Anda di halaman 1dari 34

PROSEDUR UMUM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Tematik SD


yang Dibimbing oleh Andi Wibowo, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 4 semester 4A:


1. Khoridatul Warda 1886206009
2. Esti Luluk Innisa 1886206011
3. Zuhrotul Akhiroh 1886206014

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan tugas
makalah tentang “Prosedur Umum Pembelajaran Tematik Terpadu” dengan baik
dan benar.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, semoga Allah
SWT membalas amal kebaikannya.Amin.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu,
penulis mengharap kritik serta saran dari pembaca yang sifatnya membangun
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Malang, 25 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran tematik terpadu........ 3
2.2 Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik terpadu.......................14
2.3 Kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran tematik
terpadu………………………………………………………….22
2.4 Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik..........................28

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.....................................................................................30
3.2 Saran...............................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................34
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi siswa. Melalui pembelajaran terpadu ini siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung (direct experiences) sehingga dapat
menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi hal-hal
yang dipelajarinya. Siswa akan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar bagi para siswa
sekolah dasar. Dengan demikian, dalam pelaksanaannya perlu mengikuti
prosedur yang dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.
Pada makalah ini anda akan memahami mengenai prosedur umum
pembelajaran tematik terpadu, yang terdiri atas kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, serta kegiatan akhir dan tindak lanjut. Prosedur umum
pembelajaran tematik terpadu menjadi landasan utama dalam pelaksanaan
pembelajaran terpadu di sekolah dasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran
tematik terpadu?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran tematik
terpadu?
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam
pembelajaran tematik terpadu?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran
tematik terpadu.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran tematik
terpadu.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam
pembelajaran tematik terpadu.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik.

2
BAB 1I
PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan Pendahuluan Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Makna Kegiatan Pendahuluan
Proses pembelajaran terpadu secara keseluruhan dari awal sampai akhir
kegiatan harus dapat membangkitkan aktivitas siswa sebagai objek dan subjek
pembelajaran. Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Oleh
sebab itu, kegiatan pendahuluan dalam kegiatan pembelajaran terpadu harus
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, fleksibel, efektif, dan efisien.
Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus
ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah pembelajaran.
Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan
terutama dalam pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu
yang tersedia untuk kegiatan tersebut relatif singkat berkisar antara 5-10 menit.
Dengan waktu yang relatif singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan
kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga dalam kegiatan inti
pembelajaran terpadu siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan
saksama.
Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak
dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek
kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang
tidak hadir dengan tulus. Selanjutnya, guru bantuan siswa menyiapkan sarana
dan prasarana belajar yang dibutuhkan, seperti papan tulis yang bersih, media
atau alat belajar dan buku sumber yang akan digunakan saat pembelajaran.
Semua kegiatan pendahuluan tersebut harus direncanakan dengan baik oleh
guru dan sedapat mungkin melibatkan siswa sehingga siswa merasa ikut
bertanggung jawab atas kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, pada
kegiatan pendahuluan guru juga memberitahukan gambaran umum materi yang

3
akan dipelajari, memancing anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan materi. Melalui kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk aktif
berbicara dan mengeluarkan pendapatnya sehingga pada akhirnya akan muncul
rasa ingin tahu dari setiap anak. Dengan demikian, melalui kegiatan
pendahuluan siswa akan tergiring pada kegiatan inti baik yang berkaitan
dengan tugas belajar yang harus dilakukannya maupun berkaitan dengan materi
ajar yang harus dipahaminya.

B. Bentuk Kegiatan Pendahuluan


Mengingat pentingnya peranan kegiatan pendahuluan dalam menentukan
keberhasilan proses pembelajaran terpadu di sekolah dasar maka kegiatan ini
harus direncanakan dengan baik dan dilaksanakan berdasarkan prosedur yang
tepat. Dari penjelasan tentang makna kegiatan pendahuluan dapat di simak
bahwa kegiatan menyiapkan siswa mengikuti pelajaran ada yang langsung
berkaitan dengan kompetensi atau materi yang akan dibahas dalam kegiatan
inti dan ada juga yang tidak berkaitan langsung. Kegiatan menyiapkan siswa
yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas disebut kegiatan
awal pembelajaran. Sementara itu, kegiatan yang tidak langsung berkaitan
dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas disebut kegiatan
prapembelajaran. Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan
pembelajaran ini di antaranya, yaitu:
1. Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru
sejak awal dapat mengkondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang
efektif tersebut, misalnya dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Keberhasilan siswa dalam belajar banyak ditentukan oleh
frekuensi kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang tingkat
kehadirannya relatif tinggi (kehadiran 90% ke atas) memiliki prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan tingkat

4
kehadiran yang rendah. Dengan demikian, sebelum kegiatan inti
pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau memeriksa
terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas
terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu
menyita atau menghabiskan waktu. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru adalah dengan menanyakan atau meminta siswa yang
hadir di kelas untuk menyebutkan siswa yang tidak hadir, kemudian
guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa yang tidak hadir
tersebut. Dengan melakukan pengecekan kehadiran siswa setiap saat,
secara tidak langsung guru telah memberikan motivasi terhadap siswa
untuk selalu hadir dalam proses pembelajaran jika tidak ada halangan
yang tidak dapat ditinggalkan (sakit, ada keperluan keluarga, dan
sebagainya). Selain itu, cara ini juga dapat menanamkan kedisiplinan
pada diri siswa dalam mengikuti pelajaran, serta membiasakan diri
memberitahukan terlebih dahulu secara tertulis atau lisan melalui
temannya atau guru apabila tidak dapat hadir di sekolah.
b. Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (Readiness)
Kegiatan pembelajaran perlu didasari oleh kesiapan belajar dari
diri siswa. Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar
yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam teori
Koneksionisme atau teori Asosiasi, dengan tokohnya, yaitu Edward L.
Thorndike, yang merupakan teori paling awal dari rumpun
Behaviorisme, dikemukakan bahwa kehidupan itu tunduk kepada
hukum stimulus-respons atau aksi-reaksi. Belajar pada dasarnya
merupakan hubungan antara stimulus dan respons. Belajar merupakan
upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respons sebanyak-
banyaknya. Dalam teori tersebut dikemukakan tiga hukum belajar (law
of learning) yang sangat terkenal. Salah satu di antaranya, yaitu hukum
kesiapan (law of readiness). Hukum belajar yang lainnya adalah
hukum tentang pentingnya latihan (law of exercise) dan penguatan (law
of effect). Menurut hukum kesiapan (readiness), hubungan antara
stimulus dengan respons akan terbentuk atau mudah terbentuk apabila

