KLOMPOK VI :
M. Rendy M.R
Ferdiand Arif M
Ilham Akbar S
Diah Permata Sari
Tiara Margaretha
M. Rizqi Awaludin
(125524007)
(125525013)
(125524021)
(125524931)
(125524040)
(125524009)
2013
A. Pendahuluan
Keragaman dapat diartikan dengan suatu hal yang banyak
macamnya, beda atara satu dan sifatnya tidak tunggal. Sedangkan
kesetaraan dapat diartikan sebagai sama,tidak Berbeda atau sederajat.
Ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk menggambarkan
masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya, yaitu pluralitas
(plurality),
keragaman
(diversity),
dan
multikultural
(multicultural).
perbedaan, bahkan konsep ini juga mampu menjembatani perbedaaperbedaan yang muncul dari kemajemukan.
Dibandingkan dengan konsep terdahulu, multikulturalisme sebenarnya
relatif baru. Menurut Bhiku Parekh (seperti dikutip oleh Siswarini dan
Kasijanto), baru sekitar 1970-an gerakan multikultural muncul pertama kali di
Kanada dan Australia, kemudian di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan
negara lain. Secara konseptual terdapat perbedaan signifikan antara pluralitas,
keragaman dan multikultural. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan
menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan
perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa maupun agama.
Menurut Suparlan, seperti dikutip oleh Siswarini dan Kasijanto
(2003), multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaanperbedaan individual atau perorang dan perbedaan budaya. Perbedaan budaya
mendorong upaya terwujudnya keanekaragaman atau pluralisme budaya
sebagai corak kehidupan masyarakat yang mempunyai keanekaragaman
kebudayaan, yaitu yang saling memahami dan menghormati kebudayaankebudayaan dari mereka yang tergolong sebagai kelompok minoritas.
Dalam pengertian multikulturalisme, sebuah masyarakat bangsa
dilihat sebagai memiliki sebuah kebudayaan yang utama dan berlaku umum
(mainstream).
Model
kulturalisme
ini
bertentangan
dengan
model
yang
berbeda-beda.
Dalam
masyarakat
multibudaya
atau
ras dan antar golongan (SARA). Ada juga David C. Korten (1993) juga
mengemukakan ramalan bahwa ada bukti kuat sifat tindak kekerasan yang
terorganisir sedang berubah. Perang konvensional yang menghadapkan
tentara suatu negara melawan tentara negara lain, kini dengan cepat akan
menjadi suatu keanehan historis saja. Dalam peperangan kontemporer
semakin banyak perkelahian terjadi antara fraksi-fraksi agama, etnis, dan
politik yang memiliki batas negara dan kebangsaan yang sama.
Huntington mengemukakan enam alasan mengapa di masa mendatang
akan terjadi benturan antara perbedaan yaitu : (1) perbedaan antara peradaban
tidak hanya riil, tetapi juga mendasar; (2) dunia sekarang semakin meyempit;
(3) adanya proses modernisasi ekonomi dan sosial dunia; (4) tumbuhnya
kesadaran peradaban dimungkinkan karena peran ganda Barat; (5)
karakteristik dan perbedaan budaya kurang bisa berkompromi dibanding
karakteristik dan perbedaan sosial politik dan ekonomi; (6) regionalisme
ekonomi semakin meningkat.
Asumsi tersebut menimbulkan kontroversi di kalangan pengamat dan
pakar politi, ekonomi, maupun budaya, ada yang menolak pendapat
Huntington karena menurutnya dengan berakhirnya perang dingin yang
terjadi bukanlah pengelompokan masyarakat, tetapi justru perpecahan menuju
entitas yang lebih kecil lagi, serta menurut Donal K.Emerson memandang
bahwa kategorisasi dan polarisasi Huntington tidak mewakili ketegangan
antar perbedaan di dunia, yang hanya menyoroti kemungkinan semakin
parahnya ketegangan perbedaan Barat dan Islam.
