Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN ASESMEN NASIONAL


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kebijakan
Pendidikan Islam yang diampu oleh Dr. Nur Abadi. S. Ag, M.Pd.

Disusun Oleh:
MAFTUKHUL NGAQLI
NIM: 1136.28.1.20

MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang tela


melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “MAKALAH ANALISIS ASSESMENT NASIONAL”,
semoga bermanfaat dan mendapatkan ridha-Nya. Shalawat serta salam semoga
selalu diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan suatu
kebenaran dan telah memberikan suatu teladan yang baik bagi umat manusia.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa semua ini
tidak lepas dari bantuan bapak Dr. Nur Abadi. S. Ag, M.Pd. selaku dosen
pengampu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Beliau atas
bantuan yang telah diberikan baik berupa pemikiran, material maupun spiritual.
Penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan agar dalam penyusunan
makalah berikutnya menjadi lebih baik dan benar. Demikian yang dapat penulis
sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat.

Wonosobo, 24 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 5
C. Tujuan.............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebijakan Asesmen Nasional.......................................................................... 6
B. Analisis Kebijakan Asesmen Nasional.......................................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 20
B. Saran.............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi tantangan global pada pendidikan abad 21,
mengharuskan peserta didik dapat menguasai berbagai kecakapan hidup yang
pokok. Peserta didik harus memiliki kecakapan belajar dan berinovasi,
kecapakan menggunakan tekonologi informasi, kecapakan hidup untuk
bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan
dasar dan menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa
memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya
dengan keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah
kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi
minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-
15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah.
Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna
mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan
secara menyeluruh dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 ini, Asesmen
Nasional (AN) resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan.
Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
Adanya terobosan baru ini dalam reformasi asesmen yang diberlakukan
dapatkah mendorong peningkatan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan
di Indonesia? Oleh karenanya dalam makalah ini penulis akan mencoba
membahas tentang Analisis Kebijakan mengenai Asesmen Nasioanal.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana isi dari kebijakan Asesmen Nasional?
2. Bagaimana analisis mengenai kebijakan Asesmen Nasional?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui isi dari kebijakan Asesmen Nasional.
2. Dapat mengetahui analisis mengenai kebijakan Asesmen Nasional.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebijakan Asesmen Nasional
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana, yang dilakukan oleh
keluarga, sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan secara tepat di masa yang
akan datang. Dalam undang-undang no 20 tentang sistem pendidikan
Nasional tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara”.1 Pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah
berhenti dan selesai, oleh karena itu pengendalian mutu sangat diperlukan. Ini
diperlukan agar di masa depan sistem pendidikan lebih terarah, efisien,
efektif, relevan dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan
masyarakat suatu bangsa.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah menetapkan standar nasional pendidikan memuat
kriteria minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap
jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara
optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Selain itu
upaya yang dilakukan penmerintah untuk mengendalikan mutu pendidikan
adalah dengan melaksankan evaluasi.
Evaluasi mengacu pada proses pengumpulan data secara berkala dan
kemudian di analisis sehingga informasi yang dihasilkan dapat digunakan
untuk menentukan keefektifan pengajaran yang dilaksanakan, dan sejauh

1
Kemendikbud, UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, (KEMENDIKBUD, 2003)
6
mana dapat mencapai tujuan utama program pendidikan dan hasil yang
diharapkan. Dalam bidang pendidikan, evaluasi juga berarti mengukur atau
mengamati proses untuk menilai dan menentukan nilainya dengan
membandingkannya dengan yang lain atau dengan standar ukuran yang sudah
ditetapkan.
Sistem evaluasi di Indonesia telah di atur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab XVI pasal 57 sampai dengan 59 tentang evaluasi. Hingga tahun
2019, pemerintah melakukan penilaian pendidikan secara nasional melalui
Ujian Nasional (UN) di akhir jenjang. Dengan mengandalkan UN sebagai
satu-satunya komponen penilai keberhasilan siswa tentu salah besar. Selain
itu tingkat pendidikan Indonesia dinilai rendah oleh dunia, menurut laporan
Program for Internasional Student Assesment (PISA) yaitu program penilaian
tingkat dunia yang menguji performa akademis siswa berusia 15 tahun yang
dilaksanakan oleh Organisasi Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi
(OECD) tahun 2015 yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72
negara, Indonesia menduduki peringkat 62 ini membuktikan bahwa
pendidikan Indonesia sangat jauh tertinggal.2
Berdasarkan latar belakang kondisi tersebut, Kemendikbud
merumuskan program terbaru yaitu Asesmen Nasional (AN) untuk
menggantikan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) pada tahun 2021. AN dan
UN memiliki perbedaan yang sangat mendasar yaitu tidak mengevaluasi
capaian peserta didik secara individu, tetapi mengevaluasi secara
keseluruhan, dan dilaksanakan secara berkala untuk memetakan sistem
pendidikan. Secara umum asesmen tidak hanya menilai pengetahuan saja,
tetapi mencakup semua metode yang digunakan mengumpulkan informasi

2
M. Tohir, Hasil PISA Indonesia Tahun 2015 Mengalami Peningkatan.
https://doi.org/DO - 10.17605/OSF.IO/KX4JV
7
tentang pengetahuan, kemampuan, pemahaman, sikap, dan motivasi.
Asesmen dalam kegiatan pembelajaran merupakan elemen yang sangat
penting dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan
terkait proses pembelajaran. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk
membuat keputusan tentang isi dan metode pengajaran, untuk membuat
keputusan tentang iklim ruang kelas, dan untuk memberikan nilai. Sistem
asesmen yang ideal dirancang secara kontinu, dilakukan lebih dari sekedar
mendokumentasikan kemampuan siswa dan apa yang mampu mereka
lakukan. Artinya, penilaian harus mengukur kemajuan siswa seiring waktu,
untuk memberikan gambaran kemajuan seutuhnya , hasil pengamatan dari
waktu ke waktu harus dihubungkan secara konseptual sehingga perubahan
dapat diamati dan ditafsirkan. Tingkat kemajuan siswa dalam pembelajaran
harus mendasari sistem asesmen, dan pengujian harus dirancang untuk
memberikan informasi serta memetakan kembali perkembangan
pembelajaran.
1. Konsep Asesmen
Asesmen merupakan proses mengumpulkan data tentang
perkembangan belajar peserta didik.3 Asesmen dapat dikatakan sebagai
penilaian proses, perkembangan, serta hasil belajar siswa. Dengan
demikian asesmen adalah istilah yang tepat untuk mengukur proses
belajar siswa. Asesmen dibedakan menjadi dua kelompok yaitu asesmen
tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen tradisional meliputi tes
benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas.
Sedangkan asesmen alternatif meliputi soal uraian, penilaian praktek,

3
Ria Yulia Gloria, “Pentingnya Asesmen Alternatif Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Dan MembacaIlmiah Siswa Pada Pembelajaran Biologi.” (Jurnal Scientiae
Educatia 1 April 2012), hal. 17.
8
penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian teman
sejawat, penilaian diri, portofolio, observasi, diskusi dan wawancara.4
Pelaksanaan asesmen bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
keberhasilan penguasaan kompetensi siswa, (2) mendeskripsikan
keberhasilan proses pembelajaran, (3) menentukan tindak lanjut hasil
penilaian, (4) sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak sekolah kepada
orang tua dan masyarakat, serta (5) sebagai bahan perbaikan proses
kegiatan belajar mengajar.
Asesmen Nasional (AN) merupakan program penilaian terhadap
mutu setiap satuan pendidikan yaitu sekolah, madrasah, dan program
kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan
dinilai berdasarkan hasil belajar peserta didik yang mendasar (literasi,
numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim
satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi
tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Asesmen Nasional pada tahun 2021 dilakukan sebagai pemetaan dasar
dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada
konsekuensi bagi sekolah dan peserta didik. Hasil AN menggambarkan
kondisi, proses, dan hasil pembelajaran di tiap sekolah. Hasil AN
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di tiap sekolah dan
daerah, sehingga dapat mempercepat perbaikan mutu pendidikan
nasional.
Sangat penting dipahami terutama oleh seluruh pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan AN yaitu guru, kepala sekolah, dan peserta didik
bahwa penilaian AN meliputi tiga aspek, yakni Asesmen Kompetensi

4
Ana Ratna Wulan, “Pengertian Dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen, Tes, Dan
Pengukuran.” (FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2002), hal. 12.
9
Minimum (AKM), Survei karakter, serta Survei lingkungan belajar.
Aspek AKM adalah untuk mengukur hasil bel ajar kognitif peserta didik.
Konten yang diukur meliputi literasi membaca dan numerasi merupakan
konten yang bersifat esensial serta berkelanjutan lintas kelas maupun
jenjang. Tidak semua konten pada kurikulum diujikan, sehingga sifatnya
minimum. Sementara Survei Karakter mengukur hasil belajar emosional
yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dimana pelajar Indonesia
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilainilai
Pancasila yaitu beriman, bertakwa, berakhlak mulia, Bernalar kritis,
Mandiri, dan Kreatif.
Namun dalam kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini yang juga
berdampak pada sistem pendidikan mengakibatkan minimya pelatihan
dan pembekalan langsung yang diberikan pemerintah kepada semua
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan AN. Pembekalan dan pelatihan
terkait pelaksanaan AN hanya dapat dilakukan secara virtual, yang
tentunya denga segala keterbatasan. Sementara jadwal pelaksanaan AN
sudah di depan mata. Berangkat dari hal tersebut maka peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Asesmen Nasional (AN):
pengetahuan dan persepsi calon guru” yang dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pengetahuan yang dimiliki calon guru meliputi sistem
pelaksanaan AN, peserta yang ikut AN, aspek-aspek yang di nilai dalam
AN, serta komponen apa saja yang di ukur dalam pelaksanaan AN.
Sebagai calon guru yang nantinya berperan dalam dunia pendidikan
wajib melek informasi dan cepat tanggap terutama yang terkait dengan
perubahan kebijakan-kebijakan dalam sistem pendidikan.
2. Assesmen Kompetensi Minimum
Komponen utama pendidikan dibedakan menjadi tiga yaitu
kurikulum, pembelajaran dan asesmen. Kurikulum mencakup tentang apa
10
yang akan dipelajari. Pembelajaran menyangkut tentang bagaimana cara
mencapai tujuan untuk menguasai materi sesuai dengan kurikulum.
Sedangkan asesmen mengukur tentang segala sesuatu yang sudah
dipelajari, apa saja dan sejauh mana. Assesmen merupakan penerapan
penggunakaan alat penilaian untuk mendapatkan informasi sebanyak –
banyaknya tentang sejauh mana keberhasilan siswa dalam menguasai
kompetensi tertentu.
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diselenggarakan guna
mendapatkan informasi untuk dapat memperbaiki kualitas pembelajaran
sehingga harapannya akan dapat memperbaiki pula hasil belajar
siswanya. Pelaksanaan asesmen tidak hanya mengukur penguasaan
materi pengetahuan sesuai dengan kurikulum, namun dirancang khusus
untuk mengetahui kualitas pendidikan secara menyeluruh dan melakukan
perbaikan atas mutu pendidikan yang dirasa masih kurang. Fokus utama
AKM adalah pada terpenuhinya kemampuan literasi membaca dan
literasi numerasi pada siswa.5
Hasil AKM dimaksudkan untuk memaparkan informasi tentang
tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Hal inilah yang akan
dimanfaatkan guru dalam merancang pembelajaran menggunakan
strategi pembelajaran inovatif yang efektif dan berkualitas sesuai dengan
tingkat capaian siswa. Pembelajaran yang dirancang sesuai dengan
tingkat capaian siswa ini diharapkan dapat memudahkan siswa dalam
menguasai konten suatu mata pelajaran. Instrumen soal AKM tidak
hanya berisi topik atau konten suatu materi tertentu melainkan mencakup
konten, konteks dan proses kognitif yang harus dilalui oleh siswa.

5
Cahyana, Ade. 2020. “Prospek AKM Dan Survei Karakter: Memperkuat Basis
Praliterasi Dan Pranumerasi Usia Dini.” In Banpaudpnf Kemendiikbud, , 1–4.
https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-center/Prospek AKM dan survei karakter -
memperkuat basis_1591186022.pdf.
11
Pelaksanaan asesmen kompetensi ini membuat guru harus lebih
kreatif dalam menyusun instrument penilaian untuk siswa. Secara tidak
langsung, guru yang mengajar menggunakan model konvensional juga
harus diganti menjadi model pembelajaran yang kreatif dan inovatif
sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Pelaksanaan asesmen
kompetensi memiliki pendekatan Student Centered Learning (SCL). 6
SCL merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
dimana guru hanya berperan sebagai fasilitator. Hal ini karena
pelaksanaan pembelajaran yang bersifat konservatif atau konvensional
tidak dapat menjadi wadah pelaksanaan asesmen nasional. Dengan
memperbanyak peran siswa dalam proses pembelajaran maka akan
memudahkan dalam penguasaan literasi numerasi yang menjadi salah
satu target AKM.
3. Literasi Numerasi
Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep,
prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah
kontekstual pada kehidupan sehari - hari yang sesuai untuk individu
sebagai warga yang baik.7 Kemampuan numerasi dapat dijadikan modal
bagi siswa dalam menguasai mata pelajaran lainnya.
Literasi numerasi berarti pengetahuan dan kecakapan untuk (1)
memperoleh, menafsirkan, menggunakan, dan mengomunikasikan
berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan
masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan; (2) menganalisis

6
Nehru, Nio Awandha. 2019. “Asesmen Komptenesi Sebagai Bentuk Perubahan
Ujian Nasional Pendidikan Indonesia: Analisis Dampak Dan Problem Solving Menurut Kebijakan
Merdeka Belajar.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.
7
Mendikbud. 2020. Pusat Asesmen Dan Pembelajaran Badan Penelitian Dan
Pengembangan Dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan AKM Dan
Implikasinya Pada Pembelajaran.
12
informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk untuk mengambil
keputusan.8
Kemampuan literasi numerasi berkaitan dengan kemampuan
mengaplikasikan pengetahuan dasar yang dimiliki, prinsip serta proses
matematika ke dalam permasaahan dalam kehidupan sehari – hari
misalnya memahami masalah yang disajikan dalam tabel atau diagram,
perdagangan dan lain – lain. Literasi numerasi berbeda dengan
kompetensi matematika, dimana perbedaan terletak pada pemanfaatan
konsep dan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan tentang matematika
tidak cukup membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi. Literasi
numerasi diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang
membutuhkan banyak cara penyelesaian, permasalahan tidak terstruktur,
serta permasalahan yang tidak ada penyelesaian yang tuntas dan tidak
berhubungan dengan factor non-mateatis.
Sebagai contoh kemampuan literasi numerasi dapat dicermati pada
soal berikut ini, sekelompook siswa akan melakukan kegiatan
karyawisata menggunakan bus berkapasitas 44 orang. Jika peserta yang
mengikuti kegiatan tersebut sebanyak 115 siswa, maka banyak bus yang
digunakan untuk menghemat biaya? Pada soal jenis ini, siswa dilatih
untuk bernalar bahwa walaupun 115:44 hasilnya adalah 2,61 tetapi dalah
kegiatan tersebut tidak serta merta menggunakan 3 bus dengan kapasitas
44 orang melainkan menngunakan 2 bus berkapasitas 44 orang dan 1 bus
berkapasitas kecil sehingga bisa menghemat biaya. Kemampuan
numerasi membutuhkan pengetahuan matematika yang dimiliki tetapi

8
Pangesti, FitraningTyas Puji. 2018. “Menumbuhkembangkan Literasi Numerasi
Pada Pembelajaran Matematika Dengan Soal Hots.” Indonesian Digital Journal of Mathematics
and Education 5(9): 566–75.
13
pembelajaran matematika belum tentu bias menumbuhkan kemampuan
tersebut jika tidak dipersiapkan sebelumnya.
4. Penyusunan Soal AKM
Penyusunan asesmen kompetensi berbasis pada penilaian daya
nalar menggunakan bahasa (literasi) dan daya nalar berbasis data angka
(numerasi) yang bertolok ukur dari konsep Programme for International
Student Assessment (PISA). Konsep penilaian ini merupakan
kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Instrumen soal AKM
tidak hanya berisi topik atau konten suatu materi tertentu melainkan
mencakup beberapa komponen yaitu konten, konteks dan proses kognitif
yang harus dilalui oleh siswa. Komponen soal AKM khususnya pada
peningkatan kemampuan numerasi secara rinci dijelaskan dalam tabel
sebagai berikut:
KOMPONEN NUMERASI
Konten Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan
Ketidakpastian, Aljabar
Konteks Personal, Sosial Budaya, Saintifik
Proses Kognitif Pemahaman, Penerapan, Penalaran

Berdasarkan tabel di atas komponen AKM untuk meningkatkan


kemampuan numerasi dibagi menjadi 3 yaitu konten, konteks dan proses
kognitif. Pada komponen konten terdiri dari beberapa bagian diantaranya
adalah Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Data dan Ketidakpastian,
dan Aljabar. Komponen konteks meliputi personal, sosial budaya,
saintifik. Personal berkaitan dengan kepentingan diri secara pribadi,
social budaya berkaitan dengan kepentingan antar individu sedangkan
saintifik berkaitan dengan isu serta fakta ilmiah.

14
Salah satu contoh bentuk soal AKM Numerasi untuk siswa kela 5
SD adalah sebagai berikut:
Membuat martabak manis
Susi akan membuat martabak manis. Dia membutuhkan 1⁄5 kg
gula, ¼ kg tepung, serta 150 gram mentega, dan 450 gram bahan-
bahan lainnya untuk setiap resep.
a. Jika Susi sudah memiliki gula sebanyak 250 gram, berapa sisa
gula yang dipakai untuk membuat martbak manis?
b. Jika Susi akan membuat 7 resep martabak manis, maka berapa
gram tepung yang dibutuhkan Susi?

Soal numerasi dikaitkan dengan soal dunia nyata serta mampu


membawa siswa ke tahap bernalar. Jenis soal seperti ini dapat melatih
siswa menggunakan konsep matematika yang sudah dimiliki sehingga
mampu menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Soal seperti inilah yang
jarang ditemukan pada soal ujian-ujian pada umumnya.

B. Analisis Kebijakan Asesmen Nasional


Asesmen Nasional (AN) merupakan program pemerintah untuk menilai
kualitas (mutu) setiap lembaga pendidikan formal setara SD, SMP dan SMA.
Kualitas dinilai dari hasil belajar peserta didik yang paling dasar. Untuk
klasifikasi tersebut digunakan instrument yaitu asesmen kompetensi
minimum, survei karakter dan survei lingkungan belajar. AN dirancang untuk
memperbaiki kualitas dalam hal pembelajaran dengan tujuan meningkatkan
hasil belajar peserta didik dan menghasilkan informasi yang akurat. Deskripsi
pengetahuan calon guru terhadap aspek yang dinilai dalam asesmen nasional
sebagai pengganti ujian nasional. Ujian Nasional (UN) merupakan sistem
evaluasi ketercapaian standar pendidikan secara nasional. Pada akhir tahun

15
2019, UN resmi dihapuskan dan pada tahun 2021 UN akan diganti dengan
AN.
Kebijakan merdeka belajar yang digagas Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem, terdiri atas empat poin. Pertama, Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) ditiadakan, program ini dikembalikan kepada
kebijakan sekolah. Kedua, Ujian Nasional (UN) diganti dengan Assesmen
Kompetensi Minimum (AKM) dan survei karakter. Ketiga, Tiga belas
komponen yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
diganti menjadi 3 komponen. Keempat, Peraturan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) yang berorientasi pada proporsional.
Seiring perkembangan zaman, kemerdekaan belajar ini menjadi suatu
hal yang menarik dikaitkan dengan teknologi dan kecakapan abad XXI. Era
globalisasi, perkembangan teknologi yang pesat serta kebutuhan terhadap
profesi menuntut permintaan keterampilan yang lebih tinggi dan berbeda.
Peserta didik dihadapkan pada kompetensi dimana mereka memiliki
kemampuan berpikir kritis/memecahkan masalah, kreatif, mampu
berkomunikasi dan mampu berkolaborasi.
Asesmen kompetensi minimum yang akan ditetapkan oleh pemerintah
selayaknya menjadi bagian dari target pemerintah dalam menyiapkan peserta
didik menyongsong abad XXI dengan berbagai kecakapan yang harus
dicapai. Kecakapan tersebut termuat dalam empat kompetensi yang disingkat
dengan 4C, yaitu critical thinking and problem solving (peserta didik mampu
berpikir kritis dan mampu menyelesaikan permasalahan), creativity (peserta
didik memiliki kreativitas), communication skills (peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi), dan ability to work collaboratively (peserta
didik dapat bekerja secara bersama-sama). Selain itu, peserta didik dituntut
untuk dapat membangun pemahaman, dapat bekerja sama, dapat

16
memecahkan masalah, dapat bekerja dengan memanfaatkan ICT (Information
and Communication Technology) dan dapat membangun kreativitas.
Pada pendidikan formal, (Nichols, 2019) mengemukakan 4 Essential
Rules of 21st Century Learning/Prinsip Pokok Pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterampilan abad XXI peserta didik, yakni: 1) Instruction
should be student-centered (prinsip pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik), 2) Education should be collaborative (prinsip pembelajaran yang
menuntut untuk dapat berkolaborasi), 3) Learning should have context
(prinsip pembelajaran hendaknya sesuai dengan kehidupan sehari-hari), 4)
Schools should be integrated with society (prinsip sekolah yang terintegrasi
dengan masyarakat). Assesmen Kompetensi Minimum diharapkan dapat
mewujudkan keterampilan atau kecakapan hidup abad XXI.
Selain itu, Rancangan Assesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Numerasi yang akan dibuat oleh pemerintah sudah selayaknya mengacu
kepada Permendiknas No. 21 Tahun 2016. Rancangan AKM tersebut
hendaknya memenuhi proses kognitif yang sudah ditetapkan dan diproseskan
selama ini yaitu jika rancangan tersebut dalam upaya mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki peserta didik, maka rancangan tersebut
dapat memuat kegiatankegiatan yang mengakomodir beberapa proses
kegiatan. Proses tersebut adalah kegiatan yang menyediakan peserta didik
untuk mencapai ranah mengetahui, kemudian peserta didik dapat
mengembangkan kognitifnya hingga mencapai ranah pemahaman,
selanjutnya memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang
dimilikinya hingga mampu melakukan proses analisis dan membuat evaluasi
dari hasil karyanya, bahkan ditantang untuk dapat mencapai level mencipta.
Berdasarkan uraian di atas, Permendiknas No. 21 Tahun 2016 sudah
mengamanatkan secara tersirat bahwa rancangan AKM Numerasi hendaknya
memuat konten yang sudah ditetapkan dan diproses dalam pembelajaran di
17
sekolah. Secara umum, konten untuk semua tingkat pendidikan adalah materi
bilangan, materi aljabar, geometri, statistika dan peluang. Dan pada
kenyataannya, konten ini sesuai dengan rencana rancangan AKM yang akan
dibuat oleh pemerintah.
Beralih dari keunggulan yang tertuliskan di atas, tidak memungkiri
bahwa Program Asesmen Nasioanal ini juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya adalah dari hasil survey penyebaran angket dilakukan melalui
aplikasi google from kepada kelompok guru dan siswa di Jawa Timur
menyatakan bahwa Data hasil angket mengenai pemahaman mengenai istilah
asesmen nasional 46,6% paham (54 responden), 19% tidak paham (22
responden), dan 34,5% ragu (40 responden) (Grafik 1). Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa 53,5% dengan 62 responden belum memahami
dengan baik mengenai asesmen nasional. Putri pelajar SMA menyatakan
bahwa sekolah belum melakukan sosialisasi mengenai pemberlakuan asesmen
nasional meliputi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survey Karakter,
dan Survey Lingkungan Belajar yang dilaksanakan tahun 2021.9
Di sisi lain, sebagian besar pelaku pendidikan baik kepala sekolah,
guru, dan peserta didik, maupun orangtua masih belum memahami fungsi dan
jenis asesmen nasional yang sesungguhnya. Karena dianggap menggantikan
UN, asesmen nasional dianggap masih sama dilakukan pada tingkat akhir
yaitu kelas 6 untuk tingkat SD/MI, kelas 9 untuk tingkat SMP/MTs, dan kelas
12 untuk tingkat SMA/MA/SMK. Selain itu, asesmen nasional tidak
menggunakan pembedaan mata pelajaran seperti halnya Ujian Nasional.
Maka dari segi persiapan, para peluka asesmen nasional baik dari peserta
didik maupun pendidik memerlukan adapdasi besar terhadap sistem baru
yang diberlakukan.

9
Deni Ainur Rokhim dkk, Analisis Kesiapan Peserta Didik Dan Guru Pada Asesmen
Nasional, Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan Volume 4 Nomor 1 Maret 2021
18
Kemudian, dilihat dari sisi teknologi, maka ada kecenderungan untuk
bekerja keras dalam menguasai IT bagi peserta didik maupun pendidik yang
sebelumnya tidak terbiasa dengan jejaring teknologi. Kelengkapan sarana
prasanapun perlu diperhatikan secara khusus agar tidak menjadi kendala
dalam proses asesmen berlangsung. Penerapan asesmen nasional
membutuhkan dukungan dari satuan pendidikan terkait, agar peserta didik
melakukan banyak persiapan untuk menghadapi asesmen nasional. Hal ini
disebabkan karena penilaian mutu sekolah, madrasah, dan program
kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah dinilai berdasarkan hasil peserta
didik dalam menyelesaikan asesmen nasional (literasi, numerasi, dan
karakter). Hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
terhadap input, proses, dan kualitas belajar-mengajar di kelas. Hasil asesmen
nasional tidak menentukan kelulusan peserta didik karena tidak memuat skor
atau nilai peserta didik. Kelulusan peserta didik merupakan kewenangan dari
pendidik dan satuan pendidikan.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Asesmen Nasional (AN) merupakan program penilaian terhadap mutu
setiap satuan pendidikan yaitu sekolah, madrasah, dan program
kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan
dinilai berdasarkan hasil belajar peserta didik yang mendasar (literasi,
numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim
satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi
tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
2. Asesmen kompetensi minimum yang akan ditetapkan oleh pemerintah
selayaknya menjadi bagian dari target pemerintah dalam menyiapkan
peserta didik menyongsong abad XXI dengan berbagai kecakapan yang
harus dicapai. Kecakapan tersebut termuat dalam empat kompetensi yang
disingkat dengan 4C, yaitu critical thinking and problem solving (peserta
didik mampu berpikir kritis dan mampu menyelesaikan permasalahan),
creativity (peserta didik memiliki kreativitas), communication skills
(peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi), dan ability to work
collaboratively (peserta didik dapat bekerja secara bersama-sama).
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka saran yang dapat diberikan
penulis adalah:
1. Perlu adanya kesadaran dari guru dan sosialisasi tentang program Asesmen
Nasional secara merata dan menyeluruh agar semua aktivis di dunia

20
pendidikan mengerti dan mempersiapkan diri untuk pelaksaan asesmen
tersebut.
2. Perlunya komitmen dari beberapa pihak terkait dengan pelaksanaan
Asesmen Nasioanal sehingga tidak ada lagi pihak yang merasa terombang-
ambing kan oleh kebijakan yang terus berganti-ganti tanpa
memaksimalkan dahulu program yang dibuat.
3. Perlu pengawasan sistem monitoring dan evaluasi terkait dengan
pelaksanaan Asesmen Nasional sehingga akan dapat diperoleh masukan-
masukan yang tepat guna untuk kedepannya terkait dengan implementasi
asesmen tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud, UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, (KEMENDIKBUD,


2003)
Tohir, M. (2016). Hasil PISA Indonesia Tahun 2015 Mengalami Peningkatan.
https://doi.org/DO - 10.17605/OSF.IO/KX4JV
Gloria, Ria Yulia. 2012. “Pentingnya Asesmen Alternatif Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Dan MembacaIlmiah Siswa Pada Pembelajaran
Biologi.” Jurnal Scientiae Educatia 1(April): 1–17.
Wulan, Ana Ratna. 2001. “Pengertian Dan Esensi Konsep Evaluasi, Asesmen,
Tes, Dan Pengukuran.” In FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, , 1–
12.
Cahyana, Ade. 2020. “Prospek AKM Dan Survei Karakter: Memperkuat Basis
Praliterasi Dan Pranumerasi Usia Dini.” In Banpaudpnf Kemendiikbud, ,
1–4. https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/upload/download-center/Prospek
AKM dan survei karakter - memperkuat basis_1591186022.pdf.
Nehru, Nio Awandha. 2019. “Asesmen Komptenesi Sebagai Bentuk Perubahan
Ujian Nasional Pendidikan Indonesia: Analisis Dampak Dan Problem
Solving Menurut Kebijakan Merdeka Belajar.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9): 1689–99.
Mendikbud. 2020. Pusat Asesmen Dan Pembelajaran Badan Penelitian Dan
Pengembangan Dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
AKM Dan Implikasinya Pada Pembelajaran
Pangesti, FitraningTyas Puji. 2018. “Menumbuhkembangkan Literasi Numerasi
Pada Pembelajaran Matematika Dengan Soal Hots.” Indonesian Digital
Journal of Mathematics and Education 5(9): 566–75.
Deni Ainur Rokhim dkk, Analisis Kesiapan Peserta Didik Dan Guru Pada
Asesmen Nasional, Jurnal Adminitrasi dan Manajemen Pendidikan
Volume 4 Nomor 1 Maret 2021

22

Anda mungkin juga menyukai