Anda di halaman 1dari 5

REVIEW BUKU

OLEH

FAUZAN H ABIDIN A 311 18 113

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS TADULAKO

2020/2021
Judul buku : Pendidikan multikultural

Penerbit : Pustaka belajar

Alamat : Yogyakarta

Cetakan : pertama,2006

Penulis : Choirul mahfud

Tebal buku : 294 halaman

Dalam buku ini banyak membahas tentang bagaimana Pendidikan itu bisa bertahan
ditengah tengah masyarakat yang multicultural ada juga terdapat kesenjangan sosial dan
benturan di kalangan masyarakat, benturan itu di sinyalir akibat beberapa faktor yaitu politik,
sosial, budaya, ekonomi, ras, bahkan agama. Melihat dari fenomena itu Pendidikan itu harus
peka terhadap perkembangan globalisasi. Dan Pendidikan multicultural ini juga dapat
dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman kultural, hak-hak asasi manusia
serta pengurangan atau penghapusan berbagai motif prasangka yang ada pada masyarakat dan
mewujudkan suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju.

Dalam buku ini juga penulis mengatakan bahwa Pendidikan multicultural ini harus di
tegakkan di Indonesia karena di Indonesia banyak sekali masyarakat yang berbeda suku dan
budaya dan perlu diketahui bahwa di Indonesia ini Pendidikan multicultural relatif baru dikenal
sebagai suatu pendekatan yang di anggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang herogen
dan plural

Krisis sosio-kultural di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang terjadi akibat
krisis moneter, ekonomi dan politik yang terjadi pada awal 1997 yang semakin meluas. Krisis
tersebut dapat kita saksikan dalam berbagai modus disoreintasi dan dislokasi masyarakat kita,
misalnya lenyapnya kesabaran sosial dalam menghadapi realitas kehidupan yang semakin sulit
sehingga mudah mengamuk dan bertindak anarkis; merosotnya penghargaan dan kepatuhan
terhadap hukum, etika, moral dan kesantunan sosial; penggunaan narkoba yang meluas dan
penyakit sosial lainnya hingga konflik dan kekerasan yang bernuansa politis, etnis, dan agama
yang pernah terjadi diwilayah Aceh, Kalimantan Barat dan Tengah, Maluku, dan lain-lain.
Tragedi kekerasan antarkelompok diahir tahun 1990-an hingga sekarang di berbagai kawasan
Indonesia menunjukan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun di Negara kita, betapa
kentalnya prasangka antarkelompok dan berapa rendahnya nilai multikulturalisme.
Krisis tersebut semakin menjadi dengan arus globalisasi yang tidak terbendung, hingga
melahirkan gaya hidup baru yang yang tidak selalu sesuai bagi kehidupan sosial budaya
masyarakat bangsa kita. Dari kecenderungan gaya hidup tersebut akan memunculkan kultur
hybrid tanpa identitas yang dapat mengakibatkan erosi budaya. Budaya hybrid juga akan
melenyapkan identitas kultural nasional dan lokal, padahal identitas nasional lokal tersebut
mutlak diperlukan bagi tewujudnya masyarakat nasional dan lokal tersebut mutlak dibutuhkan
demi terwujudnya intergrasi sosial, kultural, dan politik masyarakat, Bangsa dan Negara.

Menurut Abraham A. Maslow dalam Theory of Human Motivation, bahwa salah satu
kebutuhan dasar manusia adalah pengakuan/penghargaan. Pengingkaran masyarakat terhadap
kebutuhan untuk diakui merupakan akar dari ketimpangan di berbegai bidang kehidupan.
Multikultural adalah sebuah ideology dan sebuah alat atau wahana untuk mningkatkan derajat
manusia dan kemanusiannya. Maka, konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya
bagi kehidupan manusia.
Multikulturalisme merupakan sebuah konsep dimana sebuah komunitas dalam konteks
kebangsaaan yang mengakui keberagaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, ras, suku,
etnis, agama dan lain sebagainya. Sebuah konsep yang memberikan pemahaman bahwa sebuah
bangsa yang plural dan majemuk adalah bangsa yang dipenuhi budaya-budaya yang beragam
(multikultural). Dan bangsa yang multikultural adalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik
atau budayanya yang ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-existensi
yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain.

Pendidikan merupakan wahana paling tepat untuk membangun kesadaran


multikulturalisme karena dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bisa berperan sebagai juru
bicara bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural yang terbebas dari kooptasi Negara.
Hal itu dapat berlangsung apabila ada perubahan paradigma dalam pendidikan, yakni dimulai
dari penyeragaman identitas tunggal, lalu ke arah pengakuan dan penghargaan keragaman
identitas dalam kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan.
Selanjutnya, harus diakui bahwa multikulturalisme bangsa Indonesia belum sepenuhnya
dipahami oleh segenap warga masyarakat selaku given, takdir Tuhan, dan bukan faktor bentukan
manusia. Memang masyarakat telah memahami sepenuhnya bahwasetiap manusia terlahir
berbeda, baik secara fisik maupun non fisik, tetapi nalar kolektif masyarakat belum bisa
menerima realitas bahwa setiap individu atau kelompok tertentu memiliki system keyakinan,
budaya, adat, agama, dan tatacara ritual yang berbeda.nalar kolektif masyarakat Indonesia
tentang multikulturalitas bangsa masih terkooptasi oleh logosentrisme tafsir hegemonik yang
syarat akan prasangka, kecurigaan, bisa, kebencian, dan reduksi kelompok yang berada di luar
dirinya (the other). Akibatnya, ikatan-ikatan sosial melalui kolektivitas dan kerjasama hanya
berlaku didalam kelompokmya sendiri.
Pelaksaan Otonomi Daerah seharusnya dapat meningkatkan hubungan baik antarkelompok,
dapat memacu pembangunan daerah, pengakuan dan kesetaraan dalam lini kehidupan dan
banyak hal positif lain. Dalam pelaksaananya kepala daerah diberikan wewenang dalam sebagian
besar bidang pemerintahan, termasuk wewenang untuk mengelola sumber daya alam, mengatur
kesehatan pemberian izin bisnis berdasarkan aspirasi masyarakat dan yang paling penting adalah
pendidikan berbasis multikultural. Otonomi Daerah juga dapat membawa daerah ke dalam
ancaman jika Pemerintah Daerah gagal dalam mengelola keberagaman masyarakat. Undang-
undang No.22/1999 yang memberikan peluang kepada daerah-daerah untuk bergabung
membentuk propinsi dan kabupaten baru merupakan salah satu cara dalam meningkatkan
evektivitas pembangunan daerah dan meredam terjadinya gerakan seperatisme.
Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu
bangsa. Dan dalam menghadapi tantangan globalisasi pendidikan multikultural harus
direlisasikan. Seprti halnya otonomi daerah, globalisasi dapat melahirkan peluang, ancaman, dan
tantangan bagi kehidupan manusia dibelahan bumi manapun, termasuk Indonesia. Salah satu
aspek kehidupan yang yang terkena imbasnya adalah kehidupan yang terkena imbasnya adalah
kebudayaan bangsa (culture and tradition). Meminjam kata HAR Tilaar bahwa bangsa yang tidak
memiliki strategi untuk mengelola kebudayaan yang mendapat tantangan sedemikian
dahsyatnya, dikhawatirkan akan mudah terbawa arus hingga ahirnya kehilangan jati diri lokal
dan nasionalnya.

Pendidikan multikultural hendaknya dijadikan strategi dalam mengelola kebudayaan


dengan menawarkan strategi trannformasi budaya yang ampuh yakni melalui mekanisme
pendidikan yang menghargai perbedaan budaya (different of culture). Globalisasi harus
diimbangi dengan penguatan budaya lokal, akan tetapi dihindari pula fanatisme berlebihan dan
primordialisme yang beresisko menimbulkan disintegrasi Negara. Begitu urgennya pendidikan
multikultural untuk dihadirkan dalam dunia pendidikan kita pada saat ini, alasannya adalah
pendidikan merupakan instrument paling ampuh untuk memberikan penyedaran (concious)
kepada masyarakat, supaya tidak timbul konflik antar etnis, budaya, dan agama.

Kelebihan

Buku ini bagus untuk diterapkan bagi setiap masyarakat karena besiknya untuk
membangun kerukunan Bersama dan menciptakan kedamaian di kalangan masyarakat

Kekurangan

Dalam buku ini tidak terlalu spesifik menuliskan suatu tempat dan juga kurangnya data-
data yang dibutuhkan

Manfaat

Buku ini amat bermanfaat dalam memahami konflik antaretnis dan antaragama, buku ini semoga
dapat memberi pelajaran betapa pentingnya memelihara kebudayaan nasional, seperti yang kita
alami sekarang ketika kebudayaan kita tidak mendapatkan perhatiaan danakan sadar betapa
pentingya dan sangat berharganya kebudayaan daerah ketika diklaim oleh negara lain, maka
sangatlah penting penyampaian dan menghayatan terhadap pendidikan multikultural. Dalam
buku ini bercerita sangat banyak fakta yang terjadi dalam pendidikan kita dengan pemaparan
yang sistematis, sehingga semua orang dapat memahami buku ini dengan baik.

Saran

Dan saya sarankan bagi praktisi pendidikan seperti guru,dan mahasiswa kependidikan, wajib
membaca dan mengamalkan hal-hal yang disarankan dalam buku ini, sehingga konsep
pendidikan multikultural segera terlaksana demi Indonesia yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai