Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MULTIKULTURALISME DI ERA GLOBALISASI


Untuk Memenuhi Tugas 2 Ilmu Sosial Budaya Dasar

Disusun Oleh :

Mohammad Rizki Prayoga

Program Studi Ilmu Hukum


UNIVERSITAS TERBUKA
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang


sangat kopeks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah
mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka
konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat
luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya
masyarakat multikultural itu.Kesadaran penghormatan dan toleransi terhadap keberagaman
daan perbedaaan ini didasarkan pada peristiwa-peristiwa kelam dalam sejarah di Indonesia.
Melihat latar belakang sejarah Indonesia, jika dibandingkan dengan Amerika yang telah
mengembangkan multikulturalisme memiliki perbedaan. Sehinggga dalam hal ini, Moeslim
Abdurrahman berujar , bangsa ini bukan dibangun oleh imigran, namun dari suku-suku bangsa,
tetapi juga bukan seluruh suku bangsa yang lebih dari tiga ratus memiliki tempat yang sama
dalam proses membangun bangsa. Membincang persoalan tentang multikulturalisme bukan
hanya toleransi moral maupun kebersamaan pasif semata, melainkan kesediaan untuk
melindungi dan mengakui kesetaraan dan rasa persuader diantara sesama manusia, terlepas
darri perbedaan asal- usul etnis, keuakinan, kepercayaan dan agama yang dianut.
Multikulturalisme memandang identitas yang tidak pernah tunggal. Hal ini dapat dicontohkan
dalam kehidupan sehari – hari, dalam diri seseorang terdapat identitas kebangsaan.
Multikulturalisme dalam pandangan antropolog yang diungkapkan oleh Moeslim Abdurrahman,
Multikulturalisme sebagai hak untuk memperoleh representasi antropologis dalam
pembentukan bangsa.2 Selanjutnya menurut Moeslim Abdurrahman selama ini Indonesia tidak
memberi ruang representasi sama sekali terhadap suku-suku bangsa yang secara historis tidak
memiliki tokoh-tokoh Nasional. Moeslim Abdurrahman menegaskan isu multikulturalisme
sangat penting, karena merupakan bagaian abtraksi identitas yang diperluas untuk emansipasi
dan tidak hanya sekedar menerima fakta keragaman yang didasarkan pada pertimbangan alami
bahwa memang kenyataanya Tuhan membuat ciptaa-Nya beragam. Pasca tumbangnya Orde
Baru, pada zaman pemerintahan Soeharto tahun 1998, Indonesia mengalami proses transisi dari
corak otoriter menuju masyarakat sipil demokratis. Reformasi bergulir dengan cita-citanya yang
sangat tinggi. Inti dari citacita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, hukum
ditegakkan untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya
keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas
warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Multikulturalisme di era globalisasi Indonesia pada dasarnya, merupakan akibat dari kondisi

2
sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis,
Indonesia memiliki banyak pulau di mana setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia
yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan
mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang
sangat banyak dan beraneka ragam. Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat
bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu
kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam
pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang menghalangi terbentuknya
multikulturalisme di masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

Masyarakat multikulturalisme di era globalisasi dapat juga menimbulkan berbagai


masalah di bidang kebudayaan,misalnya :
- Kehilanganya budaya asli suatu daerah atau suatu negara
- Terjadinya erosi nilai-nilai dalam kebudayaan
- Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap bangsa sendiri
- Kehilangan sifat kekeluargaan dan gotong royong di masyarakat terkhusus di Indonesia
- Kehilangan rasa kepercayaan diri terhadap budaya bangsa sendiri
- Gaya hidup yang mengikuti kebarat-baratan

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbandingan antara konsep multikulturalisme dengan kesetaraan?

2. Apa saja contoh yang berkaitan dengan sosiologi dan budaya di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui perbandingan antara konsep multikulturalisme dengan kesetaraan


2. Contoh yang berkaitan dengan sosiologi dan budaya di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan antara konsep multikulturalisme dengan kesetaraan

Multikulturalisme adalah istilah untuk menggambarkan tentang pandangan yang


berkaitan dengan ragam kehidupan di dunia atau kebijakan kebudayaan yang menekankan
penerimaan tentang adanya keragaman, kebhinekaan, pluralitas, sebagai realitas utama
dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial- budaya, dan lain-lain.

