Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

ARTOPOLOGI PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

GURU PEMBIMBING:

Dr. Edi Harapan M.Pd.

DISUSUN OLEH:

AULIA KHOIRUN NISA (2022141049)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
saya dapat menyusun makalah tentang “ARTOPOLOGI PENDIDIKAN DALAM
MASYARAKAT MULTIKULTURAL” dengan baik.

Tujuan saya membuat makalah ini agar dapat mengetahui bagaimana


artopologi pendidikan masyarakat terutama yang multikultural

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh jurnal,blog spot yang telah
membantu, memfasilitasi, penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR ………………………………………………. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………….. 4
1.1 Latar Belakang ………………………………………….. 4
1.2 Artopologi …………………………………………..…. 5

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. 6
A. TEKNIK-TEKNIK MENGAJAR DI MASYARAKAT
MULTIKULTURAL ………………………………………… 6
B. ARTOPOLOGI DAN PENDIDIKAN ……………… 6
C. Kaitan antropologi dan Pendidikan ………………… 7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 8

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran, pemberian


pengetahuan, keterampilan dan sikap karakter positif. Pendidikan dapat diperoleh
melalui lembaga formal dan informal. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga
informal tersebut dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam
lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi
dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam
memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan. Istilah multikulturalisme begitu
popular dan kerap tampil akhir-akhir ini sebagai wacana, baik dalam bentuk
pembicaraan lisan maupun naskah tertulis, khususnya di kalangan akademik
maupun publik luas yang terkait dengan dunia jurnalisme. Sebetulnya sekitar tiga
puluh tahun silam, tepatnya pada tahun 1971, lebih dari sekedar berwacana,
Kanada merupakan Negara pertama di antara komunitas internasional yang
mengangkat dan menerapkan gagasan multikulturalisme sebagai kebijakan publik
pemerintahan negara tersebut. Dengan melakukan hal itu, Kanada menegaskan
dan menegakkan nilai dan harkat martabat warga negaranya, tanpa pandang bulu
latar belakang bahasa, asal-muasal kesukuan, kedaerahan, maupun ikatan
keagamaan mereka.

masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang menganut


multikulturalisme, yaitu paham yang beranggapan bahwa berbagai budaya yang
berbeda memiliki kedudukan yang sederajat.

tipe-tipe masyarakat multikultural adalah:

(a). kompetisi seimbang: kelompok-kelompok yang ada mempunyai


kekuasaan yang seimbang

(b). mayoritas dominan: kelompok terbesar mendominasi, contoh :


Indonesia, umat Islam mayoritas dan memegang kekuasaan

(c). minoritas dominan: kelompok kecil yang mendominasi

4
(d). fragmentasi: masyarakat terdiri dari banyak kelompok yang kecil, tidak
ada yang mendominasi.

ciri-ciri masyarakat multikultural adalah:

(1) Segmentasi (terbagi) ke dalam kelompok-kelompok

(2) Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan bersama)

(3) Sering mengalami konflik

(4) Integrasi sosial atas paksaan

(5) Dominasi (penguasaan) suatu kelompok atas kelompok lain.

Dan dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menghendaki bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan
serta tidak diskriminatif serta menjunjung tinggi HAM, nilai, religi, kultural, dan
keberagaman suku bangsa, dan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multi makna. Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan utama
dari pendidikan adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan
empati terhadap budaya yang berbeda dan etnis yang berbeda.

1.2 Antropologi

Antropologi adalah kajian tentang manusia dan cara-cara hidup mereka.


Antropologi mempunyai dua cabang utama, yaitu antropologi yang mengkaji
evolusi fisik manusia dan adaptasinya terhadap lingkungan yang berbeda-beda,
dan antropologi budaya yang mengkaji baik kebudayaan-kebudayaan yang masih
ada maupun kebudayaanyang sudah punah. Secara umum antropologi budaya
mencakup antropologi bahasa yang mengkaji bentuk-bentuk bahasa, arkeologi
yang mengkaji kebudayaan-kebudayaan yang masih punah, etnologi yang
mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang hidup yang masih
dapat di amati secara langsung.[1] Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari tentangbudaya masyarakat suatu etnis tertentu. Lahir

5
atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri
fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang
sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih
menitikberatkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Antropologi adalah
suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak.
Antropologi yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran
agama Nasrani dan bersamaan dengan itu berlangsung system penjajahan atas
Negara-Negara di luar Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan
kemanusiaan yang lebih luas. Studi antropologi selain untuk kepentingan
pengembangan ilmu itu sendiri, di Negara-Negara yang telah membangun sangat
diperlukan bagi pembuatan pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan
dan pengembangan masyarakat

