Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERAN PENDIDIKAN DALAM


PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI DESA PRUDA KECAMATAN WAIBLAMA
KABUPATEN SIKKA

OLEH

PATRISIA ATI

NIM : 2016.02.02.033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAHMAUMERE

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana, sistematis, dan berlangsung terus
menerus dalam suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan segenap potensi manusia
baik jasmani maupun rohani dalam tingkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga
terwujud perubahan perilaku manusia berkarakter kepribadian bangsa Pendidikan merupakan
faktor penting dalam kehidupan manusia untuk kemajuan suatu bangsa, Acmad,Munib
(2004).
Pada masa sekarang ini pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk
menunjang kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia dalam melaksanakan
kehidupannya tidak lepas dari pendidikan, Sebab, pendidikan berfungsi sebagai
meningkatkan kualitas manusia itu sendiri. Namun realitanya, masih banyak masyarakat
yang buta pemikirannya betapa pentingnya pendidikan.
Pendidikan merupakan aspek yang sangat strategis di dalam menyiapkan suatu tata
kehidupan manusia yang baru. Demikianlah kita melihat bagaimana peranan pendidikan di
dalam menata suatu masyarakat baru. Masyarakat baru yang berdasarkan paradigma baru,
akan dapat dipersiapkan melalui proses pendidikan. Tidak berlebihan kiranya apabila
pendidikan dewasa ini, seluruh dunia dianggap sebagai pondasi dari membangun masyarakat
dunia baru, Ahmadi,Abu(2004).
Pendidikan begitu penting bagi suatu bangsa, karena pendidikan sangat menentukan
suatu kualitas ataupun identitas suatu bangsa itu sendiri dari sektor sosial maupun budaya.
Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai proses transfomasi budaya, pendidikan diartikan
sebagai kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi kegenerasi yang lain. Seperti bayi
lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan
masyarakat di mana seorang bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan- kebiasaan tertentu,
larangan-larangan dan anjuran, dan ajakan tertentu seperti yang dikehendaki oleh
masyarakat. Hal-hal tersbut mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu,
makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, bercocok tanam, dan seterusnya. Pendidikan dan
kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan
suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan pendidikan memainkan
peranan dalam agen pengajaran nilai-nilai budaya. Pendidikan yang berlangsung adalah suatu
proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki,(Umar
Tirtaraharja dan La Sula 2005:33).
Telah kita ketahui bersama bahwasanya pendidikan lahir seiring dengan keberadaan
manusia, bahkan dalam proses pembentukan masyarakat pendidikan ikut andil untuk
menyum bangkan proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Seperti
Goodenough,Spradley,(2008) mendefinisikan arti kebudayaan di mana kebudayaan
merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok
masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam
bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada.
Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat
merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisble power), yang mampu menggiring dan
mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk bersikap dan berperilaku sesuai
dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi milik masyarakat tersebut, baik di bidang
ekonomi, sosial, politik, kesenian dan sebagainya.
Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan begitu saja secara
ascribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa henti, sejak dari manusia itu
dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya. Proses belajar dalam konteks kebudayaan
bukan hanya dalam bentuk internalisasi dari sistem “pengetahuan” yang diperoleh manusia
melalui pewarisan atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di sekolah
atau lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga diperoleh melalui proses belajar
dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya.
Melalui pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan hadir
dalam bentuk sosialisasi kebudayaan, berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat setempat
dan memelihara hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan tatanan
sosio kultur masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan peradabannya.
Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika
perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor
dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia. Penggunaan alat dan sarana
kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan pola pikir dan sikap manusia untuk
memproduk nilai-nilai baru sesuai dengan intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan
kehidupan sosial budaya.
Di dalam pendidikan,sesungguhnya pendidikan menjadi instrumen kekuatan sosial
masyarakat untuk mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang
relevan dengan tuntutan perubahan zaman. Abad globalisasi telah menyajikan nilai-nilai
