ABSTRAK
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena
itu harus mendapat perhatian yang lebih serius. Berkaitan dengan hal ini, pendidikan
merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala
aspek kehidupan, sekaligus sebagai upaya pewarisan nilai-nilai budaya bagi kehidupan
manusia. Pendidikan IPS merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional
yang bertujuan untuk membangun warga negara yang baik. Melalui Pendidikan IPS
diharapkan terbentuk Sumberdaya Manusia (SDM) yang beradab, yakni SDM yang
berpendidikan (berpengetahuan dan berketerampilan) dan berbudaya (berkarakter
kuat).
communicating); dan Creativity and innovation disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk
(applied imagination and invention). Lebih jauh tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar
lagi mereka menyatakan bahwa di dalam dunia dan menengah.
yang sudah mengglobal ini pembelajar wajib Hakekat PIPS tersebut mengacu juga pada
menguasai Information, media, and technology apa yang dinyatakan oleh National Council For
skills. Semua keterampilan tersebut diharapkan the Social Studies (1994: 3), yang memberikan
didapatkan oleh peserta didik melalui proses definisi IPS atau social studies sebagai berikut:
pembelajaran di sekolah. “…the integrated study of the social
Proses pembelajaran di sekolah meru- sciences and humanities to promote civic
pakan salah satu unsur dari dunia pendidikan. competence. Within the school program,
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga social studies provides coordinated,
negara Indonesia, dan untuk itu setiap warga systematic study drawing upon such
negara Indonesia berhak memperoleh pen- disciplines as anthropology, archaeology,
didikan yang bermutu sesuai dengan minat dan economics, geography, history, law,
bakat yang dimilikinya tanpa memandang status philosophy, political science, psychology,
sosial ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. religion, and sociology, as well as
Pemerataan akses dan peningkatan mutu appropriate content from the humanities,
pendidikan akan membuat warga negara mathematics, and natural sciences. The
Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) primary purpose of social studies is to help
sehingga mendorong tegaknya pembangunan young people make informed and reasoned
manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan decisions for the public good as citizens of a
modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, culturally diverse, democratic society in an
sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No interdependent world.”
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Merujuk pada Permendiknas No 22 Tahun
Nasional. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan disebutkan bahwa mata pelajaran IPS bertujuan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang
pembelajaran agar peserta didik secara aktif berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen
masyarakat, bangsa dan negara dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial kemanusiaan; dan (4) memiliki kemampuan
(PIPS) merupakan bagian integral dari sistem berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
pendidikan nasional. PIPS merupakan padanan dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat
dari social studies education dalam konteks lokal, nasional, dan global.
kurikulum di Amerika Serikat. Pada dasarnya Sejalan dengan pandangan Sumaatmadja
PIPS merupakan studi integratif dari ilmu-ilmu (2001: 20), bahwa mata pelajaran IPS bertujuan
sosial (sosiologi, ekonomi, sejarah, geografi, mengembangkan potensi peserta didik agar peka
antropologi, dan lain-lain), dan humaniora terhadap masalah sosial yang terjadi di
(agama, bahasa, dan lain-lain) yang diseder- masyarakat, memiliki sikap mental positif
hanakan dan ditujukan untuk kepentingan terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
pendidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
dinyatakan oleh Somantri (2001:74), bahwa yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan dirinya maupun yang menimpa kehidupan
disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan masyarakat. Sedangkan Sapriya (2009: 51),
disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah menyatakan bahwa Pendidikan IPS sangat
sosial terkait, yang diorganisasikan dan memperhatikan dimensi keterampilan di
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 1, Edisi Juni 2014 30
samping pemahaman dalam dimensi penge- to make informed and reasoned decisions for
tahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan the public good as citizens of a culturally
informasi merupakan keterampilan yang sangat diverse, democratic society in an
penting untuk mempersiapkan siswa menjadi interdependent world.”
warga negara yang mampu berpartisipasi secara Agar tujuan-tujuan tersebut di atas dapat
cerdas dalam masyarakat demokrasi. tercapai, maka perlu dikembangkan sejumlah
Mutakin (1998), memberikan rumusan kemampuan yang dibelajarkan melalui mata
tujuan dari IPS secara lebih rinci, yang dapat pelajaran IPS. Merujuk pada Banks (1990:6),
diuraikan sebagai berikut: terdapat sejumlah kemampuan yang perlu
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap dimiliki peserta didik melalui IPS yang
masyarakat atau lingkungannya, melalui meliputi: (a) pengetahuan, (b) keterampilan, (c)
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan sikap dan nilai, dan (d) praktik warga negara.
