Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TUGAS 2

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


MULTIKULTURALISME DALAM ERA GLOBALISASI

NAMA : ABDULLOH SA'BANI

NIM : 045123923

UPBJJ UT : YOGYAKARTA

PROGAM STUDI : ILMU HUKUM S1


A. PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen. Artinya, bila kita melihat
masyarakat Indonesia dan membedahnya secara vertikal maka keberagaman dapat kita
lihat dari berbagai kelas sosial yang hidup berdampingan. Dalam bidang politik
keberagaman itu, dapat kita temukan adanya kelompok yang berkuasa dan yang tidak
memiliki kekuasaan, sedangkan jika masyarakat kita bedah secara horizontal maka
keberagaman lebih banyak ditunjukkan dari aspek budaya. Secara horizontal,
keberagaman terlihat dari adanya berbagai kelompok etnis, agama, atau jenis kelamin
yang harus hidup berdampingan dalam kesatuan unit politik, yaitu negara Indonesia.

Sepanjang sejarah pertumbuhan masyarakat Indonesia, kita dapat melihat, dan bahkan
mengalami bahwa hidup berdampingna dengan berbagai kelompok yang berbeda secara
budaya, ekonomi, dan politik tidaklah mudah. Banyak konflik yang terjadi di dalam
masyarakat kita yang melibatkan isu perbedaan identitas kelompok etnis, agama, atau
jenis kelamin. Sebut saja konflik-konflik sosial yang mengusung isu identitas kultural,
seperti Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, yang melibatkan kelompok etnis Tionghoa dan
kelompok pribumi, konflik antara kelompok etnis Dayak dan Madura di Kalimantan, atau
konflik di Maluku yang mengusung isu Kristen dan Islam. Bahkan, dalam banyak kasus,
tumpang tindihnya berbagai identitas, seperti orang Dayak, cenderung beragama Kristen
dan orang Madura sebagian besar beragama Islam, membuat masalah hubungan antara
kelompok menjadi semakin kompleks.

Seiring dengan hal tersebut, memasuki era globalisasi manakala batas-batas negara
dan kelompok semakin cair maka persoalan pertemuan berbagai kebudayaan yang
berbeda, akan semakin sulit untuk dihindari. Seperti yang diungkapkan oleh Samuel
Huntington bahwa dunia akan menghadapi perang peradaban. Menurutnya masa Pasca
Perang Dingin, perbedaan yang paling penting antara umat manusia bukan ideologi,
politik, atau ekonomi, melainkan perbedaan budaya. Hal ini juga membawa pengaruh
pada bentuk-bentuk konflik yang berbahaya, yang terjadi antarumat manusia bukan antara
kelas sosial, melainkan antara kelompok-kelompok budaya.

Kemajuan teknologi membuat semakin cairnya batas-batas negara sehingga justru


membuka ruang untuk pertemuan berbagai kebudayaan. Masalahnya pertemuan berbagai
kebudayaan ini, tidak selalu berjalan mulus, banyak perbedaan-perbedaan yang muncul
dipermukaan yang belum tentu dapat diterima kelompok lain. Disamping itu,
demokratisasi yang mengusung nilai-nilai kebebasan berekspresi, justru menjadi ladang
yang subur untuk tumbuhnya kesadaran-kesadaran kelompok budaya, baik itu etnis,
agama, maupun jenis kelamin.

Pada persimpanagan jalan inilah, konsep multikulturalisme menjadi penting untuk


dibahas dan dikaji, baik secara ilmiah maupun secara praktis dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa ahli, seperti Will Kymlicka, Bikhu Parekh, atau Parsudi Suparlan
memandang multikulturalisme sebagai jawaban untuk menjembatani pertemuan-
pertemuan budaya yang semakin marak dan tidak dapat dihindari.

