Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LANDASAN ILMIAH ILMU PENDIDIKAN

TENTANG
“KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN”

Oleh : Kelompok III


FUJI MARSELINA (18205012)
HANIFAH HUMAIRAH (18205013)
LIZA WULANDARI (18205019)
PUTRI WAHYUNI (18205033)

Dosen Pembimbing
Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed. D.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas berkat rahmat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan dan Pendidikan”

Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada


Bapak Prof. Nurhizrah Gustituati, M.Ed.,Ed. D sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritikan maupun saran kepada pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan terutama untuk kami.

Padang, 11 September 2019

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai unsur vital dalam kehidupan manusia yang beradab, kebudayaan
mengambil unsur-unsur pembentuknya dari segala ilmu pengetahuan yang
dianggap betul-betul vital dan sangat diperlukan dalam menginterpretasi semua
yang ada dalam kehidupannya. Hal ini diperlukan sebagai modal dasar untuk
dapat berdaptasi dan mempertahankan kelangsungan hidup (survive). Dalam
kaitan ini kebudayaan di pandang sebagai nilai-nilai yang diyakini bersama dan
terinternalisasi dalam diri individu sehingga terhayati dalam setiap perilaku.
Nilai-nilai yang dihayati ataupun ide yang diyakini tersebut bukanlah ciptaan
sendiri dari setiap individu yang menghayati dan meyakininya, semuanya itu
diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar merupakan cara untuk
mewariskan nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi. Proses pewarisan
tersebut dikenal dengan proses sosialisasi atau enkulturasi (proses
pembudayaan).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah
yang dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. Berikut adalah
rumusan masalahnya:
1. Apa konsep dari kebudayaan dan pendidikan?
2. Apa saja karakteristik kebudayaan?
3. Apa fungsi dari kebudayaan dan pendidikan?
4. Bagaimana hubungan ilmu sebagai unsur kebudayaan?
5. Apa kaitan kebudayaan dan pendidikan?

C. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Mengetahui konsep dari kebudayaan dan pendidikan.
2. Mengetahui karakteristik kebudayaan.

2
3. Mengetahui fungsi kebudayaan dan pendidikan.
4. Mengetahui hubungan ilmu sebagai unsur dari kebudayaaan dan
implikasinya terhadap pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu
sistem dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antar individu/kelompok
dengan individu/kelompok lain sehingga menimbulkan suatu pola tertentu,
kemudian menjadi sebuah kesepakatan bersama (baik langsung ataupun tidak
langsung).
Manan(1989:7) mengungkapkan konsep kebudayaan merupakan
konsep dasar dalam ilmu-ilmu sosial, karena konsep tersebut dapat dijadikan
titik tolak bagi kajian semua aspek perilaku manusia. Para ahli ilmu sosial
telah memberikan berbagai definisi dengan penekanan pada berbagai aspek
yang berbeda dari kebudayaan. Keragaman definisi kebudayaan tersebut telah
dikemukakan oleh Kroeber dan Kluchkohn dalam bukunya “Culture A
Critical Review of Concepts and definitions”, yang diterbitkan pada tahun
1952. Mereka telah mengumpulkan 164 definisi kebudayaan dan
mengklasifikasikan konsep-konsep kebudayaan ke dalam berbagai kategori.
Kategori tersebut dikemukakan oleh Tozer (dalam Manan, 1989:8) yaitu:
1. Definisi yang bersifat deskriptif.
E.B Taylor menyatakan bahwa kebudayaan adalah totalitas yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral,
adat, dan apa saja kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh orangorang sebagai anggota masayarakat.
2. Definisi yang bersifat historis.
Margaret Mead mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan
seluruh kompleks perilaku tradisional yang dikembangkan oleh ras
manusia yang secara berturutan dipelajari oleh masing-masing generasi.

