Anda di halaman 1dari 23

SOSIO BUDAYA DASAR

MULTIKULTURALISME DAN KESEDERAJATAN

Kelompok 4

Kelas 1C

PENYUSUN :

NAMA : NIM

SUDARNI : P0714261211110

SULFIANI M : P0714261211111

FITRI RAMADANI : P0714261211088

HIMAYATURRAHMA : P0714261211089

DIAN AFITA : P0714261211086

POLTEKKES KEMANKES MAKASSAR

DIV TERAPI GIGI 2021/2022


Kata Pengantar

Assalamualaikum Warohmatullahu Wabarokatu

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya

sehingga makalah dengan berjudul perencanaan jangka panjang dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas sosial budaya dasar Selain itu,

penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang

multikulturalisme dan kesederajatan

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah

mendukung serta membantu penyelesaian makalah. berkat tugas yang diberikan ini,

dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak

kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan

ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap

adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah

ini.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatu

Makassar, 30 September 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………….ii

DAFTAR ISI …………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………….……..1

A. Latar belakang ……………………………………….………1

B. Rumusan masalah…………………………………..……......2

C. Tujuan…………………………………………………..........3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………3

1) Defenisi Multikulturalisme dan kesederajatan………….……3

2) Sejarah Multikulturalisme……………………………………7

3) Jenis Multikulturalisme………………………………………9

4) Multikulturalisme di Indonesia………………………….……10

5) Makna keberagaman dan kesederajatan…………….………..12

6) Unsur – unsur kebergaman dalam masyarakat……………….13

BAB III PENUTUP……………………………………………18

A. Kesimpulan……………………………….………………….18
B. saran …………………………………………………….......18

DAFTAER PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai macam bentuk

kelompok maupun agama. Multikultural itulah yang kita bicarakan. Berbagai macam

latar belakang yang terdapat dalam suatu subyek. Dengan demikian

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat tentunya tidak bisa

memisahkan hidupnya dengan orang lain, serta makhluk yang berbudaya yang dapat

mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan tatanan hidup yang bahagia dan

sistem kemasyarakatan yang terbentuk karena interaksi dan kepentingan antara satu

manusia dengan manusia lainnya.

Antar manusia pasti memiliki perbedaan, bahkan yang kembar identik pun pasti ada

celah perbedaannya. Perbedaan itulah yang pada akhirnya menimbulkan suatu

keragaman.

Keberagaman manusia yaitu manusia yang memiliki perbedaan. Perbedaan

tersebut ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan,

temperamen, dan hasrat. Selain individu, terdapat juga keragaman sosial. Jika

keragaman individu terletak pada perbedaan secara individu atau perorangan,

1
sedangkan keragaman sosial terletak pada keragaman dari masyarakat satu dengan

masyarakat lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Defenisi Multikulturalisme dan kesederajatan ?

2. Apa Sejarah Multikulturalisme ?

3. Apa Jenis Multikulturalisme ?

4. Apa Multikulturalisme di Indonesia ?

5. Apa Makna keberagaman dan kesederajatan ?

6. Apa Unsur – unsur kebergaman dalam masyarakat ?

C. TUJUAN PENULIS

1. Untuk mengetahui Defenisi Multikulturalisme dan kesederajatan

2. Untuk mengetahui Sejarah Multikult

3. Untuk mengetahui Jenis Multikulturalisme

4. Untuk mengetahui Makna keberagaman dan kesederajatan

5. Untuk mengetahui keberagaman dan kesederajatan

6, Untuk mengetahui Unsur – unsur kebergaman dalam masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Multikulturalisme dan kesederajatan

“Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian

dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan

penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat

dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai

pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi

Azra, 2007)[4]

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa

macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan

konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah,

adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several

cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of

the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis,

customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).[5]

3
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas

budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis

orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)[6]

Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan

baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay

2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)[7]

Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan

tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya,

agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat

kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan

kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).[8]

