Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN PENYUSUNAN KISI-KISI DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Fahdina Hikmatal Husna


Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
fahdinayla@gmail.com

ABSTRAK
Perencanaan suatu tes yang akan dilaksanakan pada prinsipnya sangat diperlukan agar dapat
mencapai tujuan. Perencanaan yang konspetual dapat memudahkkan pengukuran terhadap
penguasaan belajar yang relevan dengan hasil belajar yang representative. Dalam penyusunan
tes, perencanaan tersebut terdapat dalam kisi-kisi. Kisi-kisi mempunyai peran yang penting
dalam penyusunan butir soal, tugas seorang pendidik tidak terlepas dari evaluasi belajar
menggunakan perangkat soal berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi berperan sebagai pedoman
penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya kisi-kisi maka dapat memudahkan pembuatan
soal sehingga dapat menghasilakn soal-soal yang sesuai dengan tujuan. Jika tersedia kisi-kisi
yang baik maka penulis soal yang berbeda dapat menghasilkan perangkat soal yang relative
sama, baik dalam tingkat ked alaman maupun cakupan materi yang ditanyakan. Adapun dalam
penulisan butir soal terkadang guru mengalami kesulitan karena dalam pembuatan soal tersebut
kerana memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai
penyusunan kisi-kisi dan penulisan butir soal terutama pada mata pelajaran pendidikan agama
islam.
Kata Kunci: Kisi-kisi, Evaluasi, Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sebelum melaksanakan
pembelajaran, seorang pendidik terlebih dahulu menentukan tujuan pembelajaran yang telah
dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan pembelajaran ini
meliputi ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).
Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diketahui melalui pelaksanaan kegiatan evaluasi
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk efisiensi proses pembelajaran yang
dilaksanakan dan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Evaluasi pada dasarnya

1
merupakan sebuah proses yang sistematis, digunakan untuk menentukan sejauh mana tujuan
pembelajaran telah dicapai.1
Evaluasi pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pembelajaran karena
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari evaluasi pembelajaran, guru sebagai
pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan peserta didik, ketepatan
metode, ketepatan media, dan lainnya serta keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.
Hasil evaluasi pembelajaran ini dapat digunakan untuk memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk meningkatkan prestasi belajar, pada pembelajaran berikutnya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam
sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan
dalam praktik sejarah umat Islam.2 Pendidikan agama Islam menjadikan tujuan sebagai sasaran
ideal yang akan dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam sebagai
output kependidikan Islam.3 Setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau
rencana yang telah ditetapkan.4 Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang
memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Ciri khas
yang ada dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yakni selalu terikat dengan nilai-nilai
ilāhiyah, yang merupakan nilai yang inti.5
Evaluasi pembelajaran dalam Pendidikan agama Islam merupakan salah satu komponen
dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat
untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan
proses pembelajaran.6
Sebelum melaksanakan evaluasi pembelajaran, seorang guru terlebih dahulu harus
menyiapkan perangkat evaluasi yang akan digunakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam menyusun perangkat evaluasi ini meliputi:1). Menentukan tujuan evaluasi, 2).

1
Grondlund, How to Make Achievement Test and Assessment, 5th Ed. (New York: Macmillan Co, 1993),
hal. 23.
2
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Cet ke-
3, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hal. 173.
3
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 162.
4
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet ke- 2, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), hal. 72.
5
Tatang Hidayat dan Abas Asyafah, Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Jurnal: At-Tadzkiyyah, Vol.10, No. 1, (2019), hal. 172.
6
Rahmat Lutfi Guefera, Kajian Teoritik Evaluasi Pembelajaran Agama Islam, Jurnal Paramurobi, Vol.3,
Nomor 2, Juli-Desember 2020, hal. 12.

2
Menyusun kisi-kisi soal, 3). Menyusun soal, 4). Menyusun lembar jawab, 5). Menyusun kunci
jawaban, 6). Menyusun pedoman penskoran.7

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Kemampuan Menyusun Kisi-kisi


1. Pengertian Kisi-kisi
Penilaian merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran.
Komponen tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatan penilaian
dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kompetensi dasar. Penilaian
juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh sebab itu kurikulum yang baik dan proses
pembelajaran yang benar perlu di dukung oleh sistem penilaian yang baik, terencana
dan berkesinambungan.8
Penilaian (assessment) diartikan sebagai prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi untuk mengukur taraf pengetahuan dan keterampilan subjek
didik yang hasilnya akan digunakan untuk keperluan evaluasi.9 Penilaian pendidikan
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian
hasil belajar peserta didik. Informasi adalah data yang diperoleh melalui pengukuran
dan non pengukuran termasuk di dalamnya dengan melakukan observasi kelas,
menggunakan tes yang standar atau tes buatan guru, proyek, dan portofolio subjek
belajar.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan,
teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar
profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Menurut
Heri Jauhar Muchtar mengatakan kompetensi guru adalah segala kemampuan yang
harus dimiliki oleh guru sehingga dia dapat melaksanakan tugasnya dengan benar.

7
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 25.
8
Ernawaty Harahap, Meningkatkan Kompetensi Guru Pai Dalam Menyusun Kisi-Kisi Soal Melalui
Workshop Di Kkg Pai Kec Siantar Tp 2022/2023, Jurnal ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi PAI, Tahun 2012,
hal. 198.
9
Bambang Subali, Penilaian, Evaluasi, dan Remediasi Pembelajaran Biologi, (Yogyakarta: Jurusan
Biologi Fakultas MIPA, 2010), hal. 3.

3
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan
kewajibankewajiban secara bertanggung jawab dan layak.10
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi
pedagogik didalam Undang-undang No 14 tahun 2015 disebutkan bahwa Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan
mengajar, yang ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.
serta yang berkenaan dengan pemahaman anak didik dan pengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. kompetensi ini juga mencakup kemampuan pemahaman
terhadap anak didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar
dan pengembangan anak didk untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.11
Dalam arti luas makna evaluasi sebagaimana yang dikutif oleh ngalim purwanto
dalm mehrens & Lehmann, (1978), menjelaskan adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk alternatif-
alternatif keputusan.12 Evaluasi memiliki makna adanya pengumpulan informasi,
penggambaran, pencarian, dan penyajian informasi guna pengambilan keputusan
tentang program yang dilaksanakan.13
Secara umum proses kegiatan evaluasi pembelajaran meliputi tahapan-tahapan:
1) menentukan tujuan evaluasi, 2) penyusunan kisi-kisi soal, 3) telaah atau review dan
revisi soal, 4) uji coba, 5) penyusunan soal, 6) pelaksanaan evaluasi, 7) pemberian skor,
8) pengolahan hasil evaluasi, 9) pelaporan hasil evaluasi, 10) pemanfaatan hasil
evaluasi.14
Berdasarkan proses kegiatan evaluasi pembelajaran tersebut, maka penyusunan
kisi-kisi soal merupakan langkah awal yang harus disiapkan oleh guru, sehingga guru
harus benar-benar menguasai penyusunan kisi-kisi sesuai dengan kaidah yang berlaku,
agar tujuan evaluasi dapat tercapai.
Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan supaya materi evaluasi betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh guru

10
As’adud Tabi’in, Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada MTsN Pekan Heran
Indragri Hulu, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016, hal. 159.
11
Ahmad Faisal, Kompetensi Guru dalam Menyusun Perencanaan Evaluasi Pembelajaran, Jurnal
Darussalam, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember 2022, hal. 2.
12
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009.
13
Djemari Mardapi, Evaluasi Penerapan Ujian Akhir Sekolah Dasar Berbasis Standar Nasional, Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 13, Nomor 2, 2009, hal. 231.
14
Ajat Rukayat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, Cet I, (Yogyakarta, Deepublish, 2018), hal. 21-27.

4
kepada peserta didik. Jika materi evaluasi tidak relevan dengan materi pelajaran yang
telah diberikan, maka akan berakibat hasil evaluasi itu kurang baik. Begitu juga jika
materi evaluasi terlalu banyak dibandingkan dengan materi pelajaran, maka akan
berakibat sama. Untuk melihat apakah materi evaluasi relevan dengan materi pelajaran
atau apakah materi evaluasi terlalu banyak atau kurang, seorang guru harus menyusun
sebuah kisi-kisi.15
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item
untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu.
Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi
perangkat tes. Jika seorang guru memiliki kisi-kisi yang baik, maka guru tadi akan
memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda.
Dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus setiap mata
pelajaran. Jadi, guru harus melakukan analisis silabus terlebih dahulu.16
Kisi-kisi (test blue print atau table of specification) berisi tentang deskripsi atau
gambaran tentang ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan.17 Penyusunan kisi-
kisi sangat penting agar penekanan evaluasi dan materi evaluasi sesuai serta menjadi
pedonan dalam penyusunan butir-butir soal. Kisi-kisi yang baik dan sesuai dengan
ketentuan, akan memudahkan penyusun soal dalam merumuskan soal evaluasi.
2. Fungsi Kisi-kisi
Adapun fungsi dari kisi-kisi soal adalah sebagai berikut:
a. Panduan/pedoman dalam penulisan soal yang hendak disusun. Pedoman penulisan
soal merupakan aspek tepenting ketika guru hendak memberikan soal kepada siswa,
pedoman tersebut akan menjadi acuan bagi guru dalam penulisan soal sehingga
akan memudahkan dalam pembuatan soal. Penulis soal akan menghasilkan soal-
soal yang sesuai dengan tujuan tes.
b. Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran yang disampaikan, guru dalam mengevalusi peserta didik akan
memberikan soal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan
pencapaian evalusi terhadap pem-belajaran tertenu. Dalam pembuatan soal yang

15
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI, Cet 2 2012) hal. 88
16
Ahmad Faisal, Kompetensi Guru dalam…, hal. 3.
17
Ajat Rukayat, Teknik Evaluasi Pembelajaran…, hal. 35.

5
menggunakan kisi-kisi penulis akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes.
c. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan soal-soal sesuai dengan tujuan tes.
Tes merupakan bahan evaluasi guru terhadap keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran yang disampaikan. Guru dalam mengevaluasi peserta didik akan
memberikan soal tes evaluasi yang bermacam-macam sesuai dengan tujuan
pencapaian evaluasi terhadap pembelajaran tertentu.
d. Penulis yang berbeda akan menghasilakan perangkat soal yang relatif sama, dari
tingkat kedalamannya segi cakupan materi yang ditanyakan.
3. Pemilihan Materi
Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi harus memperhatikan 4 aspek sebagai
berikut18:
a. Urgensi: secara teoritis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai peserta
didik;
b. Relevansi: materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau
memahami bidang lain;
c. Kontinuitas: materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi
dari yang sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang sama maupun
antarjenjang; dan
d. Keterpakaian: materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam
kehidupan sehari-hari. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, kompetensi, mata pelajaran, dan satuan pendidikan.
4. Syarat-syarat Kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi harus mengacu pada persyaratan kisi-kisi yang baik yaitu19:
a. Mewakili kurikulum,
b. Memuat komponen-komponen yang lengkap, rinci, jelas sehingga mudah
dipahami,
c. Dapat dibuatkan soal sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang telah ditentukan.
5. Indikator Kisi-kisi
Indikator yang baik untuk digunakan sebagai acuan dalam penyusunan adalah20:

18
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Penilaian Tes Tertulis, (Jakarta: Pusat Penilaian
Pendidikan, 2019), hal. 4.
19
Ajat Rukayat, Teknik Evaluasi Pembelajaran…, hal. 37.
20
Ibid., hal. 36.

6
a. Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur,
b. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur,
c. Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih,
6. Komponen Kisi-kisi
Kisi-kisi terdiri dari 2 dua komponen pokok yaitu:
a. Komponen identitas
Komponen meliputi: judul, jenjang sekekolah, jenjang kelas, mata pelajaran,
tahunpelajaran, semester, kurikulum yang digunakan, alokasi waktu, jumlah soal
keseluruhan, dan bentuk soal. Komponen ini ditulis pada bagian atas matrik. Bagian
bawah dilengkapi dengan tempat dan waktu penyusunan, nama guru dan kepala
sekolah.
b. Komponen Matriks
Komponen ini ditusngkan dalam bentuk kolom-kolom sesuai dengan yang
diperlukan, karena tidak ada ketentuan baku format kisikisi. Komponen matriks
terdiri dari: kompetensi dasar (KD), materi, level (jenjang terukur terdiri dari: L1=
pengetahuan dan pemahaman, L2= penerapan atau aplikasi, L3: analisis), indikator,
nomor soal, dan bentuk soal.21 Penentuan KKO dilakukan berdasarkan taksonomi
Bloom.
Berdasarkan uaraian tersebut di atas, maka seorang guru harus menguasai
penyusunan kisi-kisi yang merupakan rangkaian dari proses pelaksanaan evaluasi
pembelajaran. Pengusaan penyusunan kisi-kisi ini dapat diketahui dengan
melakukan verifikasi perangkat evaluasi pada setiap kegiatan evaluasi yang
dilakukan oleh guru tersebut atau dilakukan oleh sekolah (PH, PTS, PAS, US, PAT)
Tenaga pendidik atau guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama
untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.22
Guru pada satuan pendidikan merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki
oleh satuan pendidikan tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut maka perlu
dilakukannya pengembangan guru yang merupakan investasi pada satuan
pendidikan. Pengembangan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan, bukan

21
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran…, hal. 93.
22
Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005, pasal 1

7
lagi menjadi pilihan untuk melakukan pengembangan atau tidak. Saat ini terlebih
penting untuk menentukan pilihan bidang pengembangan dan teknik yang akan
digunakan dalam kegiatan pengembangan guru tersebut.23

7. Format Penyusunan Kisi-kisi


Beikut ini merupakan contoh format kisi-kisi mata pelajaran pendidikan agama
islam kelas IV SD dengan menggunakan kurikulum 2013. Adapun contoh format
penyusunan kisi-kisi adalah sebagai berikut:
KISI KISI Penulisan Soal

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :
Kelas :
Jumlah Soal :
Alokasi Waktu :
No Kompetensi Kompetensi Materi Indikator Level Bentuk No
Inti Dasar Soal Kognitif Soal Soal

1 3.1 Memahami 3.2 Q.S Disajikan Pengetahuan Pilihan 1


pengetahuan Memahami Al-Fil terjemah dan Ganda
faktual dengan makna ayat dari Pemahaman
cara Qs.al-Fil Qs.al-Fil. (C1, C2)
mengamati dan alFalaq Peserta
[mendengar, dengan baik didik dapat
melihat, dan benar menentukan
membaca] dan ayat yang
menanya sesuai.
berdasarkan
rasa ingin tahu
tentang
dirinya,
makhluk
ciptaan Tuhan
dan
kegiatannya,
dan
bendabenda
yang
dijumpainya
B. Menyusun Indikator Soal

23
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ke-26, (Jakarta, PT. Bumi Aksara,
2018), hal. 27.

8
1. Pengertian dan Syarat Indikator
Indikator dalam kisi‐kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan
penyusunan kisi‐kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, pendidik harus
memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar,
dan standar kompetensi.
Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Adapun syarat
indikator yang baik adalah sebagai berikut24:
a. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat
b. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih
kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan
c. Dapat dibuatkan soal atau pengecohnya untuk soal pilihan ganda
2. Model dan Teknik Perumusan Kisi-kisi
Dalam penulisan indikator soal, terdapat dua model penulisan yaitu sebagai
berikut25:
a. Menempatkan Kondisi di Awal Kalimat
Model ini dipergunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan
(stimulus) misalnya berupa sebuah kalimat, paragraph, gambar, denah grafik, kasus
atau lainnya.
Contoh model ini dapat diterapkan jika diterapkan dalam mata pelajaran
pendidikan agama islam adalah sebagai berikut:
Indikator : Disajikan cerita singkat tentang kegiatan yang menunjukan sikap
terpuji. Peserta didik dapat menentukan sikap terpuji yang sesuai.
Soal : Yudi dan Nina mendapat jadwal piket hari Kamis di sekolahnya. Setiap
hari Kamis Yudi dan Nina selalu menyapu, menghapus papan tulis, serta
merapihkan meja belajar di kelasnya. Sikap Yudi dan Nina menunjukan perilaku…
Lembar tes siswa berisi pilihan berikut ini :
a. Percaya diri c. Tanggung jawab
b. Mandiri d. Optimis
Kunci Jawaban: C

24
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Penulisan Butir Soal, (tt: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas, 2008), hal. 5.
25
Safari, Evaluasi Pendidikan: Penyusunan Kisi-Kisi, Penulisan dan Analisis Soal Berdasarkan
Kurikulum 2013 Menuju Penilaian Abad 21, (Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2019), hal. 7.

9
b. Menempatkan objek dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat.
Model yang kedua ini dipergunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar
pernyataan (stimulus).
Contoh model ini dapat diterapkan jika diterapkan dalam mata pelajaran
pendidikan agama islam adalah sebagai berikut:
Indikator : Peserta didik dapat menentukan lawan dari sikap mandiri
Soal : Lawan dari sikap mandiri adalah…
Lembar tes siswa berisi pilihan berikut ini:
a. Percaya diri c. Manja
b. Rendah hati d. Tanggung jawab
Kunci Jawaban: C

Dalam teknik perumusan indikator soal harus memperhatikan rumusan dari


indikatornya. Setiap indikator soal, rumusannya terdiri dari aspek - aspek berikut :
A = Audience, B= Behavior, C = Cougnition dan D = Degree.26
Adapun jenisnya adalah sebagai berikut:
a. Bila soal terdapat stimulus, rumusan indikatornya: Disajikan…, siswa dapat
menentukan ….
C A B D
b. Bila soal tidak terdapat stimulus, rumusan indikatornya : Siswa dapat
membedakan ….
A B D

3. Level Kognitif dan Kata Kerja Operasional dalam Indikator Soal


Berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi, terdapat enam level kognitif
yang merumuskan tujuan belajar. Level kognitif berhubunganan dengan intelegensi,
kemampuan berpikir, keterampilan memecahkan masalah. Level kognitif ini terdapat
dalam kisi-kisi dan menjadi bagian dalam penyusunan butir soal. Adapun level kognitif
tersebut adalah sebagai berikut.
No Level Kognitif Keterangan
1 Mengingat (Remembering)
2 Memahami (Understanding) Low Order Thinking Skills
3 Mengaplikasi (Applying)

26
Ibid., hal. 8.

10
4 Menganalisis (Analyzing)
5 Mengevaluasi (Evaluating) Higher Order Thinking Skills
6 Mengkreasi (Creating)
Adapun jika mengacu pada level kognitif dari taksonomi Blom, kata kerja
operasional yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

C. Menyusun Butir Soal


Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang
sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu27:
1. Menentukan tujuan tes
2. Menentukan kompetensi yang akan diujikan
3. Menentukan materi yang diujikan
4. Menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk
penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik)
5. Menyusun kisi-kisinya
6. Menulis butir soal

27
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Penulisan Butir Soal…, hal. 10.

11
7. Memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif
8. Merakit soal menjadi perangkat tes
9. Menyusun pedoman penskoran
10. Uji coba butir soal
11. Analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba
12. Perbaikan soal berdasarkan hasil analisis

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
penyiapan bahan ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator
soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur.

1. Penulisan Butir Soal Pilihan Ganda


Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Soal
bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.
Peserta didik dapat memilih jawaban yang paling tepat dari pilihan jawaban yang
disediakan. Wujud soalnya terdiri dari:
a. Dasar pernyatan/stimulus (bila ada)
b. Pokok soal (stem)
c. Pilihan jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Hal yang paling
sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan
pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau
kesederhanaya relatif sama dengan kunci jawaban.28

Adapun kelebihan dan kelemahan bentuk pilihan ganda adalah sebagai berikut :

Kelebihan Kelemahan
1. Mudah mengoreksi dan 1. Membutuhkan waktu yang lama
pengoreksiannya bisa lebih cepat ketika membuat soal
sehingga lebih efesien dalam menilai 2. Sulit membuat pengecoh yang baik
2. Materi yang ditanyakan lebih luas 3. Siswa dapat menjawab dengan
dan mudah dianalisis menebak
3. Jawaban yang benar sudah 4. Tidak dapat mengetahaui proses
ditentukan. Untuk pilihan ganda atau langkah jawaban siswa.
biasa jawaban hanya satu tetapi 5. Sulit menyusun soal yang menuntut
untuk jenis pilihan ganda kompleks penalaran tinggi
jawaban bisa lebih dari satu

28
Safari, Evaluasi Pendidikan…, hal. 12.

12
4. Soal dapat disusun secara bervariasi6. Hasil skor yang tinggi belum tentu
5. Siswa lebih mudah mengerjakan menggambarkan kemampuan siswa
yang sebenarnya.
Butir tes pilihan ganda mempunyai beberapa type, adapun beberapa tipe dari
butir tes pilihan ganda yaitu sebagai berikut: (1) pilihan ganda biasa, (2) pilihan ganda
analisis hubungan antar hal, (3) pilihan ganda analisis kasus, (4) pilihan ganda
kompleks, (5) pilihan ganda semua jawaban benar (the best answer), dan (6) pilihan
ganda menggunakan gambar, diagram, grafik, atau tabel.29
2. Penulisan Butir Soal Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan
tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.30
Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur
yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya.
Adapun kelemahan dan kelebihan soal uraian adalah sebagai berikut31:
Kelebihan Kelemahan
1. Penyusunan soal memerlukan waktu 1. Memerlukan waktu yang cukup
yang lama lama dalam pengoreksian
2. Mengembangkan kemampuan 2. Memerlukan waktu yang lama untuk
bahasa/verbal peserta didik, menyelesaikan satu soal uraian
menggali kemampuan berpikir kritis 3. Materi yang ditanyakan terbatas atau
serta mengukur jalan pikiran pikiran tidak banyak mencakup KD
peserta didik secara sistematis dan 4. Nilai kurang objektif
logis
3. Mampu memberikan gambaran yang
tepat pada bagian-bagian yang belum
dikuasai peserta didik

PENUTUP
SIMPULAN
Kisi-kisi mempunyai peran yang penting dalam pedoman pembuatan soal. Agar
dapat membuat kisi-kisi yang baik maka harus memperhatikan syarat kisi-kisi,
komponen yang terdapat dalam kisi-kisi serta tujuan pembuatan kisi-kisi. Pembuatan
indikator soal harus memperhatikan kata kerja operasional, menentukan pengecoh soal,

29
Ambiyar, Pengukuran & Tes dalam Pendidikan, (Padang: UNP Press, 2011), hal. 18.
30
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Penulisan Butir Soal…, hal. 11.
31
Safari, EVALUASI PENDIDIKAN…, hal. 13.

13
menentukan model pembuatan indikator soal serta teknis perumusan idnikator soal.
Dalam penulisan butir soal harus memeperhatikan kaidah-kaidah penulisan seperti
materi, kontruksi dan bahasa yang digunakan dalam soal.

DAFTAR PUSTAKA
Ambiyar. 2011. Pengukuran & Tes dalam Pendidikan. Padang: UNP Press.
Arifin, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zaenal. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran Cet. 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Penulisan Butir Soal. tt: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Faisal, Ahmad. 2022. Kompetensi Guru dalam Menyusun Perencanaan Evaluasi Pembelajaran,
Jurnal Darussalam, Vol. 23 No. 2, Juli-Desember.
Grondlund. 1993. How to Make Achievement Test and Assessment, 5th Ed. New York:
Macmillan Co.
Guefera, Rahmat Lutfi. 2020. Kajian Teoritik Evaluasi Pembelajaran Agama Islam. Jurnal
Paramurobi, Vol.3, Nomor 2, Juli-Desember.
Harahap, Ernawaty. Meningkatkan Kompetensi Guru PAI dalam Menyusun Kisi-Kisi Soal
Melalui Workshop di KKG PAI Kec Siantar Tp 2022/2023, Jurnal ANSIRU PAI:
Pengembangan Profesi PAI, Tahun 2012.
Hidayat, Tatatng dan Abas Asyafah. 2019. Konsep Dasar Evaluasi dan Implikasinya dalam
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Jurnal: At-Tadzkiyyah,
Vol.10, No. 1.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Panduan Penilaian Tes Tertulis. Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan.
Mardapi, Djemari. 2009. Evaluasi Penerapan Ujian Akhir Sekolah Dasar Berbasis Standar
Nasional. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 13, Nomor 2.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Cet ke- 2. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Nata, Abuddin. 2008. Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia Cet ke- 3. Jakarta: Prenada Media Group.
14
Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT. Remaja
Rosda Karya.
Rukayat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran, Cet I. Yogyakarta, Deepublish.
Safari. 2019. Evaluasi Pendidikan: Penyusunan Kisi-Kisi, Penulisan dan Analisis Soal
Berdasarkan Kurikulum 2013 Menuju Penilaian Abad 21. Jakarta: Esensi Erlangga
Group.
Siagian, Sondang P. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Subali, Bambang. 2010. Penilaian, Evaluasi, dan Remediasi Pembelajaran Biologi.
Yogyakarta: Jurusan Biologi Fakultas MIPA.
Tabi’in, As’adud. 2016. Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar pada MTsN
Pekan Heran Indragri Hulu, Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember.
Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005, pasal 1

15

Anda mungkin juga menyukai