B. PEMBAHASAN

1. Multikulturalisme Dalam Era Globalisasi


Secara umum multikulturalisme biasanya berhubungan dengan konsep etnisitas.
Menurut H.A.R. Tilaar, multikulturalisme pada masa modern, terutama dalam era
globalisasi, berbeda dengan multikulturalisme pada masa lalu. Multikulturalisme
modern di dalam era globalisasi bersifat terbuka dan melihat keluar.
Multikulturalisme tidak hanya berarti beragamanya kelompok etnis dalam sebuah
negara, tetapi juga seluruh kelompok etnis yang beragam di luar batas-batas negara,
termasuk di dalamnya perkembangan agama, isu gender, dan kesadaran kaum
marjinal. Bagaimana seseorang dapat memiliki kesadaran multikltur adalah hasil dari
perkembangan pribadi seseorang yang bangga terhadap budayanya, namun dapat
menghargai budaya lain dalam ikatan komunitas yang lebih luas. Kesadaran
multikultural berarti seseorang mempunyai kesadaran serta kebanggaan memiliki dan
mengembangkan budaya komunitasnya sendiri, namun demikian dia akan hidup
berdampingan secara damai, bahkan saling bekerja sama dan saling menghormati
dengan anggota kelompok lain yang berbeda budaya.
Dari definisi di atas, jelas terlihat jika kita berbicara tentang multikulturalisme
maka kita bicara tentang perbedaan yang ada dan selalu dihadapi oleh manusia dalam
kehidupannya dan dalam interaksi sehari-hari.
Perbedaan adalah suatu kenyataan yang hakiki, keitka manusia hidup dalam
lingkungan geografis dan mendapatkan sosialisasi, maupun memaknai interaksi dan
situasi yang dihadapinya secara berbeda. Kebudayaan adalah sutau produk berpikir
manusia yang menjadi acuan dalam bertindak dan menjalani kehidupannya, yang
pada akhirnya mampu membedakan antara manusia yang satu dengan lainnya.
Namun, kebudayaan juga sebagai unsur pemersatu antara manusia dengan manusia
lain yang kurang lebih memiliki sejarah, sosialisasi, dan hidup dalam lingkungan yang
kurang lebih sama.
Bhikhu Parekh menekankan bahwa ada beberapa hal yang menjadi faktor-faktor
kunci untuk memahami tentang multikulturalisme, yaitu :
a. Manusia dan kebudayaannya tidak dapat dipisahkan dalam artian bahwa manusia
tumbuh berkembang dan hidup dalam dunia yang terstruktur oleh budaya,
kemudian manusia mengatur hidup dan hubungan sosialnya dalam suatu
kerangka sistem makna tertentu, dan menempatkan identitas budaya sebagai
sesuatu yang bernilai dalam hidupnya.
b. Budaya yang berbeda juga menggambarkan sistem makna dan visi tentang hidup
yang baik, yang berbeda antara satu budaya dengan budaya yang lain. Artinya,
sulit menentukan apakah suatu budaya lebih baik dari pada budaya yang lain.
Setiap kebudayaan berhak untuk dihargai karena budaya itu berarti bagi
anggotanya dan budaya mencerminkan kekuatan kreatif. Tidak ada kenudayaan
yang sempurna dan berhak untk memaksa kebudayaan lain, sementara perubahan
budaya yang baik selalu datang dari komponen dalam budaya itu sendiri.
Menurut Anda, apakah kita dapat mengatakan bahwa orang-orang suku
pedalaman Papua lebih rendah dari pada orang-orang di Jawa karena makanan
poko mereka bukan beras? Padahal dengan hidup di pegunungan dan di tengah-
tengah hutan tidak mungkin padi bisa tumbuh dengan subur dan baik.
c. Pada dasarnya, hampir semua kebudayaan adalah plural, artinya kebudayaan
mencerminkan hasil interaksi yang terus-menerus antara beragam tradisi dan
berbagai cabang pemikiran. Sulit untuk menentukan sebuah kebudyaan yang
murni (sui generis). Kebudayaan tumbuh dan berkembang dari interaksi, baik
secara sadar maupun tidak sadar dengan kebudayaan lain. Sebagian
mendefinisikan identitas mereka dalam kerangka apa yang mereka pandang
sebagai sesuatu yang penting dan baik bagi mereka ( significant others ) dan
sedikitnya sebagian dari asal-muasalnya dapay dikatakan multikultur.
Contohnya, orang betawi yang saat ini dikatakan sebagai penduduk asli Jakarta.
Kebudayaan Betawi merupakan hasil interaksi antarberbagai kelompok budaya
yang hidup berdampingan dalam wilayah Batavia pada masa kolonial.
Konsep multikulturalisme menjadi penting dalam ruang ketika pertemuan-
pertemuan budaya tidak dapat dihindari. Ketidakmampuan untuk menerima
perbedaan dan keberagaman budaya secara sadar maupun tidak sadar dapat
menjerumuskan kita ke dalam praktik diskriminasi, bahkan dalam beberapa kasus
mengarah pada rasisme, bahkan konflik dengan kekerasan sampai dengan
genocide/ethnic cleansing ( pembunuhan seluruh anggota kelompok etnis tertentu
yang dilakukan oleh kelompok etnis lain ).

