Anda di halaman 1dari 29

Makalah Penjamin Mutu Pendidikan

“Menerapkan Proses Penjaminan Mutu Pendidikan Di Setiap Satuan


Pendidikan ( Menggunakan Penelitian yang Sudah Ada )”

Dosen Pengampu:
Dr. Restu, M.Si
Eni Yuniastuti, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh
Kelompok 11 :

HELFRINI BR SINAGA 3173131016


PANJI PRANATA 3172131006

Kelas C 2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Penjamin Mutu Pendidikan ini,
kami banyak mengalami hambatan bahkan kesulitan. Berkat bantuan dan berbagai pihak,
makalah ini akhirnya dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa isi dari makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu Penulis mengaharapkan kepada para pembaca khususnya dosen
pembimbing dan teman kelas sekalian, untuk memberi tanggapan berupa saran dan kritik
yang bersifat membangun, untuk meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya, akhir
kata Penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 2 Desember 2020

Kelompok 11

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang..........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4

C. Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5

A. Tingkat TK................................................................................................................5

B. Tingkat SD................................................................................................................9

C. Tingkat SMP...........................................................................................................15

D. Tingkat SMA..........................................................................................................17

E. Tingkat Perguruan Tinggi.......................................................................................20

BAB III PENUTUP..........................................................................................................25

A. Kesimpulan.............................................................................................................25

B. Saran.......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar manusia yang sangat penting.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Permasalahan pendidikan yang sangat
dirasakan sekarang ini adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan
jenjang pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan akan menghambat penyediaan
sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, keahlian dan keterampilan
untuk memenuhi sumber daya manusia pembangunan bangsa Indonesia.
Manajemen mutu merupakan sarana yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai dasar dalam memperbaiki sistem pendidikan. Dewasa ini
berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh banyak pihak,
baik dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Upaya –upaya tersebut
dilandasi oleh suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
handal demi kemajuan masyarakat dan bangsa.
Penjaminan mutu dalam dunia pendidikan, memang harus ditingkatkan
mengingat mutu pendidikan di indonesia pada khususnya jauh dari apa yang
diharapkan. Kita juga mengakui bahwa sekolah-sekolah baik dari tingkat
menengah maupun tingkat atas tentang kondisi sarana prasarana dan proses
pembelajaran masih kurang memuaskan, sehingga penjaminan mutu pendidikan
merupakan program yang utama bahkan amata sangat penting bagi menteri
pedidikan dan tentunya bagi pemerintah. Penjaminan mutu pendidikan itu sendiri
merupakan kegiatan mandiri oleh lembaga pendidikan tertentu, oleh karena itu
hrus disusun, diranacang, dan dilakasakan sendiri. Salah satu upaya dalam
merealisasikan penjaminan mutu tersebut dapat dilakuakan secara bertahap oleh
pihak sekolah, yakni dengan melakaukan evaluasi diri, kemudian ditindaklanjuti
dengan Monitoring sekolah oleh pihak pemerintah daerah, sehingga penjamin
3
pendidikan dapat d ilakuka dengan baik.
n
mutu

3
pendidikan dapat d ilakuka dengan baik.
n
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkatan TK ?
2. Bagaimana proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkatan SD ?
3. Bagaimana proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkatan SMP ?
4. Bagaimana proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkatan SMA ?
5. Bagaimana proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkatan
Perguruan Tinggi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkat TK
2. Untuk mengetahui proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkat SD
3. Untuk mengetahui proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkat
SMP
4. Untuk mengetahui proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkat
SMA
5. Untuk mengetahui proses penerapan penjamin mutu pendidikan di tingkat
Perguruan Tinggi

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Tingkat TK

Judul Penelitian : Peningkatan Pemerataan, Mutu, Relevansi, Tata Kelola Dan


Akuntabilitas Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Penulis : Joni Bungai

Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang


mendeskripsikan kondisi objektif tentang objek yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang mengatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
dan perilaku yang diamati (Moleong, 2002). Mengingat studi ini adalah studi yang
bersifat kualitatif, maka pengumpulan data dilakukan dengan Survey On The Spot,
dokumentasi, dan Focused Group Discussion (FGD) (Rahardjo, 2003). Focused
Group Discussion dilakukan di 6 (enam) Kabupaten dan satu Kota, di Provinsi
Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Lamandau, Kabupaten Kapuas, Kabupaten
Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur, dan Kota
Palangka Raya. Para peserta FGD dipilih sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan kemampuan dan pengetahuan serta keterwakilan mereka
dalam pengelolaan Taman Kanak-Kanak (TK) Formal maupun nonformal, seperti
Kepala TK, Kepala TPA, Play Group dan Taman Bermain, penilik TK SD, dan
Kasi TK/SD pada Kantor Dinas Pendidikan Nasional baik di Provinsi, maupun di
Kabupaten dan Kota. Data yang diperoleh melalui kegiatan Focused Group
Discussion (FGD) dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif yang
mencakup: analisis mikro dan makro. Analisis mikro yaitu dengan cara melakukan
coding terhadap data sikap, pendapat peserta yang memiliki kesamaan;
menentukan kesamaan sikap dan pendapat berdasarkan konteks yang berbeda;
menentukan persamaan istilah yang digunakan termasuk perbedaan pendapat
terhadap istilah yang sama; melakukan klasifikasi dan kategorisasi untuk
menentukan bangunan hasil diskusi atau sikap kelompok terhadap masalah yang
didiskusikan; dan terakhir
menyiapkan draf untuk diseminarkan. Analisis makro, yaitu mengabstraksi
hubunganhubungan antarkategorisasi pada tahap yang lebih substansial,
menyangkut hubungan antarfenomena budaya dan sosial terhadap ketegorisasi itu,
bahkan abstraksi itu diolah sampai pada tingkat mendekonstruksi dan
merekonstruksi teori-teori baru.
Hasil dan Pembahasan :

1. Peningkatan Pemerataan Pendidikan TK

Hasil penelitian melalui Survey On The Spot, FGD dan bibliografi tentang
peningkatan pemerataan pendidikan TK yang dilakukan oleh peneliti pada TK
formal dan nonformal, di 6 (enam) Kabupaten dan kota yang ditetapkan sebagai
tempat penelitian, diperoleh sembilan hasil sebagai berikut. Pertama, peningkatan
pemerataan dan perluasan akses Pendidikan Anak Usia Dini dalam hal ini TK baik
formal maupun nonformal masih belum dapat dilaksanakan dengan baik. Kedua,
pendidikan TK masih belum mendapat perhatian secara serius baik oleh
pemerintah, pengusaha, orang tua, maupun masyarakat. Ketiga, di desa-desa yang
jauh dari kecamatan masih belum ada TK maupun PAUD lainnya sehingga
banyak anak usia 1-6 tahun belum memperoleh PAUD. Keempat di ibu kota
kabupaten/ kota, sebagian besar pendidikan anak usia 1-6 tahun terlayani dengan
baik. Kelima, sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak
usia dini belum banyak dilakukan. Keenam, di daerah pedesaan, banyak anak usia
dini yang belum memperoleh pendidikan TK, sehingga perlu mendapat perhatian
dari pemerintah. Ketujuh, anggaran dana dari pemerintah untuk peningkatan
pemerataan dan perluasan akses pendidikan TK masih kurang sehingga kegiatan
penyelenggaraan diserahkan kepada pihak Yayasan Pengelola TK. Kedelapan,
masyarakat dan orang tua masih belum banyak mengetahui pentingnya PAUD.
Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi tentang pentingnya PAUD. Kesembilan,
kesadaran masyarakat perkotaan tentang pentingnya pendidikan anak usia dini
sangat berbeda dengan masyarakat pedesaan. Selain yang telah dipaparkan di atas,
hasil penelitian tentang peningkatan pemerataan pendidikan TK menunjukkan hal-
hal sebagai berikut: Pertama, pembangunan ruang belajar TK maupun PAUD
lainnya di daerah pedesaan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
maupun oleh pihak swasta masih belum dilakukan, Kedua, sebagian besar
kondisi sekolah/kelas TK
belum mampu mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif bagi anak
usia dini, Ketiga, kemampuan masyarakat/ yayasan membuka lembaga pendidikan
TK masih rendah, Keempat, masih banyak orang tua dan masyarakat yang belum
mengerti/tahu tentang pentingnya pendidikan anak usia dini, Kelima, pada
umumnya orang tua dan masyarakat, terutama di pedesaan dan daerah terpencil
beranggapan pendidikan TK tidak penting karena tanpa masuk TK anak bisa
masuk SD.
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan TK

Penelitian melalui Survey On The Spot, FGD, dan Bibliografi tentang peningkatan
mutu dan relevansi PAUD yang dilakukan oleh peneliti pada TK formal dan
nonformal, diperoleh hasil sebagai berikut.
Pertama latar belakang guru TK sebagian besar tidak berlatar belakangpendidikan
guru TK. Kedua, setiap guru/tenaga pendidik PAUD belum diberikan pelatihan
dan pembinaan secara berkala baik intern maupun ekstern. Ketiga, guru-guru TK
belum melakukan studi banding ke TK yang sudah maju atau yang sudah mapan.
Keempat, belum dilakukan pendekatan kepada pihak yayasan dan pemerintah
untuk meningkatkan sarana dan prasarana TK. Kelima, agar pengajaran di TK
dapat efektif, rasio 20 anak per kelas belum dipenuhi. Keenam, mengingat harga
alat bantu pengajaran (alat peraga) relatif mahal, maka pihak pengelola TK belum
mengambil inisiatif untuk membuat berbagai alat peraga dengan menggunakan
barang-barang bekas seperti kaleng, botol, kardus, kertas karton, spidol, dan lain-
lain. Selain itu, hasil penelitian tentang mutu dan relevansi pendidikan TK
diperoleh hal-hal sebagai berikut: Pertama kompetensi profesionalisme guru TK
masih rendah. Kedua, Sistem monitoring (supervise dan pengawasan) terhadap
proses belajar mengajar masih belum dilaksanakan. Ketiga, kemampuan guru TK
menggunakan fasilitas sumber belajar masih kurang. Keempat, belum tersosialisa
sinya secara intensif kurikulum dan program pendidikan TK kepada orang tua dan
masyarakat, sehingga sebagian besar orang tua dan masyarakat tidak tahu apa
yang diajarkan di TK.
3. Tata Kelola dan Akuntabilitas Pendidikan TK

Penelitian melalui Survey On The Spot, FGD, dan Bibliografi tentang peningkatan
tata kelola dan akuntabilitas Pendidikan TK yang dilakukan oleh peneliti pada TK
formal dan nonformal, di lokasi sampel, diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama,
manajemen pengelolaan TK masih belum dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Kedua, untuk TK Swasta yang dikelola yayasan, peran kepala TK hampir tidak
ada yang dominan dan yang mengambil keputusan adalah ketua yayasan. Ketiga,
ada sebagian TK Swasta yang tidak memiliki kurikulum. Keempat, sebagian
pengelola TK bingung tentang pengelolaan TK, apakah TK berada di bawah
binaan Bidang PLS atau di bawah binaan Bidang TK/SD. Kelima, peningkatan
tata kelola dan akuntabilitas pendidikan TK masih belum berjalan dengan baik.
Selain itu, hasil penelitian tentang akuntabilitas pendidikan TK diperoleh hal-hal
sebagai berikut: Pertama, Kepemimpinan Kepala TK masih belum mengacu
sepenuhnya pada kepemimpinan partisipatif, demokratis, transparan, dan
akuntabel. Kedua, status akreditasi Kelembagaan Taman Kanak- kanak masih
belum jelas. Ketiga, belum diketahuinya kebutuhan minimal dan kebutuhan ideal
anggaran Sekolah TK berdasarkan analisa kurikulum dan kebutuhan/program
sekolah.
Kesimpulan :

Peningkatan pemerataan dan perluasan akses pendidikan TK berdasarkan


hasil pembahasan dapat diperoleh empat simpulan sebagai berikut: (a) layanan
Pendidikan TK masih belum optimal sesuai harapan, (b) kemampuan masyarakat
dalam membuka dan mendukung pendidikan TK terutama di pedesaan masih
rendah, (c) masih banyak orang tua dan masyarakat yang belum mengerti tentang
pentingnya PAUD, dan (d) pada umumnya orang tua dan masyarakat, di pedesaan
dan daerah terpencil beranggapan pendidikan TK tidak penting karena tanpa
masuk TK anak bisa masuk SD.

Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan TK diperoleh lima simpulan


sebagai berikut. (a) kompetensi profesionalisme guru TK masih rendah karena
latar belakang guru TK sebagian besar bukan dari PGTK, (b) sebagian besar
kondisi sekolah/kelas belum mampu mendukung terjadinya proses pembelajaran
yang efektif, (c) sistem monitoring (supervise dan pengawasan) terhadap proses
belajar mengajar masih belum terlaksana dengan baik, (d) sebagian orang tua
menginginkan anaknya lulus TK sudah lancar membaca dan sudah bisa menulis,
dan (e) belum tersosialisasinya secara intensif kurikulum dan program pendidikan
TK kepada orang tua dan masyarakat. Peningkatan tata kelola dan akuntabilitas
8
satuan TK diperoleh empat simpulan se bagai berikut. (a)
kepemimpinan Kepala TK masih belum mengacu pada kepemimpinan partisipatif, demokratis,
transparan, dan akuntabel, (b) status akreditasi kelembagaan TK masih belum jelas, (c) belum
diketahuinya kebutuhan minimal dan kebutuhan ideal anggaran

B. Tingkat SD

Judul Penelitian : Implementasi Sistem Penjamin Mutu pendidikan dalam Meningkatkan


Mutu pendidikan Di SD Negeri 2 Gunungpereng Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya.