4
3. Definisi yang bersifat normatif.
Kluchkohn dan Kelly menyatakan bahwa kebudayaan merupakan
semua model bagi kehidupan, eksplisit dan inplisit, rasional, irasional dan
non rasional yang ada pada masa tertentu sebagai pembimbing potensial
bagi perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.
4. Definisi bersifat Psikologis.
La Pierre mengemukakan kebuadayaan merupakan perwujudan di
dalam adat, tradisi, dan isntitusi dan lain-lainyya dari apa yang telah
dipelajari sebagai suatu kelompok sosial dari suatu generasi ke generasi
lainya.
5. Definisi yang bersifat structural.
Turney dan High menggambarkan struktur tersebut sebagai
bekerjanya dan terintegrasinya sejumlah aktivitas yang tak bersifat
instingitif dari masyarakat manusia.
Konsep kebudayaan dapat pula dipakai untuk mengkaji pendidikan.
Lucas (dalam Manan, 1989:7) menyatakan bahwa pendidikan dalam arti luas
adalah proses pembudayaan melalui masing-masing anak yang dilahirkan
dengan potensi yang lebih besar dari makluk lainya, dididik menjadi anggota
penuh suatu masyarakat, menghayati dan mengamalkan secara bersama-sama
anggota lainya suatu kebudayaan tertentu. Dalam arti praktis pendidikan apat
diartikan sebagaiproses penyampai kebudayaan (procces of transmitting
culture) atau pendidikan dapat dikatakan sebagai the transmission of culture.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kebudayaan
merupakan system pengetahuan, kepercayaan, dan pola kehidupan suatu
kelompok masyarakat yang terjadi secara terus-menerus dari suatu generasi
ke generasi dan menjadi ciri khas dari masyarakat itu.
Manan (1989: 9) menganalisia pendapat Taylor dan menyimpulkan
kompo-nen- komponen kebudayaan yaitu:
1. Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, maksudnya betapapun
banyaknya unsure/aspek kebudayaan namun kebudayaan memiliki
kesatuan, pola dan model.

5
2. Kebudayaan meliputi serangkaian prestasi atau hasil-hasil kegiatan
psikologis yang mungkin tak terlihat secara nyata dalam bentuk benda-
benda namun pernyataan dalam bentuk emosional dan mental.
3. Kebudayaan tidak hanya mencakup hasil-hasil kesenian, namun juga
mencakup moralitas, misalnya moralitas kekeluargaan.
4. Kebudayaan memperlihatkan keteraturan den kesinambungan.
5. Kebudayaan dilihat secara objektif dan tidak memihak.
6. Kebudayaan merupakan totalitas karakteristik yang diperoleh anggota
suatu masyarakat dari lingkunganya.
7. Kebudayaan tidak diciptakan oleh suatu kejeniusan yang terasing, dia
harus hidup bersama-sam dalam kelompok masuyarakat.

B. Karakteristik Kebudayaan
Adanya struktur kesamaan dasar dan kubutuhan yang sama dari semua
manusia, menyebabkan semua manusia menciptakan dan memakai
kebudayaan. Dari kajian-kajian tentang kebudayaan-kebudayaan yang ada di
muka bumi ini Murdock (dalam Manan, 1989: 14) mengidentifikasikan
beberapa karakteristik kebudayaan yang bersifat universal yaitu:
1. Kebudayaan dipelajari dan bukan bersifat instingitif, karena itu
kebudayaan tak dapat dicari asal usulnya dari gen atau kromosom.
2. Kebudayaan ditanamkan, generasi baru tak punya pilihan tentang
kurikulum kebudayaan. Hanya manusia yang bisa menyampaikan warisan
sosialnya dan anak cucunya hanya dapat menyerapnya bukan
merubahnya.
3. Kebudayaan bersifat sosial dan dimiliki bersama oleh berbagai
masyarakat yang teroganisir.
4. Kebudayaan bersifat gagasan, kebiasaan kelompok yang dikonsepsikan
dan diungkapkan sebagai norma-norma ideal atau pola-pola perilaku.
5. Kebudayaan sampai pada tingkat memuaskan individu-individu,
memuaskan kebutuhan biologis dan kebutuhan lainya.

6
Kebudayaan bersifat integrative, selalu ada tekanan ke arah
konsistensi dalam setiap kebudayaan, kalau tidak maka konflik dengan cepat
akan menghancurkanya. Kebudayaan yang terintegrasi dengan baik,
mempunyai kepaduan sosial diantara institusi-institusi dan kelompok-
kelompok sosial yang mendukung kebudayaan tersebut.

C. Fungsi Kebudayaan dan Institusi Sosial


Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan alat
untuk memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kelangsungan hidup organis,
penyesuain kepada lingkungan, dan kelestrasian dalam arti biologis. Ada
beberapa fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:
1. Pelanjut keturunan dan pengasuh anak, penjamin kelangsungan hidup
biologis dari kelompok sosial.
2. Pengembangan kehidupan ekonomi, menghasilkan dan memakai benda-
benda ekonomi
3. Transmisi budaya, cara-cara mendidik dan membentuk generasi baru
menjadi orang-orang dewasa yang berbudaya
4. Keagamaan, menanggulangi hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan
yang bersifat dengan kekuatan yang bersifat gaib.
5. Pengendalian sosial, cara-cara yang dilembagakan untuk melindungi
kesejahteraan individu an kelompok
6. Rekreasi, aktvitas-aktivitas yang memeberi kesempatan kepada orang
untuk memuaskan kebutuhannya akan permainan-peramainan.

Dalam kehidupan nyata fungsi-fungsi ini dikerjakan oleh berbagai


institusi budaya atau institusi sosial. Institusi adalah sistem aktivitas yang
terorganisasi. Malinowski mendefinisikan institusi sebagai sekolompok orang
yang bersatu untuk melaksanakan kebendaan dan perlengkapan teknis
disusun berdasarkan hukum tertentu atau peraturan adat,yang dirumuskan
dalam bahasa yang mengambil bentuk mitos, dongeng, peraturan, dan dalil
yang dipersiapkan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Menurut
koentjaraningrat, unsur-unsur institusi sosial itu terdiri dari sistem norma-

7
norma, personal dan peralatan fisik. Integrasi ketiganya dalam bentuk
aktivitas berpola untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia inilah yang
dinamakannya dengan institusi sosial.
Berbagai institusi sosial yang ada dalam suatu masyarakat dapat
diambil sebagai contoh. Yang termasuk kedalam institusi kekerabatan anatara
lain adalah: pelamaran, perkawinan, pologami, penceraian. Institusi ekonomi
antara lain adalah pertanian, peternakan, industri. Institusi pendidikan
mencakup antara lain pengasuahan anak, pendidikan dasar, menengah, tinggi
dan lain-lain. Institusi ilmiah terdiri dari metode ilmiah, penelitian,
pendidikan ilmiah dan sebagainya. Institusi keindahan dan rekreasi terdiri
dari bentuk seni dan sport. Institusi agama mencakup antara lain
mesjid,gereja,upacara,dakwah,pantangan,ilmu ghaib dan sebagainya.
Istitusi sosial sebagai tingkah laku berpola mempunyai berbagai fungsi.
Menurut gillin dan gillin yaitu:
1. Menyederhanakan tindakan individu
2. Menyediakan cara pengendalian sosial
3. Menyediakan peran dan kedudukan bagi individu-individu
4. Kadang-kadang merintangi perkembangan kepribadian, karena orang
harus selalu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang telah ada.
5. Mendorong orang-orang tertentu untuk bereaksi menentang institusi
tertentu dan merumuskan pola perilaku baru.
6. Mengharmoniskan berbagai badan dalam konfigurasi budaya secara
keseluruhan. Umpamanya institusi-institusi dalam suatu kebudayaan
masayarakat akan menyesuaikan diri satu sama lain.
Institusi-institusi tidaklah bebas dan berdiri sendiri, tetapi mereka
dihubungkan satu sama lain dalam bentuk suatu konfigurasi sebagai satu
totalitas. Masing-masing institusi dalam sebuah masyarakat
mempengaruhi institusi-institusi lainnya. Perubahan pada suatu instasi
menghasilkan ketegangan pada institusi-institusi lain dan akan
mengahsilkan perubahan pola.

