Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEKNIK KIMIA

DOSEN PENGAMPU : ZULKIFLI, S.PD.I.,M.PD.

KONSEP MULTIKULTURAL

DISUSUN OLEH
SALFA SAHIYA PUTRI 202322008

JURUSAN TEKNIK KIMIA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI BONTANG
2
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia ilmu-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Multikultural”

Makalah ini membahas tentang penjelasan dari pengertian, bentuk dan nilai-nilai
multicultural ambil dari berbagai sumber untuk bertujuan memenuhi tugas matakuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Terimakasih kami ucapkan Bapak Zulkifli, S.Pd.I.,
M.Pd. selaku dosen pengampu matakuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atas
bimbingan yang telah diberikan dan kepada semua rekan yang membantu dalam penyelesaian
makalah ini karena, atas bantuan dan doa mereka semua saya bisa menyelesaikan makalah ini
tepat waktu dan dengan baik walapun masih saja mempunyai kesalahan – kesalahan yang tidak
luput dihindari.

Saya memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kritik dan
saran yang membangun sangat saya butuhkan guna perbaikan tugas dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Bontang, 18 September 2023

Salfa Sahiya Putri

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. PENGERTIAN MULTIKULTURAL 3
B. BENTUK-BENTUK MULTIKULTURAL 4
C. NILAI-NILAI MULTIKULTURAL 5
BAB III PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 6
DAFTAR PUSTAKA 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang multikultural terbesar didunia, kebenaran
dari pernyataan ini dapat dilihat dari sosiokultur maupun geografis yang begitu beragam
dan luas. Dengan jumlah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sekitar kurang lebih 13.000 pulau besar dan kecil, dan jumlah penduduk kurang lebih
200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hamper 200 bahasa yang
berbeda. Selain itu juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam,
Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu, serta berbagai macam
kepercayaan. Keragaman ini diakui atau tidak, akan dapat menimbulkan berbagai
macampersoalan seperti yang sekarang ini dihadapi bangsa ini. Seperti korupsi,
kolusi,nepotisme, premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan,
separatisme,perusakan lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu
menghargai hakhak orang lain adalah bentuk nyata dari multikulturalisme itu.

Pada sisi lain, pluralitas masyarakat sebagai salah satu ciri khas yang melekat pada
masyarakat Indonesia adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Dari
realitas tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia dilihat dari komposisinya
termasuk masyarakat multikultural. Kesadaran akan kondisi masyarakat 2 yang
multikultural ini sebenarnya sudah terbentuk sejak Negara ini terbentuk, bahkan
menjadi pola rancangan besar (grand design) lahirnya Negara Indonesia. Akan tetapi,
dalam perkembangannya multikulturalisme kembali menjadi konsep pendidikan yang
asing.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep multicultural?
2. Apa saja bentuk – bentuk konsep multikultural?
3. Apa saja nilai – nilai konsep multikultural?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa itu konsep multicultural
2. Untuk menjelaskan apa bentuk – bentuk konsep multikultural
3. Untuk menjelaskan apa nilai - nilai konsep multikultural

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Multikultural
Secara luas pengertian multikultural mencakup pengalaman yang membentuk
persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas
budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus. Dalam arti sempit Multikultural
secara etimologi berasal dari kata multi yang berarti banyak, dan kultur yang berarti
kebudayaan.
Ketika membahas multikultural atau studi budaya lainnya, maka konsep ethic
dan Emic akan selalu muncul. Ethic dan emic sebenarnya merupakan istilah
anthropologi yang dikembangkan Pike (1967). Istilah ini berasal dari kajian
anthropologi bahasa, yaitu Phonemics yang merupakan studi yang mempelajari
suara unik pada bahasa tertentu dan Phonetics atau studi yang mempelajari bunyi-
bunyian yang ditemukan pada semua bahasa (universal) pada semua budaya. Pike
memakai istilah Emic dan Ethic untuk menjelaskan dua sudut pandang dalam
mempelajari perilaku multikultural. Ethic adalah sudut pandang dalam mempelajari
budaya dari luar sistem budaya itu, dan merupakan pendekatan awal dalam
mempelajari suatu sistem budaya yang asing. Sedangkan emic sebagai sudut
pandang merupakan studi perilaku dari dalam sistem budaya tersebut (Segall, 1990).
Ethic adalah aspek kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya, emic
adalah aspek kehidupan yang muncul dan benar hanya pada satu budaya tertentu.
Jadi, Ethic menjelaskan universalitas suatu konsep kehidupan sedangkan emic
menjelaskan keunikan dari sebuah konsep budaya.
Adapun pandangan menurut para ahli mengenai multicultural sebagai berikut:
1. Menurut A. Rifai Harahap, Multikulturalisme mencakup gagasan, cara
pandang, kebijakan, penyikapan, dan tindakan oleh masyarakat sebuah negara
yang majemuk (terdiri dari beragam etnis, budaya, agama, dan lain-lain), tetapi

3
punya cita-cita bersama untuk mengembangkan semangat kebangsaan dan
punya kebanggaan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut.
2. Menurut Lawrence Blum, Multikultural mencakup pemahaman, penghargaan,
dan penilaian atas kebudayaan seseorang. Multikultural adalah suatu
penghormatan dan rasa ingin tahu tentang budaya dan etnis orang lain.
3. Menurut Azyumardi Azra, Multikulturalisme adalah pandangan dunia yang bisa
diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan budaya yang menekankan
penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural dalam
hidup bermasyarakat yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik.

Dari beberapa pendapat dan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa,


multikultural adalah beragam kebudayaan. Satu kultur atau kebudayaan itu sendiri
tidak lepas dari empat hal yaitu aliran agama, ras, suku, dan kebudayaan. Hal ini
menunjukkan bahwa diskusi multikultural tidak hanya terkait dengan perbedaan
budaya tetapi juga keberagaman agama, ras dan etnis.

B. Bentuk-Bentuk Multikultural
Menurut Parekh menjelaskan lima macam konsep multikulturalisme sebagai
pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam Politic of Recognition, yaitu
sebagai berikut:
1. Multikulturalisme Isolasionis yang mengacu kepada masyarakat dimana
berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat
dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif Adalah masyarakat plural yang memiliki kultur
dominan, kemudian membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi bagi
kebutuhan kultural kaum minoritas.
3. Multikulturalisme otomatis,yakni masyarakat plural dimana kelompok-
kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan

4
budaya dominan dan mengangankan kehidupan otonom dalam kerangka
politik yang secara kolektif dapat diterima. Kepedulian kelompok-kelompok
kultural terakhir ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang
memiliki cara hidup yang sama dengan kelompok dominan. Mereka
menentang kelompok kultural dominan dan berusaha menciptakan suatu
masyarakat dimana setiap kelompok dapat eksis sebagai mitra yang sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana
kelompok-kelompok tidak terlalu peduli dengan kehidupan kultural otonom,
tetapi lebih menuntut penciptaan kolektif yang mencerminkan dan
menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.
5. Multikulturalisme cosmopolitan, yakni paham yang berusaha menghapus
batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat
dimana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu. Sebaliknya,
mereka secara bebas terlibat dalam eksperimen-eksperimen interkultural dan
sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.

C. Nilai – Nilai Multikultural


Beberapa nilai multikultural yang ada sekurang-kurangnya terdapat indikator-
indikator sebagai berikut: belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling
percaya (mutualtrust), memelihara saling pengertian (mutual uderstanding),
menjunjung sikap saling menghargai (mutual respect), terbuka dalam berfikir,
apresiasi dan interdepedensi, resolusi konflik dan rekonsiliasi kekerasan.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mulltikultural adalah beragam kebudayaan. Satu kultur atau kebudayaan itu
sendiri tidak lepas dari empat hal yaitu aliran agama, ras, suku, dan kebudayaan.
Hal ini menunjukkan bahwa diskusi multikultural tidak hanya terkait dengan
perbedaan budaya tetapi juga keberagaman agama, ras dan etnis. Bentuk-bentuk
multicultural antara lain multikulturalisme isolanioni, multikulturalisme akomodatif,
multikulturalisme otomatos, multikulturalisme kritikal atau interaktif, dan
multikulturalisme cosmopolitan. Serta Nilai-nilai multicultural antara lain belajar
hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutualtrust), memelihara
saling pengertian (mutual uderstanding), menjunjung sikap saling menghargai
(mutual respect), terbuka dalam berfikir, apresiasi dan interdepedensi, resolusi
konflik dan rekonsiliasi kekerasan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih sangat jauh dari kata – kata sempurna, untuk
kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih focus dalam menerangkan penjelasan
mengenai materi makalah diatas dengan sumber – sumber yang lebih lengkap dan lebih
banyak lagi, serta tentunya bisa dipertanggung jawabkan.
Untuk saran yang akan kalian berikan kepada kami bisa berupa kritik kepada kami
agar guna untuk menyempurnakan makalah – makalah kami yang akan kami selesaikan
selanjutnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Malik, A. 2021. Pendidikan Multikultural Mataram Sanabil


Puspita, Y. 2018 Pentingnya Pendidikan Multikultural Universitas PGRI Palembang
Hal 285 – 291
Sakban A, Hafsah. 2018. Multikultural & Keberagaman Sosial Mataram Universitas
Muhammadiyah Mataram
Warto, Rejekinin T. 2022. Pemimpin Idaman dalam Masyarakat Multikultural Universitas
Sebelas
Maret Vol. SHes: Conference Series 5 Hal 247 – 255

Anda mungkin juga menyukai