baru, pengertian-pengertian baru serta perubahan-perubahan di seluruh ruang lingkup
kehidupan manusia yang waktu kedatangannya tidak bisa diduga-duga. Sehingga dunia
pendidikan merasa perlu untuk membekali diri dengan perangkat pembelajaran yang dapat
memproduk manusia zaman sesuai dengan atmosfir tuntutan global. Penguasaan teknologi
informasi, penyediaan SDM yang profesional, terampil dan berdaya guna bagi masyarakat,
kemahiran menerapkan Iptek, perwujudan tatanan sosial masyarakat yang terbuka,
demokratis, humanis serta progresif dalam menghadapi kemajuan jaman merupakan
beberapa bekal mutlak yang harus dimiliki oleh semua bangsa di dunia ini yang ingin tetap
bertahan menghadapi tata masyarakat baru berwujud globalisasi.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang
terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Syamsidar, (2013)
mengatakan kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena ada 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang atau individu itu
sendiri. Faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang melekat pada diri seseorang. contoh
faktor Internal yaitu, pertambahan penduduk ialah suatu perubahan populasi sewaktu-waktu,
dan bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi memakai
“per waktu unit” untuk pengukuran. Penemuan baru, Salah satu contoh sederhananya adalah
telepon. Dulu, sulit untuk berkomunikasi dengan orang yg berada dalam jarak jauh. Kini
sudah ditemukan telepon, berkomunikasi pun menjadi lebih praktis. Tapi karena adanya
telepon, orang-orang jarang berkomunikasi secara langsung melainkan melalui telepon.
Sikap dan perilaku dari para anggota organisasi ,seperti Bertanggung jawab jika terjadi
sesuatu dalam organisasi. Faktor eksternal, yaitu faktor perubahan yang berasal dan luar
masyarakat. Contoh faktor eksternal yaitu, Lingkungan Alam, Yang dimaksud dengan
lingkungan alam adalah faktor-faktor fisik yang menyangkut kondisi iklim, tanah, gempa
buini, dan banjir. Dengan berubahnya lingkungan alam dapat memungkinkan adanya
perombakan susunan fisik lingkungan kehidupan tertentu.
Perubahan sosial yang terjadi sesungguhnya akan menghasilkan beberapa bentuk-
bentuk perubahan di masyarakat. Bentuk-bentuk tersebut yaitu secara ekonomi berupa
aktivitas sosial yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi. Secara Budaya
berupa suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi, contohnya kesenian daerah, rumah adat,
pakaian dan senjata adat. Secara Gaya hidup berupa bagian dari kebutuhan sekunder
manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah
gaya hidupnya. Contonya, berpakaian mewah, rasa gengsi yang tinggi, membeli barang yang
melebihi pendapatan , selalu ingin mempunyai barang keluaran terbaru. Secara pendidikan
berupa proses melakukan bimbingan, pembinaan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak
cukup mampu untuk melaksanakan tugas hidupnya sendiri secara mandiri tidak terlalu
bergantung terhadap bantuan dari orang lain. Contohnya Pendidikan agama, Pendidikan
etika, Pendidikan sopan santun, Pendidikan moral, Sosialisasi dengan lingkungan.
Dari beberapa bentuk-bentuk perubahan yang ada kemudian menimbulkan persepsi-
persepsi sesuai bentuk-bentuk perubahan di masyarakat antara lain, di bidang pendidikan
yaitu biaya pendidikan yang mahal yang artinya mahalnya biaya pendidikan tidak hanya
pendidikan di perguruan tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai
sekolah menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah mendapat Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya pendidikan bagi
masyarakat yang kurang mampu. sistem kekerabatan khususnya pada masyarakat yang
menganut sistem kekerabatan patriarkhi turut mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap
pendidikan yang mana kemudian muncul paradigma negatif berupa banyak anak banyak
rejeki artiya menempatkan laki-laki sebagai sumber tenaga kerja bagi keluarga untuk
membantu orang tua dan bahwa anak akan menjadi kebanggaan bagi orang tuanya, bila
dapat bekerja sebagai pencari nafkah, sehingga pendidikan dianggap sebagai penghalang
bagi anak untuk memberdayakan ekonomi keluarga. Selain itu, anak perempuan dianggap
tidak perlu untuk mengenyam pendidikan. sebab anak perempuan ketika menikah nanti akan
keluar dari keluarga mengikuti suami sehingga pendidikan merupakan suatu hal yang sia-sia.
Berdasarkan data yang di peroleh dari aparatur desa ojang diketahui bahwa adanya
penurunan dari jumlah penduduk yang tidak menempuh pendidikan dari tahun 2014-2017
yakni 258 jiwa ke 144 jiwa,di pengaruhi oleh adanya pergeseran persepsi masyarakat
terhadap pendidikan yang diakibatkan oleh perubahan sosial yang terjadi di Desa pruda,
seperti pengangguran yang merajalela kerena tidak tersedianya lapangan kerja yang
memadai, bahkan para serjana tidak memiliki pekerjaan, disisi lain kelompok terdidik enggan
mandiri sementara bermentalitas menjadi pegawai.
Berangkat dari uraian masalah di lapangan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Pendidikan Dalam
Perubahan Sosial di Desa pruda, Kecamatan waiblama, Kabupaten Sikka”