 Multikulturalisme adalah sebuah paham yang mengakui adanya perbedaan

dalamkesetaraan, biak secara individual maupun secara kelompok dalam

kerangka kebudayaan. Heterogenitas kekayaan Negara Indonesia ini

terekatkan dalam bhineka tunggal ika. Dengan kata lain, kekayaan budaya

dapat bertindak sebvagai factor pemersatu, yangsifatnya majemuk dan

dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan terbentuk dari

kebudayaan masyarakat yang lebih kecil. Sebagai sebuah konsep,

mutikulturalisme manjadi dasar bagi tumbuhnya masyarakatsipil yang

4
demokratis demi terwujudnya keteraturan sosial. Sehingga, bisa menjamin

rasaaman bagi masyarakat dan kelancaran tata kehidupan masyarakat

 Menurut Petter Wilson, Dia mengartikan multikulturalisme setelah melihat

peristiwa di Amerika, " Di Amerika, multikultural muncul karena kegagalan

pemimpin dalam mempersatukan orang Negro dengan orang Kulit Putih".

Dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa konsep multikultural

PetterWilson semata-mata merupakan kegagalan dalam mempersatukan

kelompok etnis tertentu. Kemudian masalah penghambatan proses integrasi

budaya ini berujung kepada gagalnya atau salahnya perspektif tentang sebuah

kesatuan budaya (Unikultural). Yang seharusnya tidak berarti kemajemukan

harus dipaksakan untuk menjadi satu, akan tetapi perbedaan itu haruslah

menjadi kekuatan untuk bersatu dan berjalan bersama, tanpa adanya

konflik.Adanya sebuah konsesus Neo Liberal yaitu datang berdasarkan pada

kepentingan ekonomi liberalisme. Juga menjadi faktor penghambat sebuah

integrasi bangsa

 Menurut Kenan Malik (1998), multikulturalisme merupakan produk dari

kegagalan politik di negara Barat pada tahun 1960-an. Kemudian gagalnya

perang Dingin tahun 1989, gagalnya dunia Marxisme kemudian gagalnya

gerakan LSM di asia tenggara yang menemukan konsep multikultural yang

sebenarnnya. Jalan keluar dari semua itu menurutnya adalah sebuah keadilan

yang masih berpegang pada keanekaragaman budaya yang sejati.

5
 “Multikulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai,

ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok

kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat

modern. Istilah multikultural juga sering digunakan untuk menggambarkan

kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu Negara

(diaasz.wordpress.com,2010:multikulturalisme).

 Sedangkan Multikultural atau keberagaman itu sendiri adalah berasal dari kata

ragam, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 920-921) arti ragam

dikaitkan dengan (1) tingkah; laku; ulah; (2) macam; jenis; dan

seterusnya.Sedangkan keragaman diartikan perihal beragam-ragam; berjenis-

jenis; perihal ragam-perihal jenis.Dengan demikian yang dimaksud

keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan

perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.

 Kesederajatan berasal dari kata sederajat: sama

tingkatan(pangkat,kedudukan). Kesederajatan dalam masyarakat adalah suatu

kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap

memilihsatu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki

 Kesederajatan/kesetaraan adalah gagasan bahwa manusia harus diperlakukan

sederajat dalam semua bidang institusional yang mempengaruhi kesempatan

hidup mereka: pendidikan, pekerjaan, konsumsi, akses sosial, relasi rumah

tangga dan sebagainya. Ada dua jenis kesetaraan yaitu kesetaraan hasil dan

6
kesetaraan kesempatan. Kesetaraan hasil yang menjadi fokus kajian adalah

bagaimana orang-orang akhirnya mendapatkan hasil yang sama untuk setiap

bidang. Penyetaraan hasil seperti digagas komunisme klasik Marxian, dimana

setiap anggota berhak mendapatkan hasil yang sama adalah sesuatu yang

absurd. Dalam lapangan sosial, kesetaraan hasil dalam versi apapun adalah

kontroversial. Karena alih-alih menciptakan kesamarataan, hal ini malah

memunculkan kesenjangan baru.

B. Sejarah Multikulturalisme

Berasal dari kata multi (plural) dan kultural (tentang budaya), multi-

kulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap realitas keragaman kultural, yang

berarti mencakup baik keberagaman tradisional seperti keberagaman suku, ras,

ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-bentuk kehidupan (subkultur) yang

terus bermunculan di setiap tahap sejarah kehidupan masyarakat. Istilah

multikulturalisme secara umum diterima secara positif oleh masyarakat Indonesia. Ini

tentu ada kaitannya dengan realitas masyarakat Indonesia yang majemuk.