8
7. Menstabilkan kebudayaan dan masyarakat. Institusi yang telh melembaga
dengan kuat sukar berubah. Diperlukan perubahan besar dalam ekonomi
atau agama untuk terjadinya peruban masyahan dibidang keluarga dan
moral.
Pendidikan membudayakan atau memasyarakatkan institusi-institusi
guna kestabilan dan kesinambungan masyarakat. Pendidikan dapat berfungsi
melestarikan institusi-institusi sosial dalam memelihara status quo atau
pendidikan dapat dijadikan wahana untuk mendorong pengembangan institusi
baru. Diantara berbagai institusi itu terdapat interrelasi yang bersifat
fungsional. Gllin dan gllin menggambarkan saling hubungan antara berbagai
institusi seperti gambar dibawah ini:

Institusi
ekonomi

Institusi Institusi
dalam pendidika
negri n

Institusi Institusi
Politik agama

D. Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan bertujuan
membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk
yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan
kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat
secara keseluruhan (Yayatharyati, 2011).

9
Hadi (2010) mengemukakan beberapa makna pendidikan menurut para
ahli, diantaranya sebagai berikut.
1. Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu
mengandung pengertian sebagai berikut.
a. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
b. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan
yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai
kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
2. Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western
Education bahwa “Pendidikan adalah kegiatan menerima dan
memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya”.
Berdasarkan deskripsi pendidikan diatas, penulis merumuskan
pendidikan sebagai upaya menanamkan sikap dan keterampilan pada anggota
masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai dengan
kedudukan dan peran sosial masing-masing dalam masyarakat. Secara tidak
langsung, pola ini menjadi proses melestarikan suatu kebudayaan. Selain itu,
pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha sadar dan terencana dalam upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang dilakukan sepanjang hayat. Pendidikan juga
sebagai upaya membangun budaya suatu masyarakat dalam menciptakan
kehidupan yang modern, maju, dan harmoni yang didasari oleh nilai-nilai
budaya yang diyakini bersama oleh suatu masyarakat.

E. Fungsi Pendidikan
Menurut Tatang (2010), pada dasarnya terdapat dua fungsi pokok
pendidikan, yaitu sebagai berikut.

10
1. Fungsi konservasi. Pendidikan berfungsi untuk mentransmisikan,
mewariskan atau melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat atau
mempertahankan kelangsungan eksistensi masyarakat.
2. Fungsi inovasi/kreasi/transformasi. Pendidikan berfungsi untuk
melakukan perubahan dan pembaharuan masyarakat beserta nilai-nilai
budayanya.
Kedua fungsi pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, dapat kita
pahami dan riil terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat
terdapat nilai-nilai, pengetahuan, dan kelakuan-kelakuan berpola yang masih
relevan dan dipandang baik yang harus tetap dilestarikan. Sebaliknya,
terdapat pula nilai-nilai, pengetahuan dan kelakuan berpola yang sudah
dipandang tidak relevan lagi dan tidak bernilai yang perlu diubah atau
diperbaharui. Adapun untuk melestarikan dan melakukan pembaharuan atau
perubahan tersebut masyarakat perlu melakukannya melalui pendidikan.
Selain itu, juga fungsi lain dari pendidikan:
1. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat turut aktif
mengambil bagian dalam proses demokrasi.
2. Mengembangkan bakat yang ada pada tiap orang untuk kepentingan
pribadi dan masyarakat.
3. Mempersiapkan seluruh anggota masyarakat agar dapat mencari nafkah.
4. Untuk melestarikan kebudayaan.
5. Mengurangi pengontrolan orang tua, dengan menggunakan mekanisme
pendidikan yang ada disekolah dan peran orang tua digantikan oleh
pendidik untuk mendidik anaknya di sekolah.
6. Sebagai sarana untuk mengakomodasi segala kesalahpahaman yang
berujung pada perselisihan karena adanya perbedaan pandangan antara
pihak umum dan pihak sekolah dalam beberapa nilai tertentu seperti
hadirnya pendidikan seks dan sebagainya.
7. Menjaga sistem kelas di masyarakat dimana pendidikan sebagai sarana
siswa dalam melangkah pada tahapan selanjutnya sehingga mendapatkan
status sosial yang sama atau lebih tinggi dari orang tuanya, walaupun