1.2 Fokus Penelitian


Fokus penelitin di perlukan agar peneliti lebih efektif,efisien,dan terarah.
Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
 Peneliti yang meneliti tentang persepsi masyarakat di desa pruda kecamatan
waiblama kabupaten sikka
 Penelitian di fokuskan pada peran pendidikan dalam perubahan sosial budaya di desa
pruda kecamatan waiblama kabupaten sikka

1.3.Pertanyaan penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian adalah :

 Bagaimana persepsi masyarakat terhadap peran pendidikan dalam perubahan sosial


budaya di desa pruda kecamatan waiblama kabupaten sikka
1.4.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah

 Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peran pendidikan dalam perubahan


sosial budaya di desa pruda kecamatan waiblama kabupaten sikka

1.5.Manfaat

Dengan dilaksanakan penelitian ini maka ada dua manfaat yang bisa diambil dalam penelitian ini

1.5.1.Manfaat Teoritis

Dapat diketahui Bagaimana peran pendidikan dalam mengahadapi perubahan sosial budaya
di desa pruda kecamatan waiblama kabupaten sikka

1.5.2.Manfaat praktis

 Bagi peneliti sebagai calon pendidikan


Sebagai bahan pertimbangan alternatif dalam memahami peran pendidikan dalam
mengahadapi perubahan sosial budaya
 Bagi Mahasiswa
Dapat membantu mengembangkan peran pendidikan sebagai pilar penegak sosial yang
ada di dalam masyarakat sehingga dapat meningkatkan penguasaannya terhadap
pengetahuan tentang pendidikan di indonesia.
 Bagi Desa pruda KecamatanWaiblama, Kabupaten Sikka

Dapat membantu Kabupaten Sikka utamanya Desa pruda Kecamatan waibala dalam

mengatasi permasalahan-permasalan yang ada dalam bidang pendidikan dan juga dapat

memberi gambaran, pengetahuan, bagi masyarakatDesa pruda.

 Bagi peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti sehingga mengetahui secara lebih mendalam tentang

persepsi masyarakat terhadap peran pendidikan dalam perubahan sosial di desa pruda

Kecamatan Waiblama Kabupaten Sikka.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.Definisi konsep

2.1.1.Persepsi

Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran,
atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal
atau objek. Persepsi mempunyai banyak pengertian, (Bimo Walgito, 2004:87-88)
persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan
proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut proses sensoris. Menurut Slameto(2010:102) ,persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya Hubungan ini
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat
adalah anggapan seseorang terhadap sesuatu. Anggapan tersebut muncul setelah
sesorang menerima informasi ataupun stimulus yang telah dialami sebelumnya untuk
dijadikan suatu refrensi dalam bertindak. Meskipun persepsi muncul secara disadari
ataupun tidak disadari oleh seseorang.

2.1.2 Pendidikan

Pendidikan merupakan proses transmisi budaya, selain itu juga

untuk mengembangkan kepribadian, mengingkatkan persatuan atau

integrasi sosial masyarakat, serta mengadakan seleksi dan alokasi tenaga

kerja. Semua peran Pendidikan menurut (Sulo, 2005: 33) tersebut memang
suatu proses yang sangat penting agar kehidupan bermasyarakat terus

bertahan dan berkembanag menjadi jauh lebih baik lagi.