5
telah ada kesiapan pada sistem syaraf individu. Dengan adanya hukum
kesiapan dalam belajar tersebut maka pada awal pembelajaran terpadu,
guru perlu mencari cara-cara tertentu yang efektif untuk menumbuhkan
kesiapan belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan
guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang
dilakukan pada awal pembelajaran, di antaranya: membantu atau
membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan sumber belajar
yang diperlukan dalam kegiatan belajar, menciptakan kondisi belajar
yang kondusif dan konstruktif dalam kelas, menunjukkan sikap penuh
semangat (antusiasme) dan minat mengajar yang tinggi, mengontrol
(mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran,
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta minat dan perhatian siswa, menentukan kegiatan
belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukannya.
c. Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan
pada suatu kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka
menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan ciri
pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada keaktifan siswa
(student centered). Suasana yang demokratis dalam pembelajaran
terpadu akan menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab
pertanyaan, keberanian untuk bertanya, keberanian berpendapat atau
mengeluarkan ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk kerja
(performance). Untuk itu, guru hendaknya mengembangkan kegiatan
awal pembelajaran yang memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela,
tidak merasa ditekan atau dipaksa dalam belajar. Alternatif yang dapat
dilakukan oleh guru pada awal pembelajaran terpadu ini di antaranya
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal yang berkaitan
dengan topik atau tema yang akan dibahas. Pertanyaanpertanyaan yang
diajukan guru adalah pertanyaan yang dapat merangsang siswa untuk
menjawab atau memberi pendapat. Untuk itu, pertanyaan yang diajukan
hendaknya berkaitan dengan sesuatu yang diperkirakan pernah dialami

6
siswa dalam kehidupannya. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memilih
jenis-jenis pertanyaan secara kreatif.
d. Membangkitkan motivasi belajar siswa
Pada tahap awal pembelajaran terpadu, siswa perlu ditumbuhkan
motivasi belajarnya. Kenapa? Sebab motivasi ini merupakan motor
penggerak aktivitas belajar. Bila motornya tidak ada maka aktivitas
belajar tidak akan terjadi. Apabila motornya lemah maka aktivitas
belajar yang terjadi akan lemah pula. Motivasi belajar siswa berkaitan
erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang
sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna
atau bermanfaat baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan
kuat. Motivasi belajar seperti itu disebut motivasi intrinsik atau
motivasi internal. Munculnya motivasi intrinsik dalam belajar
disebabkan keinginan siswa untuk menguasai kemampuan yang
terkandung di dalam tujuan pembelajaran. Perhatikan beberapa contoh
di berikut ini :
1. Irfan siswa Kelas IV sekolah dasar, sejak awal pembelajaran
bersungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru yang akan
mengajarkan mengenai matematika, karena ia menyadari bahwa
kemampuan dalam bidang matematika bermanfaat sekali di dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Dodi sejak kelas II sangat senang dan selalu bersungguh-sungguh
belajar seni suara, karena ia ingin menjadi penyanyi yang baik.
3. Nani siswa Kelas II bersungguh-sungguh belajar karena ayahnya
menjanjikan sepeda mini apabila ia menjadi siswa terbaik.
4. Aminah, siswa kelas V, selalu sungguh-sungguh belajar karena ibu
gurunya pernah memberikan pujian saat ia memperoleh nilai
terbaik.
Dua contoh terakhir (kasus Nani dan Aminah) memiliki
perbedaan dari dua contoh sebelumnya (kasus Irfan dan Dodi).
Terlihatkah, di mana letak perbedaannya? Pada dua contoh terakhir
(kasus Nani dan Aminah), mereka sungguh-sungguh belajar bukan

7
karena ingin menguasai kemampuan yang terkandung di dalam
pelajaran, akan tetapi karena ingin hadiah atau pujian. Dengan
demikian, tujuan yang ingin mereka raih berada di luar tujuan pelajaran
yang mereka pelajari. Motivasi seperti itu disebut motivasi ekstrinsik
atau motivasi eksternal. Akan tetapi, keempat contoh kasus tersebut
memiliki persamaan, yaitu semua siswa tersebut memiliki dorongan
belajar, walaupun kadarnya berbeda. Motivasi intrinsik disebut pula
motivasi murni, karena berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, sedapat mungkin guru harus berusaha memunculkan
motivasi intrinsik pada diri siswa di awal kegiatan pembelajaran
terpadu, umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan
pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan
motivasi intrinsik di kalangan siswa kelas rendah (kelas 1 dan 2)
memang agak sulit, karena pada umumnya mereka belum menyadari
akan pentingnya pelajaran yang mereka pelajari. Memunculkan
motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara:
memberikan penguatan seperti memberi pujian atau hadiah,
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, atau memberi nasihat.
Kegiatan-kegiatan seperti itu sangat penting untuk dipertimbangkan
guru pada awal kegiatan pembelajaran.
e. Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak
dapat dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan
perasaan) terhadap suatu objek yang dipelajari. Makin terpusat
perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik, dan hasilnya akan
makin baik pula. Oleh karena itu, sejak awal pembelajaran terpadu guru
harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat kepada pelajaran.
Memunculkan perhatian siswa pada suatu objek dapat diakibatkan oleh
dua hal. Pertama, siswa merasa bahwa objek yang disajikan guru
mempunyai kaitan dengan dirinya; umpamanya sesuai dengan
kebutuhan, cita-cita, pengalaman, bakat, atau minat. Kedua, objek itu
sendiri dipandang memiliki sesuatu yang berbeda, yang lain dari yang

8
sudah biasa, lain dari yang pada umumnya muncul. Perhatikan contoh
kasus di bawah ini :
1. Dedi, salah seorang siswa di suatu sekolah dasar sangat tertarik
dengan penjelasan gurunya tentang perpindahan penduduk karena ia
pernah dibawa orang tuanya bertransmigrasi.
2. Sekelompok siswa di suatu sekolah dasar pada suatu waktu
mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian, karena guru akan
mengajarkan pelajaran tersebut dengan menggunakan alat peraga
yang belum pernah dilihatnya.
Kedua contoh tersebut menggambarkan siswa yang belajar
dengan penuh perhatian, akan tetapi penyebabnya berbeda. Contoh
pertama, Dedi belajar dengan penuh perhatian, karena pelajaran tersebut
memiliki kaitan dengan pengalamannya. Sementara itu pada contoh
kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian karena guru mulai
mengajar dengan menggunakan alat peraga yang belum pernah
dilihatnya. Dari uraian dan contoh tersebut, dapat di ambil kesimpulan
bahwa belajar dengan penuh perhatian akan menyebabkan proses dan
hasil belajar yang lebih baik. Upaya guru untuk menumbuhkan dan
meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan mengaitkan pelajaran dengan
pengalaman, kebutuhan, citacita, bakat, atau minat siswa. Selain itu,
penggunaan metode dan media yang bervariasi, dapat menumbuhkan
dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

2. Memberi Acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan
diartikan sebagai upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan
singkat gambaran umum tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan
yang akan ditempuh selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang
dapat dilakukan guru dalam memberi acuan, di antaranya adalah sebagai
berikut:

9
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar
materi yang akan dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum
membahas pelajaran, adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi
dasar yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran dilakukan
atau garis besar materi yang akan dipelajari untuk mencapai tujuan atau
kompetensi tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui
semenjak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan
diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Informasi tentang
tujuan/kompetensi di awal kegiatan inti pembelajaran tersebut akan
dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk bersungguh-sungguh
dalam belajar. Tentu saja dalam menyampaikan tujuan atau kompetensi
dasar tersebut, guru harus bijaksana yaitu menggunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dapat menyampaikan informasi tentang kemampuan yang diharapkan
atau gambaran materi yang akan dipelajari secara lisan atau ditulis di
papan tulis. Dengan mengetahui kemampuan yang diharapkan dan
gambaran materi yang akan dipelajari, siswa akan memusatkan
perhatiannya untuk mencapai kemampuan tersebut.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah
menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa.
Dalam tahapan ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang
kegiatan belajar yang bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk
menguasai kemampuan tersebut atau dalam mempelajari tema, topik,
atau materi pembelajaran terpadu. Misalnya, jika dalam pembelajaran
akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan teknik atau
langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi.
Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen
maka guru harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah
eksperimen yang akan ditempuh atau jika pembelajaran akan
berlangsung dengan kerja kelompok maka guru membentuk kelompok

10
dan menyampaikan teknik atau prosedur kerja kelompok tersebut; dan
begitu pula dengan strategi-strategi yang lainnya. Jika siswa sudah
dianggap memahami teknik tersebut maka guru tidak perlu lagi
menjelaskan teknik tersebut secara rinci. Di samping menyampaikan
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung, guru juga hendaknya menyampaikan informasi tentang
sumber-sumber belajar yang mendukung dan dapat digunakan oleh
siswa.
Penjelasan-penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan
ditempuh siswa tersebut harus dilakukan karena dalam pembelajaran
terpadu lebih diutamakan terjadinya proses belajar yang berkadar
aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa sehingga
guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk belajar. Siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang
dipelajarinya sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori
konstruktivisme dapat dijalankan. Selain itu, efektivitas dan efisiensi
dalam pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh teknik dan
prosedur belajar yang digunakan siswa. Dengan menyampaikan
kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung, siswa
akan terarah usahanya untuk mencapai kemampuan atau menguasai
topik-topik tersebut.
3. Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)
Siswa akan tertarik terhadap pelajaran yang diberikan apabila
mereka melihat kaitan atau hubungan dengan apa yang telah dikenal atau
sesuai dengan pengalaman mereka terdahulu atau sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka. Oleh karena itu, salah satu cara untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa terhadap materi yang akan dipelajari adalah
dengan membuat kaitan. Kegiatan membuat kaitan pada awal
pembelajaran biasanya dikenal dengan melakukan apersepsi. Coba ingat-
ingat lagi pada saat Anda dulu bersekolah di sekolah dasar, sebelum
penyajian bahan baru biasanya guru sering melakukan kegiatan-kegiatan

11
seperti : mengulang kembali atau mengungkap kembali atau meminta
Anda untuk mengingat kembali bahan-bahan yang sudah diajarkan. Usaha
guru tersebut bisa disebut sebagai langkah apersepsi. Dengan kata lain,
apersepsi itu pada dasarnya, yaitu menumbuhkan tanggapan-tanggapan
lama yang telah dimiliki siswa sebelum memberikan bahan baru, atau
menerima tanggapantanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan
lama. Atau dengan kata lain apersepsi menekankan pada upaya guru dalam
menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh siswa dengan
materi yang akan dipelajari oleh siswa. Mengapa apersepsi ini sangat
penting dilakukan pada awal pembelajaran terpadu? Apersepsi berfungsi
untuk mempersiapkan kondisi awal belajar pada diri siswa terutama
kesiapan mental siswa menghadapi pelajaran. Dengan apersepsi,
diharapkan materi yang akan dibahas dapat diterima atau dipahami dengan
lebih mudah. Proses asimilasi dan integrasi pengetahuan pada diri siswa
merupakan hasil perpaduan antara bahan apersepsi dengan bahan baru
tersebut. Bagaimana melaksanakan apersepsi dalam pembelajaran terpadu?
Berikut ini beberapa cara di antaranya yang dapat dilakukan guru dalam
membuat kaitan atau melakukan apersepsi:
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya
Apabila materi yang akan dibahas memiliki kaitan langsung atau
menuntut penguasaan siswa terhadap materi sebelumnya maka
kegiatan awal pembelajaran dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari siswa.
Melalui pertanyaan tersebut siswa dibimbing untuk mengingat
kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Dengan menunjukkan
hubungan antara apa yang telah dipelajari siswa dengan materi yang
akan dipelajari, siswa akan memperoleh gambaran yang utuh tentang
materi dan siswa melihat bahwa materi yang dipelajarinya tidak
berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.
b. Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari

12
Siswa akan termotivasi untuk mengikuti pelajaran apabila mereka
melihat manfaat yang akan diperoleh apabila mereka menguasai
materi tersebut. Untuk itu, pada kegiatan awal pembelajaran guru
hendaknya menunjukkan kaitan antara penguasaan kompetensi atau
materi yang dipelajari dengan kegunaannya dalam kehidupan sehari-
hari. Misalnya, apabila guru akan membahas tentang makanan bergizi,
guru dapat menunjukkan manfaat mempelajari tersebut bagi
pertumbuhan tinggi dan berat badan siswa.
c. Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan
materi yang akan dibahas
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa siswa akan
termotivasi untuk belajar, apabila mereka melihat kaitan antara apa
yang dipelajari dengan pengalaman yang dimilikinya. Oleh karena itu,
untuk membangkitkan perhatian dan motivasi belajar siswa, pada
kegiatan awal pembelajaran guru dapat meminta siswa untuk
mengemukakan pengalamannya yang berkaitan dengan materi yang
akan dibahas. Misalnya ketika akan membahas tentang bentuk
permukaan bumi, guru dapat meminta anak untuk mengemukakan
pengalaman berliburnya (ke pantai, ke pegunungan, dan sebagainya).
Dengan melihat kaitan antara apa yang akan dipelajari dengan
pengalaman yang dimiliki, diharapkan siswa akan termotivasi dan
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang akan berlangsung.
4. Melaksanakan Tes Awal
Kapan Anda memberikan tes awal kepada siswa? Betul sekali, tes
awal dilakukan apabila materi yang akan dibahas merupakan materi baru
dan kita ingin mengetahui seberapa banyak siswa telah menguasai materi
yang akan dibahas tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena kita menyadari
bahwa guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Sekarang
sudah banyak sumber belajar yang tersedia yang dapat digunakan oleh
siswa dalam belajar. Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur
dan mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan
dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi ini akan digunakan oleh

13
guru untuk menentukan dari mana pembahasan materi baru akan dimulai
Pada apersepsi, bahan yang diberikan adalah yang telah dipelajari
sebelumnya, sedangkan pada penilaian awal, bahan yang diberikan adalah
bahan yang akan diajarkan. Melaksanakan penilaian awal perlu
memperhatikan waktu yang tersedia, agar dalam prosesnya tidak
mengganggu waktu untuk kegiatan inti dalam pembelajaran. Oleh karena
itu, penilaian awal ini dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa
siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa.

2.2 Kegiatan Inti Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu


A. Makna Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti sering juga disebut kegiatan instruksional. Pada dasarnya
kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). Kegiatan inti
dalam pembelajaran terpadu merupakan kegiatan yang kompleks, terutama
dalam proses penguasaan pengalaman belajar siswa terhadap kemampuan
yang telah dirumuskan secara terpadu. Dengan demikian, untuk
menumbuhkan pengalaman belajar siswa secara terpadu perlu ditempuh
melalui proses pembelajaran yang direncanakan secara matang. Pada
prinsipnya kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.
Guru perlu mengupayakan bagaimana caranya supaya siswa dapat
mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Melalui kegiatan inti pembelajaran
siswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang merupakan dampak
instruksional (langsung berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang
sesuai kurikulum) tetapi juga memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran
(sebagai dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran). Hal ini hanya
mungkin dicapai apabila proses pembahasan dan atau penyajian bahan
pelajaran dirancang dengan baik oleh guru, apalagi dalam pembelajaran
terpadu yang memiliki karakteristik tersendiri. Di samping itu, untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, kegiatan inti

14
pembelajaran hendaknya melibatkan siswa sebanyak mungkin, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berbuat langsung, dan memenuhi kebutuhan
siswa baik individual maupun kelompok. Untuk itu, kegiatan inti
pembelajaran hendaknya merupakan kegiatan yang bervariasi.

B. Bentuk Kegiatan Inti Pembelajaran


Pada prinsipnya, kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu berkaitan
dengan bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terpadu.
Setelah kegiatan awal tersebut dilakukan maka selanjutnya guru
mengorganisasikan atau mengatur proses pembelajaran dengan menggunakan
cara/teknik/metode/pendekatan yang bervariasi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengalaman belajar berkadar aktivitas tinggi. Hal tersebut
menjadi sangat penting karena melalui pengaturan proses pembelajaran
tersebut diharapkan terjadi suatu proses perubahan tingkah laku siswa sesuai
dengan kompetensi dasar yang diharapkan, misalnya dari tidak memahami
menjadi memahami, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak mampu
menjadi mampu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan sebagainya Siswa
akan dapat memahami bahan pelajaran, siswa akan mampu menerapkan
bahan pelajaran, dan siswa akan memiliki sikap positif terhadap bahan
pelajaran jika proses pengorganisasian/pengaturan pembelajaran dilakukan
secara efektif dan efisien. Efektif dalam pengertian dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, sedangkan efisien dalam pengertian dapat dilakukan dengan
menggunakan sarana, waktu, tenaga yang dimiliki. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya guru tetap harus menyesuaikan kegiatan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi karena kegiatan pembelajaran bersifat situasional.
Bagaimana seorang guru sekolah dasar dapat mengorganisasikan
kegiatan inti pembelajaran terpadu secara efektif dan efisien? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, paling tidak terdapat dua hal yang perlu Anda
pahami, yaitu sebagai berikut. Pertama, penyajian bahan pembelajaran harus
dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep dari mata pelajaran
satu dengan konsep dari mata pelajaran lainnya. Kedua, guru harus berupaya
menyajikan bahan pembelajaran terpadu dengan menggunakan strategi dan

15
media pembelajaran yang bervariasi, yang mampu mendorong siswa untuk
aktif terlibat dalam upaya penemuan pengetahuan baru. Seperti yang telah
disajikan sebelumnya bahwa kegiatan inti pembelajaran hendaknya
melibatkan siswa sebanyak mungkin, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berbuat langsung, dan memenuhi kebutuhan siswa baik individual
maupun kelompok.
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang guru agar
terjadi proses belajar pada diri siswa. Proses belajar akan terjadi pada diri
siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual dan emosional (termasuk
keterlibatan fisik) dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa
kegiatan pembelajaran harus terfokus pada siswa (student-centered). Kegiatan
pembelajaran yang berorientasi pada siswa akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan eksplorasi. Kegiatan yang demikian akan
memenuhi keingintahuan siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir
siswa. Kegiatan pembelajaran semacam ini akan menjadi sarana
pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti menganalisis
dan menanggulangi, memberikan kesempatan kepada siswa tidak hanya
sekadar mengulang informasi yang disampaikan guru, tetapi lebih pada
kegiatan siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah. Belajar terjadi
melalui proses pengalaman. Pengalaman tersebut dapat berasal dari
mengerjakan sesuatu atau mengamati orang lain melakukan sesuatu.
Pengalaman yang diperoleh dari mengerjakan sesuatu dapat dirancang oleh
guru dengan meminta siswa melakukan percobaan, berlatih mengerjakan soal,
berdiskusi, membuat karangan, melakukan wawancara, dan sebagainya.
Sementara itu, pengalaman yang diperoleh dari pengamatan dapat
dikembangkan guru melalui kegiatan demonstrasi yang dilakukan guru,
mengamati teman lain yang melakukan suatu keterampilan, pemberian
penjelasan tentang materi, pemutaran program video atau audio, dan
sebagainya. Dengan memberikan kesempatan kepada untuk terlibat langsung
dalam pembentukan pengetahuan, pembelajaran yang dilaksanakan guru akan
memberikan makna bagi siswa terhadap apa yang dipelajari.

16
Kegiatan inti pembelajaran, baik dalam pembelajaran terpadu maupun
pembelajaran biasa, menggambarkan penggunaan strategi dan media
pembelajaran serta metode mengajar dalam upaya membantu siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai
siswa, yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
dan nilai, kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkaji, berlatih, dan menghayati. Yang perlu menjadi penekanan di
sini bahwa kegiatan inti harus berorientasi pada keaktifan siswa karena
siswalah yang melakukan proses belajar. Berkenaan dengan penggunaan
strategi pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
guru. Faktor-faktor tersebut adalah tujuan, materi, siswa, guru, serta fasilitas,
ruang, dan waktu (Wardani, 2002).
1. Tujuan
Anda tentu sudah mengetahui bahwa kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, keterampilan,
serta pembentukan sikap dan nilai. Setiap jenis kemampuan tersebut
menuntut kegiatan pembelajaran yang berbeda. Penguasaan pengetahuan
menuntut adanya kegiatan pengkajian seperti mendengarkan penjelasan
guru, memperhatikan demonstrasi, melakukan observasi, melaksanakan
percobaan, berdiskusi, dan sebagainya. Pembentukan keterampilan
menuntut adanya kegiatan latihan. Keterampilan hanya akan dikuasai
siswa apabila siswa melakukan latihan. Kemampuan siswa memainkan
alat musik dapat dikuasai dengan baik oleh siswa apabila siswa banyak
berlatih. Keterampilan menyatakan pendapat dengan lancar akan dapat
dikuasai oleh siswa apabila pembelajaran memberi kesempatan kepada
siswa untuk berlatih menyatakan pendapat. Sementara itu, pembentukan
sikap dan nilai menuntut pembelajaran berupa penghayatan. Sikap kerja
sama akan dimiliki siswa apabila kegiatan pembelajaran memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kerja sama. Penjelasan
tersebut menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran menentukan kegiatan
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan guru.
2. Materi

17
Jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran juga turut menentukan
penentuan kegiatan pembelajaran. Apabila materi yang akan dibahas
bersifat abstrak maka dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya
memberikan contoh-contoh. Apabila materi yang dibahas merupakan
materi baru maka guru hendaknya memberikan penjelasan singkat atau
melakukan demonstrasi. Sebaliknya apabila materi yang akan dibahas
sudah dikenal siswa maka guru dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan materi tersebut. Dengan mencermati penjelasan tersebut
tampak bahwa dalam menentukan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya
memperhatikan jenis dan tingkat kesulitan materi pelajaran.
3. Siswa
Dalam menentukan kegiatan pembelajaran, guru juga perlu
memperhatikan faktor siswa, yang mencakup karakteristik dan jumlah
siswa di dalam kelas. Apabila akan melaksanakan percobaan di
laboratorium, guru harus yakin bahwa bahan dan alat yang ada di
laboratorium bukan merupakan hal yang baru sehingga pada waktu
memasuki laboratorium siswa tidak merasa canggung menggunakan alat-
alat percobaan. Apabila guru akan meminta siswa untuk melakukan
diskusi kelompok, guru sudah yakin bahwa siswa sudah mampu
mengemukakan dan menanggapi pendapat.
4. Guru
Di samping tujuan, jenis dan tingkat kesulitan materi, serta siswa,
faktor guru juga turut menentukan perancangan kegiatan pembelajaran.
Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran perlu
diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila guru merasa
tidak mampu melakukan percobaan, sebaiknya guru meminta bantuan
guru lain untuk melakukan percobaan tersebut.
5. Fasilitas, Ruang, dan Waktu
Faktor lain yang perlu diperhatikan guru dalam menentukan
kegiatan pembelajaran adalah fasilitas, ruang, dan waktu yang tersedia.
Melakukan percobaan secara individual memang akan sangat baik bagi

18
siswa. Tetapi apabila alat dan bahan yang tersedia tidak mencukupi untuk
setiap siswa, bukan berarti kegiatan percobaan ditiadakan. Dalam hal ini
guru dapat meminta siswa untuk melakukan percobaan kelompok. Selain
itu, apabila tidak memiliki waktu yang tidak banyak, metode kerja
kelompok kurang tepat dilaksanakan karena akan menghabiskan waktu
tersebut hanya untuk membentuk kelompok dan mempersiapkan fasilitas
yang diperlukan. Itulah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan guru
dalam merancang kegiatan inti pembelajaran. Selain menggambarkan
penggunaan strategi pembelajaran dan metode mengajar, dalam kegiatan
inti pembelajaran juga menggambarkan penggunaan media pembelajaran.
Mengapa guru perlu menggunakan media pembelajaran? Seperti kita
ketahui bahwa media pembelajaran merupakan salah satu komponen
pembelajaran yang berkaitan dengan komponen lainnya dalam
pembelajaran dalam rangka membantu siswa belajar. Tanpa media
pembelajaran yang bervariasi maka kegiatan inti pembelajaran terpadu
tidak akan berjalan dengan efektif. Dengan menggunakan media
pembelajaran, kita dapat memanfaatkan nilai yang terkandung dalam
media pembelajaran untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri
siswa. Berikut beberapa nilai yang dapat dipetik dari penggunaan media
dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu:
a. Media dapat mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak. Konsep-
konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan
secara langsung kepada siswa disederhanakan melalui pemanfaatan
media Ibu Evi (guru kelas 1 SD) sedang menjelaskan materi
pembelajaran terpadu dengan menggunakan media gambar berseri
pembelajaran. Misalnya untuk menjelaskan tentang sistem peredaran
darah manusia, arus listrik, berhembusnya angin, dan sebagainya guru
dapat menggunakan media gambar atau bagan sederhana.
b. Media dapat menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau
sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. Misalnya guru
menjelaskan dengan menggunakan gambar atau program televisi
tentang binatangbinatang buas seperti harimau dan beruang, atau

19
hewan-hewan lainnya seperti gajah, jerapah, ular kobra, dan
sebagainya.
c. Media dapat menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil.
Misalnya ketika membahas tentang kapal laut, pesawat udara, pasar,
candi, dan sebagainya guru dapat menggunakan gambar atau video
yang menggambarkan objek tersebut secara utuh atau bagian-
bagiannya. Atau sebaliknya ketika guru akan membahas tentang
objek-objek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk,
kupu-kupu, dan sebagainya, guru dapat menggunakan gambar.
d. Media dapat memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Dengan
menggunakan media film (slow motion) siswa dapat dengan mudah
melihat lintasan peluru, melesatnya anak panah, atau memperlihatkan
suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu lambat
seperti pertumbuhan kecambah, bunga yang sedang mekar, dan
sebagainya dapat dipelajari oleh siswa melalui penggunaan media
video.
Selain keempat nilai tersebut, penggunaan media dalam
pembelajaran terpadu juga memiliki kekuatan sebagai berikut:
a. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan
lingkungannya.
b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi
belajar pada masing-masing siswa.
c. Membangkitkan motivasi belajar siswa.
d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan.
e. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh
siswa.
f. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa.
Dengan memperhatikan nilai dan kekuatan yang dimiliki media
pembelajaran dalam mengoptimalkan pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap

20
tercapainya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Berikut ini
beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam pemanfaatan media
dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu.
a. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan,
tetapi memiliki fungsi tersendiri, yaitu mewujudkan situasi
pembelajaran yang lebih efektif.
b. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan
proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media
pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri
tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka
menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan
kompetensi dasar, indikator, dan isi/bahan pembelajaran terpadu. Hal
ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran terpadu harus selalu memperhatikan kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa dan karakteristik bahan pembelajaran.
d. Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses belajar. Hal ini
mengandung arti bahwa dengan menggunakan media pembelajaran
siswa dapat menguasai kompetensi dasar dan bahan pembelajaran
secara lebih mudah dan lebih cepat.
e. Media pembelajaran terutama berfungsi untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa akan lebih tahan
lama mengendap dalam pikirannya.
f. Media pembelajaran dapat meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk
berpikir sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
Penggunaan strategi dan metode mengajar serta media
pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal dalam kegiatan
inti pembelajaran apabila dilakukan tanpa memperhatikan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan. Untuk itu, dalam penetapan strategi dan
metode mengajar serta media pembelajaran guru perlu
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut agar kegiatan inti pembelajaran
berlangsung optimal.

21
2.3 Kegiatan Akhir Dan Tindak Lanjut Dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu
A. Makna Kegiatan Akhir Dan Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai
kegiatan untuk menutup semua rangkaian kegiatan pembelajaran. Kegiatan
ini juga mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan
pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran yang
telah dipelajarinya, serta mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung dan dijalani oleh siswa dan guru.
Dengan melakukan kegiatan akhir pembelajaran, guru akan mengetahui
kompetensi yang sudah dan belum dikuasai siswa. Kegiatan yang biasa
dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes, baik lisan
maupun tertulis. Selain itu, guru hendaknya melakukan kegiatan akhir
pembelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-
pokok materi yang sudah dipelajarinya. Kegiatan tersebut berupa kegiatan
meninjau kembali penguasaan siswa.
Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa
dan/atau melaksanakan penilaian), guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil tes, guru akan
mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa baik secara
individual maupun kelas. Dengan memperhatikan tingkat penguasaan siswa,
guru perlu melakukan kegiatan tindak lanjut. Hal ini berarti bahwa kegiatan
tindak lanjut pembelajaran merupakan kegiatan lanjutan yang ditempuh
berdasarkan pada proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa, misalnya
melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan siswa di
rumah, menjelaskan kembali bahan pembelajaran yang dianggap sulit oleh
siswa, meminta siswa membaca bahan pembelajaran dari sumber tertentu, dan
memberikan motivasi atau bimbingan belajar. Kegiatan tidak lanjut
pembelajaran dapat dilaksanakan di luar jam pelajaran, sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia. Pada prinsipnya, kegiatan tindak lanjut pembelajaran
dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.

22
B. Bentuk Kegiatan Akhir Dan Tindak Lanjut
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa kegiatan akhir dan
tindak lanjut pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam
rangka memantapkan pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar yang
harus dicapainya. Namun demikian, waktu yang disediakan untuk kegiatan
akhir dan tindak lanjut ini biasanya relatif singkat (kurang lebih 5-10 menit).
Dalam hal ini, guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien
mungkin melalui bentuk-bentuk kegiatan yang tepat. Banyak cara yang dapat
dilakukan guru dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebenarnya guru dapat
berkreasi sendiri dalam menentukan cara yang terbaik berdasarkan situasi
pembelajaran yang terjadi. Berikut ini beberapa alternatif bentuk kegiatan
yang dapat diterapkan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran
terpadu di sekolah dasar.
1. Kegiatan Akhir Pembelajaran
Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk meyakinkan bahwa
kompetensi yang ditetapkan dikuasai siswa di antaranya adalah meninjau
kembali penguasaan siswa dan melakukan penilaian.
a. Meninjau kembali penguasaan siswa
Untuk meninjau kembali penguasaan siswa terhadap materi yang
telah dipelajari siswa, guru dapat melakukan dua cara yaitu merangkum
(menyimpulkan) pokok materi atau membuat ringkasan materi
pelajaran. Kegiatan merangkum (menyimpulkan) dan membuat
ringkasan sebaiknya dilakukan oleh siswa di bawah bimbingan guru.
Sehingga pada saat siswa membuat rangkuman atau kesimpulan atau
ringkasan itu salah atau kurang sempurna, guru dapat membetulkan atau
menyempurnakan rangkuman/kesimpulan/ringkasan yang dibuat siswa.
Dalam melaksanakan kegiatan membuat rangkuman / kesimpulan /
ringkasan, hendaknya memperhatikan kriteria berikut:
1.) Berorientasi pada acuan hasil belajar dan kompetensi dasar.
2.) Singkat, jelas dan bahasa (tulis/lisan) mudah dipahami.
3.) Kesimpulan/rangkuman/ringkasan tidak keluar dari topik yang
telah dibahas.

23
4.) Dapat menggunakan waktu sesingkat mungkin.
Pada dasarnya kegiatan meninjau kembali penguasaan siswa ini
dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini
dapat dilakukan pada setiap penggal kegiatan atau setelah satu topik
dibahas. Selain untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap pokok-
pokok materi yang dipelajari, rangkuman/kesimpulan/ringkasan akan
sangat berguna sekali bagi siswa yang tidak memiliki buku sumber atau
siswa yang lambat belajar karena mereka dapat mempelajarinya
kembali.
b. Melaksanakan penilaian
Pengecekan atau penilaian terhadap pemahaman siswa sangat
penting dilakukan guru dengan maksud untuk melihat apakah siswa
telah mencapai kompetensi dasar yang diharapkan, atau belum. Oleh
karena itu guru perlu memiliki kemampuan dalam menilai hasil belajar
siswa. Memberikan tes merupakan salah satu kegiatan akhir yang sering
dilakukan guru. Untuk itu, guru perlu memiliki kemampuan
mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes
yang dilakukan pada akhir pembelajaran disebut tes akhir (post-test),
yaitu tes yang ditujukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah dipelajari.
Waktu yang tersedia untuk kegiatan akhir relatif singkat maka guru
perlu mengidentifikasi kegiatan teknik yang dianggap tepat untuk
menilai penguasaan siswa. Dalam prosesnya guru dapat melaksanakan
penilaian secara lisan atau tertulis. Apabila waktu yang dimiliki tidak
banyak, guru dapat menunjuk beberapa siswa yang termasuk pada
kelompok lambat belajar (slow learner) untuk menjawab pertanyaan
secara lisan atau membuat kesimpulan. Atau apabila waktunya cukup
banyak dan memadai, guru dapat melakukan penilaian secara tertulis.
Hal ini menunjukkan bahwa guru harus memiliki kreativitas yang tinggi
dalam menilai hasil belajar siswa agar pelaksanaan penilaian akhir
tersebut efektif dan efisien.

24
Penilaian dalam pembelajaran terpadu, dan dalam pembelajaran
pada umumnya, sebenarnya tidak selalu harus dilaksanakan di akhir
pembelajaran, bahkan untuk mengukur kompetensi siswa bisa saja
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan pendekatan penilaian alternatif (alternative assessment).
Mengenai hal tersebut akan dibahas tersendiri
2. Melaksanakan Tindak Lanjut Pembelajaran
Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa
dan/atau melaksanakan penilaian), guru dapat mengetahui tingkat
keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari hasil tes, guru
akan mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa baik secara
individual maupun kelas. Dengan memperhatikan tingkat penguasaan
siswa, guru perlu melakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tidak lanjut
pembelajaran dapat dilaksanakan di luar jam pelajaran, sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia. Pada prinsipnya, kegiatan tindak lanjut
pembelajaran dilaksanakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa
baik dalam bentuk pengayaan (enrichment) maupun perbaikan (remedial).
Perhatikan beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan tindak lanjut pembelajaran terpadu, berikut ini:
a. Memberikan pekerjaan rumah
Hasil evaluasi yang dilakukan pada akhir pembelajaran
memberikan gambaran kepada guru tentang tingkat penguasaan siswa
terhadap kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut guru dapat memberikan tugas atau latihan kepada siswa, baik
untuk meningkatkan maupun untuk memantapkan penguasaan siswa
terhadap kompetensi yang diharapkan. Pekerjaan rumah (homework)
pada dasarnya merupakan kegiatan yang sudah sering dilakukan oleh
guru sekolah dasar untuk meningkatkan atau memantapkan penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran. Dalam memberikan tugas dan latihan
guru perlu memperhatikan waktu yang tersedia dan kemampuan yang
dimiliki siswa. Pemberian tugas tidak boleh melampaui batas
kemampuan siswa, sebab tugas yang berlebihan dapat membuat siswa

25
frustrasi, jenuh bahkan dapat menurunkan motivasi serta minat
belajarnya. Oleh karena itu pemberian tugas pada siswa harus
berdasarkan pada perencanaan yang jelas, efektif, fleksibel, dan
terpadu. Artinya setiap pemberian tugas harus berorientasi pada
kompetensi yang harus dicapai dan bermanfaat bagi siswa. Selain itu,
tugas yang diberikan harus bersifat fleksibel dan perlu diintegritaskan
(terpadu) dengan matamata pelajaran yang lain.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan guru pada saat
memberikan tugas/latihan yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah:
1) Guru hendaknya menentukan dan menjelaskan secara singkat
tentang topik atau tema tugas dan latihan yang harus dikerjakan
siswa.
2) Guru perlu menjelaskan tentang tahapan tugas-tugas yang harus
dikerjakan berdasarkan lembaran tugas. Guru hendaknya
memberikan gambaran alternatif penyelesaian tugas tersebut.
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
tugas yang belum dipahaminya. Guru hendaknya menegaskan
tentang kriteria dan batas waktu penyelesaian tugas tersebut.
4) Guru menjelaskan tentang proses penyelesaian tugas, apakah tugas
dapat dilaksanakan di rumah atau di sekolah, sesuai dengan
karakteristik tugas yang bersangkutan.
5) Guru hendaknya meminta untuk menyerahkan dan mengerjakan
tugas sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
6) Guru harus memeriksa dan membahas setiap tugas yang diberikan.
Dengan membahas dan memberikan balikan terhadap hasil tugas
yang dikerjakan, siswa akan mengetahui keberhasilan tugas yang
dikerjakannya atau kesalahan yang harus diperbaiki. Pembahasan
hasil tugas ini juga dapat dilakukan bersama-sama siswa melalui
presentasi dan diskusi hasil tugas. Hal ini akan memberikan
motivasi kepada siswa untuk mengerjakan dengan lebih baik tugas
berikutnya.

26
b. Membahas kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, guru mengetahui kompetensi
yang sudah dan yang belum dikuasai siswa. Mungkin saja masih ada
bahan pelajaran yang belum dapat dikuasai siswa pada saat mengikuti
proses pembelajaran karena dianggap cukup sulit. Dalam kondisi
seperti itu, guru perlu membahas kembali materi pelajaran yang
dianggap sulit tersebut.
Namun demikian, guru perlu mempertimbangkan jumlah waktu
yang tersedia. Jika memungkinkan untuk memberikan penjelasan tanpa
memerlukan waktu yang banyak, guru dapat menjelaskan bahan
pelajaran tersebut pada saat itu juga sebelum jam pelajaran berakhir.
Namun, apabila membutuhkan waktu yang relatif panjang, perlu dicari
alternatif lain misalnya dilaksanakan di luar jam pelajaran. Untuk
pembahasan kembali pada pertemuan berikutnya, guru hendaknya
membuat desain tindak lanjut pembelajaran yang mencakup rumusan
tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, kegiatan belajar, evaluasi
serta sumber belajar yang diperlukan. Desain tersebut didasarkan hasil
penilaian yang telah dilakukan.
c. Menugaskan membaca materi pelajaran tertentu
Kegiatan tindak lanjut pembelajaran terpadu yang dapat diberikan
guru adalah menugaskan siswa untuk membaca topik tertentu yang
sesuai dengan pokok materi yang telah dibahas dari sumber bacaan
yang telah ditetapkan. Untuk tugas ini, sebaiknya guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan pengarah sebagai pedoman siswa dalam
membaca topik tersebut. Selain itu, siswa diberikan tugas untuk
membuat laporan hasil bacaannya. Perlu diperhatikan, bahwa kegiatan
tindak lanjut ini sulit dilaksanakan pada kelas rendah (kelas 1 dan 2)
karena siswa belum dapat membaca dengan baik.
d. Memberikan motivasi atau bimbingan belajar
Pada kegiatan akhir dan tindak lanjut, guru perlu memberikan
balikan dan bimbingan belajar, baik kepada siswa yang telah berhasil
menguasai kompetensi maupun kepada siswa yang belum berhasil.

27
Pemberian balikan ini dapat dilakukan dengan memberikan penguatan
(reinforcement) baik verbal (dengan kata-kata atau kalimat) maupun
nonverbal. Dengan kreativitasnya, guru mampu memilih kata-kata,
kalimat atau ungkapan yang bersifat afirmatif (dapat menggugah dan
menggelorakan semangat belajar tinggi), misalnya: “Kamu pasti bisa! ,
”Semua pasti mampu melakukannya!”, ”jangan takut salah, Ibu akan
membimbingmu!”, dan sebagainya.
Di samping memberikan balikan, guru juga hendaknya
memberikan bimbingan kepada siswa agar mereka mampu
memperbaiki kekurangannya atau meningkatkan penguasaannya.
Bimbingan tersebut dapat berupa arahan atau petunjuk yang jelas
kepada siswa sehingga tugas yang diberikan dapat dikerjakan secara
optimal oleh siswa. Balikan dan bimbingan ini dapat menumbuhkan
semangat belajar pada diri siswa.
e. Mengemukakan topik untuk pertemuan berikutnya
Kegiatan tindak lanjut lain yang dapat dilakukan guru adalah
mengemukakan atau memberikan gambaran kepada siswa tentang topik
bahasan atau tema yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Hal
ini dilakukan untuk membimbing atau mengarahkan siswa dalam
kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran. Dengan informasi
tersebut, diharapkan siswa akan membaca atau mempelajarinya terlebih
dahulu. Dengan demikian, pemahaman akan topik atau tema yang akan
dibahas akan lebih mudah dipahami dalam waktu relatif singkat.

2.4 Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Tematik


Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan dan
juga kelemahan yang diperolehnya. Keuntungan yang dimaksud yaitu:
a. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
b. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa.
c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

28
d. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
e. Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap
dan memahami hubungan antara konsep, pengetahuan dan nilai yang terdapat
dalam setiap mata pelajaran.

Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan


sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang
diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu:
a. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi
b. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep
c. Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar
siswa yang baik dalam aspek intelegensi.
d. Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup
banyak dan beragam serta berguna untuk mengembangkan wawasan dan
pengetahuan yang diperlukan.
e. Memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
f. Pembelajaran tematik memerlukan sistem penilaian dan pengukuran (obyek,
indikator, dan prosedur) yang terpadu.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus
ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah
pembelajaran. Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam
pendahuluan pembelajaran ini di antaranya, yaitu: Penciptaan kondisi
awal pembelajaran, memberi acuan, membuat kaitan (melaksanakan
apersepsi), dan melaksanakan tes awal.
2. Kegiatan inti merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences).
Kegiatan inti pembelajaran, baik dalam pembelajaran terpadu maupun
pembelajaran biasa, menggambarkan penggunaan strategi dan media
pembelajaran serta metode mengajar dalam upaya membantu siswa
mencapai kompetensi yang diharapkan.
3. Kegiatan akhir mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan
pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran
yang telah dipelajarinya, serta mengetahui keberhasilan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dan dijalani oleh siswa
dan guru.
4. Dalam pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan.

3.2 Saran
Dari pembahasan prosedur umum pembelajaran tematik terpadu diatas,
telah dijabarkan dari pengertiannya. Mungkin dari pembuatan makalah ini
kami memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, kedepanya
diharapkan penulis makalah akan lebih fokus dan teliti dalam menjelaskan
tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang
tentunya dan dapat dipertanggung jawabkan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi, Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu (Karakteristik,


Landasan, Fungsi, Prinsip Dan Model. (online).
https://repository.uinsu.ac.id. Di akses pada tanggal 22 Maret 2020.
Hernawan, Asep Herry, Novi Resmini, dan Andayani. Pembelajaran Terpadu di
SD. (online). https://www.pustaka.ut.ac.id. Di akses pada tanggal 22 Maret
2020.
Sungkono. 2006. Pembelajaran Tematik Dan Implementtasinya Di Sekolah
Dasar. (online). https://media.neliti.com. Di akses pada tanggal 22 Maret
2020.

34

Anda mungkin juga menyukai