Penulis : Dedeh Rahwati

Metode Penelitian : Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-
orang yang diajak wawancara, diobservasi, dan diminta memberikan data, pendapat,
pemikiran dan persepsinya. Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian meliputi
perilaku, persepsi, tindakan yang sifatnya holistik dan naturalistik. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah obesrvasi, wawancara dan dokumentasi.
Kemudian teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis
data model interaktif, dengan komponennya yaitu: pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan :

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sekolah telah melaksanakan sistem


penjaminan mutu dalam mewudjukan sekolah bermutu di SD Negeri 2 Gunungpereng
yang dibuktikan dengan dilaksanakanya tahapan pelaksanaan sistem penjaminan mutu
internal, yang antara lain:

1. Penetapan Standar di SD Negeri 2 Gunungpereng

9
Penetapan standar mutu merupakan tahapan awal dalam sistem penjaminan mutu.
Standar mutu adalah sebagai gambaran mutu yang akan dicapai sekolah. Selain itu
menurut pendapat Nanang Fattah (2012: 3) bahwa stakeholder pendidikan seperti
orangtua, masyarakat, pemerintah, dan dunia industri memiliki persepsi yang berbeda
tentang mutu. Perbedaan persepsi ini berimplikasi bagi sekolah atau institusi
pendidikan akan perlunya menetapkan standar mutu sebagai acuan dalam mencapai
mutu pendidikan. Oleh karena itu, kedudukan standar mutu memiliki posisi yang
sangat penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu.
Peningkatan mutu pendidikan khususnya pada satuan pendidikan memerlukan
adanya kepala Sekolah yang handal, tangguh dan berkemampuan yang secara
bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di Sekolah dapat memberikan
pelayanan pendidikan yang bermutu kepada semua peserta didik. Kepala Sekolah
yang handal diharapkan dapat menjadi lokomotif dan kekuatan untuk membimbing,
menjadi contoh, serta menggerakkan para pendidik dan tenaga kependidikan dalam
melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu,
program penguatan kemampuan kepala Sekolah perlu memasukkan pembahasan
mengenai EDS, yang merupakan bagian penting dalam kompetensi manajerial,
sebagai salah satu topik yang harus diketahui dan dipahami secara benar untuk
selanjutnya dilaksanakan oleh para kepala Sekolah.
Penetapan standar mutu di sekolah mengacu 8 standar nasional pendidikan
dengan selalu menyesuaikan peraturan yang berlaku yaitu Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Permendikbud, dan Badan Standar Nasional Pendidikan, serta
mempertimbangkan visi, misi, dan kemampuan sumber daya sekolah. Dalam
menetapkan standar mutu melibatkan perwakilan dari masing-masing unit kerja,
komite sekolah, dan pengawas sekolah. Setelah sekolah menetapkan standar mutu,
maka langkah selanjutnya adalah Sekolah melakukan pemetaan mutu. Pemetaan mutu
di SD Negeri 2 Gunungpereng Kota Tasikmalaya dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi diri sekolah untuk memetakan mutu 8 standar nasional pendidikan.
Pemetaan mutu 8 standar nasional pendidikan didukung bukti fisik, sehingga
dapat menggambarkan mutu sekolah secara akurat. Gambaran mutu Sekolah ini
sebagai feedback untuk melakukan improvement mutu Sekolah melalui penyusunan
program dan kegiatan peningkatan yang dituangkan ke dalam rencana kerja.
Pengumpulan data penjaminan mutu pendidikan ini akan berguna bagi peningkatan
mutu pendidikan jika dikelola dengan baik, dianalisa secara seksama serta dapat
mudah diakses oleh stakeholders dalam rangka pembuatan rencana, pengambilan
keputusan, alokasi sumber daya, dan membangun budaya peningkatan mutu.
Lembaga-lembaga atau institusi-institusi yang terkait dalam sistem penjaminan dan
peningkatan mutu pendidikan memegang tanggung jawabyang besar dalam
pengumpulan dan pengelolaan data penjaminan mutu pendidikan ini, sehingga data
dan informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan peningkatan mutu pendidikan.
Ada prosedur tata kerja yang jelas, strategi, kerjasama, dan kolaborasi antar lembaga
atau institusi yang terlibat dalam sistem penjaminan dan peningkatan mutu
pendidikan serta dilakukan secara terus menerus. Bahkan jika disertai dengan
program peningkatan profesionalisme yang berkelanjutan akan memperkuat
dampaknya terhadap penjaminan mutu dan peningkatan mutu pendidikan. Fattah
(2019 :12) menyatakan bahwa penjaminan mutu (quality assurance) adalah istilah
umum yang digunakan sebagai kata lain untuk semua bentuk kegiatan monitoring,
evaluasi atau kajian (review) mutu. Kegiatan penjaminan mutu tertuju pada proses
untuk membangun kepercayaan dengan cara melakukan pemenuhan persyaratan atau
standar minimum pada komponen input, komponen proses, dan komponen produk
sesuai dengan yang diharapkan oleh stakeholders. Stakeholders dalam dunia
pendidikan adalah orang tua, masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha, mereka
memiliki pandangan yang berbeda tentang mutu.
Penetapan standar mutu pendidikan dimaksudkan untuk mengukur dan menilai
pemenuhan standar pendidikan yang telah ditetapkan. Sistem penjaminan mutu
pendidikan di Indonesia diatur oleh Peraturan Pemerintah. Upaya-upaya strategis
jangka panjang yang telah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan visi dan misi
pendidikan nasional tersebut, antara lain upaya tersebut diwujudkan dalam penetapan
standar pendidikan yang jelas dan satu sistem penjaminan dan peningkatan mutu
pendidikan yang dapat membangun kerjasama dan kolaborasi diantara berbagai
institusi yang terkait.
Data hasil penelitian menunjukkan penetapan standar mutu di SD Negeri 2
Gunungpereng sudah baik. Standar mutu bagi SD Negeri 2 Gunungpereng adalah
sebagai acuan program pengembangan sekolah, sebagai arah dan koridor dalam
menjalankan fungsi dan mencapai tujuan sekolah, dan sebagai acuan dalam pelayanan
kepada masyarakat. Data penetapan standar mutu yang masuk dalam kategori sangat
baik diperoleh dari dasar yang digunakan sekolah dalam penetapan standar mutu dan
pihak yang terlibat dalam penetapan standar mutu. Dasar penetapan standar mutu di
SD Negeri 2 Gunungpereng mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan, penetapan