2.1.3.Perubahan sosial budaya

a.pengertian perubahan soaial

Setiap masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan baik

itu yang berdampak luas atau sempit serta ada juga perubahan yang

berjalan cepat dan lambat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada

masyarakat bisa mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, polapola perilaku organisasi,

susunan lembaga kemasyarakatan, lapisanlapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, serta

interaksi

sosial. Banyak penyebab perubahan dalam masyarakat yaitu ilmu

pengetahuan (mental manusia) kemajuan teknologi serta

penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transportasi,

urbanisasi, perubahan atau peningkatan harapan dan tuntunan manusia

(rising demands) semua ini mempengaruhi dan mempunyai akibat

terhadap masyarakat yaitu perubahan masyarakat melalui kejutan dan

karenanya terjadilah perubahan masyarakat yang biasa disebut rapid

social change (Astrid S. Susanto, 1983: 157).

Banyak dari para tokoh sosiologi yang mempersoalkan

pembatasan pengertian perubahan sosial.


b.Bentuk-bentuk perubahan sosial

Perubahan sosial sendiri mempunyai beberapa bentuk di

antaranya (Soerjono Soekanto, 2006: 269-273)

1) Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan yang lambat biasa disebut evolusi, perubahan ini

memerlukan waktu yang lama. Perubahan ini terjadi karena usahausaha masyarkat untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan

yang baru. Perubahan cepat atau revolusi, perubahan ini menyangkut

sendi-sendi pokok kehidupan masyrakat dan terjadinya dapat

direncanakn terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran kecepatannya

perubahan ini bersifat relatif, karena dapat menekan waktu lama.

2) Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Batas-batas perubahan ini relatif, perubahan kecil adalah

perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak

membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.

Sebaliknya perubahan yang terjadi pada masyarakat agraris menjadi

masyarakat industrialisasi misalnya, itu adalah perubahan besar karena

berpengaruh pada masyarakat.

3) Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang

diperkirakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan

dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki adalah

perubahan yang terjadi tanpa kehendak, serta berlangsung di luar


jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya

akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.

Istilah perubahan sosial juga sering disebut juga dengan

perubahan sosial kebudayaan, hal ini bisa terjadi karena secara umum

manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang mempunyai suatu

kebudayaan dan dalam perubahan sosial yang terjadi secara tidak

langsung juga merubah kebudayaan yang dimiliki oleh manusia

tersebut, kemudian berkembang luas ke dalam mayarakat dan

akhirnya masyarakat itu juga mengalami suatu perubahan baik dari

segi sosial maupun budaya. Ada beberapa tokoh yang beranggapan

bahwa perubahan sosial dan perubahan budaya itu berbeda.Ada tiga

faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial yaitu tekanan kerja

dalam masyarakat, keefektifan komunikasi dan perubahan lingkungan

alam. Yang menyebabkan perubahan budaya adalah perubahan

lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan

kebudayaan lain.

Suatu perubahan yang terjadi pada masyarakat tidaklah

semata-mata untuk menuju suatu kemajuan tetapi juga bisa menuju ke

arah suatu kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi

terlalu cepat juga akan memberikan dampak pada masyarakat yang

mana masyarakat mengalami “culture shock’’ dalam kehidupan

sehari-hari mereka.
2.2.Penelitian Relevan

2.2.1. Dhita Wahyu Candra Kirana.Persepsi masyarakat terhadap kehidupan Anak punk

Di Tinjau dari aspek sosial budaya di Yogyakarta (studi kasus di komunitas anak punk

Yogyakarta )2016.Skripsi.

Penelitian kualitatif ini dilaksanakan di Komunitas anak punk Yogyakarta kecatamatan


Wirobrajan, Yogyakarta. Subjek penelitian ini sebanyak enam orang yang terdiri dari tiga anak
punk anggota komunitas anak punk Yogyakarta dan tiga masyarakat Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan observasi. Metode analisa data
menggunakan deskriptif kualitatif dengan kajian naturalistik sehingga dapat menghasilkan
kesimpulan berdasarkan dari data yang diperoleh. Keabsahan data ditempuh dengan strategi
triangulasi data yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data yang lainnya.