Kemajemukan masyarakat Indonesia terlihat dari beberapa fakta berikut:

tersebar dalam kepulauan yang terdiri atas 13.667 pulau (meskipun tidak seluruhnya

berpenghuni), terbagi ke dalam 358 suku bangsa dan 200 subsuku bangsa, memeluk

beragam agama dan kepercayaan yang menurut statistik:

7
Islam 88,1%, Kristen dan Katolik 7,89%, Hindu 2,5%, Budha 1% dan yang lain 1%

(dengan catatan ada pula penduduk yang menganut keyakinan yang tidak termasuk

agama resmi pemerintah, namun di kartu tanda penduduk menyebut diri sebagai

pemeluk agama resmi pemerintah), dan riwayat kultural percampuran berbagai

macam pengaruh budaya, mulai dari kultur Nusantara asli, Hindu, Islam, Kristen, dan

juga Barat modern.

Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah

menjadi norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal zaman ke-

19. Monokulturalisme menghendaki beradanya kesatuan hukum budaya secara

normatif (istilah 'monokultural' juga bisa dipakai bagi menggambarkan homogenitas

yang belum terwujud (pre-existing homogeneity). Sementara itu, asimilasi yaitu

timbulnya hasrat bagi bersatu selang dua atau semakin kebudayaan yang berlainan

dengan prosedur mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta sebuah

kebudayaan baru.

Multikulturalisme mulai menjadi kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris

(English-speaking countries), yang dimulai di Afrika pada tahun 1999.[7] Kebijakan

ini belakang diadopsi oleh sebagian akbar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan

resmi, dan sebagai konsensus sosial di selang elit. Namun sebagian tahun belakang,

sejumlah negara Eropa, terutama Inggris dan Perancis, mulai mengubah kebijakan

mereka ke arah kebijakan multikulturalisme.[8] Pengubahan kebijakan tersebut juga

8
mulai menjadi subyek debat di Britania Raya dan Jerman, dan sebagian negara

lainnya.

C. Jenis Multikulturalisme

Jenis Multikulturalisme == Berbagai== macam pengertian dan kecenderungan

perkembangan pemikiran serta praktik multikulturalisme yang diungkapkan oleh para

pakar, membuat seorang tokoh bernama Parekh (1997:183-185) membedakan lima

macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian Parekh):

 Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana bermacam

kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam

interaksi yang hanya minimal satu sama lain.

 Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang mempunyai kultur

dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi

kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan

melaksanakan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif

secara kultural, dan memberikan kebebasan bagi kaum minoritas bagi

mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun

sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan.

Multikulturalisme ini dilaksanakan di sebagian negara Eropa.

 Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok

kutural utama berupaya mewujudkan kesetaraan (equality) dengan hukum

9
budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka

politik yang secara kolektif mampu diterima. Perhatian pokok-pokok kultural

ini yaitu bagi mempertahankan prosedur hidup mereka, yang mempunyai hak

yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok

dominan dan berupaya membuat suatu masyarakat dimana semua kelompok

mampu eksis sebagai mitra sejajar.

 Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana

kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan

kehidupan kultural otonom; tetapi semakin membentuk penciptaan kolektif

yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka.

 Multikulturalisme kosmopolitan, berupaya menghapus batas-batas kultural

sama sekali bagi membuat sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak

lagi terikat bagi hukum budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas sama

sekali terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus

mengembangkan kehidupan kultural masing-masing

D. Multikulturalisme di Indonesia

Masyarakat Indonesia yaitu masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang

sangat kompleks. Masyarakat dengan bermacam keanekaragaman tersebut diketahui

dengan istilah mayarakat multikultural. Jika kita mengenal masyarakat sebagai

sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bertugas sama sehingga

mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
10
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), karena itu pemikiran masyarakat

tersebut jika digabungkan dengan multikurtural mempunyai makna yang sangat luas

dan dibutuhkan pemahaman yang mendalam bagi bisa mengerti apa sebenarnya

masyarakat multikultural itu.

Multikultural bisa dirumuskan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu

kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural bisa

dirumuskan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu

tempat yang mempunyai kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu

membedakan selang satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap

masyarakat akan berproduksi kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri

khas bagi masyarakat tersebut.

Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Jumlah ruang lingkup tentang

multikulturalisme, selang lain multikulturalisme pada landasannya yaitu pandangan

dunia -yang belakang bisa dirumuskan dalam bermacam kebijakan kebudayaan- yang

menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan

multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme bisa juga

dipahamni sebagai pandangan dunia yang belakang diwujudkan dalam “politics of

recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum mengungkapkan bahwa

multikulturalisme meliputi suatu pemahaman, penghargaan dan penilaian atas hukum

budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang hukum budaya

etnis orang lain. Bermacam pengertian tentang multikulturalisme tersebut bisa


11
ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme yaitu tentang penerimaan dan

penghargaan terhadap suatu kebudayaan, berpihak kepada yang aci kebudayaan

sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan bagi saling

menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang berada di masyarakat. Apapun

bentuk suatu kebudayaan harus bisa diterima oleh setiap orang tanpa membeda-

bedakan selang satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.

Pada landasannya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia yaitu akibat dari

keadaan sosio-kultural maupun geografis yang begitu berbagai dan luas. Menurut

keadaan geografis, Indonesia mempunyai jumlah pulau dimana stiap pulau tersebut

dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari

masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan tentang masyarakat itu sendiri.

Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang jumlah sekali dan

beraneka ragam.

Dalam pemikiran multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan

masyarakat yang berdasarkan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu

kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam

pelaksanaannya masih terdapat bermacam hambatan yang menghalangi terbentuknya

multikulturalisme di masyarakat. Multikultural bisa terjadi di Indonesia karena: 1.

Letak geografis indonesia 2. perkawinancampur 3. Iklim

E.Makna keberagaman dan kesederajatan

12
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesi (KBBI) artinya adalah tingkah laku; macam, jenis; langgam; warna, corak;

laras, tata bahasa. Keragaman yang dimaksud adalah kondisi masyarakat di mana

terdapat perbedaan-perbedaan dalam erbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras,

agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi.

Kesederajatan berasal dari kata sederajat yang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) artinya adalah sama tingkatan (pangkat, keudukan). Dengan

demikian konteks kesederajatan di sini adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan

dan keberagaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dalam

satu tingkatan hirarki.

F. Unsur – unsur keberagaman dalam masyarakat

1. Suku Bangsa Dan Ras

Suku bangsa yang menempati wilayah di Indonesia dari Sabang sampai

Merauke sangat beragam. Sedngkan perbedaan ras muncul karena adanya

pngelompokan besar manusia yang memiliki cirri-ciri biologis maka lahirlah yang

sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata dan lain sebagainya. Di

Indonesia, terutama bagian barat termasuk ras Mongoloid Melayu Muda (Deutero

Malayan Mongoloid) dan bagian timur termasuk ras Austroloid. Sedngkan kelompok

terbesar yang tidak termasuk pribumi adalah golongan chia yang termasuk Astratic

Mongoloid.

13
Suku Jawa adalah yang terbesar di Indonesia sekitar 45% dari seluruh

populasi yang awalnya mendiami bagian tengah dan timur pulau Jawa. Suku Sunda

suku terbsar kedua sekitar 14% dari seluruh populasi yang awalnya meniami bagian

barat Jawa. Suku terbesar ketiga suku Madura sekitar 7,5% dari seluruh populasi

yang mendiami pulau Madura. Meskipun etnis tionghoa mewakili sebagian kecil dari

total populasi tapi mereka merupakan kekuatan ekonomi, mengoprasikan segala

mulai dari took kecil hingga bank-bank dan industry-industri di Indonesia. Etnis

tionghoa bisanya terbagi menjadi sua kelompok: Cina peranakan, biasanya memiliki

latar belakang Cina dan Indonesia, dan Cina totok, yang dianggap sebagai Cina murni

yang biasanya pendatang generasi pertama atau kedua dan memegang teguh

kebudayaan Cina.

2. Agama dan Keyakinan

Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.

Ikatan yang dimaksud bersal dari suatu kekuatan yan lebih tinggi dari manusia

sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun

mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari

(Harun Nasution: 10).

Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan

terperinci. Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk memberikan

14
definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun bentuk kepercayaan yang

dianggap sebagai agama, baik dalam agama primitive maupun agama monoteisme.

Menurut Robert H. Thouless.

