NIM : 2020114320002
BAB I
PENDAULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui landasan sosial budaya
dalam perkembangan ilmu pendidikan dan kajian spiritual.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah terdiri atas manfaat teoretis dan praktis. Manfaat
teoretis dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berkaitan
dengan landasan sosial budaya pendidikan.
Manfaat praktis makalah ini meliputi dosen dan mahasiswa. Bagi dosen dan
mahasiswa, makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengetahui dan
mempelajari hal-hal yang terungkap dalam landasan sosial budaya pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Potensi yang dimiliki manusia yaitu otak mampu menghasilkan kebudayaan, hasil
dari potensi yang tercermin dari berbagai hasil manusia merupakan sumber
pembentukan kebudayaan. Kebudayaan merupakan pengalaman universal manusia,
manifestasi lokal dan regionalnya bersifat unik. Sosial budaya bersifat dinamis tetapi
juga bersifat dinamis, dengan adanya perubahan terus menerus dan tetap.
Koentjaraningrat (1974) mengemukakan bahwa kebudayaan memiliki unsur-unsur
yang universal yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial,
sistem pengetahuan, sistem religi, dan sistem kesenian. Bentuk manifestasi dari unsur-
unsur sosial budaya berbagai masyarakat bersifat unik.
Semua masyarakat memiliki unsur budaya bahasa tetapi tidak ada dua bahasa
yang identik sama. Masing-masing kebudayaan memiliki kekerabatan dan persamaan
tetapi tidak identik. Keragaman atau keunikan dari unsur-unsur sosial budaya
terbentuk karena adanya keragaman lingkungan dan sejarah perkembangan suatu
masyarakat. Kebudayaan bersifat stabil dan dinamis. Unsur-unsur sosial budaya
biasanya bertahan dan stabil untuk suatu periode waktu tertentu, tetapi kontak budaya
dan perubahan lingkungan mempengaruhi terjadinya perubahan budaya (enkulturasi
dan akulturasi). Pendidikan memegang peranan penting dalam perubahan sosial
budaya manusia. Sosial budaya membentuk karakter suatu masyarakat.
Kebudayan bersifat stabil tetapi dapat berubah, perubahan diukur dari elemen
yang relatif stabil dan stabilitas diukur dari elemen budaya yang berubah dengan
cepat. Beberapa kebudayaan bersifat fleksibel dari yang lain, menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang cepat tanpa mengalami disintegrasi. Beberapa aspek
kebudayaan relatif lebih reseptif terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek yang
lain. Teknologi berubah dengan cepat dibandingkan dengan nilai-nilai, namun
demikian tidak ada nilai dan ideologi yang secara keseluruhan tetap bersifat statis.
Pendidikan harus memiliki paradigma baru yang dapat menyajikan model dan
strategi pembelajaran sehingga diharapkan dapat menyeimbangkan proses hominisasi
dan humanisasi. Proses hominisasi melihat manusia sebagai makhluk hidup dalam
konteks lingkungan ekologinya yang memerlukan terasahnya kemampuan intelektual
untuk menghadapi tantangan globalisasi. Proses humanisasi menekankan manusia
sebagai mahluk sosial yang mempunyai otonomi moral dan sensitivitas (kedaulatan
budaya). Terkait dengan hubungan sosial budaya dengan pendidikan, ada dua konsep
yang dipahami, yakni proses hominisasi dan proses humanisasi. Berikut ini akan
diuraikan kedua konsep tersebut.
a. Hominisasi
Pendidikan sebagai proses hominisasi melihat manusia sebagai mahluk
hidup di dalam dunia dan ekologinya. Proses hominisasi tersebut manusia
memerlukan kebutuhan biologis seperti makan, beranak pinak, memerlukan
pemukiman, dan pekerjaan untuk menopang kehidupan. Proses hominisasi
memenuhi kebutuhan manusia sebagai mahluk biologis. Pendidikan harus
mampu menghasilkan output kompetitif yang mampu bersaing untuk
mendapatkan pekerjaan dalam menopang kehidupannya yang lebih baik secara
ekonomis dan sosial. Pendidikan harus memiliki orientasi intelektual yang
dibutuhkan manusia untuk bersaing secara kompetitif sehingga mereka dapat
diterima pasar, terlebih dalam era global yang lebih berasaskan knowledge
based economy.
b. Humanisasi
Pendidikan melihat manusia sebagai mahluk yang bermoral (human being).
Mahluk yang bermoral berarti bahwa manusia bukan hanya sekedar hidup tetapi
hidup untuk mewujudkan eksistensi, yaitu bahwa manusia hidup bersama-sama
dengan sesama manusia sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa. Proses humanisasi
tingkah laku manusia diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertikal di
dalam kenyataan hidup bersama dengan manusia lain. Nilai-nilai luhur tersebut,
apakah diwahyukan ataupun yang dipelihara di dalam kehidupan bersama
manusia karena disepakati, dapat mengikat kehidupan bersama nenuju suatu
cita-cita bersama, yaitu kehidupan yang lebih baik, lebih tenteram, dan
berkeadilan. Hal-hal tersebut dijalin dan terjalin di dalam nilai-nilai kebudayaan
suatu masyarakat atau suatu kelompok hidup bersama manusia. Proses
humanisasi mencapai puncaknya pada seseorang yang berpendidikan dan
berbudaya (educated and civilized human being).
Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial. proses sosial
merupakan suatu cara berhubungan antar idividu, antar kelompok atau antara individu,
dan kelompok yang menghasilkan bentuk hubungan tertentu. Interaksi dan proses sosial
dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau gabungan dari faktor-faktor berikut:
1. Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negative.
2. Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.
3. Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi yang mencoba
menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah sadar
4. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.
manusia. Oleh sebab itu ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung
untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam
adalah budaya yang berdasar pada nilai-nilai Islam yaitu al-Qur’an
Ada sejumlah prinsip dasar yang terkandung di dalam Alquran dan hadis, sehingga umat
Islam dapat mengembangkan kebudayaan secara maksimal. Prinsip-prinsip tersebut antara
lain:
Islam menempatkan akal fikiran dalam posisi yang tinggi, sebagaimana firman-Nya dalam
Surat Ali Imran:190, 191:
ِArtinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.(Q.S.3:190,191).
Hadis nabi menyatakan: “Agama itu adalah akal, tidak ada agama bagi seseorang yang tidak
mmpunyai akal”
Hadis nabi berbunyi: ”Menuntut Ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam, laki-laki maupun
perempuan”.Dalam hadis lain juga dinyatakan: “Tutntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang
lahat”.