
eksperimen/demonstrasi, pertanyaan terbuka dan menjawab soal dengan uraian, pengamatan
oleh guru, dan portofolio. Pembedaan macam-macam asesmen otentik tersebut tidak pilah
benar karena ada tugas-tugas tertentu yang dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu
kategori. Jenis-ienis penilaian autentik tersebut, dirincikan sebagai berikut:

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam


mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan
dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu.
Unjuk kerja dalam konteks hasil pembelajaran bahasa berkaitan dengan kinerja aktif-
produktif lewat berbicara dan menulis. Kegiatan berbicara dan menulis adalah wadah atau
bentuk kemampuan berbahasa, sedang topik, isi, gagasan, atau informasi yang dijadikan
bahan pembicaraan dan penulisan dapat berupa apa saja persoalan aktual dan kontekstual
yang dijumpai dalam kehidupan. Isi pembicaraan dapat juga terkait dengan berbagai mata
pelajaran yang lain. Dalam konteks penilaian pembelajaran bahasa di sekolah, ketepatan
kinerja tersebut harus ditekankan pada ketepatannya mempergunakan bahasa dan sekaligus
muatan informasinya.

Kinerja kebahasaan yang paling mudah dilakukan atau ditemukan adalah kinerja lisan
atau kegiatan berbicara dengan segala jenisnya seperti berpidato, berdiskusi, berdialog,
bahkan juga berwawancara, yang pada intinya adalah menunjukkan kompetensi berbahasa
lisan. Penilaian praktik berbicara inilah yang biasa disebut sebagai penilaian performansi
(kinerja). Namun, kinerja juga dapat berupa kegiatan penulisan yang menghasilkan karya
tulis dengan segala macamnya, misalnya membuat karangan, artikel, resensi, menulis berita,
surat, laporan, analisis teks kesastraan, sampai menulis karya kreatif. Hal-hal yang
dicontohkan tgrsebut juga dapat dimasukkan ke dalam bukti karya peserta didik untuk
penilaian portofolio.

2. Wawancara Lisan

Wawancara lisan sebenarnya dapat juga disebut sebagai penilaian kinerja kebahasaan.
Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi tanya jawab antara pihak yang
diwawancarai (peserta didik) dan pewawancara (guru/penguji) tentang apa saja yang
diinginkan informasinya oleh pewawancara. Namun, dalam konteks penilaian hasil
pembelajaran bahasa, tujuan utama kegiatan itu adalah untuk menilai kompetensi peserta
didik membahasakan secara lisan informasi yang ditanyakan pewawancara dengan benar.
Dalam konteks asesmen otentik benar atau kurang benarnya bahasa peserta didik tidak
semata-mata dinilai dari ketepatan struktur dan kosakata, melainkan ketepatan atau kejelasan
informasi yang disampaikan sebagaimana halnya fungsi bahasa yang sebagai sarana
berkomunikasi.

3. Pertanyaan Terbuka

Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan (stimulus) atau tugas yang harus
dijawab atau dilakukan oleh peserta didik secara tertulis atau lisan. Pertanyaan bukan sekadar
pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau
ya/tidak. Pertanyaan haruslah yang memaksa peserta didik untuk mengkreasikan jawaban
yang sekaligus mencerminkan penguasaannya terhadap pengetahuan tertentu. Jadi, jawaban
yang diberikan peserta didik mesti berupa uraian yang menunjukkan kualitas berpikir,
mengembangkan argumentasi, menjelaskan sebab akibat sesuatu, dan akhirnya sampai pada
kesimpulan. Namun, pertanyaan haruslah dibatasi pada persoalan tertentu yang bermakna
sehingga jawabannya relatif terbatas. Kemampuan peserta didik memilih atau mengkreasikan
pesan dan bahasa secara akurat dan tepat mencerminkan kualitas berpikir tingkat tinggi.

4. Menceritakan Kembali Teks atau Cerita

Pemberian tugas menceritakan kembali biasanya dilakukan untuk mengukur


pemahaman wacana yang didengar atau dibaca secara lisan atau tertulis. Pada prinsipnya
terjadi integrasi antara beberapa kemampuan berbahasa. Misalnya, wacana yang dibaca (teks
bacaan) dapat diceritakan kembali secara lisan dan tertulis. Kompetensi yang demikian
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, maka tugas ini cukup bermakna. Penilaian terhadap
kinerja peserta didik, selain memperhitungkan ketepatan unsur kebahasaan, juga harus
melibatkan ketepatan dan keakuratan isi atau informasi yang terkandung dalam wacana.
Selain itu, wacana yang dipilih untuk diperdengarkan atau dibaca haruslah kontekstual,
relevan, dan yang sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik.

     5. Portofolio

Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang dikumpulkan secara


sengaja, terencana, dan sistemik yang kemudian dianalisis secara cermat untuk menunjukkan
perkembangan kemajuan mereka setiap waktu. Maka, seperti dikemukakan oleh Callison
(Nurgiyantoro, 2011:36), portofolio sebagai salah satu asesmen otentik tepat dipakai dalam
penilaian proses. Jika ada banyak karya yang dihasilkan peserta didik lewat berbagai tugas,
(mungkin berbagai macam karya tulis, CD rekaman, atau hal-hal lain yang diberikan pihak
lain seperti catatan harian, rekomendasi, dan piagam), perlu dipilih secara selektif karya-
karya mana saja yang dapat dijadikan bahan untuk portofolio dengan mempergunakan
kriteria tertentu. Misalnya, tugas-tugas yang relevan, bermakna, dan menggambarkan
kemajuan serta capaian belajar.

     6. Proyek

Proyek merupakan bentuk penugasan secara berkelompok (misalnya tiga orang)


dalam kaitannya dengan penilaian hasil pembelajaran. Hasil kerja akhir proyek dapat
berbentuk laporan tertulis, rekaman video, gabungan keduanya, atau yang lain. Jadi, ia dapat
berwujud tulisan, gambar, suara, aksi, atau perpaduan semuanya. Tugas proyek dapat berupa
tugas melakukan penelitian kecil-kecilan (tetapi besar buat peserta didik). Misalnya,
menganalisis unsur-unsur fiksi, menganalisis kandungan makna puisi-puisi anak di koran
minggu, menganalisis tajuk rencana bermuatan kependidikan di koran, mementaskan drama,
dan lain-lain. Pemilihan topik proyek sebaiknya didiskusikan dengan peserta didik dan dapat
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Tugas proyek merupakan kegiatan investigasi sejak perencanaan, pengumpulan data,


pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data, sampai pembuatan laporan. Untuk
melakukan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu bekerja bersama, pembagian tugas,
berdiskusi, dan pemecahan masalah yang semuanya merupakan usaha kolaboratif. Maka,
tugas proyek dapat menunjukkan kemampuan peserta didik dalam hal penguasaan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis informasi/data, sampai dengan
pemaknaan dan penyimpulan.
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Astiti, Kadek Ayu.2017. Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Penerbit Andi

Sarkadi.2020.TAHAPAN PENILAIAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM


2013.Surabaya: Jakad Media Publishing

Poerwanti, Endang dan Masduki.2008. Asesmen pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas

Siti Ermawati dan Taufiq Hidayat.2017.”Penilaian Autentik Dan Relevansinya Dengan


Kualitas Hasil Pembelajaran(Persepsi Dosen Dan Mahasiswa Ikip Pgri Bojonegoro)”.
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 27(1).92-103

Anda mungkin juga menyukai