Sedangkan, kesetaraan sendiri menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang
sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain. Jadi, multikulturalisme
dan kesetaraan itu harus saling berkaitan agar menghindari terjadinya kesenjangan sosial.
Apabila kondisi multikulturalisme bangsa tidak dibarengi dengan kesetaraan, maka akan
berpotensi terjadi diskriminasi sosial.

Globalisasi yang hadir sudah mulai bisa terasa sejak akhir abad ke-20, yang telah membuat
masyarakat dunia termasuk bangsa Indonesia untuk bersiap-siap menerima kenyataan
masuknya pengaruh budaya luar keseluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia. Salah satu
aspek yang dipengaruhi adalah aspek kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan ini bisa
diartikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh
warga masyarakat terhadap berbagai hal yang ada. Koentjaraningrat mengungkapkan

4
kebudayaan dapat didefinisikan sebagai wujud yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan
dan hasil kelakuan, dimana hal-hal tersebut berwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh
karena itu nilai-nilai ataupun persepsi yang berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, ialah apa yang ada dalam alam pikiran. Faktor yang berada dalam kejiwaan
manusia menjadi sangat penting artinya apabila kita disadari, bahwa perilaku manusia
sangat dipengaruhi oleh apa yang ada didalam alam pikiran orang itu sendiri. Sebagai salah
satu hasil dari pemikiran dan penemuan seseorang ialah kesenian, yang menjadi subsistem
dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia serta aspek kebudayaan merupakan salah satu
kekuatan bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk
keseniannya. Kesenian rakyat ialah salah satu dari kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak
luput dari dampak pengaruh globalisasi. Globalisasi yang ada dalam kebudayaan bisa dapat
berkembang dengan cepat, tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan
dalam memperoleh berita namun hal ini justru akan menjadi bumerang tersendi serta
menjadi masalah yang paling krusial atau sangat penting dalam globalisasi, ialah kenyataan
bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju dalam
teknologi, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Akibatnya, negara-negara
yang masihberkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus
globalisasi terutama dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi,sosial, budaya, dan
termasuk kesenian. Globalisasi ialah sebuah proses yang ditandai dengan sangat pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat mengubah dunia secara
mendasar dan cepat. Komunikasi dan transportasi internasional menghilangkan batas-batas
budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa yang cenderung mengarah kepada
globalisasi dan akan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia dengan
menyeluruh. Simon Kemoni (Sosiolog Kenya) mengungkapkan bahwa dalam proses terjadi
globalisasi, negara-negara harus memperkokoh dimensi budayanya dan memelihara
struktur nilai-nilainya supaya tidak dieliminasi oleh budaya asing yang masuk. Didalam
globalisasi, berbagai bangsa juga harus mendapatkan informasi ilmiah yang terntu
bermanfaat dan menambah pengalaman dunia pengetahuan. Terkait seni dan budaya,
seorang penulis yang berasal dari Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o mengatakan bahwa
perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melempar bom budaya
terhadap rakyat didunia. Mereka juga berusaha untuk menghancurkan tradisi serta bahasa
pribumi sehingga bangsa-bangsa yang terkena dampak budaya Amerika tersebut

5
kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya sendiri. Penulis Kenya ini
meyakini bahwa adanya budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dipaksakan
melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk lebih luas dan di namakan globalisasi.

2.2 Globalisasi dalam Kebudayaan Tradisional Indonesia

Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar
masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia
ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara telah mengalami
proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang
penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung
begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang
telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju
perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena
adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak
luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan
hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana
nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman
budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat
Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia
dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya
itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.