11
demikian disekolah mengajarkan untuk bisa menerima perbedaan status di
masyarakat.
8. Memperpanjang masa remaja pada seseorang sebab peserta didik masih
dianggap tergantung secara finansial dan psikologis pada orang tuanya.

F. Ilmu(Knowledge) Sebagai Unsur Kebudayaan


Dari uraian tentang defenisi kebudayaan di muka, jelas bahwa ilmu
(knowledge) merupakan unsur kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan
adalah suatu hubungan antara proses dengan isi. Yaitu, pendidikan adalah
proses pengoperan kebudayaan dalam arti kebudaan manusia. Proses
pendidikan dalam arti demikian, dalam umum. Dalam masyarakat modern,
dimana kebudayaan itu amat kompleks, agaknya fugsi dan tanggung jawab
pendidikan makin besar dan sukar. Mampukah pendidikan mewariskan
semua aspek kebudayaan kepada manusia dalam waktu yang relatif amat
terbatas.
Pendidikan, terutama pendidikan tinggi memusatkan program aktifitas
pada pengoperan, pengembangan atau pembinaan ilmu dan research
(penelitian). Atau dinegara indonesia tersimpul dalam tridhbarma perguruan
tinggi : pendidikan, pengajaran, penelitian, pengembagan, dan pengabdian
pada masyarakat.
Wujud kebudayaan yang menjadi isi (curriculum) pendidikan dikenal
sebagai ilmu pengetahuan(knowledge). Karena luasnya scope kebudayaan
dibandingkan dengan keterbatasan waktu, fasilitas dan tenaga pendidikan,
maka demi suksesnya fungsi pendidikan huruf dan ketetapan unsur
kebudayaan apa yang urgen dididikan. Program pendidikan dibatasi oleh
tujuan yang hendak dicapai sebagai target. Demikian pula kemampuan dan
minat individual, membatasi bidang apa yang hendak dipilih seseorang
sebagai lapangan pendidikannya. Faktor-faktor inilah yang melahirkan
bidang-bidang atau jurusan-jurusan pendidikan atau keahlian seseorang.
Sejalan dengan hal-hal tersebut di atas berkembanglah apa yang dikenal
sebagai ilmu pengetahuan.

12
G. Kaitan Kebudayaan Dengan Pendididkan
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai
budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses
mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat
erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara
satu sama lain.
Tujuan pendidikan adalah melestarikan dan selalu meningkatkan
kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa mentransfer
kebudayaan itu sendiri dari generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita
sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan
yang lebih baik kedepannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan
kitapun harus lebih baik lagi.
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan
menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak
kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah dan membina manusia
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan
zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Ada tiga pandangan tentang kebudayaan yang berimplikasi terhadap
konsep pendidikan. Ketiga pandangan tersebut yakni: 1) Pandangan
Superorganik, 2) Pandangan Konseptualis, dan 3) Pandangan Realis (Manan,
1989).
1. Pandangan Superorganik. Kebudayaan merupakan sebuah kenyataan
yang berada di atas dan di luar individu-individu yang menjadi
pendukung kebudayaan, dan realita tersebut mempunyai hukum-
hukumnya sendiri. Jadi kebudayaan itu merupakan realita superorganis.
Leslie White salah seorang pendukung pandangan Superorganik
mengemukakan bahwa: “Perilaku manusia semata-mata merupakan
respons organisme terhadap rangsangan budaya. Apa yang dicari orang
dan bagaimana ia mencarinya ditentukan oleh kebudayaan. Ini merupakan
pandangan “determinisme budaya” di mana manusia dipandang sebagai
instrumen, melalui manusia kebudayaan mengungkapkan dirinya sendiri.