Hasil penelitian menghasilkan simpulan bahwa persepsi masyarakat tentang kehidupan


anak punk masih tergolong negatif hal ini disebabkan karena perilakuperilaku anak punk yang
bersifat negatif. Komunitas anak punk Yogyakarta mencoba mengubah persepsi masyarakat
Yogyakarta mengenai kehidupan anak punk dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif, tetapi
karena banyak anggota komunitas anak punk Yogyakarta berperilaku negatif seperti mabuk-
mabukan, ngelem, meminum obat-obatan, serta mengganggu kenyamanan masyarakat
Yogyakarta dengan cara membuat kegaduhan bernyanyi dan meneriaki masyarakat yang lewat
membuat persepsi negatif masyarakat itu sulit untuk dihilangkan.Secara aspek sosial dan
budaya masyarakat, mendapat hasil bahwa punk merupakan sebuah aliran yang sangat bertolak
belakang dengan sosial dan budaya Yogyakarta. Persepsi masyarakat ditinjau dengan sosial dan
budaya Yogyakarta tentang kehidupan masyarakat jelas menyimpulkan persepsi negatif dari
masyarakat Yogyakarta, karena aspek sosial dan budaya masyarakat penuh dengan adat istiadat
serta tata krama bertolak belakang dengan punk penuh kebebasan.
2.2.2. Ani Mustaghfiroh.Persepsi masyarakat terhadap kepala desa sebagai penggerak

politik (Di Desa Banaran,kecamatan Grabag,Kabupaten Magelang Jawa Tengah)

2012.Skripsi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan


strategi studi kasus. Data yang peroleh dari informan yaitu pada masyarakat Banaran. Penelitian ini
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran dalam pengumpulan data, dilakukan secara
langsung melalui observasi, wawancara, cacatan lapangan dan dokumentasi. Pengujian terhadap
keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi data, yang merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu, untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data. Teknis analisis data menggunakan teknik analisis miles dan
Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil
penelitian akan persepsi masyarakat terhadap kepala desa sebagai penggerak politik dapat diketahui
bahwa terdapat persepsi yang berbeda yaitu: 1)Persepsi positif merupakan persepsi masyarakat yang
menilai bahwa keterlibatan kepala desa sebagai penggerak politik merupakan hal yang wajar dan
menjadi masalah karena masyarakat dapat menikmati program pembangunan yang dijanjikan kepala
desa.2) Persepsi negatif merupakan persepsi yang menilai keterlibatan kepala desa sebagai penggerak
politik merupakan sesuatu yang tidak etis, kerena seharusnya kepala desa bersikap netral demi
terwujudnya demokrasi. Faktor pembentuk persepsi 1) Umur, 2) Tingkat pendidikan. 3) Status sosial
.4) Kondisi emo sional,kedekatan dan pengalaman.

2.2. 3. Eka Ratna Sari.persepsi terhadap pernikahan usia dini Di Desa Tapau kecamatan

Bunguran Tengah kabupaten Natuna provinsi kepulauan Riau.2012.Skripsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Terhadap Pernikahan


usia muda di Desa Tapau Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna. Penelitian ini
menggunakan penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
pengambilan data penelitian ini adalah dengan teknik observasi, dan angket. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini mengunakan random sampling. Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket yang berisikan 20 item pernyataan, Persepsi Masyarakat
Terhadap Pernikahan Usia Muda di Desa Tapau Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten
Natuna Provinsi Kepulauan Riau, dengan indikator, 1) Ideologi, 2) Sosial Ekonomi, 3)
Sosial Budaya. Alternatif jawaban setiap butir pernyataan mempunyai kategori baik sekali
diberi skor 4 (empat), baik diberi skor 3 (tiga), kurang baik diberi skor 2 (dua), dan tidak
baik diberi skor 1 (satu). Data diperoleh dari angket, semua pernyataan dalam angket atau
kuesioner disajikan dalam bentuk skala liker yang disesuaikan dengan pernyataan. Hasil dan
pembahasan dari penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap pernikahan usia muda di
Desa Tapau Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau yang
di maksud adalah persepsi masyarakat terhadapa pernikahan usia muda yang berkaitan
dengan Ideologi, Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya. Berdasarkan angket yang di seberkan
kepada 30 responden dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap pernikahan
usia muda di Desa Tapau Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna Provinsi
Kepulauan Riaua tergolong baik ditinjau dari indikator ideologi sebesar 72,6%, sosial
ekonomi sebesar 61,24%, dan sosial budaya sebesar 57,01%. Berdasarkan data tersebut
maka dapat di simpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadapa pernikahan usia muda di
Desa Tapau Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau
tergolong baik.