kebudayaan masyarakat. Peserta didik perlu menguasai pengetahuan
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan dalam upaya membuat keputusan reflektif dan
mampu menggunakan metode yang untuk berpartisipasi secara efektif dalam
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang komunitas warganegara. Peserta didik perlu
kemudian dapat digunakan untuk memiliki keterampilan yang meliputi
memecahkan masalah-masalah sosial. keterampilan berpikir, keterampilan penelitian
c. Mampu menggunakan model-model dan ilmu sosial, keterampilan akademik dan
proses berpikir serta membuat keputusan keterampilan kelompok (group skills). Peserta
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang didik sebagai warga negara juga perlu
berkembang di masyarakat. mengembangkan komitmen terhadap nilai-nilai
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan demokratis dan kemanusiaan (democratic and
masalah-masalah sosial, serta mampu human values), seperti harkat martabat dan
membuat analisis yang kritis, selanjutnya kesederajatan manusia, dalam upaya untuk
mampu mengambil tindakan yang tepat. membuat keputusan reflektif dan untuk
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi mengambil tindakan yang konsisten dengan
sehingga mampu membangun diri sendiri nilai-nilai idealis negara. Melalui IPS peserta
agar survive yang kemudian bertanggung didik juga perlu diberi kesempatan untuk
jawab membangun masyarakat. berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
Lebih lanjut dijelaskan Maftuh (2010), akan mengembangkan pengetahuan yang lebih
bahwa jika kita mengkaji berbagai pendapat dari luas tentang kehidupan politik dan mengajarkan
para ahli IPS (social studies) dalam buku-buku keterampilan yang berguna dalam
klasik mereka, seperti Banks (1990:3), mempengaruhi lembaga-lembaga sosial dan
Jarolimek (1986:4), Michaelis (1988:2), Ross 17 warga negara.
(1997:6), Savage dan Armstrong (1987:6), dan Maftuh (2010), secara khusus menyoroti
Woolever & Scot (1988) tentang tujuan IPS beberapa keterampilan abad ke-21 di mana
(social studies), maka terdapat suatu pandangan Pendidikan IPS dapat memainkan peranan
yang sejalan bahwa tujuan utama IPS (social pentingnya, yakni pada kelompok keterampilan
studies) adalah untuk memajukan kemampuan sosial yang meliputi: keterampilan
warga negara untuk berpartisipasi dalam interpersonal, keterampilan bekerja sama
masyarakat demokratis. Dengan kata lain, IPS (kolaborasi) lintas jaringan, keterampilan
(social studies) ditujukan untuk mempersiapkan interaksi sosial dan lintas budaya, tanggung
peserta didik menjadi warga negara yang baik jawab personal dan sosial, komunikasi
yang memiliki pengetahuan, nilai, dan interaktif, literasi budaya, dan kesadaran global.
keterampilan yang diperlukan untuk berpartisi- Selain tentang keterampilan sosial, Maftuh
pasi secara aktif di masyarakat.National Council (2010), juga menyoroti tentang kaitan
for the Social Studies (1994:3) mempertegas Pendidikan IPS dengan masalah-masalah sosial
pula bahwa tujuan utama social studies adalah yang sering terjadi di Indonesia, dalam hal ini
untuk: “... help young people develop the ability tentang pendidikan resolusi konflik.
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 1, Edisi Juni 2014 31
Menurutnya, pengembangan pendidikan 58), karakter memiliki banyak arti secara kamus
resolusi konflik di sekolah berkaitan dengan maupun bahasa sehari-hari. Arti pertama adalah
tanggung jawab sekolah dalam menyiapkan naturalistik; secara sederhana merupakan suatu
siswa menjadi warga negara yang demokratis bagian dari sifat manusia untuk membentuk
dan bertanggung jawab. Warga negara yang karakter, untuk mengembangkan diri.
demokratis dan bertanggung jawab mesti Sebagaimana wajar bagi manusia untuk tumbuh
mampu mengatasi dan menyelesaikan konflik secara fisik, maka wajar bagi manusia untuk
mereka sendiri dalam cara-cara yang demokratis membentuk diri dengan memperoleh sifat-sifat
dan konstruktif, bukan melalui tindakan yang dianggap layak dan berguna, yang
kekerasan. memberikan mereka alasan untuk bertindak.