Fakta menunjukan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa

sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. (psikologi agama: 14)

Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan

masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:

- Berfungsi edukatif: agama scara yuridis berfungsi menyuruh dan

melarang.

- Berfungsi penyelamat

- Berfungsi sebagai perdamaian

- Berfungsi sebagai social control

- Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas

- Berfungsi kreatif

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupak unsure penting dalam

kragaman bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya agama yang diakui di

Indonesia.

3. Ideologi dan politik

15
Ideologi adalah suatu idtilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh

kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara

tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Ideologi membatu untuk lebih

memperkuat landasan moral bagi sebuah tindakan. Politik mencakup baik antara

individu-individu dan kelopok untuk meperoleh kekuasaan, yang di gunakan oleh

pemenang bagi keuntungnya sendiri atas kerugian dari yang ditaklukan. Politik juga

bermakna sebagai usaha untuk menegakan ketertiban sosial.

Keragama masyarakat Indonesia dalam Ideologi dan politik dapat dilihat dari

banyaknya partai politik sejak berakhirnya orde lama. Meskipun pada dasarnya

Indonesia hanya mengakui satu ideologi, yaitu Pancasila yang benar-benar

mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia.

4. Tata krama

Tata krama yang dianggap dari Bahas Jawa yang brarti “adat sopan santun,

bsa-basi” pada dasarnya ialah tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan

cakap sesuai dengan kaidah atau norma tertentu.

Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan terdiri dari

aturan-aturan yang jika dipatuhi diharapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib

dan efektif di dalam masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki beragam

suku bangsa di mana setiap suku bangsa memiliki adat istiadat sendiri meskipun

karena adanya sosialisasi nilai dan norma secara turun-menurun dan

16
berkesinambungan dari generasi menyebabkan suatu masyarakat yang ada dalam

suatu suku bangsa yang sama akan memilki adat dan kesopanan yang relative sama.

5. Kesenjangan Ekonomi

Bagi sebagian Negara berkembang, perekonomian akan menjadi satu

perhatian yang terus ditingatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada di

golongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah

pemicu adanya kesenjangan yang tidak dapat dihindari lagi.

6.Kesenjangan Sosial

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan

bermacam tingkat, pangkat dan strata sosial yang hirarkis. Hal ini, dapat terlihat dan

dirasakan jelas dengan adanya penggolongan orang berdasarkan kasta.

Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial yang tidak saja dapat

menyakitkan, namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu,

bahkan bisa menjadi sebuah pemicu perang antar etnis atau suku.

17
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan

multikultural. Akan tetapi tentu, tidak cukup hanya sampai disitu. Bahwa suatu

keharusan agar setiap kesadaran akan adanya keberagaman, ditingkatkan lagi menjadi

apresiasi secara positif. Pemahaman ini yang disebut sebagai multikulturalisme.

Multikulturalisme (multiculturalisme)-meskipun berkaitan dan sering disamakan-

adalah kecenderungan yang berbeda dengan pluralisme. Multikulturalisme adalah

sebuah relasi pluralitas yang di dalamnya terdapat problem minoritas vs mayoritas,

yang di dalamnya ada perjuangan eksistensial bagi pengakuan, persamaan,

kesetaraan, dan keadilan. Multikulturalisme ini menjadi tantangan besar bagi bangsa

Indonesia untung tetap bersatu di tengah keberagaman. Masyarakat dituntut untuk

saling menghargai dan harus mampu bekerjasama dengan baik agar persatuan dan

kesatuan pun tetap terjalin.

B. SARAN

18
Bagi masyarakat Indonesia, yang harus selalu bersikap toleransi demi

berlangsungnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Penulis menganggap

bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat mendidik dan memotivasi sangat Penulis harapkan

demi perbaikan masalah selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://p2k.um-surabaya.ac.id/id1/3045-2942/Multibudaya_34385_p2k-um-

surabaya.html#Sejarah_Multikulturalisme

https://blogerkita15.blogspot.com/2016/12/multikulturalisme-dan-

kesederajatan.html?m=1

http://cerdassosiologi.blogspot.com/2016/12/multikulturalisme-kesederajatan.html?

m=1

https://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:jDAoGQllqf8J:https://

www.slideshare.net/iwalderakos/keberagaman-dan-kesederajatan-

71770380+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id

20

Anda mungkin juga menyukai