2.1.2. Persamaan penelitian

Adapun yang menjadi persamaan penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian ini


adalah :

1.Memiliki persamaan mengenai persepsi masyarakat yogyakarta tentang kehidupan anak


punk.

2.Memiliki persamaan mengenai persepsi masyarakat terhadap kepala desa sebagai


penggerak di Desa Banaran.

3.Memiliki persamaan mengenai persepsi masyarakat terhadap pernikahan usia dini di


susun oleh Eka Ratna Sari Desa Tapau kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna
provinsi kepulauan Riau.
2.1.3.Perbedaan penelitian

1. peneliti meneliti tentang kehidupan anak punk masih tergolong negatif hal ini disebabkan
karena perilaku-perilaku anak punk yang bersifat negatif.

2. peneliti meneliti tentang bagaimana masyarakat yang menilai bahwa keterlibatan kepala
desa sebagai penggerak politik merupakan hal yang wajar dan menjadi masalah karena
masyarakat dapat menikmati program pembangunan yang dijanjikan kepala desa.

3.peneliti meneliti pernikahan dapat mengakibatkan broken home karena kalau menikah di
bawah umur.

2.3.Landasan Teori

2.2.2.Teori perubahan sosial

Menurut Prof.Selo.Soemardjan,perubahan sosial adalah suatu proses yang membuat


seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya.misalnya seperti perubahan sosial pada
pola perilaku,pergaulan bebas,perubahan sosial terhadap ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya.ketika seseorang mengalami perubahan sosial maka seseorang dapat
menentukan pilihan hidup sehingga seseorang akan hidup dengan layak.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, 2007, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, Cetak.


Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2007, Ilmu Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Acmad, Munib.2004.pengantar ilmu pendidikan,Semarang.UPT Unnes Press.Ahmadi,
Abu.2004.Ilmu pendidikan Jakarta.Rineka.

Ardika, I Gede. 2003. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :


KM.43/PW.501/MKP/2003 tentang Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesenian. Jakarta: Menteri Kebudayaan dan Pariwasata
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ary H. Gunawan, 2010, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai
Problem Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Bagus takwin, “persepsi sosial mengenali dan mengerti orang lain”, dalam sarlito
W. Sarwono dan eko A.meinarno (ed.), PSIKOLOGI SOSIAL,,.salemba humanika.
Bakker, J.W.M. 1984. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Jakarta. Kanisius.
Bandura, Albert, 1971, Social Learning Theory, New York City:General Learning Press. Bimo,
Walgito,2004.pengantar psikologi umum.Andi.Jakarta.
Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Djam’an Satori dan Aan Komariyah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Djamaris, Edwar dkk. 1993. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra
Daerah di Sumatra. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Fattah, Sanusi dkk. 2008. Globalisasi dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Teguh Karya.
Goodnough. (1970). Description and Comparison in Cultural Anthropology. Chicago:
Aldine.
Hassan, Fuad. 1992. Dimensi Budaya dan Pengembangan Sumberdaya Manusia.
Jakarta: Balai Pustaka.
H.muhammadasrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: wacana prima.
http://sutikmatik,blogspot.com/2010/10makalah-positivisme-august-comte.html
Lameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengarughinya. Jakarta: Rineka Cipta.
La Sulo.2005.Pengantar Pensdidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu .
Mastari. 2012. Gambaran Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Pendidikan Inkluisi
Studi Terhadap Beberapa Kecamatan Di Kota Medan. Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Moleong. (2011). Metode Penelitian Kualitatif . Remaja Rosda Karya.
Nasution. 2012. Metode Research (penelitian ilmiah) usul tesis-desain penelitian-
hipotesis-validitas-sampling-populasi-pbservasi-wawancara- angket.Jakarta:Bumi.
R.Iskandar, M.Pd. 2009. Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Soemantri (2011), Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.
Soerjono Soekanto. 2006, Sosiologi Suatu Pegantar (Jakarta: Raja Grapindo Persada).
Soerjono soekanto.2012. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawalipres.
Sugiono. 2010. Penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif, kuantitatis dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono,(2011),Metode penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung.
Suryabrata, Sumadi.2012. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Yoeti, Oka. 1985. Budaya Tradisional yang Nyaris Punah. Jakarta. Proyek Penulisan dan
Penerbitan Buku/Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi.
Zahara idris. 2008. Dasar-dasar Pendidikan.Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai