Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT

Oleh:

NAMA : AMELLYA AGUSTIN


STAMBUK : D1E1 19 009
KELAS : PPT A

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Persebaran Multikulturalisme Di Indonesia

 Persebaran multikulturalisme di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, dengan kata
lain Indonesia merupakan negara multikultural. Multikultural berasal dari kata
“multi” yang berarti lebih dari satu/ banyak dan “cultural” yang berarti budaya
yang merupakan serapan dari bahasa inggris. Secara istilah, multicultural juga
bisa berarti istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan sesorang
mengenai ragam kehidupan di dunia kebijakan kebudayaan yang menekankan
tentang penerimaan terhadap keragaman dan berbagai macam budaya yang ada
dalam kehidupan masyarakat yang mengukur nilai-nilai, sistem, kebiasaan dan
masyarakat politik yang mereka anut.
Faktor utama yang mendorong terbentuknya multikulturalisme adalah latar
belakang (historis), kondisi geografis dan keterbukaan terhadap budaya luar.
Dalam konteks ini, multikulturalisme masyarakat pasti masyarakat yang sifat-sifat
tertentu dalam masyarakat yang ada. Menurut Pierre L.Van den Berghe sifat-sifat
tersebut diantara lain dapat terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok
subkebudayaan yang berbeda satu sama lain, menciptakan struktur sosial yang
terbagi dalam lembaga yang bersifat non komplementer, kurang mengembangkan
konsesnsus diantara anggota terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar, integrasi
sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi
dan adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.
Di Amerika serikat, berbagai gejolak sosial untuk persamaan hak bagi
golongan minoritas dan kulit hitam serta kulit putih mulai muncul diakhir tahun
1950an. Puncaknya adalah pada tahun 1960an dengan dilarangnya perlakuan
diskriminasi oleh orang kulit putih terhadap orang kulit hitam ditempat-tempat
umum.Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi  sebuah ideologi
yang  harus diperjuangan. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri
sendiri tetapi masih tetap membutuhkan seperangkat  konsep-konsep yang
mendukungnya.
Konsep multikulturalisme di sini tidaklah dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman suku bangsa atau kebudayaan yang menjadi cirri masyarakat
majemuk (plural society). Karena, multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Mengkaji multikulturalisme
tidak bisa dilepaskan dari permasalahannya yang mendukung ideology ini,
yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hokum, kesempatan kerja
dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-
prinsip etika dan moral, juga tingkat dan mutu produktivitas.
Untuk dapat memahami konsep-konsep multikulturalisme diperlukan landasan
pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dengan dan
mendukung keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan
manusia.  Bangunan konsep-konsep ini harus dikomunikasikan diantara para ahli
yang mempunyai perhatian ilmiah yang sama tentang multikultutralisme sehinga
terdapat kesamaan pemahaman dan saling mendukung dalam memperjuangkan
ideologi ini.  Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme antara lain
adalah, demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan
dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan, kebudayaan
sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya, domain privat
dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep lainnya yang relevan
(Fay 1996, Rex 1985, Suparlan 2002).
Berikut faktor munculnya masyarakat multicultural yaitu:
1. Keadaan geografis
Wilayah Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau lebih yang tersebar di daerah
equator sepanjang kurang lebih 3.000 mill. Pendatang pertama di kepualauan
Indonesia adalah ras australoid yang menyebar sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Kemudian menyusul ras Melanesian Negroid pada 10.000 tahun yang lalu.
Disusul dengan ras Messolithicum dan yang terakhir adalah ras Malayan
Mongoloid. Di mana ras Malayan Mongoloid masuk dengan dua periode, yaitu
zaman Neolithicum dan zaman logam. Kondisi geografis telah membagi
penduduk yang menempati pulau dan daerah, sehingga menumbuhkan
kesatuan suku bangsa yang berbeda-beda. Setiap kesatuan suku bangsa terdiri
dari orang-orang yang disatukan dengan ikatan emosional yang memandang
diri mereka sebagai identitas sendiri. Kelompok-kelompok itu juga yang
mengembangkan bahasa, budaya, dan kepercayaan masing-masing. Bahkan
mereka pula yang mengembangkan mitos-mitos tentang asal usul nenek
moyang.
2. Pengaruh budaya asing
Indonesia memiliki letak yang strategis antara Samudra Hindia dan Pasifik.
Kondisi tersebut memengaruhi proses multikultural seperti kebudayaan dan
agama. Perdagangan antara China, India, dan wilayah Asia Tenggara yang
masuh ke Indonesia menjadi salah satu faktor munculnya multikultural
tersebut.
3. Kondisi iklim
Wilayah lingkungan hidup suku-suku bangsa juga memperlihatkan variasi yang
berbeda-beda. Ada komunitas yang mengandalkan laut sebagai sumber
kehidupannya, ada juga yang masuk dalam komunitas pedalaman. Karakter
multikultural tersebut juga terlihat pada tipe mastarakat seperti perkotaan
maupun komunitas peralihan dari pertanian ke industri. Perbedaan curah hujan
dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam
lingkungan ekologis yang berbeda. Perbedaan lingkungan ekologis
menyebabkan terjadinya perbedaan antara wilayah tersebut.
4. Kelompok suku bangsa
Yang beraneka ragam Integrasi suku bangsa dalam kesatuan naasional
menjaadi bangsa Indonesia dalam kesatuan wilayah negara Indonesia.

