Anda di halaman 1dari 7

JESS 1 (1) (2012)

Journal of Educational Social Studies


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN IPS (STUDI EKSPLORATIF


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP – WILAYAH KABUPATEN
PATI)

Edy Sutrisna

Prodi Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pemberlakuan KTSP sebagai kurikulum yang berbasis pada kompetensi men-
Diterima Januari 2012
Disetujui Februari 2012
untut diterapkannya strategi dan metode pembelajaran yang mampu men-
Dipublikasikan Juni 2012 gantarkan peserta didik mencapai sejumlah kompetensi tertentu. IPS sebagai
mata pelajaran yang memiliki tujuan mulia, yaitu mempersiapkan peserta didik
Keywords: menjadi warga negara yang baik, seharusnya diajarkan kepada siswa melalui
Social science
Learning
strategi dan metode yang tepat dengan memanfaatkan berbagai sumber dan
Teacher strategies media pembelajaran. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar guru
masih cenderung menggunakan strategi pembelajaran ekspositori; penggunaan
sumber dan media pembelajaran yang kurang variatif; dan pendekatan terpadu
dalam pembelajaran IPS tidak dapat direalisasi oleh para guru karena berbagai
kendala.

Abstract
School based curriculum requires the implementation of learning strategies and methods
which could take students to certain point of competence. Social sceince as a subject which
educates students to be good citizens should be taught by appropriate strategies and methods.
Findingds show that most teachers tend to use expository learning; the use of less various
learning strategy; integrated approach in social science encounters many challenges.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6390
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233
E-mail: pps@unnes.ac.id
Edy Sutrisna / Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012)

Pendahuluan ten Pati. Secara khusus penelitian ini bertujuan:


1) mengetahui strategi, dan metode pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan yang diterapkan guru dalam pembelajaran IPS,
mata pelajaran yang memiliki peranan penting 2) mengetahui penggunaan lingkungan sebagai
dalam membentuk warga negara yang baik. Ada sumber dan media pembelajaran dalam pembe-
tiga tujuan membelajarkan IPS kepada siswa, lajaran IPS, dan 3) mengetahui kendala-kendala
yaitu agar setiap peserta didik menjadi warga ne- para guru dalam menerapkan pendekatan terpa-
gara yang baik, melatih peserta didik berkemam- du dalam pembelajaran IPS.
puan berpikir matang untuk menghadapi dan Manfaat teoretis penelitian ini adalah un-
memecahkan masalah sosial, dan agar peserta tuk mengembangkan manajemen pembelajaran,
didik dapat mewarisi dan melanjutkan budaya khususnya pengelolaan pembelajaran IPS. Man-
bangsanya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Per- faat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut:
tama, 2004: 15). Sementara itu, pemberlakuan bagi pengambil kebijakan dan MGMP, penelitian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini bermanfaat sebagai bahan pijakan dan ruju-
telah membawa perubahan dalam pembelajaran kan dalam rangka optimalisasi pelaksanaan pem-
IPS di SMP, dari model pembelajaran IPS yang belajaran IPS di SMP/MTs dan pemberdayaan
terdiri dari tiga ilmu sosial (geografi, ekonomi, guru dalam melaksanakan pendekatan terpadu
dan sejarah) menjadi mata pelajaran yang diberi- pada mata pelajaran IPS.
kan secara terpadu (Lihat Permendiknas No. 22 Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pa-
Th. 2006). danan dari istilah Social Studies dalam konteks
Diterapkannya pembelajaran terpadu pada kurikulum di Amerika Serikat (Solihatin, 2008:
mata pelajaran IPS jenjang SMP tentu dapat me- 14). Menurut Sumantri (2001: 74), Pendidikan
nimbulkan kesulitan-kesulitan tersendiri mengin- IPS merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-il-
gat para guru IPS belum memiliki pengalaman mu sosial, ideologi negara, dan disiplin ilmu lain-
yang cukup dalam menerapkan pendekatan ter- nya serta masalah-masalah sosial terkait, yang
padu sebagai akibat pemberlakuan kurikulum dioganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
sebelumnya yang tidak menggunakan pendeka- psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat
tan terpadu. Berbagai upaya pengembangan te- pendidikan dasar dan menengah.
lah dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk Arends dalam Trianto (2007b : 9) menun-
para peneliti yang melakukan berbagai penelitian jukkaan enam model pembelajaran yang sering
yang bersifat pengembangan. Namun upaya itu dan praktis digunakan guru dalam pembelajaran,
diperlukan kegiatan penelitian pendahuluan yang yaitu presentasi, pengajaran langsung, pengaja-
mampu memetakan kondisi nyata kegiatan pem- ran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran
belajaran IPS di sekolah-sekolah. Pemetaan itu berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Arends
setidaknya harus mampu menjawab pertanyaan: berpendapat bahwa tidak ada satu model pembe-
bagaimanakah strategi dan metode pembelajaran lajaran yang paling baik, karena masing-masing
yang digunakan oleh para guru dalam membela- dapat dirasakan baik jika telah diujicobakan un-
jarkan siswa mempelajari IPS dan apakah konsep tuk mengajarkan materi pelajaran tertentu.
pendekatan terpadu dalam pembelajaran IPS te- Kerangka berpikir penelitian ini secara
lah diterapkan oleh para guru? sederhana dapat digambarkan dalam gambar 1.
Studi mengenai kedua hal tersebut akan
sangat bermanfaat bagi jajaran birokrasi di De- Metode
partemen Pendidikan, Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP), para pengembang kuri- Pendekatan yang digunakan dalam pene-
kulum, maupun guru itu sendiri dalam rangka litian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pen-
perbaikan mutu pembelajaran IPS di sekolah, dekatan penelitian yang menggunakan pendeka-
khususnya di jenjang SMP. Berdasarkan uraian tan naturalistik untuk mencari dan menemukan
latar belakang tersebut di atas, pertanyaan utama pengertian atau pemahaman tentang fenomena
penelitian ini adalah bagaimanakah strategi pem- dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Mole-
belajaran yang dikembangkan oleh guru-guru ong, 2006: 5). Latar khusus dalam penelitian ini
dalam pembelajaran mata pelajaran IPS di SMP- adalah latar pembelajaran di SMP/MTs. Kon-
SMP wilayah kabupaten Pati? teks khusus dalam penelitian ini adalah konteks
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan strategi pembelajaran dan pelaksa-
strategi pembelajaran yang dikembangkan guru naan pendekatan terpadu yang diterapkan.
dan keterlaksanaan pendekatan terpadu dalam Penelitian kualitatif tidak hanya menetap-
pembelajaran IPS di SMP-SMP wilayah kabupa- kan penelitian hanya berdasarkan variabel pene-
49
Edy Sutrisna / Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012)

litian, tetapi keseluruhan situasi yang diteliti yang guru dan keterlaksanaan pendekatan terpadu da-
meliputi aspek tempat, pelaku, maupun aktivitas lam pembelajaran IPS. Melalui fokus penelitian
yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2008: tersebut diharapkan dapat diperoleh gambaran
32; Sukardi, 2006: 19). Aspek tempat yang diteliti secara kualitatif mengenai strategi pembelajaran
adalah lingkungan SMP-SMP di wilayah Kabu- yang diterapkan oleh para guru pada pembela-
paten Pati. Penentuan Kabupaten Pati sebagai jaran IPS, dan bagaimana keterlaksanaan pem-
pilihan lokasi penelitian didasarkan atas kenya- belajaran IPS dengan pendekatan terpadu pada
taan bahwa di kabupaten ini telah berkembang SMP-SMP di kabupaten Pati, baik pada seko-
sekolah-sekolah berstandar nasional (SSN) dan lah sekolah kategori Sekolah Potensial, Sekolah
bahkan telah ada rintisan sekolah bertaraf in- Standar Nasional (SSN), maupun Rintisan Seko-
ternasional (RSBI). Hingga penelitian ini dilak- lah Bertaraf Internasional (RSBI). Sumber data
sanakan, jumlah SMP yang telah berstatus SSN yang utama adalah sumber-sumber primer, mak-
adalah 22 sekolah, dan sekolah berstatus RSBI sudnya adalah data diperoleh langsung melalui
berjumlah 2 sekolah. Aspek pelaku yang diteli- Fokus Group Discussion (FGD), pengamatan dan
ti adalah guru-guru mata pelajaran IPS jenjang wawancara langsung terhadap informan maupun
SMP. Sedangkan aspek aktivitas yang diteliti subjek penelitian, yaitu para guru mata pelajaran
adalah penerapan strategi pembelajaran IPS dan IPS.
penerapan pendekatan terpadu dalam pembela- Analisis data yang digunakan adalah ana-
jaran IPS. Penelitian ini dilakukan di SMP-SMP lisis data kualitatif mengikuti pendapat Miles
di wilayah Kabupaten Pati, baik yang berstatus and Huberman. Menurut Miles and Huberman
sebagai sekolah negeri maupun swasta. Di wi- (dalam Sugiono, 2008: 91), aktivitas analisis data
layah Kabupaten Pati terdapat 48 SMP Negeri meliputi kegiatan data reduction, data display, dan
dan 21 SMP swasta yang tersebar di 21 kecama- conclusion drawing/verification yang dilakukan se-
tan dengan jumlah guru IPS sebanyak 213 orang cara interaktif dan berlangsung secara terus me-
(Sumber: Data MGMP IPS Kab. Pati Bulan Ap- nerus sampai tuntas. Ketiga tahap tersebut me-
ril 2009). rupakan satu kesatuan yang saling terkait. Oleh
Penelitian ini menfokuskan pada pelaksa- karena itu model analisis yang digunakan adalah
naan strategi pembelajaran yang dikembangkan analisis interaksi, dimana interaksi antara ketiga

Pandangan Negatif Proses Pembelajaran Pemberlakuan


Terhadap Pembelajaran yang IPS Terpadu
Pembelajaran IPS sesuai Standar Proses

Strategi Implementasi
Pembelajaran IPS Pemetaan Pembelajaran
yang Berlangsung IPS Terpadu

Penggu- Ke- Konsis-


Strategi, naan sesuaian tensi Kendala-
dan lingkung- proses antara Keterlaksa- Penerap- kendala
metode an pembela- perenca- naan an Pelak-
pembela- sebagai jaran naan dan Pendekatan Team sanaan
jaran media dan dengan pelaksa- Terpadu Teaching Pendekat-
sumber Standar naan dalam an
Data Collecting
pembela- Proses pembela- Pem- Terpadu
jaran jaran belajaran

Perbaikan Model Pengembangan Model


Pembelajaran IPS Pembelajaran Terpadu

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian


50
Edy Sutrisna / Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012)

komponen tersebut sebagai patokan dalam kegia- semestinya mampu membawa peserta didik
tan analisis. memperoleh pengalaman-pengalaman belajar
yang bermakna. Strategi pembelajaran yang di-
Hasil dan Pembahasan pilih adalah strategi yang lebih memberikan por-
si keterlibatan siswa lebih banyak dalam belajar
Penggunaan strategi pembelajaran yang (active learning), bahan dan sumber pembelajaran
ekspositoris dengan mengandalkan metode ce- diambil dari dunia yang dekat dengan siswa (con-
ramah, tanya jawab, drill, dan pemberian tugas textual learning), dan proses pembelajaran seda-
memang mudah dan praktis karena tidak me- pat mungkin dikemas secara lebih konkret untuk
merlukan perencanaan yang rumit. Strategi ini menghindari meluasnya gejala verbalisme dalam
juga fleksibel, karena guru dapat mengatur waktu pemahaman konsep-konsep IPS. Hal ini sejalan
dan tempo penyajian materi pembelajaran. Me- dengan pandangan Muslich (2008b, 48-51) yang
luasnya penggunaan strategi ekspositoris dalam menunjuk lima prinsip pembelajaran dalam era
pembelajaran tidak terlepas dari paradigma lama KTSP, yaitu (1) kegiatan pembelajaran berpusat
yang masih melekat di benak sebagian besar guru, pada siswa, (2) belajar melalui berbuat, (3) men-
yaitu paradigma yang melihat kegiatan belajar gembangkan kecerdasan intelektual, emosional,
mengajar di sekolah sebagai kegiatan pengajaran. spiritual, dan sosial, (4) belajar sepanjang hayat,
Pada paradigm ini, guru yang baik antara lain dan (5) belajar mandiri dan belajar bekerja sama.
ditandai oleh penguasaan (hafal) materi pelaja- Penerapan prinsip pembelajaran yang
ran, yang ditunjukkan dengan kemampuan men- berpusat pada siswa dapat berdampak pada pe-
jelaskan materi pelajaran tersebut kepada para merolehan pengalaman belajar siswa yang lebih
siswa sejelas-jelasnya. Pada mata pelajaran IPS, bermakna, karena siswa tidak hanya mendengar
kecenderungan penggunaan strategi yang ekspo- tetapi melakukan sendiri melalui berbagai kegia-
sitoris dan penggunaan metode konvensional da- tan, misalnya melakukan wawancara, mengama-
lam pembelajaran di sekolah-sekolah antara lain ti, menggambar peta, membuat tabel, membuat
juga disebabkan oleh keterbatasan sumber-sum- hipotesis, dan sebagainya. Siswa tidak hanya be-
ber dan media belajar di sekolah, termasuk buku lajar secara auditif (dengar dan baca), tetapi juga
paket, buku-buku referensi, media massa, akses belajar secara visual (melihat), dan bahkan bela-
internet, dan sebagainya. Namun demikian, yang jar secara kinestetik (gerakan). Berkaitan dengan
terpenting dari berbagai faktor penyebab lemah- hal tersebut patut dijadikan rujukan pendapat
nya proses pembelajaran IPS adalah lemahnya dari Silberman (2002: 2): apa yang saya dengar,
kesadaran para guru dalam berinovasi dalam saya lupa; apa yang saya dengar dan lihat, saya
proses pembelajaran dan kesadaran untuk mena- ingat sedikit; apa yang saya dengar, lihat, dan dis-
namkan nilai ke-IPS-an secara sungguh-sungguh kusikan, saya mulai paham; apa yang saya den-
di kalangan para siswa guna mencapai tujuan gar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya mem-
pendidikan IPS yang hakiki. Pembelajaran yang peroleh pengetahuan dan keterampilan; dan apa
dirancang dan dilaksanakan dalam kurikulum yang saya ajarkan, saya menguasainya. Berdas-
yang berbasis kompetensi seharusnya merupakan arkan pendapat tersebut, maka dalam kegiatan
pembelajaran yang mampu memberikan makna pembelajaran siswa harus dilibatkan secara aktif,
bagi peserta didik. tidak hanya aktif memfungsikan indra auditif
Skenario pembelajaran yang disusun guru dan visual siswa, tetapi yang lebih penting adalah

Data
Collecting Data
Display

Data
Reduction

Coclusion
drawing/verifying

Gambar 2. Pola Hubungan Antarkomponen dalam Analisis Data


51
Edy Sutrisna / Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012)

aktif melakukan diskusi, wawancara, pengama- kewajiban” sebagai seorang guru. Penyusunan
tan, presentasi, dan sebagainya. perangkat perencanaan pembelajaran hanya di-
Temuan penelitian menunjukkan bahwa posisikan sebagai pemenuhan kelengkapan ad-
beberapa komponen pada Standar Proses be- ministratif pembelajaran belaka, sehingga guru
lum dapat dipenuhi oleh guru IPS dalam proses melaksanakan tugas-tugas pembelajaran terpisah
pembelajaran, baik pada kegiatan pendahuluan, dari administrasi perencanaan. Konkretnya, guru
kegiatan inti maupun kegiatan penutup. Pada mengajar tidak dipandu oleh perencanaan yang
kegiatan pendahuluan, guru-guru sering tidak telah disusunnya.
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hen- Hasil studi dokumentasi yang dilakukan
dak dicapai dan cakupan materi pelajaran. Pada peneliti menunjukkan bahwa para guru telah me-
kegiatan inti, beberapa kelemahan yang terjadi nyusun perencanaan pembelajaran yang mampu
adalah guru masih kurang melibatkan siswa seca- membelajarkan siswa, karena antara lain mema-
ra aktif dalam melakukan eksplorasi melalui ber- sukkan penggunaan strategi kontekstual dan in-
bagai sumber pembelajaran. Guru masih men- kuiri dalam membelajarkan siswa. Metode yang
dominasi penyampaian informasi. Penggunaan digunakan juga tidak terbatas pada metode cera-
sumber-sumber belajar sebagian besar masih mah dan tanya jawab, tetapi telah muncul juga
terpusat pada BKS dan Buku Paket. Guru masih metode diskusi, pengamatan, wawancara, studi
kurang dalam memberikan kesempatan kepada pustaka, simulasi, dan sebagainya. Namun disa-
siswa untuk menyusun laporan-laporan hasil ke- yangkan perencanaan tersebut tidak diwujudkan
giatan eksplorasi melalui bahasa tulis, mengana- secara nyata dalam kegiatan pembelajaran
lisis hasil-hasil eksplorasi maupun permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
tertentu, serta masih kurang dalam memfasilitasi mata pelajaran yang materi kajiannya berkaitan
kegiatan belajar siswa secara kolaboratif. Guru dengan lingkungan. Oleh karena itu, salah satu
masih kurang dalam memberikan konfirmasi strategi pembelajaran yang perlu dikedepankan
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta adalah semakin mendekatkan pengorganisasian
didik melalui berbagai sumber. Sumber konfir- pembelajaran IPS dengan lingkungan siswa, baik
masi masih cenderung berasal dari pemahaman lingkungan fisik, lingkungan alam, maupun ling-
guru sendiri. Guru juga kebanyakan masih be- kungan sosial. Pemanfaatan lingkungan sebagai
lum memfasilitasi peserta didik melakukan sumber belajar mampu mengembangkan sejum-
refleksi untuk memperoleh pengalaman bela- lah keterampilan dalam diri siswa, antara lain
jar yang telah dilakukan, belum optimal dalam kemampuan untuk mengamati, mencatat/mela-
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh kukan verifikasi, merumuskan pertanyaan, me-
pengalaman yang bermakna, dan kurang dalam rumuskan hipotesis, mengklasifikasi, menyusun
mendorong siswa agar bereksplorasi lebih jauh deskripsi, membuat gambar, diagram, grafik, dan
untuk memperoleh informasi secara lebih leng- sebagainya.
kap. Pada kegiatan penutup, beberapa kelemahan Cakupan materi pembelajaran IPS sangat
yang muncul antara lain adalah guru masih cen- luas, karena meliputi (1) manusia, tempat, dan
derung membuat kesimpulan pembelajaran sen- lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan, dan peru-
diri, kurang melibatkan para siswa. Kebanyakan bahan; (3) sistem sosial dan budaya; dan (4) pe-
guru tidak mengajak siswa melakukan refleksi rilaku ekonomi dan kesejahteraan. Oleh karena
mengenai proses pembelajaran yang telah dilaku- itu perolehan pengalaman belajar IPS mestinya
kannya. Kondisi ini menyebabkan guru tidak da- dilakukan melalui berbagai sumber belajar. Sum-
pat mengukur apakah proses pembelajaran telah ber-sumber belajar IPS dapat diperoleh secara
berjalan dengan baik dan disenangi peserta didik. luas dari lingkungan sekitar sekolah atau seki-
Guru kebanyakan hanya merencanakan kegia- tar tempat tinggal siswa, media massa, internet,
tan tindak lanjut berupa remedial test saja, belum museum, pasar dan toko, pabrik-pabrik maupun
merencanakan untuk melakukan remedial teaching tempat-tempat proses produksi yang lain, buku-
dan kegiatan pengayaan bagi siswa-siswa yang te- buku referensi, dan sebagainya.
lah mencapai ketuntasan dalam belajar. Meskipun bukan dirancang semata-mata
Kondisi lain yang memprihatinkan dalam sebagai kegiatan pembelajaran IPS, kegiatan ka-
kegiatan manajemen pembelajaran adalah ter- ryawisata maupun out bond yang dilakukan bebe-
lepasnya mata rantai antara kegiatan perenca- rapa sekolah merupakan kegiatan yang bernilai
naan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hasil positif. Namun, kegiatan tersebut perlu dikaitkan
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kegiatan pembelajaran yang telah ber-
guru hanya menyusun perangkat perencanaan langsung di sekolah, agar memiliki kontribusi
pembelajaran sebagai sekadar “menggugurkan bagi peningkatan pencapaian kompetensi siswa
52
Edy Sutrisna / Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012)

dan peningkatan kontekstualitas proses pembela- secara terpadu. Bahkan buku-buku sekolah elekt-
jaran yang telah berlangsung di sekolah. Upaya ronik (BSE) yang diterbitkan oleh Pusat Perbuku-
sederhana yang dapat dilakukan antara lain ada- an Depdiknas juga belum disusun dengan pende-
lah mewajibkan peserta kegiatan, secara indivi- katan terpadu. Meskipun dalam buku-buku ajar
dual atau kelompok, menyusun laporan kegiatan; dari berbagai penerbit sebagian tertera label IPS
kemudian beberapa bagian dari laporan tersebut, Terpadu, namun pada kenyataannya buku-buku
terutama yang memiliki keterkaitan dengan KD- tersebut hanyalah merupakan hasil kompilasi
KD pada silabus dilakukan pembahasan. Dengan materi-materi dari KD-KD yang masih tersekat-
demikian kegiatan karyawisata tersebut tidak ter- sekat.
pisah dari proses-proses pembelajaran yang telah Guna mendorong pelaksanaan pembela-
berlangsung di sekolah. Patut juga dipertanyakan jaran terpadu IPS BSNP dan Pusat Kurikulum
adalah tidak berjalannya pendekatan terpadu da- sebenarnya telah menerbitkan buku Panduan IPS
lam pembelajaran IPS di SMP-SMP wilayah ka- Terpadu, dan telah terdistribusi ke sekolah-seko-
bupaten Pati, padahal Permendiknas Nomor 22 lah. Namun buku tersebut hanya memuat contoh
Tahun 2006 tentang Standar Isi secara jelas men- cara pemaduan antar disiplin dalam bidang ka-
gamanatkan agar pembelajaran IPS dilakukan jian IPS. Tampaknya contoh-contoh cara pema-
dengan menerapkan pendekatan terpadu. duan pada buku tersebut belum mampu mem-
Ada dua model yang dilakukukan dalam berikan kejelasan secara detail kepada para guru
mengorganisasikan pembelajaran mata pelaja- untuk mengimplementasikannya dalam kegiatan
ran IPS dalam era KTSP ini. Sebagian besar se- pembelajaran IPS. Oleh karena itu, diperlukan
kolah menerapkan model satu guru mengampu pelatihan-pelatihan yang bersifat teknis (bukan
mata pelajaran IPS secara utuh; dan sebagian hanya sekadar sosialisasi) kepada para guru IPS
kecil masih menerapkan model kue lapis, yaitu agar mampu menerapkan pendekatan terpadu
masih adanya pembagian guru Geografi, guru dalam pembelajaran. Hal ini penting karena ala-
Ekonomi, dan guru Sejarah. Salah satu keung- san yang muncul dari para guru mengenai tidak
gulan model pertama adalah memudahkan guru diterapkannya pendekatan terpadu tersebut anta-
dalam mengimplementasikan pendekatan terpa- ra lain adalah kurangnya pemahaman para guru
du. Namun model ini relatif menyulitkan guru, untuk menerapkannya, sulit merencanakan dan
karena guru-guru IPS sebagian besar memiliki menerapkannya, dan latar belakang pendidikan
latar belakang pendidikan ke-IPS-an yang telah rata-rata guru IPS tidak berasal dari Pendidikan
terspesialisasi ke dalam Pendidikan Geografi, IPS secara utuh.
Pendidikan Sejarah, Pendidikan Ekonomi, dan Latar belakang pendidikan guru-guru IPS
Pendidikan Sosiologi; sehingga terpaksa mereka yang masih terkotak-kotak antar subdisiplin ilmu,
harus mempelajari lagi materi-materi yang bukan maka sebenarnya penerapan model team teaching
menjadi spesialisasinya. Kelebihan model kedua dapat menjadi alternatif solusi dalam menerap-
adalah guru sangat kompeten dalam mengajar, kan pendekatan terpadu dalam pembelajaran.
karena mereka dapat mengajar bidang yang me- Model team teaching memiliki beberapa kelebi-
mang menjadi spesialisasinya. Namun model ini han, yaitu (1) pencapaian KD pada setiap topik
menutup peluang untuk menerapkan kajian seca- efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa
ra terpadu. Kelemahan lain adalah sulitnya men- yang ahli dalam ilmu-ilmu sosial, (2) pengalaman
gatur pembagian jam mengajar diantara bidang dan pemahaman peserta didik lebih kaya dari-
kajian Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. Hal ini pada dilakukan oleh seorang guru karena dalam
terjadi karena persebaran KD-KD yang bersum- satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep
ber dari disiplin Geografi, Sejarah, dan Ekonomi dan pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih
tidak selalu seimbang dalam setiap semesternya. cepat memahami karena diskusi akan berjalan
Standar Isi mata pelajaran IPS juga masih dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu
menunjukkan adanya sekat-sekat antara KD- (Pusat Kurikulum, 2006: 21). Namun disayang-
KD geografi, sosiologi, ekonomi, dan sejarah. kan, model ini tidak berkembang di sekolah-se-
Dengan sekat-sekat yang tampak jelas seperti ini kolah. Alasan yang muncul dari para guru ada-
dipastikan sangat menyulitkan bagi para guru lah kurangnya jumlah guru IPS di setiap sekolah
untuk merancang dan mengimplementasikan dan persebaran guru IPS menurut latar belakang
pembelajaran IPS dengan pendekatan terpadu. pendidikannya yang tidak merata antara lulusan
Apalagi para guru IPS sebagian besar tidak me- pendidikan geografi, pendidikan sosiologi, pendi-
miliki latar belakang pendidikan Pendidikan IPS dikan sejarah, dan pendidikan ekonomi.
secara utuh. Kondisi ini diperparah dengan tidak Berbagai kendala yang dihadapi para guru
tersedianya model buku ajar yang telah disusun dalam mengimplentasikan pendekatan terpadu
53
Edy Sutrisna / Journal of Educational Social Studies 1 (1) (2012)

dalam pembelajaran IPS memang harus dipe- memerlukan kejelian para guru IPS dalam me-
cahkan. Kendala-kendala tersebut antara lain nentukan tema pembelajaran, kemudian menga-
adalah pemahaman guru tentang seluk beluk IPS jak para siswa untuk mengkaji tema tersebut me-
Terpadu yang kurang; ketiadaan pengetahuan lalui KD-KD dan indikator yang ada. Jika tidak
ke-IPS-an yang utuh; kebijakan kepala sekolah mungkin dilakukan secara terus menerus, maka
masih membagi jadwal pembelajaran IPS secara pendekatan terpadu tersebut dapat dilakukan se-
terpisah-pisah; keterbatasan jumlah dan perse- cara periodik.
baran guru; sarana dan bahan ajar yang kurang;
dan Standar Isi mata pelajaran IPS yang masih Simpulan
memperlihatkan sekat-sekat SK dan KD, baik
yang berbasis disiplin geografi, sosiologi, ekono- Hasil kajian menunjukkan bahwa keba-
mi, maupun sejarah. nyakan guru IPS masih mengedepankan peng-
Kendala pemahaman materi ke-IPS-an gunaan strategi ekspositori dalam menyajikan
yang tidak utuh, sebagai akibat dari latar bela- meteri pelajaran IPS dengan penggunaan sum-
kang pendidikan ke-IPS-an yang monolitik, an- ber dan media pembelajaran yang sangat minim.
tara lain dapat diatasi dengan penerapan model Lingkungan, sebagai laboratorium IPS tidak di-
team teaching. Jika tidak memungkinkan, maka manfaatkan dengan baik.
dilakukan dengan memberi pelatihan kepada Berdasarkan hasil penelitian ini, maka di-
guru-guru IPS mengenai materi yang tidak men- berikan saran (1) para guru IPS perlu meningkat-
jadi spesialisasinya, baik pelatihan yang berisi kan penggunaan strategi pembelajaran yang lebih
substansi materi maupun teknis pembelajarannya student centered dan mengimplementasikan pen-
(didaktik dan metodiknya). Lembaga Pendidikan dekatan terpadu dalam pembelajaran IPS agar
Tenaga Kependidikan (LPTK) juga perlu mela- siswa memperoleh konsep IPS secara utuh; (2)
kukan terobosan untuk membuka program studi para pengembang kurikulum perlu melakukan
yang memungkinkan para calon guru IPS me- penyusunan contoh model perencanaan pembe-
miliki pengetahuan ke-IPS-an yang menyeluruh, lajaran IPS dengan pendekatan terpadu.
misalnya membuka Program Studi Pendidikan
IPS pada jenjang S1. Daftar Pustaka
Desain Standar Isi Mata Pelajaran IPS
yang ada pada Permendiknas No. 22 Tahun Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2003.
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
2006, bagi kebanyakan guru juga dirasakan cu-
Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan
kup menyulitkan jika harus dibelajarkan kepada Nasional.
siswa secara terpadu, karena SK dan KD yang Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, cet.
ada secara nyata masih menunjukkan adanya VII. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
keterpisahan antara SK dan KD yang bermuatan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Ta-
geografi, sosiologi, sejarah, maupun ekonomi. hun 2005 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendi-
Masih nampaknya sekat-sekat latar belakang di- dikan Dasar dan Menengah.
siplin keilmuan tersebut tentu akan menggiring Silberman, MEL. 2002. Active Learning: 101 Strategi
para guru untuk kembali mengelola pembelaja- Pembelajaran Aktif. Dalam Sarjuli, dkk (Terj).
Yogyakarta. Yappendis.
ran secara terpisah-pisah seperti yang pernah ber-
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning
laku dalam kurikulum 1994. Kondisi ini menjadi Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi
semakin kontraproduktif karena IPS kemudian Aksara.
diajarkan oleh satu orang guru yang tidak memi- Sumantri, Muhammad Numan. 2001. Menggagas Pem-
liki latar belakang pendidikan IPS secara utuh. baharuan Pendidikan IPS. Dalam Dedi Supriadi
Guru-guru yang berlatar belakang pendidikan dan Rohmat Mulyana (Ed.). Bandung: PT
geografi terpaksa harus belajar materi ekonomi, Remaja Rosdakarya.
dan sejarah, serta sosiologi. Oleh karena itu, ke- Trianto. 2007a. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori
lancaran pelaksanaan pendekatan terpadu IPS dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.

54

Anda mungkin juga menyukai