2. Perbandingan Antara Konsep Multikulturalisme Dengan Kesetaraan

Dalam pelaksanaan maka multikulturalisme tidak dapat dipisahkan dengan


negara, oleh karena itu berbagai cara dan model diperkenalkan oleh para ahli untuk
menjamin kesetaraan dalam masayarakat multikultur. Salah satu prinsip dalam
multikulturalisme adalah bagaimana menjamin kesetaraan. Kesetaraan tidak sama
dengan sama atau seragam untuk semua kelompok budaya yang hidup dalam
masyarakat. Contohnya Will Kymlica mengenalkan 3 prinsip dasar yang harus
diperhatikan, seperti, pemerintahan sendiri, terjaminnya hak-hak poiletnis, dan prinsip
keterwakilan dalam ruang-ruang politik, ekonomi, hukum. Tokoh lain Bhikhu parekh,
juga mengenalkan 3 model, seperti proceduralist, civic assimiliationist, dan millet
model.

Menjamin kesetaraan tidaklah mudah apalagi menerapkan multikulturalisme


dalam suatu masyarakat, walaupun multikulturalisme mungkin sebuah jawaban untuk
menjembatani perbedaan budaya dalam masyarakat. Salah satu tokoh Anne Philips,
mengungkapkan beberapa hal yang perlu dijadikan titik perhatian dalam menerapkan
multikulturalisme, seperti melemahnya identitas nasional, orang semakin fokus pada
perbedaan kelompok bukan pada kesamaan, solidaritas sosial terhadap kelompok
yang berbeda cenderung lemah.

Masyarakat multikultural harus selalu mencari cara untuk menyatukan tuntutan-


tuntutan terhadap kesatuan dan keberagaman, mencapai kesatuan politik, tetapi tanpa
adanya penyeragaman budaya, menjadi inklusif tanpa melakukan asimilasi, mencari
unsur-unsur rasa memiliki bersama dengan menghargai perbedaan kultural yang
mereka miliki dan mensyukuri identitas budaya yang beragam, tanpa melemahkan
identitas bersama sebagai warga negara.

3. Contoh multikultualisme dengan kesetaraan yang berkaitan dengan Sosiologi


dan Budaya Indonesia

Pernyataan yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang


beragam memang sangatlah tepat. Sebagai bangsa yang besar, seperti jumlah
penduduk yang sangat banyak, kekayaan alam yang melimpah, wilayah yang sangat
luas, serta kekayaan budaya dan bahasa yang sanagat beragam, Indonesia memiliki
potensi yang sangat besar dan sekaligus juga memiliki permasalahan yang besar pula.
Artinya Indonesia disamping besar potensi positifnya, besar pula potensi negatif atau
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar didunia yang sangat plurar, baik ditinjau dari segi agama, ras, suku, adat-
istiadat, seni dan budaya. Berdasarkan kenyataan ini, di Indonesia sangat rentang
terjadi knflik antar sama warga negara yang mendasari perbedaan tersebut.

Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, realitas kehidupan berbangsa dan


bernegara telah mengalami pasang surut yang melelahkan dan menguras tenaga.
Polemik Natsir-Soekarno pada masa pra kemerdekaan, tentang hubungan agama dan
negara adalah salah satu contoh nyata sebagai sebuah realitas sejarah bangsa ini
(Suhelmi:1999). Polemik tersebut telah merefleksikan pencarian bentuk jati diri
bangsa yang merupakan pertarungan ideologis antar kubu nasional sekuler dan kubu
Islam politik yang sampai saat ini masih menjadi perbincangan yang sering muncul
dimana-mana. Konflik bisa saja terjadi karena perbedaan pandangan antara dua atau
lebih kelompok masyarakat di suatu wilayah. Beberapa kinflik mengerikan yang
pernah terjadi di Indonesia karena disebabkan perbedaan pandangan, yaitu :