standar mutu mempertimbangkan kebutuhan sekolah, dan penetapan standar mutu
mempertimbangkan kemampuan sumber daya sekolah. Dari rangkuman hasil
penelitian diketahui bahwa dasar yang digunakan sekolah dalam menetapkan standar
mutu adalah visi dan misi sekolah, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Permendikbud, dan Standar standar nasional pendidikan.
2. Pemetaan mutu di SD Negeri 2 Gunungpereng
Pemetaan mutu 8 Standar Nasional Pendidikan didukung bukti fisik, sehingga
dapat menggambarkan mutu Sekolah secara akurat. Gambaran mutu Sekolah ini
sebagai feedback untuk melakukan improvement mutu Sekolah melalui penyusunan
program dan kegiatan peningkatan yang dituangkan ke dalam rencana kerja. Data
hasil penelitian menunjukkan pemetaan mutu di SD Negeri 2 Gunungpereng sudah
baik hal ini dikarenakan pemetaan mutu bagi SD Negeri 2 Gunungpereng bermanfaat
dalam beberapa hal, yaitu: a) sebagai evaluasi dan koreksi, b) agar dapat diketahui
sampai dimana standar mutu itu dilaksanakan, c) mengetahui ketercapaian sebagai
feedback untuk melakukan improvement, dan d) memperoleh gambaran yang jelas
situasi dan kondisi sekolah pada waktu tertentu. Data pemetaan mutu diperoleh dari
pemetaan berdasarkan hasil EDS, pemetaan pada 8 Standar Nasional Pendidikan,
pemetaan didukung bukti fisik dan pemetaan menggambarkan mutu sekolah.
Pemetaan berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah termasuk kategori baik.
Pelaksanaan evaluasi diri sekolah di SD Negeri 2 Gunungpereng dilakukan untuk
memetakan mutu 8 standar nasional pendidikan. Hal tersebut dibuktikan dengan
dokumen evaluasi diri sekolah SD Negeri 2 Gunungpereng yang berisi pemetaan
mutu 8 standar nasional pendidikan. Pemetaan dilakukan per standar nasional
pendidikan, per komponen standar nasional pendidikan, sampai pada per indikator
standar nasional pendidikan. Pemetaan pada setiap indikator didukung dengan bukti
fisik serta penjelasan kondisi yang telah dicapai pada setiap indikatornya. Selanjutnya
diberikan nilai tahapan pengembangan pada setiap indikator dengan skala 1 sampai 4
sesuai bukti fisik yang ada dan kondisi yang telah dicapai. Dengan demikian,
pemetaan mutu melalui evaluasi diri sekolah yang dilakukan SD Negeri 2
Gunungpereng mampu menggambarkan mutu sekolah secara akurat
3. Penyusunan rencana pemenuhan di SD Negeri 2 Gunungpereng
Penyusunan rencana pemenuhan mutu di satuan pendidikan diwujudkan dalam
bentuk rencana kerja sekolah berupa rencana kerja jangka menengah maupun
tahunan. Dari hasil penelitian menunjukkan penyusunan rencana kerja di SD Negeri 2
Gunungpereng sudah baik. Data penyusunan rencana kerja yang masuk diperoleh dari
persiapan sekolah dalam menyusun rencana kerja, dasar penyusunan rencana kerja, isi
rencana kerja, pengesahan rencana kerja, dan sosialisasi rencana kerja.
Sekolah sebagai suatu lembaga/institusi mempunyai satu tujuan atau lebih. Dalam
langkah mencapai tujuan tersebut, perlu disusun rencana, tujuan dan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut. Pada umumnya tujuan Sekolah tercermin dalam bentuk visi
dan misi sekolah. Untuk mencapai visi dan misinya, termasuk dalam meningkatkan
mutu guru semua Sekolah harus menyusun perencanaan program Sekolah
4. Pelaksanaan rencana pemenuhan di SD Negeri 2 Gunungpereng
Dari hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pemenuhan mutu di SD Negeri 2
Gunungpereng sudah baik. Data pelaksanaan pemenuhan mutu yang masuk dalam
kategori sangat baik diperoleh dari sekolah melakukan pemenuhan 8 standar nasional
pendidikan dan komitmen komponen sekolah dalam pemenuhan mutu. SD Negeri 2
Gunungpereng melakukan pemenuhan mutu melalui pelaksanaan program dan
kegiatan yang telah disusun dalam rencana kerja jangka menengah atau tahunan
meliputi: pemenuhan standar isi, pemenuhan standar proses, pemenuhan standar
kompetensi lulusan, pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan,
pemenuhan standar sarana dan prasarana, pemenuhan. Standar pengelolaan,
pemenuhan standar pembiayaan, dan pemenuhan Standar Penilaian Pendidikan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 37) menjelaskan,
implementasi pemenuhan mutu satuan pendidikan adalah realisasi seluruh program
dan kegiatan yang telah dirancang dan telah tertuang dalam dokumen perencanaan
pemenuhan mutu satuan pendidikan yang harus dikerjakan oleh seluruh pemangku
kepentingan.
Pelaksanaan program dan kegiatan pemenuhan 8 standar nasional pendidikan di
SD Negeri 2 Gunungpereng dilaksanakan oleh masing-masing unit kerja sesuai tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing. Unit kerja melakukan persiapan dan
membuat perencanaan pelaksanaan program untuk selanjutnya dilaksanakan dengan
sebaik mungkin. Seluruh pemangku kepentingan di satuan pendidikan harus memiliki
komitmen untuk mengimplementasikan program dan kegiatan pemenuhan 8 standar
nasional pendidikan (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah; 2016: 37).
Data komitmen komponen sekolah di SD Negeri 2 Gunungpereng dalam
melaksanaan pemenuhan mutu mendapat persentase sebesar 83%sehingga termasuk
kategori sangat baik. Wawancara peneliti dengan Ketua Tim Penjamin Mutu
Pendidikan Sekolah diperoleh keterangan bahwa pada dasarnya seluruh warga
sekolah selalu terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
sekolah. Para guru yang memiliki jabatan fungsional di sekolah juga memiliki
komitmen yang tinggidalam mendukung pelaksanaan pemenuhan mutu sekolah,
dapat dilihat dari rajin mengikuti rapat-rapat, aktif memberi pendapat dan
mengajukan usulan, dan tanggungjawab terhadap tugas yang dibebankan padanya.
Sekolah bermutu sangat erat kaitannya dengan adanya keterlibatan masyarakat
secara totalitas di dalamnya. Mutu menuntut adanya komitmen pada kepuasan
pelanggan yang memungkinkan perbaikan pada para karyawan, siswa dalam
mengerjakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Pelaksanaan pemenuhan mutu
merupakan realisasi program dan kegiatan rencana kerja yang dilaksanakan oleh
masing-masing unit kerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Dalam pelaksanaan
pemenuhan mutu ini dilakukan dengan komitmen dari seluruh komponen Sekolah,
sehingga pelaksanaan pemenuhan mutu dapat berjalan dengan baik.

5. Evaluasi/audit pelaksanaan rencana di SD Negeri 2 Gunungpereng


Dari hasil penelitian menunjukkan evaluasi pemenuhan mutu di SD Negeri 2
Gunungpereng sudah dilaksanakan dengan baik. Data evaluasi pemenuhan mutu
diperoleh dari evaluasi melalui evaluasi diri sekolah, tujuan evaluasi, dan tahapan
evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah telah melaksanakan evaluasi
pemenuhan mutu melalui evaluasi diri sekolah. Wawancara peneliti dengan Ketua
Tim Penjamin Mutu Pendidikan Sekolah memperoleh keterangan bahwa SD Negeri 2
Gunungpereng rutin tiap tahun melaksanakan evaluasi diri sekolah yang dilaksanakan
di akhir tahun pelajaran. Evaluasi diri sekolah dilaksanakan untuk mengetahui
ketercapaian kinerja sekolah atas apa yang telah direncanakan. Evaluasi yang
dilakukan melalui evaluasi diri sekolah berfokus pada hasil dari pelaksanaan program
dan kegiatan pemenuhan 8 standar nasional pendidikan yang telah disusun dalam
rencana kerja tahunan, sehingga pedoman dalam evaluasinya berdasar indikator
keberhasilan pada rencana kerja tahunan.
Selain pada hasil, evaluasi pemenuhan mutu juga dilakukan untuk melihat
keterlaksanaan suatu program dan kegiatan yang telah ditetapkan di SD Negeri 2
Gunungpereng. Pengukuran dan evaluasi keterlaksanaan suatu program dan kegiatan
yang telah ditetapkan diperlukan oleh SD Negeri 2 Gunungpereng, dengan tujuan:; 1)
pengukuran tingkat keterlaksanaan program kegiatan yang sudah ditetapkan; 2)
pengukuran komitmen dan efektifitas kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 3)
penentuan “lost of opportunity”, kehilangan kesempatan jika program kegiatan tidak
terlaksana dengan baik, 4) mendeteksi secara dini pelemahan kinerja sekolah; 5)
pengukuran tingkat efisiensi waktu dan biaya program kegiatan; 6) sebagai acuan
penyusunan Rencana Strategi yang akan datang; dan 7) pengukuran akuntabilitas unit
kerja.
C. Tingkat SMP

Judul Penelitian : pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dalam meningkatkan mutu


pendidikan di SMP Negeri 4 Peusangan Kabupaten Bireuen

Penulis : Musbir

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif melalui pendekatan


kualitatif. Menurut Husaini Usman dan P S Akbar bahwa “metode kualitatif berusaha
memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam
situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri”. Pada dasarnya pendekatan kualitatif
lebih banyak mementingkan segi proses, pada proses tersebut setiap langkah yang
dilakukan untuk menggali informasi yang berkenaan dengan pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan, sehingga diharapkan data yang
didapatkan akan lebih lengkap, lebih mendalam dan dapat dipercaya serta lebih bermakna.
Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Penelitian ini
dilaksanakan mulai tanggal 08 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 08 Januari 2014.
Subjek penelitian adalah sumber data dalam penelitian ini. Arikunto menjelaskan bahwa
“sumber data adalah subjek penelitian di mana data menempel. Sumber dapat berupa
benda, gerak, manusia, tempat, dan sebagainya”. Berkaitan dengan sumber data penelitian,
maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait, baik
manusia maupun non manusia seperti dokumen, lembaga, peralatan kerja, dan lingkungan
sosial dilokasi penelitian yang dapat memberikan data/informasi sesuai dengan
peningkatan mutu pendidikan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan komite sekolah di SMP Negeri 4 Peusangan
Kabupaten Bireuen.

Hasil dan Pembahasan :

1. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah bidang proses belajar mengajar pada SMP
Negeri 4 Peusangan Kabupaten Bireuen mencakup tiga kegiatan, yakni: (1) pendahuluan;
memeriksa kehadiran siswa, menanyakan materi sebelumnya (pretest) dan melakukan
apersepsi, (2) kegiatan inti, terdiri dari; menjelaskan tujuan pengajaran siswa, menulis
pokok-pokok materi yang akan dibahas, membahas pokok-poko materi yang telah ditulis,
menggunakan alat peraga, dan menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi,
dan (3) penutup; mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah dibahas,
mengulas kembali materi yang belum dikuasai siswa, memberi tugas atau pekerjaan rumah
pada siswa, dan menginformasikan pokok materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.

2. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah bidang personel sekolah pada SMP Negeri 4
Peusangan Kabupaten Bireuen dilakukan dengan pembinaan dan pengembangan para
personel sekolah, yaitu dengan cara selalu dilibatkan dalam menentukan kebijakan
sekolah, mengaktifkan MGMP sekolah, mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, dan
memberi izin untuk melanjutkan studi. Selain itu, juga dilakukan dengan promosi dan
mutasi, pemberhentian, kompensasi dan penilaian terhadap pegawai.

3. Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah bidang hubungan sekolah dengan masyarakat


pada SMP Negeri 4 Peusangan Kabupaten Bireuen, kepala sekolah melakukan beberapa
upaya yang meliputi pembentukan dan pemberdayaan komite sekolah, rapat rutin dengan
komite sekolah tiap akhir semester, mewajibkan orang tua/wali mengambil rapor anak
didiknya tiap semester, menyampaikan kemunduran dan kemajuan prestasi yang dicapai
sekolah, mengadakan kerjasama dengan masyarakat dalam rangka ikut berperan aktif
dalam peningkatan mutu pendidikan, menyediakan informasi tentang sekolah kepada
masyarakat, dan menumbuhkan transparansi dalam pengelolaan sekolah.

