FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020 Persebaran Multikulturalisme Di Indonesia
Persebaran multikulturalisme di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, dengan kata lain Indonesia merupakan negara multikultural. Multikultural berasal dari kata “multi” yang berarti lebih dari satu/ banyak dan “cultural” yang berarti budaya yang merupakan serapan dari bahasa inggris. Secara istilah, multicultural juga bisa berarti istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan sesorang mengenai ragam kehidupan di dunia kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap keragaman dan berbagai macam budaya yang ada dalam kehidupan masyarakat yang mengukur nilai-nilai, sistem, kebiasaan dan masyarakat politik yang mereka anut. Faktor utama yang mendorong terbentuknya multikulturalisme adalah latar belakang (historis), kondisi geografis dan keterbukaan terhadap budaya luar. Dalam konteks ini, multikulturalisme masyarakat pasti masyarakat yang sifat-sifat tertentu dalam masyarakat yang ada. Menurut Pierre L.Van den Berghe sifat-sifat tersebut diantara lain dapat terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu sama lain, menciptakan struktur sosial yang terbagi dalam lembaga yang bersifat non komplementer, kurang mengembangkan konsesnsus diantara anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi dan adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya. Di Amerika serikat, berbagai gejolak sosial untuk persamaan hak bagi golongan minoritas dan kulit hitam serta kulit putih mulai muncul diakhir tahun 1950an. Puncaknya adalah pada tahun 1960an dengan dilarangnya perlakuan diskriminasi oleh orang kulit putih terhadap orang kulit hitam ditempat-tempat umum.Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi sebuah ideologi yang harus diperjuangan. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri tetapi masih tetap membutuhkan seperangkat konsep-konsep yang mendukungnya. Konsep multikulturalisme di sini tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman suku bangsa atau kebudayaan yang menjadi cirri masyarakat majemuk (plural society). Karena, multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Mengkaji multikulturalisme tidak bisa dilepaskan dari permasalahannya yang mendukung ideology ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hokum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip- prinsip etika dan moral, juga tingkat dan mutu produktivitas. Untuk dapat memahami konsep-konsep multikulturalisme diperlukan landasan pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dengan dan mendukung keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Bangunan konsep-konsep ini harus dikomunikasikan diantara para ahli yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang multikultutralisme sehinga terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam memperjuangkan ideologi ini. Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan (Fay 1996, Rex 1985, Suparlan 2002). Berikut faktor munculnya masyarakat multicultural yaitu: 1. Keadaan geografis Wilayah Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau lebih yang tersebar di daerah equator sepanjang kurang lebih 3.000 mill. Pendatang pertama di kepualauan Indonesia adalah ras australoid yang menyebar sekitar 20.000 tahun yang lalu. Kemudian menyusul ras Melanesian Negroid pada 10.000 tahun yang lalu. Disusul dengan ras Messolithicum dan yang terakhir adalah ras Malayan Mongoloid. Di mana ras Malayan Mongoloid masuk dengan dua periode, yaitu zaman Neolithicum dan zaman logam. Kondisi geografis telah membagi penduduk yang menempati pulau dan daerah, sehingga menumbuhkan kesatuan suku bangsa yang berbeda-beda. Setiap kesatuan suku bangsa terdiri dari orang-orang yang disatukan dengan ikatan emosional yang memandang diri mereka sebagai identitas sendiri. Kelompok-kelompok itu juga yang mengembangkan bahasa, budaya, dan kepercayaan masing-masing. Bahkan mereka pula yang mengembangkan mitos-mitos tentang asal usul nenek moyang. 2. Pengaruh budaya asing Indonesia memiliki letak yang strategis antara Samudra Hindia dan Pasifik. Kondisi tersebut memengaruhi proses multikultural seperti kebudayaan dan agama. Perdagangan antara China, India, dan wilayah Asia Tenggara yang masuh ke Indonesia menjadi salah satu faktor munculnya multikultural tersebut. 3. Kondisi iklim Wilayah lingkungan hidup suku-suku bangsa juga memperlihatkan variasi yang berbeda-beda. Ada komunitas yang mengandalkan laut sebagai sumber kehidupannya, ada juga yang masuk dalam komunitas pedalaman. Karakter multikultural tersebut juga terlihat pada tipe mastarakat seperti perkotaan maupun komunitas peralihan dari pertanian ke industri. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang berbeda. Perbedaan lingkungan ekologis menyebabkan terjadinya perbedaan antara wilayah tersebut. 4. Kelompok suku bangsa Yang beraneka ragam Integrasi suku bangsa dalam kesatuan naasional menjaadi bangsa Indonesia dalam kesatuan wilayah negara Indonesia.
Terdapat empat peristiwa penting, yaitu:
1. Kerajaan Sriwijaya paad abad ke-7 dan Majapahit pada abad ke-8 mempersatukan suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis, ekonomis, dan sosial. 2. Kekuasaan kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad juga menyatukan suku bangsa dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita.3. 3. Selama pergerakan nasional, para pemuda Indonesia menolak menonjolkan isu kebangsaan dan melahirkan Sumpah Pemuda. 4. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia
Peran generasi muda menghadapi persebaran multikulturalisme
Seiring berjalannya waktu, perubahan yang terjadi dalam lingkungan terdekat kita akan selalu berpengaruh terhadap kehidupan. Dilihat dari segi permasalahan yang ada, sangat sulit rasanya untuk menyesuaikan dalam kondisi lingkungan seperti itu, apalagi bila kita tidak memiliki integritas yang tinggi. Integritas bisa didapat melalui pendidikan. Sebenarnya, fasilitas pendidikan di Indonesia juga masih kurang memadai tapi dilihat dari sisi kemauan para pemuda untuk belajar dan menyiapkan perjuangan di masa yang akan datang. Pendidikan adalah suatu usaha sadar manusia dalam mempersiapkan suatu hal. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsayang bermartabat rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dalam hal ini, pendidikan yang harus kita kaji adalah pendidikan multikultur. Pendidikan multikultur merupakan pendidikan nilai yang harus ditanamkan pada generasi muda agar memiliki persepsi dan sikap multikulturalistik, terbiasa hidup berdampingan dalam keragaman watak dan kultur, agama dan bahasa, menghormati hak setiap warga negara tanpa membedakan etnik minoritas dan dapat bersama-sama membangun kekuatan bangsa sehingga diperhitungkan dalam percaturan global dan martabat bangsa yang kuat. Ada lima alasan mengapa pendidikan multikultur diperluakan yaitu: 1. Perubahan kehidupan manusia Indonesia yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi jurang sosial antara kelompok atas dan kelompok bawah 2. Adanya pergerakan dan mobilitas penduduk yang cukup tinggi yang menyebabkan adanya pertemuan yang sering dan intens antara kelompok dengan budaya yang berbeda 3. Semakin terbukanya daerah-daerah pedesaan 4. Berbagai konflik sosial-budaya yang muncul akhir-akhir ini, adanya kesalahpahaman budaya yang sangat besar antar-kelompok yang bertikai. 5. Menghapus mitos dan tafsiran sejarah yang tidak menguntungkan bagi persatuan bangsa.
Oleh karena itu, pengembangan pendekatan multicultural harus didasarkan
pada tiga prinsip. Pertama, keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat. Kedua, keragaman budaya dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan berbagai komponen kurikulum, seperti tujuan, konten, proses dan evaluasi. Ketiga, budaya di lingkungan pendidkan adalah sumber belajar dan objek studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar para pemuda.