B. Memahami Masyarakat Multikultural
Pemahaman terhadap multikulturalisme sendiri sebenarnya tidak dapat
dilepaskan dari pengertian kebudayaan. Karena kata kebudayaan itulah, yang
menjadi
kunci
pemahaman
konsep
multikulturalisme.
Kebudayaan
sifatnya majemuk dan dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila bukan
terbentuk dari kebudayaan masyarakat yang lebih kecil. Sebagai sebuah
konsep, multikulturalisme menjadi dasar bagi tumbuhnya masyarakat sipil
yang demokratis demi terwujudnya keteraturan sosial. Sehingga, bisa
menjamin rasa aman bagi masyarakat dan kelancaran tata kehidupan
masyarakat. Melihat kemajemukan Indonesia yang begituluasnya terdiri
dari sedikitnya 500 suku bangsa, maka multikulturalisme hendaknya tidak
hanya sekadar retorika, tetapi harus diperjuangkan sebagai landasan bagi
tumbuh dan tegaknya proses demokrasi, pengakuan hak asasi manusia, dan
akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus dilakukan
jika melihat berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air,
beberapa waktu lalu. Konflik itu mengindikasikan belum tuntasnya
pembentukan masyarakat multikultural di Indonesia. Munculnya konflik antar
suku, misalnya, menunjukkan belum dipahaminya prinsip multikulturalisme
yang mengakui perbedaan dalam kesetaraan. Penanaman nilai-nilai
kesetaraan dalam perbedaan itulah yang senantiasa dilakukan secara aktif
baik oleh tokoh masyarakat, tokoh partai, maupun lembaga swadaya
masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa bangsa Indonesia
merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam kebudayaan harus menjadi
bagian tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesetaraan
setiap warga masyarakat dan dijaminnya hak masyarakat tradisional
merupakan unsur dasar dari prinsip demokrasi, yang terkandung pengakuan
terhadap kesetaraan dan toleransi terhadap perbedaan dalam kemajemukan.
C. Pluralitas Masyarakat Indonesia
Dalam skala lokal, Indonesia yang merupakan bagian dari dunia
global mengalami gejala pluralis etnis, agama, dan budaya. Indonesia sebagai
negara bangsa yang mempunyai karakteristik yang unik (Sunyoto
Usman,1992), yaitu merupakan negara yang pluralistic dilihat baik secara
vertikal maupun horizontal. Secara vertikal sruktur masyarakat Indonesia
ditandai oleh adanya polarisasi social berdasarkan kekuatan ekonomi dan
politik. Kontras demikian akan menempatkan dua kelompok masyarakat
seolah-olah dalam posisi saling berhadap-hadapan secara antagonistic.
masing-masing mengembangkan bahasa dan identitas kultural yang berbedabeda. Skinner menyebutkan adanya lebih dari 35 sukubangsa di Indonesia,
masing-masing dengan bahasa dan adat yang tidak sama.
Sementara itu, menurut Suprlan (2001) arti lambang negara Bhineka
Tunggal Ika atau berbeda-beda namun tetap satu juga, mencerminkan
kenyataan aktual dari masyarakat Indonesia. Indonesia terdiri atas 500
sukubangsa, yang masing-masing mempunyai jati dii sukubangsa dan
kebudayaan dan meng-haki wilayah tempat hidup mereka. Anggota-anggota
dari setiap masyarakat sukubangsa hidup dalam komunitas-komunitas yang
pada dasarnya homogeny dengan masing-masing jatidiri sukubangsa dan
jatidiri budayanya di dalam batas-batas wilayah sendiri. Di tanah air sendiri
masyarakat sukubangsa setempat dengan kebudayaannya adalah dominan,
yang berfungsi sebagai seperangkat system acuan dalam mempedomani
anggota-anggota komunitas di dalam kegiatan-kegiatan setiap hari dan di
dalam cara mereka melihat dan memahami dunia sekeliling mereka dimana
mereka menjadi bagian dari dunia tersebut.