D. Tingkat SMA

Judul Penelitian : analisis implementasi penjamin mutu di SMA Negeri 3 Kota

Jambi Penulis : Jonner Simarmata

Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Ghony dan Almanshur
(2012), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara-cara kuantifikasi.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan 'quality'. Lebih lanjut dikatakan
bahwa penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari fenomena sosial atau
lingkungan sosial yang terdiri dari pelaku, kejadian, tempat, dan waktu. Penelitian
kulaitatif bersifat interpretatif dengan melibatkan banyak metode dalam menelaah
masalahnya. Peneltian ini berlokasi di SMA Negeri 3 Kota Jambi. Sekolah ini merupakan
salah satu sekolah pemerintah. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah karena: 1.
Sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di kota Jambi bahkan di Provinsi Jambi,
2. Sekolah ini pernah menjadi sekolah RSBI. Dengan berdasarkan fakta ini diyakini
bahwa sekolah ini telah menjalankan sistem penjaminan mutu seperti yang disyaratkan
pemerintah. Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah semua fenomena yang
berkaitan dengan implementasi penjaminan mutu di lokasi penelitian. Fenomena-
fenomena tersebut berkaitan dengan kebijakan mutu, dokumen mutu dan dampak dari
kebijakan mutu tersebut terhadap pengelolaan sekolah tersebut terutama mutu lulusan.
Mutu lulusan menjadi salah satu bahan kajian dalam penelitiaqn ini dikarenakan tujuan
akhir dari sistem penjaminan mutu adalah menghasilkan lulusan yang bermutu. Oleh
sebab itu, untuk mengumpulkan data digunakan berbagai metode seperti dokumentasi,
wawancara dan angket. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan semua dokumen
yang terkait dengan pelaksanaan penjaminan mutu. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pendapat pengambil kebijakan mutu di sekolah ini terkait dengan
pelaksanaan penjaminan mutu. Sedangkan angket dilakukan untuk mengatahu respons
siswa terhadap pelaksanaan penjaminan mutu di lokasi penelitian. Namun demikian,
sebagai penelitian kualitatif, metode pengumpulan data yang digunakan bersifat
fleksibel. Artinya, metode dapat berubah dilapangan sesuai dengan kebutuhan pada saat
itu. Data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif dengan pendekatan
deskriptif-interpretatif. Metode ini maksudnya adalah data-data akan diinterpretasikan
lalu dideskripsikan dalam kalimat-kalimat yang atributif.

Hasil dan Pembahasan :

1. Landasan Hukum/Normatif Pelaksanaan Penjaminan Mutu di SMA N 3 Kota Jambi Yang


menjadi landasan hukum/normatif pelaksanaan penjaminan mutu di SMA N 3 Kota Jambi
adalah peraturan yang berlaku khususnya Permendiknas No 63 Tahun 2009. Pada Pasal 5
disebutkan bahwa penjminan mutu pendidikan formal dan non-formal dilaksanakan oleh
satuan atau program pendidikan. Lalu, pada Pasal 6 Ayat (1) disebutkan bahwa
penyelenggara satuan atau prograqm pendidikan wajib menyediakan sumberdaya yang
diperlukan untuk terlaksananya penjaminan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

2. Tujuan Pelaksanaan Penjaminan Mutu di SMA N 3 Kota Jambi Adapun tujuan


pelaksanaan penjaminan mutu di SMA N 3 Jambi adalah untuk memenuhi Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sebgaimana disebutkan pada Pasal 10 ayat (1) Butir a
Permendikans No 63 tahun 2009.

3. Struktur Organisasi Pelaksanaan Penjaminan Mutu Di SMA Negeri 3 Kota Jambi SMA
Negeri 3 Kota Jambi tidak memiliki struktur SPMP tersendiri. Dengan demikian,
pelaksanaan penjaminan mutu di sekolah ini melekat langsung dengan pejabat struktural
yang ada.
4. Proses Penjaminan Mutu di SMA Negeri 3 Kota Jambi. Proses penjaminan mutu di SMA
N 3 Kota Jambi dapat dibedakan atas tiga macam, yakni: penjaminan internal, penjaminan
eksternal, dan penjaminan dari atas.

5. Penjaminan Internal Yang dimaksud dengan penjaminan internal dalam hal ini adalah
penjaminan yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri. Hal ini terlihat dengan adanya
peraturanperaturan yang harus dipenuhi semua warga sekolah, seperti: peraturan siswa,
peraturan akademik, dan beberapa peraturan lainnya. Namun peneliti tidak menemukan
adanya POS tertulis. Pada Pasal 20 Ayat (1) Butir d dan e disebutkan bahwa salah satu
kegitan penjaminan mutu pendidikan adalah penetapan Prosedur Operasional Standar
(POS).

6. Penjaminan Eksternal Di SMA N 3 Kota Jambi dilakukan oleh BAN-S/M. Hal ini sesuai
dengan Permendikbud No 63 Tahun 2009 Pasal 25 Ayat (1).

7. Penjaminan dari Atas Dalam penelitian ini, penjminan dari atas adalah penjaminan dengan
pendekatan topdown oleh penyelenggara satuan pendidikan melalui monitoring,
pengawasan, dan supervisi. Di SMA Negeri 3 Kota Jambi, penjaminan dari atas dimulai
dari Pemerintah lalu turun ke Pemprov kemudian Pemkot/kab dan terakhir Satuan
Pendidikan.

8. Dampak Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu di SMA Negeri 3 Kota Jambi Sejauh
pengamatan peneliti, pelaksanaan penjaminan mutu di SMA N 3 Kota Jambi berdampak
positif kepada stake holders. Meskipun belum ada data empiris tentang hal ini namun
diketahui bahwa SMA N 3 Kota Jambi merupakan salah satu sekolah favorit di Kota
Jambi. Selain itu, di sekolah ini, seperti yang peneliti amati, para civitas academica di
sekolah ini seperti siswa dan guru cukup disiplin dalam proses pembelajaran.

9. kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Penjaminan Mutu di SMA N 3 Kota Jambi Analisis


data yang peneliti lakukan menunjukkan adanya beberapa kendalah yang dihadapi pihak
sekolah dalam menerapkan penjaminan mutu. Kendala-kendala tersebut adalah:

a. Menurunnya motivasi mengajar guru dewasa ini. Hal ini disebabkan terjadinya masa
transisi dari status RSBI ke status sekolah biasa. Akibatnya, kebijakan- kebijakan sekolah
terutama yang terkait dengan peningkatan mutu tidak terlaksana secara maksimal.

b. Terbatasnya wewenang Kepsek terhadap guru. Sebagai sekolah negeri, guru- guru di SMA
N 3 Kota Jambi adalah PNS. Sebagaimana diketahui, pengembangan karir PNS sangat
tergantung pada Pemerintah, bukan Sekolah. Jadi, jika seorang guru, misalnya tidak
memenuhi standar kerja yang ditetapkan, Kepsek tidak memiliki wewenang yang kuat
untuk melakukan pembinaan kepada yang bersangkutan. Wewenang Kepsek hanya
menegur, tidak memberi sanksi. Selain itu, Kepsek juga tidak memiliki keleluasaan dalam
hal manajemen karena struktur organisasi di sekolah ini sangat tergantung kepada
pemerintah. Dengan kata lain, sekolah kurang memiliki otonomi sehingga tidak selalu
leluasa melakukan inovasi, kreatifitas dalam manajemen.

E. Tingkat Perguruan Tinggi

Judul Penelitian : Manajemen Sistem Penjamin Mutu Internal (SPMI ) sebagai upaya
meningkatkan Mutu Perguruan Tinggi

Penulis : Opan Arifudin

Metode Penelitian : Kajian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif analisis. Sebuah
pendekatan metode yang digunakan untuk menganalisis, menggambarkan dan meringkas
berbagai kondisi, dan situasi dari berbagai data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan
mengenai masalah yang diteliti pada saat penelitian berlangsung. Masalah dalam penelitian ini
adalah mengenai sistem penjaminan mutu internal (SPMI) sebagai upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian lapangan (Field Research), yaitu
penyelidikan mendalam yang dilakukan dengan suatu prosedur penelitian lapangan. Penelitian
ini juga menggunakan data deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mendiskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang
bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna,
penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun data kualitatif peneliti gunakan untuk melakukan analisis tentang
sistem penjaminan mutu internal (SPMI) sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan. Teknik
analisis data yang dipergunakan adalah model analisis data mengalir (flow model). Langkah
analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan :
Berdasarkan kepada hasil dari tinjauan penelitian deskriptif yang telah dilakukan, bahwa
secara umum penjaminan mutu merupakan proses pelaksanaan akuntabilitas dan transparansi
perguruan tinggi yang dilakukan secara otonom oleh perguruan tinggi bersangkutan. Penjaminan
mutu ini dilakukan berdasarkan kepada undangundang nomor 12 tahun 2012 tentan pendidikan
tinggi mengenai sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi (SPMPT) yang terdiri dari sistem
penjaminan mutu internal (SPMI) dan sistem penjaminan mutu eksternal (SPME). Dengan
rincian tugasnya pada sistem penjaminan mutu internal (SPMI) yang dikelola oleh perguruan
tinggi bersangkutan dan sistem penjaminan mutu eksternal (SPME) yang dikelola oleh badan
akreditasi dari pemerintah dalam hal ini Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
atau lembaga mandiri di luar perguruan tinggi yang diakui pemerintah.
1. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan isi dari Pasal 53 UU Dikti,
SPM Dikti terdiri atas SPMI dan SPME atau akreditasi. Berdasarkan hal ini bahwa SPMI
adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi
secara otonom atau mandiri untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan. Dengan demikian, setiap
perguruan tinggi dapat mengembangkan sendiri SPMI antara lain sesuai dengan latar
belakang sejarah, nilai dasar yang menjiwai pendirian perguruan tinggi itu, jumlah
program studi dan sumber daya perguruan tinggi tersebut tanpa campur tangan pihak lain.
Sebagai contoh, SPMI di universitas tidak cocok diimplementasikan di sekolah
tinggi. Demikian pula, SPMI di perguruan tinggi kelas dunia tidak cocok digunakan di
perguruan tinggi lokal. Sekalipun setiap perguruan tinggi dapat mengembangkan SPMI
secara otonom atau mandiri, namun terdapat hal mendasar yang harus ada di dalam SPMI
setiap perguruan tinggi.
Jumlah perguruan tinggi di Indonesia secara kuantitas banyak namun berdasarkan
data resmi BANPT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) terdapat setidaknya
2.288 perguruan tinggi (PT) telah mendapatkan akareditasi A hingga C. Dari 2.288
perguruan tinggi (PT) hanya 96 perguruan tinggi yang mendapatkan akreditasi A, hal in
tentu menjadi pekerjaan rumah. Dengan merujuk pada hal ini perguruan tinggi Indonesia
memang masih tertinggal bahkan untuk di tingkat regional ASEAN, apalagi jika harus
bersaing dengan perguruan tinggi di dunia secara umum.
Perguruan tinggi kita begitu inferior jika harus bersaing dengan perguruan tinggi
di dunia, hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi terkait manajemen dan
para pelakunya. Harus ada perubahan terkait dengan regulasi untuk mendorong
perguruan tinggi menuju tata kelola yang baik dalam menjalankan proses
pengelolaannya. Sehingga dari tahun ke tahun perguruan tinggi yang bagus tidak hanya
nama-nama itu saja. Oleh karena yang merupakan inti dari SPMI adalah ketersediaan
berbagai Standar dalam SPMI (Standar Dikti) yang dapat tersusun dalam sebuah
Dokumen Standar SPMI, maka tanpa mengurangi fungsi penting dari dokumen SPMI
lain, yaitu Kebijakan SPMI, Manual SPMI, dan Formulir SPMI, uraian di bawah ini
memfokuskan pada bagaimana implementasi Standar dalam SPMI (Standar Dikti).
Implementasi Standar dalam SPMI (Standar Dikti) terdiri atas sebuah siklus yang
mencakup Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi pelaksanaan, Pengendalian pelaksanaan, dan
Peningkatan (PPEPP) Standar dalam SPMI (Standar Dikti).
Siklus penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian dan peningkatan ini
merupakan langkah membangun system penjaminan mutu internal (SPMI) secara
komprehensif. Pada pedoman mutu (Quality Assurance) berdasarkan pendidikan Tinggi
(2003) yang menyebutkan bahwa implementasi sistem penjaminan mutu internal (SPMI)
di perguruan tinggi memerlukan syarat agar dapat mencapai tujuannya, yaitu: Komitmen,
Sikap Mental, Pengorganisasian. Penyamaan visi dan persepsi kepada civitas akademika
terutama dosen dan tenaga kependidikan untuk selalu merencanakan semua pekerjaan
untuk mendukung pencapaian tujuan. Perencanaan terhadap pekerjaan ini sangat penting
sebagai kerangka kerja untuk mengukur keberhasilan kerja, sehingga peningkatan mutu
secara berkelanjutan dapat terwujud. Pada sisi yang lain, keberhasilan implementasi
sistem penjaminan mutu internal (SPMI) juga perlu didukung dengan organisasi yang
kuat secara independen yang dimiliki untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan
melalui kegiatan penjaminan mutu internal. Organisasi sistem penjaminan mutu internal
(SPMI) diharapkan mampu menumbuhkan sikap suportif dari seluruh komponen di
perguruan tinggi terhadap upaya penjaminan mutu pendidikan perguruan tinggi yang
baik.
2. Manfaat Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) menjadi angin segar terhadap
