A. Pengertian Disiplin
Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan
teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa
paksaan dari siapapun (AsyMasudi: 2000). Sedangkan menurut kami, disiplin merupakan
suatu sifat kepribadian individu yang asal nya emang ada pada diri setiap diri seseorang
berupa suatu tindakan/perilaku yang penuh tanggung jawab.
Disiplin harus dilakukan dimana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Kedisiplinan
di kelas mesti di miliki setiap murid ketika belajar ataupun sedang bermain. Adapun
menurut kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah disiplin seorang
siswa mengandung pengertian sebagai berikut : - Latihan batin dan watak dengan maksud
supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib di sekolah. Berdasarkan pengertian
tersebut di atas maka dapatl kami katakan bahwa disiplin di kelas oleh seorang murid adalah
rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial untuk mematuhi
segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik. Dan juga disiplin
bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa di dalam kelas/sekolah saja, melainkan juga di
dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari. Dengan demikian anak yang tidak mengenal
disiplin akan cenderung menjadi anak nakal/pembangkang, oleh karena itu pembentukan
disiplin adalah sejalan dengan pendidikan watak.
Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai
kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam
menciptakan suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau
hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak
berwibawa sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan
tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa
hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh
terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoriter membuat
suasana kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.
2. Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya.
Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa
perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
3. Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak
memaksa siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah
perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.
4. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau
bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa
menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.
Siswa sangat mampu merasakan adanya suatu keadilan atau ketidakadilan. Oleh
karena itu, guru harus selalu bersikap adil kepada seluruh siswa tanpa kecuali. Bila
guru tidak memperlakukan siswa secara adil satu sama lain, maka guru akan diberi cap
sebagai guru pilih kasih. Akibatnya siswa tak akan mengikuti aturan-aturan yang guru
buat. Yakinkan bahwa siswa terbaikpun bila melakukan kesalahan akan mendapatkan
konsekuensi yang sama seperti siswa-siswa lain.
8. Selalu Konsisten
Jika kita memutuskan suatu hal atau menjanjikan suatu hal kepada siswa, konsistenlah
untuk melaksanakannya. Misalnya saja, jika guru telah berjanji minggu depan akan
mengadakan ulangan, maka sesibuk apapun guru, ulangan harus tetap diadakan. Jika
guru berjanji akan mengadakan praktikum, maka guru harus konsisten untuk
melaksanakannya. Guru yang dengan mudah membatalkan janji atau melanggar
kesepakatan yang telah dibuatnya di kelas bersama-sama siswanya akan tidak dihargai
dengan baik oleh para siswa. Tak ada respek untuk guru macam ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Maman. (1998). Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.