2.3 Perubahan Budaya dalam Globalisasi

Adanya perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, ialah


perubahan dari masyarakat tidak terbuka menjadi masyarakat yang lebih terbuka, nilai-
6
nilai yang bersifat homogen menjadi pluralisme nilai dan norma social merupakan
dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah dunia
secara mendasar dan mengeluruh. Komunikasi dan sarana transportasi internasional yang
ada telah menghilangkan batas-batas budaya di seluruh bangsa. Kebudayaan diseluruh
bangsa cenderung mengarah dirinya kepada globalisasi serta menjadi peradaban yang ada
dunia sehingga melibatkan secara menyeluruh manusia. Misalnya terkhusus dalam bidang
hiburan massa atau hiburan yang sifat masal, makna globalisasi sudah sedemikian terasa.
Sekarang ini juga setiap hari kita bisa melihat tayangan film di tv yang berasal dari
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, eropa dll melalui siaran stasiun
televisi di tanah air. Dan belum lagi siaran tv internasional yang bisa kita dapatkan
melalui parabola yang kmakin banyak digunakan masyarakat di Indonesia. Sementara
kesenian-kesenian populer lain ada yang tersaji dalam bentuk kaset, vcd, dan dvd yang
tentu saja berasal dari manca negara yang makin marak kehadirannya dan dapat kita
peroleh dengan mudah. Fakta yang ada memberikan bukti tentang negara-negara
penguasa teknologi mutakhir yang telah berhasil memegang kendali atas globalisasi
budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti ini harus mau tidak
mau akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan kesenian di negara kita. Kesenian
tradisional merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang ada dan perlu
dijaga kelestariannya untuk masa depan dan anak cucu kita. Semakin canggihnya
teknologi informasi seperti saat ini, kita telah banyak disuguhi oleh alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih banyak dan beragam, kemungkin lebih menarik jika
kita dibandingkan dengan kesenian tradisional yang ada. Dengan parabola masyarakat
dapat melihat berbagai siaran hiburan yang sifatnyabmendunia yang tentu saja berasal
dari berbagai belahan bumi lain. Kondisi ini juga yang mengharuskan mau tidak mau
membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia di dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang sarat dengan pemaknaan di dalam masyarakat Indonesia.
Misalnya bentuk ekspresi yang ada dalam kesenian etnis Indonesia, baik kesenian rakyat
maupun istana, akan selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian
Indonesia. Dengan adanya perubahan sosial yang telah hadir sebagai akibat dari proses
terjadinya industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, serta globalisasi informasi, maka
kesenian yang ada mulai bergeser ke arah kesenian yang komersial.

7
Kesenian yang bersifat ritual sudah mulai tersingkir dan kehilangan pamor
sertafungsinya. Sekalipun bukan berarti semua kesenian tradisional yang ada lenyap
begitu saja. Kemungkinan ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya,
bahkan dengan kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi.
Semakin pesatnya laju teknologi informasi serta teknologi komunikasi di dunia telah
menjadikan sarana difusi budaya yang sangat ampuh, sekaligus juga sebagai alternatif
pilihan hiburan yang sangat beragam bagi masyarakat luas. Tetapi akibatnya masyarakat
sudah tidak tertarik lagi menikmati seni pertunjukan tradisional yang padahal sebelumnya
sangat akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja pada kesenian tradisional wayang
golek, yang terjadi pagelaran wayang golek yang sekarang di adakan sepi seolah-olah tak
ada pengunjungnya. Hal seperti ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan
bentuk kesenian tradisional di Indonesia yang sarat dengan pesan-pesan moral, dan
menjadi salah satu agen untuk penanaman nilai-nilai moral yang baik. Di sisi lain, ada
juga beberapa seni pertunjukan yang masih tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan
fungsi keseniannya.
Ada juga kesenian yang bisa beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi yang sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat
Indonesia, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan oleh
kelompok Srimulat dan jadi tayang di layar kaca. Tapi kenyataan di atas menunjukkan
bahwa kesenian ketoprak memiliki penggemar tersendiri, terutama kesenian ketoprak
yang disajikan dalam bentuk siaran televisi,bukan lagi ketoprak panggung. Dari segi
bentuknya saja pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang
terbukti bisa beradaptasi dengan adanya perubahan zaman. Selain itu juga ketoprak masih
ada kesenian lainnya yang tetap bisa bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi
mutakhir yaitu wayang kulit. Ada beberapa dalang wayang kulit yang sangat terkenal
seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto masyarakat tetap senang dan meminta
pertunjukannya, dari kaset rekaman pementasannya, ataupun pertunjukannya secara
langsung. Kemantapan stasiun televisi Indosiar pada sejak beberapa tahun lalu yang
menayangkan wayang kulit setiap malam minggu sudah cukup sebagai bukti sangat
besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional Indonesia.
Museum Nasional tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti

8
kesenian wayang kulit dengan mengadakan sejumlah pagelaran wayang kulit tiap
beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan
sekali yang biasa diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

BAB III TUJUAN

1. Pengaruh globalisasi terhhadap budaya bangsa

Globalisasi pada saat ini telah menimbulkan pengaruh besar terhadap


perkembangan budaya bangsa Indonesia . Banyaknya arus informasi dan telekomunikasi
ternyata banyak menimbulkan kecenderungan yang tentu saja mengarah terhadap
memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya Indonesia. Perkembangan (Transportasi,
Telekomunikasi, dan Teknologi) 3T akibatnya berkurang keinginan untuk bisa
melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dahulunya ramah-tamah,
saling gotong royong serta sopan berganti dengan adanya budaya barat, misalnya
pergaulan bebas di kalangan remaja. Di Bandung (Jawa Barat) misalnya, duapuluh tahun
yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari jaipong
dan kecapi (alat musik khas sunda). Saat ini juga, teknologi sudah semakin maju, tapi
ironisnya kebudayaan-kebudayaan di daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat,
bahkan cuma bisa dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII)
saja. Padahal kebudayaan daerah itu, jika dikelola dengan baik selain dapat menjadi
tempat pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan banyak uang untuk pemerintah
baik pusat maupun daerahnya, bisa juga menjadi lahan untuk pekerjaan yang menjanjikan
bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini juga bentuk pengaruh globalisasi adalah dalam

9
pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga merupakan budaya yang
harus di lestarikan). Sudah sangat lazim di Indonesia untuk menyebut orang tua kedua
tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Beda dengan dibandingkan dengan kau
atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang mulai ada kecenderungan pada
kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta
seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita juga sering dengar anak
muda mengunakan yang bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris
seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan ada kata-kata makian (umpatan) biasanya
sering kita dengar di film-film barat, dan menjadi sering diucapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kata-kata yang disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan
sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Untuk gaya
berpakaian remaja Indonesia yang dahulunya menjunjung tinggi norma kesopanan
sekarang telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Adanya kecenderungan bagi
remaja putri di kota-kota besar menggunakan pakaian minim dan ketat yang
memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim dianut dari film-film dan
majalah-majalah luar negeri yang di jadikan transformasikan kedalam sinetron-sinetron
Indonesia .
Dengan derasnya arus informasi cukup cepat, yang juga ditandai dengan hadirnya
internet, ikut serta `menyumbang` perubahan bagi cara berpakaian. Jenis pakaian mini
dan ketat yang telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan
penyebaran kebudayaan Barat dengan meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi
yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Telah masuknya budaya
barat (yang di kemas dalam ilmu dan teknologi) terus diterima dengan `baik`. Namun
disisi inilah globalisasi telah merasuki dan merusak berbagai sistem nilai sosial dan
budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi
dan nilai-nilai ketimuran.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengaruh globalisasi menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan


bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia
perlahan-lahan mulai menghilang. Akibatnya teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang
diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada
akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Oleh karena itu, kita sebagai
generasi muda harus tetap melestarikan kebudayaan bangsa kita sendiri agar dalam era
globalisasi ini, kebudayaan kita tidak semakin menghilang.

11
3.2 Daftar Pustaka

1. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

2. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/

12

Anda mungkin juga menyukai