pengelolaan perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi yang masih berkembang akan
memiliki kesempatan untuk menjadi perguruan tinggi yang baik dengan perbaikan-
perbaikan pada pengelolaan lembaganya. Tidak hanya perguruan tinggi negeri saja yang
yang akan terus menjadi perguruan tinggi yang terbaik tetapi perguruan tinggi swasta
memiliki kesempatan yang sama dalam berupaya menjadi perguruan tinggi yang mampu
bersaing.
Hal ini bukan hanya sematamata tujuan hadirnya lembaga Sistem Penjaminan
Mutu Internal (SPMI) tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan sebagai contoh yang
paling nyata adalah STIE Perbanas Surabaya yang notabene merupakan perguruan tinggi
swasta meraih prestasi sebagai sekolah tinggi terbaik dalam tata kelola perguruan tinggi.
Bahkan saat ini STIE Perbanas Surabaya dipercaya untuk mengasuh 3 universitas,
diantaranya universitas Pawyatan Daha Kediri, Universitas Wahidiyah Kediri dan
Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Nusa Tenggara Barat.
STIE Perbanas Surabaya bukanlah satu-satunya perguruan tinggi swasta yang
mendapatkan prestasi dalam pengelolaan mutu pendidikan, tetapi masih banyak
perguruan tinggi swasta lainnya yang mendapat prestasi yang baik seperti halnya
Universitas Islam Bandung yang hingga kini termasuk universitas swasta yang sangat
baik. Bahkan Universitas Islam Bandung pada tahun 2017 juga memperoleh predikat
yang terbaik dalam pengelolaan mutu pendidikan. Hal ini menjadi sebuah kesempatan
yang terbuka bagi setiap perguruan tinggi baik itu perguruan tinggi negerti atau swasta
semuanya dapat mengelola perguruan tinggi nya menjadi penyelenggara pendidikan yang
bermutu.
Dalam proses pengelolaan perguruan tinggi yang dilakukan oleh lembaga Sistem
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) tidaklah dilakukan hanya 1 atau 2 tahun tetapi untuk
menjaga mutu pendidikan itu dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hedwig & Polla (2006) yang mengemukakan bahwa penjaminan mutu
merupakan pekerjaan rutin yang berkesinambungan dan harus terus menerus dilakukan
dan bukan merupakan kegiatan yang bersifat ad hoc. Oleh karenanya, dalam peran
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) tahap pengawasan (monitoring) dan evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan menekankan bahwa kegiatan ini bukan
mencari-cari kesalahan melainkan untuk melakukan tindakan perbaikan terus menerus.
Sistem penjaminan mutu (quality assurance system) akan menghasilkan lulusan
perguruan tinggi yang berkompeten, kreatif, inovatif dan mampu menciptakan lapangan
kerja dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya sebagai indicator
keberhasilan dari pendidikan tinggi yang bermutu.
Dengan bergulirnya standar baru terkait dengan akreditasi baik perguruan tinggi
maupun program studi, hal ini merupakan sebuah upaya dalam menghasilkan mutu dalam
penyelenggaraan pendidikan. Orientasi dari perubahan permenristekdikti ini adalah
terkait dengan capaian tridharma yang dijelaskan dalam pencapaian sistem penjaminan
mutu internal (SPMI). Perencanaan system penjaminan mutu internal (SPMI) dilakukan
melalui beberapa strategi. Strategi penyusunan perencanaanmengacu kepada visi, misi
dan tujuan masing-masing perguruan tinggi. Selain itu kebijakan penyusunan program
system penjaminan mutu internal (SPMI) berdasarkan atas fenomena dan fakta di
lingkungan perguruan tinggi maupun masyarakat menunjukan bahwa system penjaminan
mutu internal (SPMI) harus terus berubah sesuai dengan kebutuhan zaman dan tuntutan
akreditasi
Hal ini harus menjadi komitmen terhadap kebijakan dengan pendekatan
manajemen pada system penjaminan mutu internal (SPMI) yang menunjukan bahwa
perguruan tinggi sangat fokus untuk memperhatikan setiap kebutuahn manual mutu
terkait dengan eningkatan penyelenggaraan proses pendidikan. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, perguruan tinggi harus melakukan langkah-langkah strategis yang
mendukung pelaksanaanya. Langkah-langkah strategis tersebut menjadikan indikator
yang membawa dampak perubahan terhadap proses system penjaminan mutu internal
(SPMI) pada perguruan tinggi itu sendiri. Proses perencanaanya berupa model
terintegrasi dan suplemen, dengan adanya system penjaminan mutu internal (SPMI)
dengan pendekatan manajemen pendidikan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Penjaminan mutu dalam dunia pendidikan, memang harus ditingkatkan mengingat
mutu pendidikan di indonesia pada khususnya jauh dari apa yang diharapkan. Kita juga
mengakui bahwa sekolah-sekolah baik dari tingkat menengah maupun tingkat atas
tentang kondisi sarana prasarana dan proses pembelajaran masih kurang memuaskan,
sehingga penjaminan mutu pendidikan merupakan program yang utama bahkan amata
sangat penting bagi menteri pedidikan dan tentunya bagi pemerintah. Penjaminan mutu
pendidikan itu sendiri merupakan kegiatan mandiri oleh lembaga pendidikan tertentu,
oleh karena itu hrus disusun, diranacang, dan dilakasakan sendiri. Salah satu upaya dalam
merealisasikan penjaminan mutu tersebut dapat dilakuakan secara bertahap oleh pihak
sekolah, yakni dengan melakaukan evaluasi diri, kemudian ditindaklanjuti dengan
monitoring sekolah oleh pihak pemerintah daerah, sehingga penjaminan mutu pendidikan
dapat dilakukan dengan baik.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca nya
dan menambah wawasan untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Arifudin. Opan. 2019. Manajemen Sistem penjaminan mutu internal (SMPI)sebagai upaya
meningkatkan mutu perguruan tinggi. Jurnal Ilmiah MEA (manajemen, ekonomi dan

akuntansi). Vol 3 No.1.

Rahmawati, Dede. 2019. Implementasi Sistem Penjamin Mutu Pendidikan Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Di Sekolah Dasar. Ciamis,Jawa Barat : Universitas Galuh. Vol. 3 No.1.

pelaksanaan_manajemen_berbasis_sekolah_dalam_menin.pdf (Diakses pada 1 desember 2020


pukul 20:15 Wib )

125-385-1-PB.pdf ( diakses pada 1 desember 2020 pukul 20:25 Wib )

NASKAH%20PUBLIKASI-libraryums-alfian%20SD.pdf (diakses pada 1 desember 2020 pukul


20:35 Wib )

Anda mungkin juga menyukai