6
BAB 2 PEMBAHASAN
A. TEKNIK-TEKNIK MENGAJAR DI MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari


awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik atau guru. Model
pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran dan beberapa yang
disarankan di dalam pelaksanaan pembelajaran saintifik, diantaranya adalah:

1. Inquiry Based Learning

2. Discovery Based Learning

3. Problem Based Learning

4. Project Based Learning

Berangkat dari 4 (empat) klasifikasi pembelajaran konteksual yang bersifat


kerjasama dan kolaburatif ini dalam pelaksanaan praktis dan nyata dapat
dilakukan dengan, antara lain: diskusi atau FGD (focus group discussion),
melakukan perlakuan (experiment) atau rancangan percobaan, demonstrasi dan
atau simulasi. Dalam pelaksanaannya lebih operasonal dan praktis, seperti adanya
penyampaian informasi, dan jenis pelaksanaannya bersifatpenugasan, dsb.
Kesemuanya itu, tergantung pada materi yang diajarkan dan metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik.

B. ARTOPOLOGI DAN PENDIDIKAN

Antropologi pendidikan ilmu yang lahir pada pertengahan abad 20.


Pertanyaan yang muncul saat itu adalah sejauhmana pendidikan dapat merubah
masyarakat, kerangka berpikirnya waktu itu bagaimana mengembangkan
pembangunan di negara-negara berkembang dan memang pada saat itu negara-
maju seperti eropah sedang berpikir untuk melakukan perubahan-perubahan
didalam masyarakat berkembang melalui program- programnnya, sehingga

7
antropologi pendidikan berusaha menemukan pola budaya belajar masyarakat
yang dapat menciptakan suatu perubahan.

C. Kaitan antropologi dan Pendidikan

Antropologi adalah ilmu yang mengkaji manusia dan kebudayaannya,


antropologi terdiri dari atas antropologi fisik dan antropologi budaya. Antropologi
fisik mempelajari evolusi fisik manusia dan proses adaptasinya terhadap
lingkungan yang berbeda-beda. Antropologi budaya memfokuskan pada kajian
kebudayaan dulu sampai sekarang, kebudayaan dari masyarakat yang sederhana
sampai masyarakat yang sudah maju, dimana kebudayaan itu dikaji secara spesifik
dan unik, dalam artian juga antropologi yang menyadari keragaman budaya umat
manusia. Adanya perkembangan zaman yang semakin cepat, membutuhan waktu
yang banyak untuk dapat memahamai kebudayaan masyarakat yang dimiliki oleh
kelompok-kelompok sosial.untuk itu diperlukan metode-metode yang baru untuk
mempelajari kebudayan ini dan diperlukan kerja sama antara pendidik dan
antropolog untuk menganalisis dan mencari potensi-potensi kebudayaan yang
dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan zaman yang ada dan
memikirkan kesiapan sosial budaya masyarakat dalam menghadapi perubahan
sosial budaya. Antropologi pendidikan mulai berkembang pada pertengahan abad
20, dimana antropologi pendidikan berupaya untuk menemukan pola budaya
belajar didalam masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan yang
melakukan perubahan sosial budaya didalam masyarakat tersebut. Kajian pada
saat itu mengutarakan bahwa salah satu persoalan pembangunan di negara
berkembang adalah masalah budaya belajar, dimana lemahnya sumber daya
manusia di negara berkembang yang berakibat sulitnya masyarakat bertahan
hidup karena adanya krisis ekonomi, politik dan sosial budaya dalam kehidupan
(G. Spindler 1963 dalam Imran manan 1999 ) oleh karena itu perlu pengembangan
budaya belajar yang menyeluruh, perlu mengaitkan antara pola budaya belajar di
sekolah formal dengan pola budaya belajar yang dikembangkan oleh masyarakat
luas. Van Kemenade 1969 ( dalam Imran Manan 1999) mengemukakan bahwa
persolaan pendidikan buka hanya masalah pedagogis didaktis metodis tapi terkait
dengan kebijakan pendidikan yang dikembangkan oleh pengambil kebijakan
dalam suatu negara.
8
DAFTAR PUSTAKA

1.1 https://jurnal.uns.ac.id/habitus/article/download/20418/15848

1.2.https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/ijsse/article/
download/2718/2297

1.3 https://media.neliti.com/media/publications/54545-ID-pendidikan
multikultural-pengertian-prin.pdf

1.4.http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326892/pendidikan/Sosio
%20Antro%20Pend_Buku.pdf

1.5.http://sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/
ANTROPOLOGI%20PENDIDIKAN.pdf

1.6 https://jurnal.uns.ac.id/habitus/article/view/20418

Anda mungkin juga menyukai