Anda di halaman 1dari 17

Critical Book Report

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

Di Susun Oleh :

Kanisius Sihotang

3173131019

Kelas C

Dosen Pengampu :

Diah Eka Sari, S.Pd, M.Pd

Jurusan Pendidikan Geografi

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelaesaikan tugas makalah mata kuliah pendidikan
bahasa indonesia ini yang berjudul “Critical Book Report”. Penulis berterima kasih kepada
Bapak dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
            Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 19 maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..........................................           i
DAFTAR ISI……………...……………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..…………. .1
          1.1 Latar Belakang……………………………………………………….…...1

BAB  II PEMBAHASAN………….……………………………………………....3


          2.1 Identitas Buku..………………………………...……………....………...3
          2.2 Ringkasan Isi Buku…………………………………………………........4
          2.3 Penilaian Terhadap Buku………………………………………………...13

BAB III PENUTUP………………………………………………………………15


          3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...15
          3.2 Saran………..…………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


            Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitru keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilann menulis. Keempat-empatnya
merupakan catur tunggal. Sadar atau tidak sadar keterampilan menyimak ini tidak begitu
mendapat perhatian pada sekolah-sekolah selama ini, bahkan juga di Negara-negara yang telah
maju. Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Paul T. Rankin pada tahun 1929 terhadap 68
orang dari berbagai pekerjaan jabatan dan jabatan di Detroit sampai pada suatu kesimpulan
bahwa mereka ini mempergunakan waktu berkomunikasi: 9% buat menulis, 16% buat membaca,
30% buat berbicara, dan 45% buat menyimak.

 Tetapi walaupun survei itu menyatakan  bahwa pada umumnya kita menggunakan waktu
buat menyimak hampit tiga kali sebanyak waktu untuk membaca, sedikit sekali perhatian
diberikan untuk melatih orang menyimak. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan
dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh
keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita membaca,
dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Sedangkan
membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya
merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal.

Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir
yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan cerdas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan di kuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan
berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.  
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Identitas Buku

   Buku Utama (buku satu)


1.      Judul buku                 : Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
2.      Pengarang                  : Prof. DR. Henry Guntur Tarigan
3.      Penerbit                     : Angkasa
4.      Tahun terbit               : 1986
5.      Kota Terbit                : Bandung
6.      Tebal Buku                : 192 halaman
7.      Ukuran                       : 14x20,5 cm

  Buku Pembanding (buku kedua)


1.      Judul buku                 : Teaching and Researching Listening
2.      Pengarang                  : Michael Rost
3.      Penerbit                     : Longman
4.      Tahun terbit               : 2002
5.      Kota Terbit                : Great Britain
6.      ISBN                         : 0 582 36930 4
7.      Tebal Buku                : 309 halaman
8.      Ukuran                       : 15,5x23,3 cm
1.2 Ringkasan Isi Buku
Sumber : Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

1.      Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu :
 Keterampilan menyimak (listening skills)
 Keterampilan berbicara (speaking skills)
 Keterampilan membaca (reading skills)
 Keterampilan menulis (writing skills)
2.      Delapan prinsip bahasa yaitu :
-          Bahasa adalah suatu siste, suatu sistem pola-pola yang kompleks dan suatu struktur dasar.
Didalamnya terdapat ketentuam-ketentuan individual yang bekerja bersama-sama dengan
kesatuan-kesatuan lainnya.
-          Bahasa adalah vokal, hanya ujaran sajalah yang mengandung segala tanda utama suatu bahasa.
Bagian-bagian itu merupakan  bunyi yang membuat suatu perbedaan makna dan bunyi itu kita
namai dengan fonem.
-          Bahasa itu arbitrer, bahwa hubungan anatara lambing dan makna juga bersifat arbiteratau
bersifat mana suka.
-          Bahasa itu unik, tidak ada dua bahasa yang mempunyai perangkat pola yang sama, bunyi-bunyi
yang sama, kata-kata atau kalimat yang sama.
-         Bahasa itu kebiasaan, penggunaan seperti itu sebenarnya berada pada tingkatan
kebiasaan. Cara-cara kita mengucapkan suatu bunyi atau menyusun kata-kata menjadi
kalimat kita lakukan secara otomatis, yaitu seotomatis kita berjalan.
-          Bahasa sebagai sarana komunikasi, bahsa itu haruslah dapat dipahami oleh pemakai dan orang
lain. Kalau ucapan salah dimengerti tidak dapat dipahami, berarti gagallah bahasa
mengkomunikasikan mereka.
-          Bahasa berhubungan dengan budaya setempat, bahasa berada pada pembicara yang berada pada
tempat tertentu melakukan hal-hal tertentu.
-          Bahasa itu dinamis, tidak ada yang tetpdi dunia ini termasuk juga dengan bahasa. Semuanya
berubah, perubahan ini mencakup kosa kata bunyi bahsa, bentuk kata, bentuk kalimat ejaan dan
lain-lain.
3.      Batasan dan pengertian menyimak
 menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan
penu perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi unbtuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