Letak Indonesia yang strategis yang berada diantara dua samudera,
yaitu Samudera Indonesia
Berkurangnya
daya
dukung
lingkungan
bagi
Ketidaktegasan
aparat
keamanan
(polisi)
terhadap
dan Dayak.
Januari 200, disebabkan oleh provokasi dari para elit politik tertentu yang
menyebabkan terjadinya kerusuhan di wilayah tersebut, sebagai dampak
dari fanatisme agama pemeluknya. Secara terbuka, sebenarnya rivalitas
konflik berdimensi agama terjadi antara pemeluk Islam dan Hindu, tetapi
dalam kehidupan sehari-hari di Mataram pemeluk agama Hindu mamou
mengemas pola penyebaran agamanya secara rapi dan tidak mencolok,
sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak mayoritas.
Sementara penyebaran agama Kristen dianggap sangat agresif,
dengan penonjolan pembangunan rumah-rumah ibadah di pusat-pusat
kota, yang menimbulkan kebencian mayoritas Islam terhadapnya. Kondisi
ini diperparah oleh adanya kesenjangan ekonomi antara penduduk local
yang umumnya muslim dan kaum pendatang yang umumnya nasrani.
Serta konflik ini juga turut dipercepat oleh ketidaksiapan aparat keamanan
dalam mengamankan acara Tabliq Akbar tanggal 17 Januari 2000,
disamping itu kerusuhan di Mataram juga dipicu atau disulut oleh seorang
penceramah yang memprovokasi massa pada acara Tabliq Akbar tersebut.
MATRIK PERBANDINGAN ANATOMI KONFLIK SAMBAS, KUPANG
DAN
MATARAM
PEMICUNYA)
(AKAR
MASALAH,
AKSELERATOR,
DAN
KATEGORI
KUPANG
TENGGARA
Sumber
Masalah
TIMUR)
Rivalitas
TENGGARA
BARAT)
sumber Provokasi
ekonomi
antara
pendatang
dan
penduduk asli.
Pengangguran
penduduk asli yang
tinggi.
Kemiskinan
penduduk asli yang
hampir 60%.
Ketimpangan modal
antara
KALIMANTAN
penduduk
asli
terhadap
BARAT)
para
Konflik cultural antara
provokator
dari
etnik Dayak yang sudah
luar dan dari NTB
ber-langsung lama.
pada
Aksi
Akumulasi
tindakan
Solidaritas untuk
kekerasan
antar-etnik
kasus Ambon.
Konflik elit pusat Madura dengan Melayu
Dayak.
yang berimbas ke
Hubungan
antar-etnik
daerah.
Fanatisme kehidupan lebih berwujud rivalitas
dan konflik.
di satu sisi, di sisi
lain
ada
gejala
agama
lain
melakukan
agresivitas
penyebaran agama.
Berlarut-larutnya
pendatang.
konflik Ambon
Maluku.
Akselerator Pertarungan
etnik Penarikan
Berkurangnya
Pamswakarsa
sejarah
(Pasukan Amphibi)
NTT.
Politisasi
social
untuk
Persaingan agama
mengamankan
dalam
perebutan
kekuasaan
di Mataram.
Masalah keamanan, Kesenjangan sosial
kriminalitas dan
ekonomi
daya
tanah
tercemar,
hutan
penebangan
(HPH)
merugikan
lokal,
yang
krisis
yang
masyarakat
ekonomi
perkelahian
khususnya
antara
sumberpendatang dengan Pergeseran
sumber ekonomi vital di
penduduk asli.
pemuda
(premanisme)
Masalah pengungsi Perubahan kebijakan
sambas
kepada
di tubuh TNI
pendatang
(terutama
diatasi,
memicu
Polri
penduduk
yang
konflik
dengan
penduduk asli.
Tidak
siapnya
aparat
mengakibatkan
beragama islam).