13
Oleh karena itu teori kebudayaan mempunyai implikasi terhadap analisis
pendidikan, karena pendidikan merupakan proses pembudayaan yang
pada akhirnya terlihat dalam bentuk kepribadian-kepribadian.
2. Pandangan Konseptualis. Kebudayaan adalah sebuah “logical
construct” yang diabstraksikan dari tingkah laku manusia. Kebudayaan
adalah sebuah konsep yang dibangun dari keseragaman-keseragaman
yang dapat diamati dalam urutan tingkah laku dengan menggunakan
sebuah proses abstraksi logis. Implikasi pandangan konseptualis tentang
kebudayaan terhadap pendidikan adalah bahwa dalam pendidikan
generasi baru harus mempelajari warisan budayanya sesuai dengan
perhatiannya dan mengembangkan gambaran mereka sendiri mengenai
kebudayaannya secara objektif. Sebab itu, menurut pandangan
konseptualis pendidikan dipandang dapat menjadi alat perubahan budaya
dalam arti menciptakan iklim opini yang merangsang pemikiran dan
penerimaan pemikiran inovatif.
3. Pandangan Realis. Kebudayaan merupakan sebuah konsep dan realita
empiris. Sebagaimana dikemukakan David Bidney dalam Manan (1989),
kebudayaan merupakan “warisan budaya” yaitu abstraksi atau generalisasi
dari “perilaku” nyata anggota-anggota masyarakat. Hal ini berarti
kebudayaan merupakan sebuah konsep (abstraksi) dan juga sebuah realita
(tingkah laku). Implikasi pandangan realis tentang kebudayaan terhadap
pendidikan: pengikut pandangan realis meyakini bahwa anak manusia
memiliki daya penyesuaian terhadap realita yang mengelilinginya, baik
terhadap yang bersifat fisik maupun sosial-budaya. Untuk
mengembangkan daya penyesuaian tersebut mereka harus diberi berbagai
pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan yang disediakan oleh
kebudayaan mereka. Mereka menginginkan sistem pendidikan yang
berfungsi untuk melatih generasi muda mempunyai kemampuan untuk
mempertimbangkan secara objektif perubahan sosial budaya yang sesuai
dengan nilai-nilai dasar budayanya.

14
Kedudukan nilai merupakan hal penting dari kebudayaan dimana
pemahaman tentang nilai budaya dan orientasi nilai budaya berkenaan dengan
konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat. Keterkaitan nilai dengan
sistem pendidikan digunakan dalam menyampaikan sistem perilaku dan
produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan teori Kluckhohn tentang pola orientasi nilai budaya penting
sekali sebagai peralatan konseptual bagi para ahli sosial dan pendidikan
dalam usaha memperoleh pemahaman mengenai persamaan dan keragaman
perilaku dalam masyarat dan sistem pendidikan (Manan, 1989).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi
individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk
berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu
kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia
pencipta budaya itu.

B. Saran
Dengan keragaman budaya kita bisa melaksanakan pendidikan dengan
optimal dan tidak memandang perbedaan sebagai faktor pendidikan. Sebagai
ahli pendidikan sebaiknya memberikan kesempatan kepada siapapun untuk
tetap melestarikan budaya setempat melalui pendidikan di formal maupun
non formal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kuntjaradiningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi: Kebudayaan.Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Manan, Imran. (1989). Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: P2LPTK
Syam, M. Noor. (1988). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
http://www.thefreedictionary.com/characteristic

17

Anda mungkin juga menyukai