Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Strategi


Pembelajaran Seni dan Budaya
Dosen Pengampu: Dr. Mimy Astuty Pulukadang, S. PD, M. SN

Disusun Oleh :

SITI ALMA RAMADANI H (1414423047)

PROGRAM STUDI S1 SENDRATASIK


FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan guna memenuhi tugas untuk mata kuliah
Strategi Pembelajaran Seni dan Budaya, dengan judul “PEMBELAJARAN
TUNTAS (MASTERY LEARNING)” Makalah ini disusun dengan sebaik-
baiknya, dan kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan beberapa pihak yang dengan tulus memberikan doa, kritik dan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnyah bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Gorontalo, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Pengertian Pembelajaran Tuntas...............................................................4
2.2 Indikator Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Tuntas......................6
2.3 Pelaksanaan Program Remidial, Pengayaan, dan Percepatan...................7
BAB III SIMPULAN DAN SARAN...................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di
Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan
yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar peserta didik.
Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu
didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan
peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita
kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata
pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh),
kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai
salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang
memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita,
umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai
materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang
tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari
sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Dengan sistem belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar
dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak
dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih
efektif dan efisien. Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang
menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian
kebebasan belajar, serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam
belajar.
Pembelajaran tuntas merupakan strategi pembelajaran yang baik
digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena dengan
pembelajaran tuntas, peserta didik dituntut untuk benar-benar menguasai
materi yang dipelajari, dengan demikan maka peserta didik yang belum

1
menguasai materi akan terus mengulang kembali materi yang telah
dipelajarinya sampai dia benar-benar menguasainya, meskipun tidak 100%
peserta didik tersebut memahaminya.
Belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara
perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari peserta
didik dapat dikuasai sepenuhnya (Moh. User, 1993: 96). Ide teoritis inti
dalam mastery learning didasarkan pada persektif yang menarik dari john B.
Carroll tentang makna bakat. Carroll memandang bakat sebagai jumlah waktu
yang akan membawa seseorang untuk mempelajari suatu materi yang
diberikan, bukan sebagai kapasitas seseorang itu untuk menguasainya
(Wahyudin, 2008: 28) Dengan pemberian waktu yang cukup sesuai dengan
kemampuan peserta didik diharapkan penguasaan penuh dalam pembelajaran
dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud pembelajaran tuntas (Mastery Learning) ?
2. Apa saja indicator guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas ?
3. Bagaimana pelaksanaan program remidial, pengayaan, dan percepatan?

1.3 Tujuan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
1. Mengetahui pengertian pembelajaran tuntas (Mastery Learning)
2. Untuk mengetahui indicator guru dalam melaksanakan pembelajaran
tuntas
3. Untuk mengetahui pelaksanaan remidial, pengayaan, dan percepatan

2
1.4 Manfaat Makalah
1.1.1 Secara Teoritis
Disusunnya makalah ini untuk menambah wawasan dan
pengalaman dalam melakukan penulisan makalah, serta mengenal
Metode pembelajaran tuntas.
1.1.2 Secara praktis
Dapat menjadi referensi bacaan sehingga menambah wawasan
ilmu Pendidikan khususnya pembelajaran tuntas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Tuntas


Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang
bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery
level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran
tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas
merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh seluruh warga sekolah.
Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di
dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta
didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara
maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005: 193).
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta
untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar.
Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit
bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata
lain penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar tuntas adalah
memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama
tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain
dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar,
dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang
dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria
yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui
penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui
perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh
nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran tersebut.