Terdapat empat peristiwa penting, yaitu:


1. Kerajaan Sriwijaya paad abad ke-7 dan Majapahit pada abad ke-8
mempersatukan suku bangsa Indonesia dalam kesatuan politis, ekonomis, dan
sosial.
2. Kekuasaan kolonialisme Belanda selama tiga setengah abad juga menyatukan
suku bangsa dalam satu kesatuan nasib dan cita-cita.3.
3. Selama pergerakan nasional, para pemuda Indonesia menolak menonjolkan isu
kebangsaan dan melahirkan Sumpah Pemuda.
4. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
mendapat dukungan dari semua suku bangsa di Indonesia

 Peran generasi muda menghadapi persebaran multikulturalisme


Seiring berjalannya waktu, perubahan yang terjadi dalam lingkungan terdekat
kita akan selalu berpengaruh terhadap kehidupan. Dilihat dari segi permasalahan
yang ada, sangat sulit rasanya untuk menyesuaikan dalam kondisi lingkungan
seperti itu, apalagi bila kita tidak memiliki integritas yang tinggi. Integritas bisa
didapat melalui pendidikan. Sebenarnya, fasilitas pendidikan di Indonesia juga
masih kurang memadai tapi dilihat dari sisi kemauan para pemuda untuk belajar
dan menyiapkan perjuangan di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar manusia dalam mempersiapkan suatu hal.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa “Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
watak serta peradaban bangsayang bermartabat rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Dalam hal ini, pendidikan yang harus kita kaji adalah pendidikan
multikultur.
Pendidikan multikultur merupakan pendidikan nilai yang harus ditanamkan
pada generasi muda agar memiliki persepsi dan sikap multikulturalistik, terbiasa
hidup berdampingan dalam keragaman watak dan kultur, agama dan bahasa,
menghormati hak setiap warga negara tanpa membedakan etnik minoritas dan
dapat bersama-sama membangun kekuatan bangsa sehingga diperhitungkan dalam
percaturan global dan martabat bangsa yang kuat. Ada lima alasan mengapa
pendidikan multikultur diperluakan yaitu:
1. Perubahan kehidupan manusia Indonesia yang disebabkan oleh kemajuan
ekonomi jurang sosial antara kelompok atas dan kelompok bawah
2. Adanya pergerakan dan mobilitas penduduk yang cukup tinggi yang
menyebabkan adanya pertemuan yang sering dan intens antara kelompok
dengan budaya yang berbeda
3. Semakin terbukanya daerah-daerah pedesaan
4. Berbagai konflik sosial-budaya yang muncul akhir-akhir ini, adanya
kesalahpahaman budaya yang sangat besar antar-kelompok yang bertikai.
5. Menghapus mitos dan tafsiran sejarah yang tidak menguntungkan bagi
persatuan bangsa.

Oleh karena itu, pengembangan pendekatan multicultural harus didasarkan


pada tiga prinsip. Pertama, keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan
filsafat. Kedua, keragaman budaya dijadikan sebagai dasar dalam
mengembangkan berbagai komponen kurikulum, seperti tujuan, konten, proses
dan evaluasi. Ketiga, budaya di lingkungan pendidkan adalah sumber belajar dan
objek studi yang harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar para pemuda.

Anda mungkin juga menyukai