Segregasi
pemukiman
saling
lempar
antara penduduk asli dan
tanggungjawab
keamanan
SARA
rapuh
di
Indonesia
menyebabkan
longgarnya
hubungan
dan
Polri
sosial
bukan
ke
dalam menghadapi
prasangka
ancaman
lebih
luar
dan
pemimpin
formal
(baik
tinggi
maupun
informal)
Pola
pemukiman
yang
atas
dengan
aparat
(polisi)
premanisme,
yang
pengelompokan
etnis,
keamanan
terhadap
dan
(kecurigaan)
dibandingkan
kerusuhan massa.
Tersumbatnya jalur harmonisasi.
komunikasi antara Ketidaktegasan
masyarakat
ditingkat nasional
dan lokal.
TNI
rias
dan
dalam
menangani
konflik antaretnik.
Ketidakpastian penegak
khususnya antara
hukum atau hukum tidak
warga Hindu-Bali
ditegakkan sebagaimana
dan Muslim Sasak,
mestinya.
berkaitan dengan Politisasi etnik dalam
golongan,
rivalitas
keagamaan
yang
borokrasi lokal.
panjang.
Pemicu atau Acara perkabungan Munculnya seorang
Tindak
kekerasan:
Penyulut
yang
berubah penceramah
penganiayaan
dan
menjadi
anarki berinisial IS yang
pembunuhan
etnik
massa
dan membuat suasana
Madura terhadap etnik
kerusuhan
Tabliq
Akbar
Isu
pembakaran menjadi panas dan Melayu dan Dayak.
Kemungkinan
adanya
gereja dan masjid gaduh, karena isi
provokasi.
(Provokator)
ceramahnya
Peranan media masa
Kerusuhan ketapang
cenderung
dalam
pemberitaan
yang menyebar ke
memprovokasi.
kerusuhan
yang
Kupang dengan Tidak
dimuatnya
cenderung
provokatif,
isu-isu
yang surat balasan pihak
tidak
imbang
yang
menyesatkan.
gereja atas surat
memicu
spirit
atas
ancaman terhadap
konflik lebih lanjut.
nasrani yang tidak Penyebaran isu melalui
mendukung acara telepon genggam atas
tabliq akbar.
perkembangan
situasi
daya adalah pendatang; (4) Para pendatang berbeda suku, agama, dan ras; (5)
Etnosentrisme dan aksklusivisme.
Kondisi-kondisi sosial-budaya sekunder ini dapat mengenai sistem politik
lokal dan nasional, kebijakan pembangunan, sistem budaya nasional, dan
sebagainya, yang sepintas lalu tidak tampak kaitannya dengan konflik dan
kerusuhan yang terjadi, tetapi sebenarnya memberikan sumbangan yang tidak
kecil terhadap terciptanya kondisi-kondisi primer yang ada. Kondisi-kondisi
sekunder tersebut antara lain: (1) Rasa keadilan masyarakat setempat tidak
terpenuhi; (2) Aparat pemerintahan yang tidak peka terhadap kondisi genting
masyarakat; (3) Aparat pemerintahan yang memihak / mengutamakan salah satu
kelompok; (4) Kesadaran kesatuan bangsa yang masih lemah; (5) Pengetahuan
budaya lokal yang masih kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Tim ISBD Unesa. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Surabaya. Unesa
University Press.
Nolayuliani. 2012. Keragaman Manusia.
http://nolayuliani.blogspot.com/2012/11/makalah-isbd-keragaman-kemajemukandan.html. Akses 11 September 2013.
Wulanhandika. 2013. Manusia Keragaman dan Kesetaraan.
http://wulanhandika09.blogspot.com/2013/03/isbd-manusakeragaman-dankesetaraan_27.html. Akses 11 September 2013.
Anonim. 2013. Kerusuhan di Mataram.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Mataram. Akses 11 September 2013.
Anonim. 2013. Kerusuhan di Kupang NTT.
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/11/30/0022.html. Akses 11
September 2013