4
Konsep pembelajaran tuntas dilandasi oleh pandangan bahwa semua
atau hampir semua siswa akan mampu mempelajari pengetahuan atau
keterampilan dengan baik asal diberikan waktu yang sesuai dengan
kebutuhannya. Setiap siswa mempunyai kemampuan dan upaya untuk
menguasai sesuatu yang dipelajari. Tahap penguasaan bergantung kepada
kualitas pembelajaran yang dialaminya. Pembelajaran tuntas merupakan suatu
model pembelajaran untuk memastikan bahwa semua siswa menguasai hasil
pembelajaran yang diharapkan dalam suatu unit pembelajaran sebelum
berpindah ke unit pembelajaran berikutnya. Model ini membutuhkan waktu
yang cukup dan proses pembelajaran yang berkualitas.
Menurut Bloom (1968) Pembelajaran Tuntas merupakan satu model
pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal
yang dipelajari.
Kemudian, Anderson & Block (1975) berpendapat bahwa pembelajaran
tuntas adalah seperangkat gagasan dan tindakan pembelajaran secara individu
yang dapat membantu siswa untuk belajar secara konsisten. Gagasan dan
tindakan ini menghasilkan proses pembelajaran yang sistematik, membantu
siswa yang menghadapi masalah pembelajaran, serta membutuhkan waktu
yang cukup bagi siswa untuk mencapai ketuntasan berdasarkan kriteria
ketuntasan yang jelas.
Terdapat tiga hal yang menjadi alasan mengapa model pembelajaran
tuntas ini perlu dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah dasar.
1. Siswa memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga
membutuhkan layanan pembelajaran dan waktu yang berbeda pula.
2. Siswa membutuhkan model pembelajaran yang sesuai dan berkesan,
sehingga mereka dapat belajar dengan senang tanpa adanya paksaan.
3. Siswa pada dasarnya harus menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
ditawarkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

5
2.2 Indikator Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Tuntas
2.1.1 Metode pembelajaran
Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan diagnostik.
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan
individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditunjukan kepada
sekelompok siswa (kelas)tetapi juga mengakui dan memberikan
layanan sesuai dengan perbedaan individual sedemikian rupa, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing
peserta didik secara optimal. Metode yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran
dengan teman dan bekerja dalam kompok kecil. Pendekatan-pendekatan
alternatif tambahan harus digunakan untuk mengakomodsi perbedaan
gaya belajar siswa.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan
tutorial dengan sesi-sesi kelompok kecil, tutorial orang perorang,
pemelajaran terperogram, permainan dan pemelajaran berasis komputer.
2.1.2 Peran guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan peran guru atau
tanggung jawab guru dalam mendorong keerhasilan peserta didik secara
individual. Pendekatan yang dipakai mendekati dengan
model personalized system of instruction (PSI) seperti yang
dikembangkan oleh Keller, yaitu lebih menekankan pada interaksi
antara peserta didik dengan materi atau objek belajar. Guru harus
berperan secara intensif dalam hal-hal berikut:
1. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam unit yang lebih kecil
dengan memerhatikan pengetahuan prasyaratnya.
2. Menata indikator berdasarkan cakupan serta urutan unit
3. Menyajikan materi dalam bentuk yang berfariasi
4. Memonitor seluruh pekerjaan siswa
5. Menilai perkembangan siswa dalam pencapaian kompetensi
(kognitif, psikomotor, dan afektif)

6
6. Menggunakan teknik diagnostik
7. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa
yang mengalami kesulitan.
2.1.3 Peran siswa
Peran siswa yaitu sebagai subyek didik. Fokus program sekolah
itu bukan berorientasi kepada guru dan tugas yang dikerjakan, tetapi
kepada siswa dan tugas yang akan dikerjakan siswa. Jadi siswa dalam
pembelajaran tuntas lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu
belajar yang diprlukan.
2.1.4 Evaluasi
Ketuntasan belajar ditetapkan dengan penilaian acuan patokan
pada setiap kompetensi dasar, tidak ditetapkan berdasarkan norma.
Dalam hal ini batas ketuntasan harus ditetapkan oleh guru, misalnya
apakah siswa harus mencapai nilai 75, 65, 55 atau sampai nilai berapa
seseorang siswa dinyatakan mencapai ketuntasan dalam belajar.
2.3 Pelaksanaan Program Remidial, Pengayaan, dan Percepatan
2.3.1 Program remidial
Program remidial bisa disebut juga program perbaikan yaitu
kegiatan yang diberikan ke peserta didik yang belum menguasai bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan maksud mempertinggi
tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran.
Dalam program pembelajaran remedial, tuntutan terhadap guru
agak berbeda dibandingkan dengan tuntutan pada program
pembelajaran reguler. Pada Program pembelajaran reguler, guru
dituntut untuk kreatif dalam memilih dan menggunakan model,
pendekatan, atau metode pembelajaran yang bervariasi menyesuaikan
dengan sifat materi pelajarannya. Namun pada program pembelajaran
remedial, tuntutan terhadap guru adalah guru kreatif dalam memilih dan
menawarkan model-model belajar yang cocok untuk masingmasing
siswa peserta program remediasi ini. Hal ini dikarenakan, dalam
program ini, semua peserta adalah siswa yang mengalami kegagalan

7
belajar, yang sebagian terbesar adalah akibat kesulitan belajar. Di
samping itu, guru juga dituntut untuk kreatif dalam menentukan
paketpaket belajar (atau modul) untuk siswa-siswanya yang berbeda
karateristiknya. Pada program pembelajaran remedial, banyak terjadi
bahwa siswa-siswa mempunyai karakteristik yang cukup unik-unik,
yang memerlukan penanganan penangan khusus bahkan cenderung ke
pelayanan individual. Beberapa macam program akademik yang bisa
ditawarkan kepada siswa (yang tergantung kesiapan guru dan
pendukungnya), antara lain adalah study club, group project, tutor
sebaya, dan pelayanan individual. Sementara program non-akademik
bisa mengikuti program sekolah atau Bimbingan Konseling. Dalam
program pembelajaran remedial, juga perlu dilakukan langkahlangkah
seperti program pembelajaran reguler, seperti pembuatan rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian.
Hanya saja waktu yang tersedia lebih terbatas.
Masalah pertama yang akan selalu timul dalam pelaksanaan
pembelajaran tuntas adalah bagaimana guru menangani peserta didik
yang lamban dan mengalami kesulitan dalam menguasai KD tertentu.
Dalam kondisi ini ada dua cara yang dapat ditempuh.
1. Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang
belum tuntas atau mengalami kesulitan dalam menguasai kd tertentu.
2. Pemberian tugas atau perlakuan secara khusus yang sifatnya
penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler. Bentuk
penyederhanaan tersebut dapat dilakukan guru antara lain melalui:
 Penyederhanaan isi atau materi pembelajaran untuk KD tertentu
 Penyederhanaan cara penyajian
 Penyederhanaan soal atau pertanyaan yang diberika
Program remedial diberikan hanya kepada siswa yang belum menguasai
KD yang belum dikuasai. Program remedial dilaksanaka:
 Setelah mengikuti tes atau KD tertentu

8
2.3.2 Program pengayaan

Program pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada


peserta didik yang keterampilannya atau pemahamannya lebih cepat
dalam menerima materi yang diberikan.
Dalam program pengayaan, guru tidak dituntut adanya variasi
model mengajar, namun penentuan model belajar yang sesuai dengan
siswa akan lebih menguntungkan siswa, akan lebih efektif dan efisien
dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan program ini. Wujud program
pengayaan lebih bebas Mastery Learning Halaman 5 dibandingkan
dengan program remedial, maupun program pembelajaran reguler.
Untuk program ini, guru bisa menawarkan bentuk modul atau justru
diajak membantu siswa lain yang belum berhasil, untuk berperan
sebagai tutor, membantu dalam kegiatan tutor sebaya. Wujud kegiatan
lain, adalah siswa diberi petunjuk (dan kalau mungkin difasilitasi)
untuk, menambah pengalaman atau pengetahuan dari program audio-
visual, slide, atau mengakses informasi tertentu dari internet. Akan
memberikan hasil yang lebih optimal, apabila untuk program
pengayaan guru juga melakukan persiapan, dan diakhiri dengan
evaluasi serta penilaian untuk melihat efektivitas dan efisiensinya
program.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas, kondisi yang
sebaliknya dari program remedial adalah akan selalu ada peserta didik
yang leih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. Mereka perlu
mendapatkan tambahan pengetahuan atau keterampilan melalui
program pengayaan yang sesuai dengan kapasitasnya.
Adapun cara yang dapat ditempuh diantaranya adalah:
 Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan
memperluas wawasan bagi KD tertentu.
 Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, bacaan dan
sebagainya.

9
 Memerikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan.
 Memantu guru membimbing teman-temannya yang belum
mencapai ketuntasan.
2.3.3 Program percepatan
Program percepatan atau akselerasi, barangkali merupakan
program layanan yang paling sulit. Dalam suatu program pembelajaran
suatu mata pelajaran, wujud program ini, adalah siswa diberi
kesempatan untuk menyelesaikan pelajaran lebih dulu dari yang lain.
Para siswa dapat mempelajari materi untuk menguasai kompetensi
berikutnya, sementara siswa yang lain harus mengikuti program
perbaikan atau mengikuti program pengayaan. Untuk ini jelas, mereka
diberi layanan secara terpisah. Bahan ajar, fasilitas, atau bahkan tempat
belajar secara khusus perlu diberikan kepada kelompok cepat ini. Bahan
ajar yang dikemas dalam bentuk paket-paket belajar atau modul,
rasanya paling memungkinkan untuk menjadi program layanan program
akselerasi. Permasalahannya adalah, bagaimana kalau kelompok cepat
ini terus mampu lebih cepat menguasai kompetensi-kompetensi mata
pelajaran? Selain modul, layanan untuk kelompok cepat ini barangkali
justru dipromosikan untuk menempuh program akselerasi yang
diadakan sekolah atau lembaga lain yang terkait. Jadi ada program
bersama sekolah-sekolah untuk menangani siswa yang mampu belajar
lebih cepat dari lainnya, dengan menyediakan kelas khusus, program
khusus, lengkap dengan sistem administrasiannya.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas
memungkinkan adanya siswa yang luar biasa, cerdas dan mampu
menyelesaikan KD jauh lebih cepat dengan nilai yang amat baik pula.
Peserta didik dengan kecerdasan luar biasa ini memiliki karakteristik
khusus, yaitu tdk banyak memerlukan bantuan berupa program
remedial maupun pengayaan, ditakutkannya akan mengganggu
pengoptimallan belajarnya.

10
11
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran tuntas merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran di mana siswa diharapkan dapat menguasai secara tuntas
standar kompetensi dari suatu unit pelajaran. Asumsi yang digunakan dalam
pembelajaran tuntas ini yaitu jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan
yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan dan jika siswa
tersebut menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan
siswa akan mencapai tingkat penguasaan itu. Tetapi jika siswa tidak diberi
cukup waktu atau siswa tersebut tidak menggunakan waktu yang diperlukan,
maka siswa tidak akan mencapai tingkat penguasaan belajar.
Dalam pembelajaran ini peren guru sangat penting guna mendorong
keberhasilan peserta didik dalam mencapai keberhasilannya secara
individu.dalam pemelajaran tutas ini ketika peserta didik belum dapat
menguasai materi setelah diadaknanya tes maka peserta didik harus mengikuti
program remedial sedangkan bagi peserta didik yang sudah mampu atau
paham memasuki program pengayaa, ada juga peserta didik yang memiliki
bakat yang lebih bagus dia mendapatkan nilai diatas nilai cukup maka pesrta
didik mengikuti program percepatan guna untuk lebih mengoptimalkan
belajarnya.

3.2 Saran
Dalam menggunakan strategi belajar tuntas ini guru harus terlebih
dahulu tahu dan memahami sebenarnya seperti apa strategi belajar tuntas itu
agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan. Strategi belajar tuntas
harus disusun secara sistematis agar semua peserta didik dapat memperoleh
hasil yang maksimal. Dan setelah mempelajari ilmu tentang Pembelajaran
Tuntas, diharapkan kita semua sebagai calon pendidikan dapat menguasai

12
teori dan juga dapat menerapkan ke dalam praktik di kegiatan belajar
mengajar, amin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Djamarah, Syaiful Bahri dan zain, aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta

https://journal.uny.ac.id diakses tanggal 02 oktober 2017

Mukminan. 2003. Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional, Ditjen Dikdasmen, Direktoral PLP

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/12/belajar-tuntas-
mastery-learning-tips.html
http://www.kampus-info.com/2012/08/pengertian-pembelajaran-tuntas.html
http://murni-uni.blogspot.co.id/2010/10/strategi-belajar-mengajar-
pembelajaran.html

REFERENSI BUKU
[1] Abdul majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), hlm 152

[2] Ibid.,hlm 153

[3] https://journal.uny.ac.id.

[4] https://journal.uny.ac.id

[5] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Setrategi Belajar Mengajar,(Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2010), hlm 21

[6] Ibid.,hlm 22

[7] Abdul majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2013), hlm 154

[8] Ibid.,hlm155

[9] Ibid.,hlm 155

[10] Ibid.,hlm 155-156

[11] Ibid.,hlm 164

[12] Ibid.,hlm 165


Mukminan. Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), (jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Ditjen Dikdasmen, Direktoral PLP, 2003), hlm

[14] Abdul majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2013), hlm 164

[15] Ibid.,hlm 166

Anda mungkin juga menyukai