Jika mencermati hakikat dan tujuan dari Arti kedua menekankan pada aspek etis; kita
Pendidikan IPS tersebut di atas, maka dapat menilai orang memiliki karakter baik atau buruk
dikatakan bahwa Pendidikan IPS sangat merujuk pada apakah kita berpikir mereka
berkaitan erat dengan pendidikan karakter. memiliki atau tidak memiliki sifat-sifat yang
Sebagaimana merujuk pada Zuchdi (2008: 5), membuat mereka hidup yang layak dipuji secara
bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai etis dan/atau yang meningkatkan kehidupan
sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral atau orang-orang di sekitar mereka. Arti ketiga lebih
pendidikan budi pekerti. Pemaknaan tersebut metafisik; karakter berfungsi untuk
memiliki arah dan tujuan yang sama dengan membedakan orang, memberikan kriteria
tujuan pendidikan IPS, yakni membangun identitas. Hal ini membuat setiap orang adalah
warga negara yang baik. Berkaitan dengan hal dirinya sendiri, bukan orang lain. Dua orang
tersebut, sudah sejak beberapa tahun terakhir bisa memiliki karakter yang mirip, tapi tidak
pemerintah sebenarnya telah menerapkan dapat memiliki karakter yang sama.
pendidikan yang berbasis pada pembentukan Kurikulum sebagai integrator sistem nilai,
karakter atau lebih dikenal dengan sebutan pengetahuan dan keterampilan, harus mampu
pendidikan karakter. membentuk karakter peserta didik seperti
Pendidikan karakter adalah pendidikan tercantum dalam tujuan pendidikan nasional itu
yang bukan hanya mengajarkan mana yang sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut,
benar dan salah. Lebih dari itu, pendidikan pendidikan karakter bertujuan mengembangkan
karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan- nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa
kebiasaan yang baik (habituation) sehingga yaitu Pancasila, yang meliputi mengembangkan
peserta didik mampu bersikap dan bertindak potensi peserta didik agar menjadi manusia
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
kepribadiannya. Melalui pendidikan karakter, baik; membangun bangsa yang berkarakter
peserta didik menjadi paham (domain kognitif) Pancasila; mengembangkan potensi warga
tentang mana yang baik dan salah, mampu negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga
merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan pada bangsa dan negaranya serta mencintai
biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi, umat manusia. Pendidikan karakter berfungsi
pendidikan karakter terkait erat dengan “habit” membangun kehidupan kebangsaan yang
atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan multikultural; membangun peradaban bangsa
atau dilakukan. Pendidikan karakter yang baik yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral berkontribusi terhadap pengembangan
knowing), perasaan yang baik atau loving good kehidupan umat manusia; mengembangkan
(moral feeling) dan perilaku yang baik (moral potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik,
action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan dan berperilaku baik serta keteladanan baik;
perilaku dan sikap hidup peserta didik membangun sikap warga negara yang cinta
(Balitbang Pusat Kurikulum dan Perbukuan, damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup
2011: 7). berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu
Konsep karakter sendiri memiliki banyak harmoni (Balitbang Pusat Kurikulum dan
pengertian. Merujuk pada McKinnon (1999: 57- Perbukuan, 2011: 8).
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 1, Edisi Juni 2014 32
Selain itu, empat pilar kebangsaan, yakni 2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara kurikulum mengusahakan agar yang
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka fleksibel dalam pelaksanaannya,
Tunggal Ika memberikan landasan filosofis memungkinkan terjadinya penyesuaian-
serta berbagai prinsip dasar dalam penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
pembangunan pendidikan dan kebudayaan. tempat dan waktu yang selalu berkembang,
Landasan filosofis tersebut, menempatkan serta kemampuan dan latar bekang peserta
manusia Indonesia sebagai makhluk yang didik.
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan 3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya
segala fitrahnya dengan tugas memimpin kesinambungandalam kurikulum, baik secara
kehidupan yang berharkat dan bermartabat serta vertikal, maupun secara horizontal.
menjadi manusia yang bermoral, jujur, berbudi Pengalaman-pengalaman belajar yang
luhur, berakhlak mulia, mempunyai karakter disediakan kurikulum harus memperhatikan
dan jati diri bangsa, serta menghargai kesinambungan, baik yang di dalam tingkat
keragaman budaya (Kementrian Pendidikan dan kelas, antar jenjang pendidikan, maupun
Kebudayaan, 2010: 4). antara jenjang pendidikan dengan jenis
Merujuk pada Kementrian Pendidikan dan pekerjaan.
Kebudayaan (2010:8), penyelenggaraan pen- 4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar
didikan dan kebudayaan didasarkan pada dalam pengembangan kurikulum dapat
beberapa paradigma universal yang perlu mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-
diperhatikan sebagai berikut: (a) pemberdayaan sumber lain yang ada secara optimal, cermat
manusia seutuhnya; (b) pengembangan konver- dan tepat sehingga hasilnya memadai.
gensi peradaban; (c) pembelajaran sepanjang 5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar
hayat berpusat pada peserta didik; (d) kegiatan pengembangan kurikulum mencapai
pendidikan untuk semua; (e) pendidikan untuk tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik
perkembangan, pengembangan, dan/atau pem- secara kualitas maupun kuantitas.
bangunan berkelanjutan (PuP3B); (f) pelestarian Merujuk pada Supriatna (2012: 115),
dan pengelolaan kebudayaan Indonesia. kurikulum yang seharusnya dijadikan acuan
Kurikulum sebagai panduan pelaksanaan dalam mengembangkan inovasi pembelajaran
kegiatan pembelajaran harus disusun sedemi- dan haruslah merupakan sebuah konsep
kian rupa, agar mendukung dan mengem- liberation yang wajib dimiliki setiap individu.
bangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan Kurikulum tersebut harus terbebas dari
siswa, harus mampu membentuk watak atau kepentingan-kepentingan dari pihak yang
karakter siswa. Setidaknya ada lima prinsip sedang berkuasa, atau disebut sebagai relasi
pengembangan kurikulum menurut Asep Herry kuasa. Kurikulum yang ada selama ini dianggap
Hernawan dkk (2002), seperti dikutip dalam sangat terbelenggu oleh relasi kuasa ini,
Sudrajat (2008), yaitu : sehingga tidak memberikan otonomi yang luas
1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kepada guru dan sekolah untuk
kurikulum memiliki relevansi di antara mengembangkannya sesuai dengan konteks
komponen-komponen kurikulum (tujuan, daerah setempat. Hal tersebut terlihat dari
bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). sejumlah ketetapan, peraturan pemerintah atau
Sedangkan secara eksternal bahwa menteri yang “wajib diikuti” seperti adanya oleh
komponen-komponen tersebut memiliki guru dan sekolah.
relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan Jika kurikulum pendidikan di Indonesia
dan teknologi (relevansi epistomologis), sudah mampu terbebas dari relasi kuasa
tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi tersebut, boleh jadi mampu mewujudkan visi,
psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan misi dan strategi pembangunan pendidikan
perkembangan masyarakat (relevansi nasional yang telah ditetapkan. Merujuk pada
sosilogis). Permendiknas No.41 tahun 2007 tentang
JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23, No. 1, Edisi Juni 2014 33
Standar Proses, visi pendidikan nasional adalah Lebih jauh lagi, jika inovasi pendidikan
terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata dan pembelajaran di Indonesia mampu
sosial yang kuat dan berwibawa untuk dijalankan dengan baik, maka tidak hanya
memberdayakan semua warga negara Indonesia sumber daya manusia yang beradab yang akan
berkembang menjadi manusia yang berkualitas terbentuk, melainkan juga akan tercapainya visi
sehingga mampu dan proaktif menjawab misi pendidikan dan kebudayaan. Merujuk pada
tantangan zaman yang selalu berubah. Renstra Kemdikbud 2010-2014 (2010: 37),
Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman dalam rangka mewujudkan cita-cita
latar belakang dan karakteristik peserta didik, mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan
serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang dengan visi pendidikan dan kebudayaan,
bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata Kemdikbud mempunyai visi 2025 untuk
pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan
memenuhi standar. Proses pembelajaran pada Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah
harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang intelektual, dan cerdas kinestetis. Lebih lengkap
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan temtang makna dari insan Indonesia yang cerdas
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.