1. Tragedi Sampit pada tahun 2001.


Tahun 2001 adalah salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia terutama di daerah
Sampit. Tragedi Sampit adalaha kerusuhan yang amat mengerikan yang
melibatkan suku Dayak dan suku Madura. Tercatat 500 orang tewas dan 100
orang diantaranya mengalami pemenggalan kepala.
2. Konflik antar agama di Ambon tahun 1999.
Konflik ini awalnya dianggap sebagai konflik biasa. Namun muncul sebuah
dugaan jika ada pihak yang sengaja merencanakan dengan memanfaatkan isu yang
ada. Selain itu ABRI juga tak bisa menangani dengan baik, bahkan diduga sengaja
melakukannya agar konflik terus berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya.
Kerusuhan yang terjadi di Ambon membuat kerukunan antar umat beragama di
Indonesia jadi memanas hingga waktu yang cukup lama.
3. Konflik antar etnis pada tahun 1998.
Konflik ini diawali oleh krisis moneter yang mengakibatkan sendi-sendi negara
lumpuh dan meluas sehingga berubah menjadi konflik antar etnis Pribumi dan
etnis Tionghoa, konflik ini mengakibatkan banyak aset-aset Tionghoa dijarah dan
dibakar. Selain itu, juga banyak laporan yang menyatakan telah terjadi pelecehan
seksual dan pembunuhan pun tak bisa dihindari. Konflik antar etnis ini benar-
benar menjadikan Indonesia seperti lautan darah.
4. Konflik antar golongan dan pemerintah ( GAM, RMS dan OPM ).
Konflik antar golongan memang sering terjadi di Indonesia, namun yang paling
parah adalah perlawanan GAM terhadap pemerintah yang akhirnya dibawa ke
dunia Internasional. Konflik ini terjadi didasari atas keinginan memerdekakan diri
dari negara Indonesia. Sayangya pemerintah tidak mengedepankan dialog,
sehingga operasi militer pun akhirnya diberlakukan oleh pemerintah selama
bertahun-tahun dan telah memakan banyak korban. Konflik ini akhirnya mereda
setelah terjadi kesepakatan, yang menjadikan Aceh sebagai daerah dengan
otonomi khusus.

Berdasarkan uraian di atas, dirasa pentingya pengamalan paham multikultural


sebagai sebuah konsep atau pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun
ada interest politik, sosial, ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya.
Penyebab multikulturalisme dalam kerangka politik multikulturalisme, Kymlicka
mengemukakan terdapat dua aspek munculnya multikulturalisme, yakni migrasi yang
masuk ke suatu daerah dan adanya kebanggaan sebagai minoritas. Aspek pertama
dialami oleh negara-negara tujuan immigran dalam studi kasus yang diteliti pada
negara Amerikat Serikat, Kanada, dan Australia. Sedangkan aspek kedua lebih
bersifat pada unsur identitas yang dimiliki oleh individu yang dirasa lebih kuat dari
pada rasa nasionalismenya. (Kymlicka 2011).

Pada dasarnya semua bangsa di dunia bersifat multikultural. Adanya masyarakat


multikultural memberikan nilai tambah bagi bangsa tersebut. Keragaman ras, etnis,
suku ataupun agama menjadi karakteristik tersendiri, sebagaimana bangsa Indonesia
yang unik dan rumit karena kemajemukan suku bangsa, agama, bangsa maupun ras.
Masyarakat multikultural Indonesia adalah sebuah masyarakat yang berdasarkan pada
ideologi multikulturalisme atau Bhinneka Tunggal Ika yang multikultural, yang
melandasi corak struktur masyarakat Indonesia pada tingkat nasional dan lokal.

Faktor-faktor penyebab timbulnya masyarakat yang multikultural adalah keadaan


geografis, pengaruh kebudayaan asing, perkawinan campur dan juga iklim yang
berbeda. Indonesia, sebagai sebuah negara yang kaya akan khazanah budaya. Dilihat
dari keadaan geografis Indonesia, terdapat beribu-ribu pulau berjajar dari ujung Barat
sampai ujung Timur, mulai dari Sumatra hingga Papua. Setiap pulau memiliki suku
bangsa, etnis, agama dan ras masing-masing. Dilihat dari pengaruh kebudayaan asing,
seperti masuknya etnis Cina, Arab dan maupun India dan turun menurun membuat
masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan

Yang berbeda dan juga cara pandang hidup pula. Sementara iu, iklim atau cucaca
yang berbeda di Indonesia membuat kebiasaan masyarakat untuk bercocok tanam
berbeda-beda. Keadaan inilah yang menjadikan masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat multikultural

Menurut saya, salah satu cara terbaik untuk merespon multikulturalisme agar
dapat berjalan dengan baik di Indonesia adalah dengan menjadikan Sekolah-sekolah
sampai tingkat Universias sebagai pusat sosialisasi dan pembudayaan nilai-nilai yang
dicita-citakan ini atau dapat tersebut dengan pendidikan multikulturalisme. Inti dari
multikulturalisme adalah toleransi yang diperuntukkan untuk kepentingan bersama
dan menghargai kepercayaan serta interaksi dengan setiap anggota masyarakat serta.
Menumbuhkan sikap saling menghargai tanpa membedakan kelompok-kelompok
seperti gender, etnis, ras, buda, strata sosial dan agama.

Adapun beberapa pendekatan lainnya dalam proses pendidikan multikulturalisme,


yaitu :

a. Mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep


mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu.
Contoh : guru-guru bekerja ke dalam kurikulum mereka dengan membatasi fakta
tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Di samping itu,
rancangan pembelajaran dan unit pembelajarannya tidak dirubah. Dengan
beberapa pendekatan, guru menambah beberapa unit atau topik secara khusus
yang berkaitan dengan materi multikultural.
b. Membawa siswa untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata
pelajaran ( disiplin ).
Contoh : para guru membantu siswa untuk memahami bebrapa perspektif dan
merumuskan kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang
mereka miliki.
c. Menyesualkan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka
memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya
ataupun sosial.
Contoh : ketika anak-anak masuk sekolah dengan perilaku negatif dan memiliki
kesalahpahaman terhadap ras atau etnik yang berbeda dan kelompok etnik
lainnya, pendidikan dapat membantu siswa mengembangkan perilaku intergroup
yang lebih positif, penyediaan kondisi yang mapan dan pasti.
d. Mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menetukan metode pengajaran
mereka.
Contoh : membentuk aktifitas belajar dengan basis kerjasama (cooperative
learning), dan bukan dengan cara-cara yang kompetitif (competition learning).
Dimensi ini juga menyangkut pendidikan yang dirancang untuk membentuk
lingkungan sekolah, menjadi banyak jenis kelompok, ermasuk kelompok etnik,
wanita, dan para pelajar dengan kebutuhan khusus yang akan memberikan
pengalaman pendidikan persamaan hak dan persamaan memperoleh kesempata
belajar.
e. Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture
dan social structure).
Contoh : dalam melaksanakan praktik kelompok siswa diajarakan bagaimana
merespon berbagai perbedaan yang ada di sekolah mengenai iklim sosial, latihan-
latihan, partisipasi eksra kurikuler dan penghargaan.

C. KESIMPULAN

Multikultuarlisme adalah sebuah konsep yang penting pada perkembangan


masayrakat Indonesia setelah masa kolonial. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia terdiri dari beragam budaya yang harus hidup berdampingan dalam satu
kesatuan unit politik, yaitu negara. Untuk memahami multikulturalisme kita perlu
memahami perbedaannya dengan konsep pluralisme karena dalam sehari-hari konsep
multikultur dan plural digunakan secara tumpang tindih.

Multikulturalisme adala sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan


perbedaan, yang mencakup perbedaan-perbedaan individual dan perbedaan secara
budaya. Multikulturalisme menjadi acuan keyakinan untuk terwujudnya pluralisme
budaya, dan terutama memperjuangkan kesamaan hak dari berbagai golongan minoritas
baik secara hukum maupun secara sosial.

Masyarakat multikultural harus selalu mencari cara untuk menyatukan tuntutan-


tuntutan terhadap kesatuan dan keberagaman, mencapai kesayuran politik, tetapi tanpa
adanya penyeragaman budaya, menjadi inklusif tanpa melakukan asimilasi, mencari
unsur-unsur rasa memiliki bersama dengan menghargai perbedaan kultural yang mereka
miliki dan mensyukuri identitas budaya yang beragam, tanpa melemahkan identitas
bersama sebagai warga negara.

Anda mungkin juga menyukai