4.      Tahap-tahap menyimak


 Menyimak berkala, yang terjadi saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya.
 Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat  gangguan dengan adanya
selingan-selingan.
 Setengah menyimak serapan, karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-
hal yang kirang penting.
 Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar apa yang disimak.
-          Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan.
-          Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar.
-          Menyimak secara aktif untuk mendapatkan dan menemukan pikira, pendapat dan
gagasan sang pembicara.

5.      Tujuan menyimak, ada empat fungsi utama menyimak :


 Agar dapat memberikan response yang tepat
 Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi
 Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
 Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal
Selain itu juga terdapat delapan tujuan dalam menyimak, yaitu menyimak untuk
meyankinkan, menyimak untuk belajar, menyimakn untuk menikmati, menyimak untuk
mengevaluasi, menyimak untuk mengapresiasi, menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide,
menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, menyimak untuk memecahkan masalah.
6.      Hakikat menyimak
Ada terdapat enam hakikat dalam menyimak yaitu sebagai sarana atau alat, sebagai
keterampilan berkomunikasi, sebagai seni, sebagai proses, sebagai response, sebagai pengalaman
kreatif.

7.      Suasana menyimak


 Suasana defensif, biasanya suasana defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam
pesan-pesan lisan yang mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat. Antara lain
yang bersifat evaluatif, mengawasi, strategis, netral, superior, pasti dan tentu.
-          Suasana suportif, atau suasana komunikasi yang bersifat mendukung atau
menunjangjustru timbul dari pesan-pesan yang mengimplikasikan deskripsi atau
pemerian. Dan keenam butir perangsang komunikasi suportif yaitu deskripsi, orientasi
permasalahan, spontanitas, empati, ekualitas, dan prisionalisme.

8.      Aneka upaya meningkatkan perilaku menyimak, menerima keanehan pembicara,


memperbaiki sikap, memperbaiki lingkungan, jangan dulu memberikan pertimbangan,
meningkatkan mutu catatan, menentukan tujuan khusus, memanfaatkan waktu secara bijaksana,
menyimak secara rasional, berlatih menyimak materi yang sukar.

9.      Faktor pemengaruh menyimak ada delapan yaitu :


 Faktor fisik, lingkungan fisik juga ,ungkin sekali turut bertanggung jawab atas ketidakefektifan
menyimak seseorang.  Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang
turut menentukan bagi setiap penyimak.
 Faktor psikologis, antara lain mencakup masalah prasangka dan kurangnya simpati terhadap
pembicara dengan aneka sebab dan alasan, keegosentrisan terhadap minat pibadi serta masalah
pribadi, kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas. Kebosanan dan kejenuhan
yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan. Sikap yang tidak
layak terhadap sekolah, guru, pokok pembicaraan. Sebagian atau semua faktor dapat
mempengaruhi kegiatan menyimak kea rah yang merugikan yang tidak kita ingini dan ini
mempunyai akibat yang buruk bagi sebagian atau seluruh kegiatan belajar para siswa. Dengan
demikian disimpulkan bahwa faktor psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik dan
yang negative memberi pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak.     
 Faktor pengalaman, tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap merupakan hasil pertumbuhan dan
perkembangan pengalaman kita senidiri. Kurangnya atau tiadanya minat pun agaknya
merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak sama sekali pengalaman dalam
bidang yang disimak itu.latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam
kegiatan menyimak.
 Faktor sikap, pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segalahal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang yang bersikap menerima
pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya; tetapi  bersikap menolak pada al-hal
yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Hal ini memberikan dampak yang positif
dan negatif.
 Faktor motivasi, motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau
motivasi kuat untuk mengerjakn sesuatau maka dapat diharapkan orang itu kn berhasil mencapai
tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak.
 Faktor peranan dalam masyarakat, kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita
dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik maka kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah
atau siaran-siaran radio dan televise yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan
pengajaran di tanah air kita maupun luar negeri.

10.  Kebiasaan jelek dalam menyimak dapat kita lihat dari :


 Menyimak lompat tiga
 Menyimak “saya dapat fakta”
 Noda ketulian emosional
 Menyimak supersensitf
 menolak suatu subjek secara gegabah
 mengkritik cara dan gaya fisik pembicara
 menghindari penjelasan yang sulit
 memberi perhatian semu
 menyerah kepada gangguan

2.2 Ringkasan Isi Buku


Proses Neurogial

          Mendengarkan adalah proses yang melibatkan rangkaian proses aktif, yang berada di
bawah kendali pendengar, dan proses pasif, yang tidak.

1.1 Mendengar

            Titik awal yang cocok untuk eksplorasi mendengarkan dalam pengajaran dan penelitian
bahasa adalah untuk mempertimbangkan sistem dan proses fisik dan kognitif yang terlibat.

            Mendengar adalah sistem fisiologis utama yang memungkinkan penerimaan dan konversi
gelombang suara yang mengelilingi pendengar. Denyut listrik yang dikonversi ini ditransmisikan
melalui telinga bagian dalam ke korteks pendengaran otak.

Tetapi di luar proses konversi pasif, mendengar adalah perasaan yang sering
diidentifikasikan dengan pengalaman kami berpartisipasi dalam acara. Haering tidak seperti
indera kita yang lain, memiliki karakteristik pengamatan dan pemantauan yang unik yang dapat
disamakan dengan persepsi ritme kehidupan, dengan tempo waktu nyata dari interaksi manusia,
dan dengan perasaan kontak manusia dan komunikasi.

Lalu, bagaimana mendengar berbeda dari mendengarkan? Istilah mendengar dan


mendengarkan sering digunakan secara bergantian, tetapi ada perbedaan penting di antara
mereka, meskipun baik mendengar dan mendengar melibatkan persepsi suara, perbedaan dalam
istilah mencerminkan tingkat niat.

1.2 Kesadaran

            Kesadaran adalah konsep yang paling mendasar ketika kita menganggap mendengarkan
sebagai proses yang aktif. Kita mungkin berpikir tentang kesadaran biasa sebagai berlangsung
ketika dua prosedur kognitif berpotongan: (1) Otak mengkodekan objek atau peristiwa luar
sebagai terdiri dari sifat independen dan (2) otak mengatur pendengar sebagai agen sentral yang
mengalami objek atau peristiwa ini . Kesadaran adalah fenomena mengalami integrasi ini.

            Kesadaran melibatkan pengaktifan bagian-bagian dari model pendengar dari dunia


sekitarnya: suatu model yang dengan sendirinya berpusat pada diri sendiri. Bagian-bagian dari
model ini yang diaktifkan yang terlibat dalam memahami pertemuan saat ini. Dilihat secara
teknis, bagian aktif dari model ini dibangun dari kontak perseptual dengan dan reaksi subyektif
terhadap peristiwa eksternal.
1.3 Perhatian

            Perhatian adalah pemusatan kesadaran pada suatu objek atau aliran pemikiran. Perhatian
dapat diarahkan baik secara eksternal maupun internal. Perhatian adalah awal dari keterlibatan,
yang merupakan perbedaan penting antara hanya mendengar dan mendengarkan.

            Perhatian dilihat sebagai proses berjangka waktu yang membutuhkan tiga elemen
neurologis: gairah, orientasi, dan fokus.

 Pemrosesan Linguistik

 Pahami pembicaraan
 Mengenali kata-kata
 Mempekerjakan aturan fonotaktik
 Menerapkan aturan tata bahasa
 Mengelola bahasa lisan
 Memanfaatkan fitur prosodis
 Mengintegrasikan isyarat non-verbal

Mendengarkan perkembangan dan penguasaan bahasa

 Bahasa pertama (L1) perkembangan persepsi


 Masukan kontekstual L1
 L1 restrukturisasi kognitif
 L2 acquistin: peran mendengarkan
 Mendengarkan L2: masukan yang bisa dipahami
 Pengembangan mendengarkan L2: pemrosesan fonologis dan leksikal
 Pengembangan mendengarkan L2: pemrosesan sintaksis
 Keberhasilan atau kegagalan mendengarkan L2: konteks untuk belajar

Pendekatan untuk mengajar mendengarkan

1.1 Prinsip-prinsip desain pembelajaran

           Beberapa ahli metodologi akan menantang pandangan ini, menenangkan bahwa


mempelajari bahasa itu unik dan membutuhkan metodologi pengajaran yang unik. Memang,
selama abad yang lalu, sejumlah metodologi pengajaran bahasa yang sangat spesifik telah
muncul, termasuk Total Physical Response, Suggestopedia. Prinsip-prinsip yang dapat
diturunkan dari teori-teori ini menyediakan cara untuk mencapai keseimbangan yang lebih besar
dari empat pendekatan untuk pengajaran mendengarkan yang kami uraikan: reseptif, konstruktif,
responsif, dan transformatif.

Teori-teori ini berkaitan dengan niat instruksi:

 Instruksi khusus Apitude:


 Fleksibilitas kognitif
 Koordinasi pengajaran dan pembelajaran
 Mode pembelajaran
 Iklim positif untuk belajar
 Instruksi berlabuh
 Struktur perkuliahan
 Belajar spiral
 Urutan elaboratif
 Referensi kriteria

Pengaruh dari penelitian pembelajaran bahasa kedua

            Bagian ini menguraikan beberapa pengaruh utama pada pengajaran mendengarkan yang
berasal langsung dari penelitian yang menggunakan bahasa.

 Hipotesis filter afektif


 Masukkan hipotesis
 Hipotesis interaksi
 Hipotesis prosedural
 Strategi pembelajaran dan strategi komunikasi
 Hipotesis processability
 Hipotesis jarak sosial

Desain instruksional

1.      Mendengarkan secara intensif

Mendengarkan intensif mengacu pada mendengarkan suara, kata, frasa, unit tata bahasa dan unit
pragmatis yang tepat. Meskipun mendengarkan secara intensif tidak perlu dilakukan dalam
situasi sehari-hari, kemampuan untuk mendengarkan secara intensif kapan pun diperlukan
merupakan komponen penting dari kemahiran mendengarkan.

 
2.      Mendengarkan selektif

Tugas mendengarkan selektif mendorong peserta didik untuk mendekati teks yang diucapkan asli
dengan mengadopsi strategi fokus informasi tertentu daripada mencoba untuk memahami dan
mengingat semuanya. Rekonstruksi materi yang diucapkan berdasarkan tugas mendengarkan
selektif dapat membantu siswa menghubungkan mendengarkan selektif dengan mendengarkan
global.

1.3 Penilaian Terhadap Buku


Perbandingan antara Kedua Buku
            Kedua buku ini membahas tentang menyimak dan listening.dari segi bahasa Indonesia
buku ini membahas tentang menyimak. Sedangkan dari segi bahasa inggris membahas tentang
listening. Menyimak itu sama halnya dengan mendengarkan, begitu juga dengan listening sama
dengan mendengarkan. Namun dalam buku Henry Guntur Tarigan menggunakan bahasa
indonesia sedangkan buku Michael Rost menggunakan bahasa inggris.
Dalam buku Michael Rost yang berjudul Teaching and Researching Listening ini
cakupan materi yang dibahasnya sangat luas dan mendalam. Isi dari buku ini tidak sama
pembahasannya. Dalam buku Henry Guntur Tarigan ada beberapa pengertian menyimak, tahap
menyimak, ragam jenis dalam menyimak, suasana menyimak, faktor pemengaruh menyimak,
dan bagainana cara meningkatkan daya simak. Sedangkan yang dibahas dalam buku Michael
Rost pembahasannya jauh lebih luas dibandingkan buku Henry Guntur.

Kelemahan Buku
 Pada buku Henry Guntur Tarigan, kajian konsep kata dan kalimat yang
disajikannya sulit dimengerti oleh pembaca atau tidak mudah dipahami saat
dibaca.  Hampir banyak persaman-persamaan yang diulang-ulang. Dan kata-
katanya sangat baku.
 Dalam buku Henry Guntur Tarigan, Ia menjelaskan materi secara berbelit-belit
dan membuat pusing pembaca.
 Bahasa dan kalimat yang digunakan Henry Guntur Tarigan dalam bukunya
tersebut lumayan susah untuk dimengerti dan dicerna, kata-katanya tidak begitu
mudah untuk dipahami sehingga pembaca harus lebih serius dan berkonsentrasi
saat membacanya.
 Buku Rost tidak secara mendalam membahas tentang listening atau menyimak,
kadang dia membahasnya terlalu jauh dan bahkan berbelit-belit karena jangkauan
berpikirnya sangat luas dan banyak sekali mengambil referensi-referensi dari
yang lain.

Kelebihan Buku
 Sebenarnya buku Teaching and Researching Listening ini bagus, apalagi
dilengakapi/disertai dengan sedikit latihan. Menurut saya buku Teaching and Researching
Listening karangan Rost ini sangat bagus sekali karena materi-materi yang dibahas di
buatnya dengan sangat lengkap dan disertai juga dengan gambar. Buku ini juga terdapat
konsep-konsep dan kata kunci di setiap materinya yang dibahas.
 Isi buku dan penjelasan dalam buku Henry Guntur Tarigan sudah lengkap, karena ia
mengupas tuntas semuanya dan Ia juga membahasnya semua satu per satu sehingga
pembaca dapat memilah-milah satu per satu dari materi tersebut.
 Buku karya Michael Rost ini bisa menjadi buku pedoman yang baik bagi para mahasiswa
untuk menambah pengetahuan yang lebih baik lagi.
 Sampul/cover yang digunakan pada buku Henry Guntur Tarigan kelihatan simple tetapi
tetap menarik dan sederhana.
 Salah satu keunikan dari buku Henry Guntur Tarigan ini adalah disertai juga dengan gambar
ataupun diagaram yang dapat memperjelas pembahasan dan mudah diketahui secara
langsung dan singkat tanpa membaca lagi isi kalimat-kalimat itu lagi.
 Buku ini cocok digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman untuk
menambah pengetahuan tentang menyimak dan listening. Buku ini juga bisa dijadikan
sebagai dasar pengetahuan mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan disemester
berikutnya.
Perbedaan Kedua Buku
Beda kedua buku ini adalah tampak dari segi bahasa yang digunakan dalam membahas
dan menyajikan materi dan cakupan materi yang dibahas. Karena dalam buku Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa materi yang dibahas berbeda cakupannya dengan apa
yang dibahas dalam buku Teaching and Researchig Listening yang lebih banyak membahas
semua secara mendalam.
BAB III        
PENUTUP

KESIMPULAN
Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita
melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak
bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara
kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan
caturtunggal.
setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang
berbahasa, semakin cerah dan cerdas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh
dan di kuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti
pula melatih keterampilan berpikir. 

SARAN
            Didalam keempat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, membaca, berbicara dan
menulis yang paling sering ataupun banyak dilakukan seseorang persenannya yang paling tinggi
dan paling banyak adalah menyimak. Hendaklah menyimak dijadikan sebagai keterampilan yang
bagus dan diadakan pelatihan juga. Agar setap orang bisa menyimak segala sesuatunya dengan
bagus sehingga tidak salah paham dan mengandung pengertian yang salah
           
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Rost, Michael. 2002. Teaching and Researching Listening. Great Britain: Longman.

Anda mungkin juga menyukai