Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN

DASAR-DASAR PROSES PEMBELAJARAN KIMIA


PENDEKATAN - PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Dosen Pengampu :
Dra. M. Dwi Wiwik Ernawati, M.Kes
Minarni, S.Pd, M.Si

Disusun oleh :
Munika Desiyanti (A1C116005)
Agung Dewantara (A1C116019)
Novi Paramita Dewi (A1C116049)
Sri Malinda Sudrajat (A1C116053)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017

1
A. Pendekatan Cbsa
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan
mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar
fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
(Arjuni,2016:65)
Upaya peningkatan pend,ekatan atau metode mengajar yang di-lakukan
telah dikaitkan dengan peningkatan k,eterlibatan siswa da-lam k'egiatan belajar-
mengajar. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang merupakan salah satu bentuk
pembaharuan pendidikan dalam pendekatan. Walaupun, pelaksanaannya
memakan waktu cukup lama, cara tersebut telah disadari perlunya, kemudian
diterima oleh para guru sebagai suatu cara untuk meningkatkan kualitas
perolehan siswa.
CBSA merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptimalisasian keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses
pembelajaran sehingga membelajarkan siswa untuk memperoleh dan memproses
tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai. Keterlibatan mental siswa
dituntut dalam pendekatan CBSA sehingga terjadi proses mental yang
berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Melalui proses
kognitif, siswa akan memiliki penguasaan terhadap konsep dan prinsip yang
mereka terima. Pembelajaran CBSA menuntut siswanya untuk aktif dan
terampil. Pembelajaran CBSA seharusnya siswa mampu menghubungkan
pemahaman konsep sebelumnya dengan konsep yang akan dipelajari. Konsep
dalam ilmu kimia yang diajarkan dengan pendekatan CBSA dapat menghasilkan
hasil belajar yang bermakna.

Menurut Thachir, dkk (1988:42), untuk dapat menerapkan CBSA,


pengajar perlu mengenal dan memahami prinsip-prinsip CBSA. Adapun prinsip-
prinsip CBSA itu adalah: (a) Prinsip motivasi; (b) Prinsip latar anak didik; (c)
Prinsip Pelaksanaan proses belajar-mengajar hendaklah difokuskan pada satu

2
arah; (d) Prinsip sosialisasi; (e) Prinsip belajar sambil bekerja; (f) Prinsip
Individual; (g) Prinsip Menemukan; (h) Prinsip pemecahan masalah; dan (i)
Prinsip belajar sambil bermain. Berdasarkan prinsip-prinsip CBSA yang telah
dijelaskan di atas, pendidik berperan sebagai pendorong semangat belajar siswa.
Pendidik harus dapat menimbulkan motivasi dari luar diri siswa dengan
pemilihan berbagai macam metode mengajar. Berbagai metode belajar yang
berbasis CBSA diantaranya model pembelajaran Inquiry, Cooperative Learning,
PBL (Problem Basic Learning), dan CTL (Contecstual Teaching and Learning).
Produk belajar yang dihasilkan dengan metode belajar yang berbasis CBSA
adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian kognitif sering digunakan
untuk menilai siswa dalam suatu pembelajaran, karena penilaian kognitif
mempunyai sifat long time memory dan meaningfull learning (peta konsep).
Penguasaan konsep bertahan lama serta keterkaitan antar konsepnya jelas.
(Wahyuningtyas, Ibnu, dan Zakia,2012:2)
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik
dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut
keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang
berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui
proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning
(SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar
aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan
CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan
dikelas secara bersama-sama. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan
kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan
CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
a. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat
ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Perubahan
ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara

3
intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri
pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sekolah maupun di rumah.
b. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam
kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan
gairah belajar menjadi makin meningkat.
c. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media
secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi
peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional
siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan
Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya keterampilan
Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya nilai dan sikap
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada
kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan
siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik,
Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik :
Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-
dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat
mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat
mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan
siapapun termasuk guru.
b. Dimensi Guru

4
Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam
meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses
belajar-mengajar.
Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan
motivator.
Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara
serta tingkat kemampuan masing-masing.
Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar
serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan
lingkugan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c. Dimensi Program
Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi
kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang
sangat penting diperhatikan guru.
Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun
aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d. Dimensi situasi belajar-mengajar
Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat,
bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses
belajar-mengajar.
Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-
mengajar.
Rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang
dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang
paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses
belajar-mengajar.
B. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan
yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di
sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu

5
pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini.Keunggulan
pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran antara lain:
1. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
2. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
3. Melatih siswa untuk berfikir lebih kritis
4. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran
5. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode
ilmiah.
Menurut Moh. Uzer Usman dan depdikbud terdapat tujuh keterampilan
proses yaitu:
a. Mengamati
Mengamati adalah keterampilan mengumpulkan data atau informasi
melalui penerapan dengan indera seperti melihat, mendengar, merasa dengan
kulit, meraba, dan atau mencicipi atau mengecap, menyimak, mengukur, dan
atau membaca.
2. Menggolongkan (Mengklasifikasikan)
Menggolongkan adalah keterampilan mengklasifikasikan benda,
kenyataan, konsep, nilai, tujuan atau keterampilan tertentu.
3. Menafsirkan (menginterpretasikan).
Menafsirkan adalah keterampilan menginterpretasikan sesuatu berupa
benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah dideteksi atau
dikumpulkan melalui pengamatan, perhitungan, pengukuran, penelitian
sederhana atau eksperimen.
4. Meramalkan
Meramalkan adalah mengantisipasi atau menyimpulkan sesuatu hal yang
akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan pemikiran atas
kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi.
5. Menerapkan

6
Menerapkan adalah menggunakan hasil belajar berupa informasi,
kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan, sikap atau nilai yang dimiliki
siswa dalam situasi atau pengalaman baru,
3. Merencanakan Penelitian
Merencanakan Penelitian adalah keterampilan yang amat penting, karena
menentukan berhasil tidaknya melaksanakan penelitian.
4. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan baik proses
maupun hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak,
tindakan atau penampilan.
Alasan yang melandasi perlunya diterapkan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan
2. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan
konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan
benda-benda yang benar-benar nyata.
3. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan
situasi menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan
eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.
4. Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik.
Konsep disatu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan.
(Hikmawati ,2012 46-
49)
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau
anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik
yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya
telah ada pada diri siswa. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2002) mengatakan
bahwa mengajar dengan pendekatan keterampilan proses berarti memberikan

7
kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, menggunakan keterampilan proses dalam suatu pembelajaran, akan
menyebabkan terjadinya interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah
ditemukan. Berdasarkan interaksi tersebut akan timbul sikap dan nilai meliputi
ketelitian, kreatif, ketekunan, tenggang rasa, tanggung jawab, kritis, obyektif,
rajin, jujur, terbuka dan disiplin, yang diperlukan dalam penemuan ilmu
pengetahuan.
(Selfi,143-144)
C. Pendekatan Scientific
Pendekatan dapat didefinisikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran. Definisi pendekatan merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum penggunaan
suatu pendekatan pada umumnya menentukan bentuk dan pola yang
dipergunakan oleh kurikulum. Adapun kurikulum 2013 yang sedang
diimplementasikan saat ini menggunakan jenis pendekatan scientific. Maka
pendekatan scientific yaitu titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran yang berbasis penyelidikan ilmiah. Adapun proses pembelajaran
berbasis penyelidikan ilmiah diwujudkan dalam usaha sistematik untuk
mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Karakteristik Pendekatan Scientific Adapun karakteristik pendekatan
scientific menurut Kemendikbud (2013) adalah sebagai berikut.
Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.

8
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya.
Pendekatan scientific relevan dengan beberapa teori belajar diantaranya
yaitu
1. Teori belajar Bruner
2. Teori belajar Piaget
3. Teori belajar Vygotsky
Adapun langkah-langkah umum pendekatan scientific dalam proses
pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan (Permendiknas No. 81a, 2013).
Langkah-langkah tersebut dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Mengamati
Pengamatan adalah menggunakan satu atau lebih indera-indera pada
tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau, pengecap, dan peraba atau
perasa.
2. Menanya
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih
lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan
peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
5. Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan
informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara.
6. Mengasosiasikan

9
Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi.
7. Mengomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola.
( Armadi,2017:56-59)

Proses pembelajaran dengan menggunakaan pendekatan scientific jauh


berbeda dengan pembelajaran konvensional di mana guru merupakan sumber
informasi siswa dan guru selalu aktif menjelaskan, menuntun siswa hingga siswa
mengerti. Dengan cara ini waktu yang dibutuhkan dalam proses siswa dari tidak
mengerti menjadi paham membutuhkan waktu yang lama, sehingga kurang
efisien. Dalam pendekatan ilmiah masalah yang diberikan guru selalu
berdasarkan dengan fenomena yang selama ini terjadi di kehidupan para siswa,
lalu siswa mencoba mencari jawaban dari masalah yang diberikan secara
mandiri. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan dan menciptakan jejaring. Sehingga siswa tidak hanya mengetahui
fakta atau prinsip, tetapi harus terampil menerapkan pengetahuannya dalam
kehidupan.
scientific skill yang dimaksud adalah
1. kemampuan membuat rancangan percobaan;
2. kemampuan melakukan percobaan dan melaporkan hasilnya;
3. pengusaaan konsep proses sains yang baik;
4. kemampuan mempresentasikan hasil percobaan dengan baik.
Pendekatan scientific skill hanya diberlakukan pada kegiatan praktikum
atau dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan cara praktikum atau
mencoba. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan sains para peserta didik.

10
Sedangkan pada pendekatan scientific siswa dituntut untuk melakukan langkah-
langkah ilmiah yang struktural dalam pembelajaran di kelas.
(Hidayati dan Endryansyah,2014:26)
Langkah-langkah pembelajaran yang meliputi tindakan mengamati
(observasi), menanya, mencoba atau mengumpulkan informasi, menalar atau
asosiasi, dan komunikasi.
Pengimplementasiannya sesuai dengan tahapan saintifik yang terdiri dari
lima tahapan yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan. Pembelajaran yang dimodifikasi bagi siswa tunarungu
bertujuan agar prestasi belajar di sekolah dapat meningkat. Anak tunarungu
mengalami gangguan pendengaran sehingga memiliki hambatan dalam
perkembangan
(Ekawati dan Wagino,2016:2-3)
Fase-fase model pembelajaran discovery learning yaitu: (1) stimulus
atau pemberian rangsangan, (2) pernyataan atau identfikasi masalah, (3)
pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) verifikasi data, (6) menarik
kesimpulan dan evaluasi (Kemendikbud, 2013).
Upaya penerapan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran
bukan hal yang aneh tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam
proses pembelajaran. Selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian. Satu di antara penelitian yang menunjukkan bahwa
pendekatan scientific dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah penelitian
yang dilakukan Rahmita, dkk (2013) menyimpulkan bahwa dengan menerapkan
pendekatan scientific dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII materi
bilangan (pecahan) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
(Efriana,2014:171-172)
D. Pendekatan Konsep
Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep
merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berpikir (Dahar,1989).
Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi

11
untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk
memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang
relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang
diperolehnya. Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang
memberi kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep
dan menemukan prinsip sendiri. Beberapa ciri konsep adalah sebagai berikut:
b. Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok
orang. Konsep tersebut ialah semacam symbol.
c. Konsep timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan menggunakan lebih
dari satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep tersebut ialah suatu generalisasi.
d. Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak
pengalaman.
e. Konsep merupakan perkaitan fakta-fakta atau pemberian pola pada fakta-
fakta.
f. Suatu konsep dapat mengalami modifikasi disebabkan timbulnya fakta-
fakta baru.
Jadi konsep dapat merupakan konsep konkrit dan konsep abstrak.
Beberapa konsep ada kalanya dapat digabungkan. Gabungan konsep-konsep ini
merupakan generalisasi, dan disebut prinsip ilmiah. Sebagai contoh, asam dapat
bereaksi dengan basa membentuk garam. Beberapa penulis menggunakan juga
istilah konsep untuk prinsip ilmiah atau generalisasi, kita dapat menggunakan
kedua pengertian ini untuk konsep.
Seperti yang telah disebutkan bahwa konsep dapat mengalami modifikasi
disebabkan timbulnya fakta-fakta baru, sebagai contohnya adalah konsep atom.
Konsep atom Dalton yang dikemukakan pada tahun 1808 terlihat ketidak
sempurnaannya setelah ditemukannya elektron oleh J.J. Thomson pada tahun
1900. Berdasarkan bukti temuannya bahwa dalam atom terdapat inti atom yang
bermuatan positif maka Rutherford tahun 1913 memperbaiki model atom
Thomson. Kemudian Niels Bohr tahun 1922 menyempurnakan model atom
Rutherford tersebut).

12
Berikut ini akan diberikan contoh-contoh konsep kimia yang dapat
diajarkan di SMA kelas X semester 1, diantaranya konsep-konsep yang terdapat
pada pokok bahasan ikatan kimia adalah :
Atom dapat bergabung dengan atom lain melalui suatu ikatan Kimia
Ikatan ion terbentuk akibat gaya elektrostatik antar ion yang berlawanan
muatan yang terjadi karena ada serah terima elektron dari satu atom dengan
atom lain Ikatan kovalen terjadi karena penggunaan bersama pasangan elektron
valensi oleh dua atom yang berikatan. Ikatan kovalen rangkap melibatkan
penggunaan bersama lebih dari satu pasang elektron oleh dua atom yang
berikatan.
Molekul polar ditimbulkan oleh perbedaan keelektronegatifan dua atom yang
membentuk molekul dwiatom. Kepolaran molekul pada molekul poliatom
selain ditentukan oleh kepolaran ikatan-ikatan yang membentuk molekul juga
ditentukan oleh struktur ruang molekul.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan
pembelajaran dengan pendekatan konsep:
a. Konsep-konsep yang akan diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan
lengkap.
b. Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlukan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran.
c. Urutan kegiatan pembelajaran seharusnya memberikan pengalaman yang
memadai, sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep yang
telah ada.
Ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-
eksperimen. Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka ilmu kimia
mengandung baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural.
Seperti halnya pengetahuan deklaratif pada umumnya, pengetahuan kimia juga
disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk mengikuti
perkembangan ilmu kimia yang sangat pesat, belajar konsep kimia merupakan
kegiatan yang paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan kimia dalam diri
siswa.
(Susiwi,2007)

13
DAFTAR PUSTAKA

Armadi. 2017. Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Di


Sd . Sumenep. Jurnal Autentik, Prodi Pgsd Stkip Pgri .Vol.1, No.1.

Arjuni. 2016. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui


Pendekatan Cbsa Pada Peserta Didik Kelas V.A Sdn 18 Lembah
Melintang. Jurnal Manajemen Pendidikan. Lembah Melintang : Vol. I
No.1.

Hikmawati. 2012. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Pesawat Sederhana Siswa Di Kelas V Sdn 51
Lambari. Sinjai. Purnal Publikasi. Volume II No. 1.

Nurul Hidayati. 2014. Pengaruh Penggunaan Pendekatan Ilmiah (Scientific


Approach ) Dalam Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Xii
Titl 1 Smk Negeri 7 Surabaya Pada Standar Kompetensi Mengoperasikan
Sistem Kendali Elektromagneti. Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik
Elektro. UNS. Volume 03 Nomor 02.

Ekawati dan Wagino. 2016. Pendekatan Saintifik Terhadap Kompetensi Konsep


Energi Panas Pada Anak Tunarungu. Surabaya: UNS.

Arikunto.1985. Memacu PelaksanAan Cara Belajar Siswa Aktif (Cbsa) Melalui


Pelaya,Nan Supervisi. Cakrawala Pendidikan .No.2. Volume IV.

Wahyuningtyas, dkk. 2013. Hubungan Pemahaman Konsep Asam-Basa Dengan


Konsep Hidrolisis Garam Dari Siswa Kelas Xi Ipa Sma Negeri 10 Malang
Tahun Ajaran 2012/2013. Malang: Universitas Negeri Malang.

Fanny Efrian. 2014. Penerapan Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa Kelas Vii Mtsn Palu Barat Pada Materi Keliling Dan Luas
Daerah Layang-Layang. Jurnal Elektronik. Pendidikan Matematika
Tadulako, Volume 01 Nomor 02.

Susiwi. 2007. Pendekatan Pembelajaran Dalam Pembelajaran Kimia Handout.


Bandung: UPI.

14

Anda mungkin juga menyukai